Anda di halaman 1dari 21

Telaah Jurnal

”The Efficacy of Low-Level Laser Therapy in the Treatment of


Bell’s Palsy in Diabetic Patients”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat


dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Paru RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Pembimbing:

dr. Benny Mariduk Silaen, Sp.S

Disusun oleh:

Khemal Mubaraq
Budi Subhana Maulana Ibrahim Tambunan
Raychan Fahira
Sabrina Budiarti
Cut Nyak Nahdah

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU SARAF


RSUD DELI SERDANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat

dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis

sehingga dapat menyelesaikan telaah jurnal ini guna memenuhi persyaratan

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Paru RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dengan

judul ”The Efficacy of Low-Level Laser Therapy in the Treatment of Bell’s

Palsy in Diabetic Patients”.

Telaah jurnal ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam

teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu

Paru RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dan mengaplikasikannya untuk

kepentingan klinis kepada pasien. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.

Benny Mariduk Silaen, Sp.S selaku supervisor yang telah memberikan arahan

dalam penyelesaian telaah jurnal ini.

Penulis menyadari bahwa telaah jurnal ini masih memiliki kekurangan,

oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan

dan saran-saran yang bersifat membangun sehingga nantinya dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Akhir kata, penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan, 07 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Metode Pencarian Literatur........................................................................1

1.2 Abstract/Abstrak.........................................................................................1

BAB 2 DESKRIPSI JURNAL.......................................................................4

2.1 Deskripsi Umum.........................................................................................4

2.2 Deskripsi Konten........................................................................................4

BAB 3 TELAAH JURNAL............................................................................6

3.1 Fokus Penelitian..........................................................................................6

3.2 Gaya dan Sistematika Penulisan.................................................................6

3.3 Penulis.........................................................................................................6

3.4 Judul............................................................................................................6

3.5 Abstrak........................................................................................................6

ii
3.6 Masalah dan Tujuan....................................................................................7

3.7 Hipotesa......................................................................................................7

3.8 Populasi dan Sampel...................................................................................7

3.9 Metode........................................................................................................7

BAB 4 CHECKLIS TELAAH KRITIS ARTIKEL PROGNOSIS............9

BAB 5 KESIMPULAN...................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Metode Pencarian Literatur

Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui Google Scholar

(https://scholar.google.com). Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal yang akan

ditelaah ini adalah “Bell’s Palsy”, dengan waktu sejak 2020. Setelah dimasukkan kata kunci

pada search keluar 907 hasil penelusuran. Jurnal ilmiah ini merupakan nomor 21 dari 907

hasil penelusuran

1.2 Abstract

Introduction: The most common causes of the abrupt onset of unilateral facial weakness are

stroke and Bell’s palsy. The drug regimen together with electrical stimulation was more

effective in treating Bell’s palsy than conventional drug treatment alone. We aimed to

evaluate more effective and safe therapies for the treatment of Bell’s palsy.

Methods: This clinical interventional study was conducted on 30 diabetic patients with

Bell’s palsy who referred to a pain clinic for 1 year and were treated by low-level laser

(LLL). The system of House-Brackmann was used for assessing the severity of nerve damage

and patients were evaluated by electromyography and nerve conduction study (NCS) before

and after treatment with low-level laser. These patients had not consumed any other

medication for facial nerve palsy.


Results: In the present study, 30 cases with poorly controlled diabetes mellitus (18 females

and 12 males) were studied. After 12 sessions of low-level laser therapy (LLLT), we could

observe complete recovery in 18 patients and partial recovery in 6 patients after 3 months.

Conclusion: The recovery rate showed that LLLT is a safe, reliable and proper alternative

approach for the treatment of facial nerve palsy, especially in the presence of underlying

conditions such as diabetes mellitus.

2
Abstrak

Pendahuluan: Penyebab paling umum dari onset tiba-tiba kelemahan wajah unilateral

adalah stroke dan Bell’s palsy. Regimen obat bersama dengan stimulasi listrik lebih efektif di

mengobati Bell's palsy daripada pengobatan obat konvensional saja. Kami bertujuan untuk

mengevaluasi lebih efektif dan terapi yang aman untuk pengobatan Bell’s palsy.

Metode: Studi intervensi klinis ini dilakukan pada 30 pasien diabetes dengan Bell's palsy

yang di rujuk ke klinik nyeri selama 1 tahun dan dirawat dengan laser tingkat rendah (LLL).

Sistem House-Brackmann digunakan untuk menilai tingkat keparahan kerusakan saraf dan

pasien dievaluasi dengan elektromiografi dan studi konduksi saraf (NCS) sebelum dan

sesudah pengobatan dengan tingkat rendah laser. Pasien-pasien ini tidak mengonsumsi obat

lain untuk kelumpuhan saraf wajah.

Hasil: Dalam penelitian ini, 30 kasus dengan diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan

baik (18 perempuan dan 12 laki-laki) dipelajari. Setelah 12 sesi terapi laser tingkat rendah

(LLLT), kami bisa mengamati secara tuntas pemulihan pada 18 pasien dan pemulihan parsial

pada 6 pasien setelah 3 bulan.

Kesimpulan: Angka kesembuhan menunjukkan bahwa LLLT merupakan pendekatan

alternatif yang aman, andal dan tepat untuk pengobatan kelumpuhan saraf wajah, terutama

dengan adanya kondisi yang mendasari seperti diabetes mellitus.

3
BAB 2

DESKRIPSI JURNAL

2.1 Deskripsi Umum

Judul : The Efficacy of Low-Level Laser Therapy in the Treatment of Bell’s


Palsy in Diabetic Patients

Penulis :Dawood Aghamohamdi, Solmaz Fakhari, Mehdi Farhoudi, Haleh Farzin

Publikasi ; Journal of Lasers in Medical Sciences, Summer 2020

Volume/issue : 11/3

Keywords :Low-level laser; Diabetic patients; Bell’s palsy.

Penelaah :

Tenggal Telaah : 03Desember 2020

2.2 Deskripsi Konten

Penelitian ini telah disetujui dan dengan etis komite dari Tabriz University of Medical Sciences

(5/D/973180), studi intervensi klinis (pengidentifikasi:IRCT2017011128545N2;

https://www.irct.ir/trial/23144). Penelitian ini dilakukan dengan metode ekperimental dengan

desain penelitianrandomized controlled trialyaitu suatu jenis penelitian epidemiologi dimana

subjek dari suatu populasi dikelompokkan secara acak ke dalam grup yang biasa disebut dengan

kelompok studi dan kelompok kontrol, untuk menerima atau tidak menerima suatu tindakan

preventif, terapeutik, manuver dan intervensi. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas atau tingkat pemulihan pada terapi laser tingkat rendah untuk pengobatan

bell’s palsy pada kondisi diabetes mellitus. Pasien yang mengikuti sekitar 30 orang diabetes
mellitus dengan bell’s palsy. Data yang diambil berdasarkan kriteria inklusi yaitu semua pasien

diabetes mellitus berusia >18 tahun selama 1 tahun pengobatan. Parameter yang digunakan yaitu

tes elektrodiagnostik dasar seperti Elektromiografi (EMG), Nerve Conduction Study (NCS) dan

bilateral Compound Motor Action Potential (CMAP).

5
BAB 3

TELAAH JURNAL

3.1 Fokus Penelitian

Fokus utama dalam jurnal ini yaitu untukmengetahui efektivitas atau tingkat pemulihan pada

terapi laser tingkat rendah untuk pengobatan bell’s palsy pada kondisi diabetes mellitus

3.2 Gaya dan Sistematika Penulisan

Sistematika di susun dengan rapi. Komponen jurnal ini terdiri dari abstrak, pendahuluan,
metode, pembahasan(hasil) dan diskusi. Tata bahasa dalam literatur cukup mudah dipahami
dan sesuai dengan kaidah bahasa.

3.3 Penulis

Afiliasi penulis: :

o Dawood Aghamohamdi
o Solmaz Fakhari
o Mehdi Farhoudi
o Haleh Farzin

3.4 Judul

“The Efficacy of Low- Lever Laser Therapy in the Treatment of Bell’s Palsy in Diabetic
Patients”

3.5 Abstrak

Abstrak dalam jurnal ini mencakup tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. Abstrak dalam
penelitian ini cukup representatif dan mewakili konten dari jurnal tersebut. Hal ini memudahkan
pembaca konten jurnal tersebut.
3.6 Masalah dan Tujuan

Pada jurnal ini terdapat poin khusus untuk rumusan masalah yang terdiri atas 2 pertanyaan
penelitian, yaitu:

1. Apakah ada penurunan bell’s palsy pada skala grading house- brackmann sebelum dan
sesudah LLLT pada bulan ketiga ?
2. Apakah temuan studi NCV sebelum dan sesudah perawatan dengan LLLT pada bulan
pertama dan ketiga ?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi lebih efektif dan terapi yang aman untuk

pengobatan Bell’s palsy.

3.7 Hipotesa

Jurnal ini tidak mencantumkan hipotesa

3.8 Populasi dan Sampel

Pasien yang mengikuti sekitar 30 orang diabetes mellitus dengan bell’s palsy. Data yang diambil
berdasarkan kriteria inklusi yaitu semua pasien diabetes mellitus berusia >18 tahun selama 1
tahun pengobatan. Parameter yang digunakan yaitu tes elektrodiagnostik dasar seperti
Elektromiografi (EMG), Nerve Conduction Study (NCS) dan bilateral Compound Motor Action
Potential (CMAP).

3.9 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan metode ekperimental dengan desain penelitianrandomized


controlled trialyaitu suatu jenis penelitian epidemiologi dimana subjek dari suatu populasi
dikelompokkan secara acak ke dalam grup yang biasa disebut dengan kelompok studi dan
kelompok kontrol, untuk menerima atau tidak menerima suatu tindakan preventif, terapeutik,
manuver dan intervensi.

Hasil Penelitian

7
1. Apakah ada penurunan bell’s palsy pada skala grading house- brackmann sebelum dan
sesudah LLLT pada bulan ketiga ?
Atas dasar temuan, tidak ada kasus yang terlibattingkat II kelumpuhan saraf
wajah. Tiga kasus (16,7%)dipengaruhi oleh tingkat IV dari Bell's palsy dan 12 kasus
memiliki tingkatV dari Bell's palsy. Selain itu, lima belas kasus memiliki grade VIdari
Bell's palsy. Setelah 12 sesi LLLT, kami melakukan observasibahwa pasien ini memiliki
kontraindikasi pengobatandengan kortikosteroid, sementara mereka tidak menerima
apapunpengobatan lainnya. Skala penilaian House-Brackmannditingkatkan menjadi
grade I (18 kasus), grade II (6 kasus), dan gradeIV (6 kasus)

2. Apakah temuan studi NCV sebelum dan sesudah perawatan dengan LLLT pada bulan
pertama dan ketiga ?
Pada studi (NCV) menunjukkan bahwa 6 pasien memiliki fungsi gangguan berat dan
18kasus memiliki satu kasus sedang. Dua puluh satu kasus menunjukkan tidak unit
motorik potensial sukarela, 6 kasus memiliki satu unit potensial motorik sukarela, dan 3
pasien memiliki apola interferensi berkurang. Kami menindaklanjuti semua pasien
dengan EMG dan NCS setelah 3 bulan. Akhirnya, kami mengamati bahwa 18 (60%)
pasien mengalami pemulihan. Ada hubungan yang signifikan secara statistik antara terapi
laser dan pola pemulihan di EMG ( nilai P<0,001).

Diskusi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita diabetes memiliki kelas yang lebih
tinggi dari Bell ' s palsy, yang dikonfirmasi oleh hasil EMG dan NCV. Setelah LLLT, kami
mengamati bahwa 6 kasus sembuh total dan 4 pasien mengalami gejala sisa ringan setelah
perawatan tersebut sebagai asimetri wajah ringan dan alis terkulai ringan. Pada masa tindak
lanjut setelah 3 bulan, kami tidak dapat menemukan gejala kambuh dan 6 kasus pasien
ygmemiliki pemulihan yang tidak lengkap mencapai pemulihan total berdasarkan obyektif,
pemantauan EMG dan NCV. Zhao et al menyatakan bahwa puncak usia Bell's palsy pada dekade
keempat kehidupan, 55,1% adalah laki-laki. Hasil ini mirip dengan demografi kami nilai dan

8
distribusi gender. Prevalensi tertinggi Bell's palsy terlihat selama musim semi dan musim panas.
Zohrevandi dkk menunjukkan bahwa pria dan wanita sama-sama terpengaruh dengan distribusi
pekerjaan yang sama dengan usia puncakdari dekade keempat kehidupan dan itu terjadi lebih
banyak di musim panasdan musim gugur. Penyakit penyerta yang paling umum adalah diabetes
mellitus. Tingkat kerusakan saraf yang tinggi (V. dan VI) diamati pada pasien diabetes.
Penyebab kelumpuhan saraf wajah di setengah darikasusnya idiopatik dan pemulihan tidak
lengkap berkorelasidengan kelemahan otot wajah, kontraktur, hiperkinesis,atrofi, dan sinkinesis.
Penilaian elektrofisika biasanya dilakukan untuk prediksi prognosisdan NCV dapat
mengevaluasi beratnya saraf wajah sekitar48 jam setelah timbulnya gejala.Diabetes melitus(DM)
telah dilaporkan tidak berhubungan dengan prognosis Bell's palsy, sedangkan studi oleh Kang et
al menemukan bahwa DM memperburuk prognosis. Berbagai jenis pendekatan terapeutik
tersedia, tetapi efektivitasnya pengobatan definitif tidak diketahui. Tradisional terapi
kortikosteroid sistemik pada Bell's perifer akut palsy pada penderita DM tipe 2 dapat
menyebabkan hiperglikemia, dan terapi lokal diperlukan sebagai pengobatan alternatif
pendekatan. Palsy bisa diobati dengan kortikosteroid hingga tingkat 17% dalam pemulihan total
dengan pengobatan perbedaan. LLLT dapatmeredakan nyeri, peradangan, dan edema dan
membantu dalam penyembuhan luka dan mencegah cedera jaringan. Menurut Leal-Junior et al,
karakteristikLLLT adalah sebagai berikut: output daya laser = 0,001-0,1 W dan dalam kisaran =
300-10 600 nm; dan denyut nadi mulai dari 0. Bernal et al mempresentasikan 6 tahun
merekapraktek dalam pengobatan dengan laser untuk rehabilitasiBell's palsy, tetapi mereka
menggunakan dioda 904 nm GaAs dan 632,8(HeNe) laser. Iradiasi Laser dilakukan padawilayah
saraf wajah di 8 poin selama 5 menit dan 4sesi selama 1 minggu. Para pasien yang menerima
pengobatandalam 2 minggu pulih 100% dan pemulihan inidiperoleh tanpa pengobatan tambahan.
Merekamenyimpulkan bahwa LLLT aman, non-invasif, mudah diterapkandan relatif modalitas
bebas efek samping menawarkan alat komplementer dan efektif dalam pengobatankelumpuhan
wajah. Studi lain tentang sistematika evaluasi efek LLLT pada regenerasi saraf pada anak-anak
dengan kelumpuhan saraf wajah. Sebanyak 31 pasien dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1
menerima LLLT dan kelompok 2 diperlakukan dengan metode konvensional. Dua laser dioda
digunakan (yaitu, panjang gelombang 670 dan 830 nm & 100 mW masing-masing 300 mW daya
keluaran maks). Hasilnya menunjukkan validitas metode ini dalam hal itu 87,5% dari pasien

9
yang dirawat dengan laser dibandingkan hanya 60,0% pasien dalam kelompok kontrol yang
ditampilkan pemulihan lengkap.

Pada tabel 3 dijelaskan, awalnya tidak ada kasus yang terlibat tingkat II kelumpuhan saraf
wajah. Tiga kasus (16,7%) dipengaruhi oleh tingkat IV dari Bell's palsy dan 12 kasus memiliki
tingkat V dari Bell's palsy. Selain itu, lima belas kasus memiliki grade VI dari Bell's palsy.
Setelah 12 sesi LLLT, kami melakukan observasi bahwa pasien ini memiliki kontraindikasi
pengobatan dengan kortikosteroid, sementara mereka tidak menerima apapun pengobatan
lainnya. Skala penilaian House-Brackmann ditingkatkan menjadi grade I (18 kasus), grade II (6
kasus), dan grade IV (6 kasus).

Pada tabel 4 dijelaskan, Pada studi (NCV) menunjukkan bahwa 6 pasien memiliki fungsi
gangguan berat dan 18 kasus memiliki satu kasus sedang. Dua puluh satu kasus menunjukkan
tidak unit motorik potensial sukarela, 6 kasus memiliki satu unit potensial motorik sukarela, dan
3 pasien memiliki apola interferensi berkurang. Kami menindaklanjuti semua pasien dengan
EMG dan NCV setelah 3 bulan. Akhirnya, kami mengamati bahwa 18 (60%) pasien mengalami

10
pemulihan. Ada hubungan yang signifikan secara statistik antara terapi laser dan pola pemulihan
di EMG ( nilai P<0,001).
Di sini, kami mengevaluasi pola NCV setelahnya bulan dan 3 bulan pengobatan dengan
laser. Disana ada tidak ada hubungan yang signifikan antara pola pemulihan dan terapi laser ( P=
0,754). Namun, setelah 3 bulan,kami dapat mengamati hubungan yang signifikan antara file pola
pemulihan dan terapi laser ( P<0,001). Dalampenelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa
perempuan mengalamitingkat pemulihan yang lebih tinggi tetapi 6 laki-laki memiliki tingkat
kesembuhan yang lengkap pemulihan. Hasil ini dikonfirmasi oleh EMG dan NCV studi setelah
menyelesaikan 12 sesi pengobatan.

Prognosis Bell's palsy berkorelasi dengan onsetnyapemulihan. Pemulihan dini dikaitkan


dengan yang diinginkanprognosa. Pemulihan dalam 1 minggu, 1 sampai 2 minggu dan 2
sampaiIndikasi 3 minggu 88%, 83%, dan 61% selesaipemulihan masing-masing. Faktor lain
yang menunjukkan buruknyaprognosisnya adalah sebagai berikut: hipertensi dan DM. 26 Sham
survei terkontrol dan studi tambahan diperlukanuntuk perbandingan LLLT dengan alternative
palsy lainnyaperawatan. Bukti tidak cukup untuk menentukanefek teknologi pada hasil
kesehatan. Dalampenelitian ini, kami dapat menunjukkan tingkat pemulihan 70% setelahnya
12 minggu LLLT.

Literatur/ Tinjauan Pustaka

Penulisan jurnal ini menggunakan literatur yang ada pada temuan penelitian sebelumnya. Semua
artikel yang digunakan dalam penulisan jurnal ini dapat diakui keabsahannya.

11
BAB 4

CHECKLIS TELAAH KRITIS ARTIKEL PROGNOSIS

A. Apakah Studi Ini Valid


1. Apakah ada sampel pasien lain yang Ya
memadai dengan kasus yang sama
sesuai dengan perjalanan penyakit?
2. Apakah follow-up cukup panjang dan Tidak dijelaskan
lengkap?
3. Apakah kriteria yang obyektif dan Ya
tidak bisa digunakan?
4. Apakah ada adjustment terhadap Ya
faktor-faktor prognosis yang penting?

B. Apa Hasil Studi Ini?


1. Seberapa besar kemungkinan luaran 70%
seperti ini dalam waktu tertentu?
2. Seberapa akurat perkiraan kemungkin 80%
ini terjadi?

C. Apa Hasil Studi Bisa Diaplikasikan


ke Masyarakat?
1. Apakah pasien dalam studi sama Tidak
dengan pasien dijumpai saya?
2. Apakah hasil studi bisa digunakan Ya
untuk konseling pasien saya?

Kesimpulan
Hasil atau rekomendasi adalah valid? Ya
Hasil bermanfaat secara klinis? Ya
Hasil relevan dengan praktek nyata? Ya
13
BAB 5

KESIMPULAN

Penelitian ini menerapkan LLLT untuk pengobatan 30 pasien Bell'spalsy. LLLT efektif dalam
kasus ini. Tingkat pemulihanmenunjukkan bahwa LLLT merupakan alternatif yang aman, andal,
dan tepatpendekatan untuk pengobatan kelumpuhan saraf wajah, terutamadalam kondisi seperti
diabetes di mana kita tidak dapat menggunakanobat konvensional seperti kortikosteroid
karenakomplikasinya (misalnya hiperglikemia).
DAFTAR PUSTAKA

1. de Almeida JR, Guyatt GH, Sud S, Dorion J, Hill MD, KolberMR, dkk. Penatalaksanaan
Bell palsy: praktik klinispedoman. CMAJ . 2014; 186 (12): 917-22. doi: 10.1503
/cmaj.131801.
2. Yilmaz NDS, Gur OE, Kucuktepe U, Ensari N, Yilmaz MD.Distribusi musiman kejadian
bell's palsy. 2019.doi: 10.5455 / medscience.2019.08.9053
3. Korczyn AD. Bell's palsy dan diabetes mellitus.Lancet . 1971; 297 (7690): 108-10. doi:
10.1016 / s0140-6736 (71) 90842-7.
4. Fraser DM, Campbell IW, DJ Ewing, Clarke BF.Mononeuropati pada diabetes mellitus.
Diabetes .1979; 28 (2): 96-101. doi: 10.2337 / diab.28.2.96.
5. Pecket P, Schattner A. Bell's palsy dan diabetes bersamaanmellitus: mononeuropati
diabetik? J Neurol NeurosurgPsikiatri . 1982; 45 (7): 652-5. doi: 10.1136 /
jnnp.45.7.652.
6. Gilden DH. Suara yang rendah. N Engl J Med. 2004; 351 (13): 1323-31. doi: 10.1056 /
NEJMcp041120.
7. Kim J, Choi JY. Efek subthreshold terus menerusstimulasi listrik pada fungsi wajah
pasiendengan Bell's palsy. Acta Otolaryngol . 2016; 136 (1): 100-5. doi:Jurnal Laser
dalam Ilmu Kedokteran Volume 11, Nomor 3, Musim Panas 2020315Efek Laser Tingkat
Rendah pada Bell's Palsy pada Kasus Diabetes10.3109 / 00016489.2015.1083121.
8. Allen CA, Ivester Jr JR. Ketamin dosis rendah untukmanajemen nyeri pasca operasi. J
Perianesth Nurs. 2018Agustus; 33 (4): 389-398. doi: 10.1016 / j.jopan.2016.12.009.
9. Somasundara D, Sullivan F. Manajemen Bell's palsy. AustPresc . 2017; 40 (3): 94-7. doi:
10.18773 / austprescr. 2017.030.
10. Shooshtari SM, Badiee V, Taghizadeh S, Nematollahi AH,Amanollahi AH, Grami MT.
Efek laser tingkat rendahdalam hasil klinis dan hasil neurofisiologissindrom terowongan
karpal. Electromyogr Clin Neurophysiol .2008; 48 (5): 229-31.
11. ECP Leal-Junior, Vanin AA, Miranda EF, de Carvalho PdeT, Dal Corso S, Bjordal JM.
Efek fototerapi (rendah-level terapi laser dan terapi dioda pemancar cahaya) aktifkinerja
latihan dan penanda pemulihan latihan:tinjauan sistematis dengan meta-analisis. Laser
Med Sci .2015; 30 (2): 925-39. doi: 10.1007 / s10103-013-1465-4.

15
12. Hohman MH, Hadlock TA. Etiologi, diagnosis, danpengelolaan kelumpuhan wajah: 2000
pasien di saraf wajahpusat. Laringoskop.2014; 124 (7): E283-E93. doi: 10,1002
/lary.24542.
13. Zhao H, Zhang X, Tang YD, Zhu J, Wang XH, Li ST.Bell's palsy: analisis klinis dari 372
kasus dan tinjauanliteratur terkait. Eur Neurol . 2017; 77 (3-4): 168-72. doi:10.1159 /
000455073.
14. Zohrevandi B, Kasmaee Monsef V, Asadi P, Laporan Tajik H.dari 121 kasus Bell's palsy
mengacu pada keadaan daruratdepartemen. Darurat (Teheran) . 2014; 2 (2): 66-70.
doi:10.22037 / emergency.v2i2.6273.
15. Pourmomeny AA, Asadi S. Manajemen sinkinesisdan asimetri pada kelumpuhan saraf
wajah: artikel ulasan.Iran J Otorhinolaryngol . 2014; 26 (77): 251-6. doi: 10.22038 /ijorl.
2014.3216.
16. Abouzeid O. Kelumpuhan saraf wajah grade V berhasil ditangani dengangabungan terapi
medis dan alternatif: laporan kasusdengan tinjauan pustaka. Fokus Alternatif Pelengkap
Ada .2016; 21 (1): 3-7. Doi: 10.1111 / fct.12229 .
17. Kang HM, Jung SY, Byun JY, Park MS, Yeo SG. Steroidditambah pengobatan antivirus
untuk Bell's palsy.J Magang Med .2015; 277 (5): 532-9. doi: 10.1111 / joim.12288.
18. Luo G, He J, Wu T, Huang Y, Miao Z, Zhao Z, dkk. Ituefek terapi blok ganglion stellata
pada saraf wajahpalsy pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Eur Neurol .2015; 74 (1-2):
112-7. doi: 10.1159 / 000435834.
19. Liu GD, He CJ. Mempromosikan blok ganglion stellatepemulihan Bell's palsy pada
pasien diabetesmellitus. Acta Otolaryngol . 2014; 134 (6): 652-5. doi:10.3109 /
00016489.2014.880794.
20. Ramsey MJ, DerSimonian R, Holtel MR, Burgess LP.Pengobatan kortikosteroid untuk
saraf wajah idiopatikkelumpuhan: meta-analisis. Laringoskop . 2000; 110 (3): 335-41.
doi: 10.1097 / 00005537-200003000-00001.
21. Terapi laser neon dan dioda Bernal G. Helium adalah sebuahterapi tambahan yang efektif
untuk kelumpuhan wajah. Ada Laser .1993; 5 (2): 79-87. doi: 10.5978 / islsm.93-OR-09.
22. Ailioaie C, Ailioaie L, Regenerasi Laser Chiran D. dariCedera Saraf pada Anak. 2003;
Tersedia dari: http: //www.sld.cu/galerias/pdf/sitios/rehabilitacion-
fis/laser_y_regeneracion.pdf.

16
23. Ordahan B, Karahan AY. Peran laser tingkat rendahterapi ditambahkan ke latihan
ekspresi wajah pada pasiendengan idiopathic facial palsy (Bell's) palsy.Laser Med Sci .
2017; 32 (4): 931-6. doi: 10.1007 / s10103-019-02828-y.
24. Fontana CR, Bagnato VS. Terapi laser tingkat rendah dipediatric bell's palsy: laporan
kasus pada anak berusia tiga tahun. JAlternatif Pelengkap Med . 2013; 19 (4): 376-82.
doi: 10.1089 /acm.2011.0531.
25. Alayat MS, Elsodany AM, El Fiky AAR. Khasiat tinggidan terapi laser tingkat rendah
dalam pengobatan Bell's palsy:uji coba terkontrol plasebo buta ganda secara acak.
LaserMed Sci . 2014; 29 (1): 335-42. doi: 10.1007 / s10103-013-1352-z.
26. Teixeira LJ, Soares B, VP Vieira, Prado GF. Fisikterapi untuk Bell's palsy (kelumpuhan
wajah idiopatik).Cochrane Database Syst Rev. 2011; (12): CD006283. doi:10.1002 /
14651858.CD006283.pub3.

17

Anda mungkin juga menyukai