Kelompok 2:
Universitas Andalas
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Marketing Public Relation,
Branding dan Rebranding Public Relation
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hubungan yang dilakukan oleh Public Relations itu ada dua yaitu hubungan internal dan
eksternal. Hubungan internal atau hubungan dengan orang dalam dimana Public Relations itu
bekerja dalam suatu perusahaan atau lembaga dimana ia melakukan hubungan. Sedangkan
hubungan eksternal adalah hubungan antara Public Relations dengan pihak luar yaitu media,
konsumen, pemerintah dsb.
Untuk menjalin hubungan dengan masyarakat atau pihak eksternal sebagai sangat
dibutuhkan suatu perusahaan atau lembaga, dimana Public Relations tersebut bekerja. Peran
Public Relations membangun suatu perusahaan agar hubungan dengan masyarakat terjalin
dengan baik.
Prinsip dari Public Relations merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha
yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan mengembangkan itikad baik (goodwill)
dan pengertian yang timbal balik (mutual understanding) antara suatu organisasi dengan
masyarakat.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa Marketing Public Relations sebagai suatu proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan
terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai
informasi dari perusahaan terhadap citra merek (Brand Image) terhadap suatu produk
tertentu. Marketing Public Relations (MPR) penekanannya bukan pada selling (seperti
kegiatan periklanan), namun pada pemberian informasi, pendidikan dan upaya peningkatan
pengertian lewat penambahan pengetahuan mengenai suatu merek poduk atau jasa
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Butler dari Universitas of Chicago adalah orang pertama yang mengadopsi konsep
pemasaran secara lebih luas pada tahun 1949. Pada tahun 1962, management konsultan
Chester Burger membuat artikel berjudul Credibility: When PR’s Works, yang menyatakan”
Jika tujuannya adalah untuk mendapatkan iklan gratis, kemungkinan besar akan gagal dalam
membatu penjualan produk tersebut. Jika di sisi lain, tujuannya adalah untuk mendukung
editorial independen media, melakukan publisitas yeng berbentuk editorial akan memang
diperlukan , atas keberhasilan peluncuran produk baru dan kemungkinan besar akan
berhasil”. Istilah marketing mix pada mulanya dikemukakan E. Jerome McCarthy, seorang
professor pemasaran dari Michigan State University pada akhir tahun 1970an dan awal
1980an di USA, yang berasumsi bahwa public relations dapat memperluas dan mendukung
dalam penjualan product dan jasa. Akan tetapi Philip kotler yang mempopulerkan asumsi
McCarthy.
Berawal dari mega marketing tersebut maka lahirlah Marketing Public Relations pada
tahun 1990-an, karena makin banyak perusahaan yang ingin memperluas distribusi product
dan jasa, namun persaingan semakin ketat, baik dalam hal harga maupun dalam hal promosi.
Selain itu perusahaan yang sedang maju dan berkembang menghadapi kenyataan bahwa
kelompok stakeholder yang bukan konsumen berposisi sebagai blocking stakeholder
(penghalang).
Perencanaan harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yakni
dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu product atau jasa. Public
Relations menjadi efektif menopang fungsi marketing, harus terlebih dahulu dahulu
diperjelas perencanaan marketing. MPR merupakan Public Relations dalam konteks
pemasaran, lebih jauh lagi MPR membantu dan melengkapi dalam pencapaian tujuan
pemasaran sebuah product atau jasa.
6
Pada tahun 1991 muncul konsep baru Marketing Public Relations (MPR). Mr.
Thomas L. Harris, merupakan pencetus pertama konsep MPR dalam bukunya “the
marketer’s guide to public relations” mendefinisikan Marketing Public Relations (MPR)
merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang
merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi
yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan yang menghubungkan perusahaan dan
produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan para konsumen.
Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan yang terencana
dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan mengembangkan itikad
baik (goodwill) dan pengertian yang timbal balik (mutual understanding) antara suatu
organisasi dengan masyarakat.
2.2.1 Pull strategy, public relations memiliki dan harus mengembangkan kekuatan
untuk menarik perhatian publik.
2.2.2 Push strategy, public relations memiliki kekuatan untuk mendorong berhasilnya
pemasaran.
2.2.3 Pass strategy, public relations memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan
menciptakan opini publik yang menguntungkan.
7
Jelas, marketing dalam Marketing Public Relations tidaklah dalam pengertian sempit.
Tetapi berkaitan dengan aspek-aspek perluasan pengaruh, informative, persuasif, dan
edukatif, baik segi perluasan pemasaran (makes a marketing) atas suatu produk atau jasa,
maupun yang berkaitan dengan perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an influence) dari
suatu kekuatan lembaga atas terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan.
1. Merencanakan alat / media sosialisasi yang up to date mengikuti tuntutan dan kebutuhan
dinamika yang ada di masyarakat.
2. Merencanakan Tehnik, Taktik dan strategi pemasaran yang efektif dan produktif yang
nantinya digunakan untuk mensosialisasikan program yang dibuka lembaga kepada
publik / khalayak ramai.
3. Meramalkan / Forcasting produk pemasaran dan / media sosialisasi lembaga
4. Memproduksi alat pemasaran (brosur, famlet, spanduk, dan alat-alat pemasaran yang lain
yang akan digunakan sebagai alat sosialisasi).
5. Mencari data dan memetakan pangsa pasar yang akan digunakan sebagai target obyek
pemasaran atau sosialisasi.
6. Mengajukan dengan proaktif atas surat / ijin / proposal tawaran kerjasama dengan
lembaga swasta maupun negeri untuk bekerjasama dalam rangka sosialisasi lembaga
7. Merencanakan saluran distribusi dan implementasi distribusi alat pemasaran / media
sosialisasi yang lainnya kepada obyek pemasaran / kalayak ramai / publik
8
8. Merencanakan jadwal waktu program pemasaran secara kontinyu dan sekaligus realisasi
di lapang sesuai target segmentasi pasar sebagai dasar pembuatan brosur / media
publikasi / sosialisasi program intensif dan program 1 tahun
9. Menginventarisir dokumen dan semua bentuk dan jenis media publikasi / alat pemasaran
sebagai dasar koreksi / bahkan pertimbangan / referensi / acuan selanjutnya.
10. Membuat dokumentasi dan grafik atas trend – trend hasil program pemasaran / sosialisasi
lembaga ( rekruting peserta didik, media / alat sosialisasi dll )
11. Membuat laporan atas hasil program pemasaran / sosialisasi yang mencakup segmentasi
pasar, jenis dan kuantitas media publikasi, dan alokasi waktu termasuk didalamnya target
anggaran dengan perolehan peserta didik secara periodik dan kontinyu.
12. Menindaklanjuti setiap proposal penawaran kerjasama dari berbagai institusi lain yang
telah mendapat ACC dari pimpinan berdasarkan kesepakatan ke-2 belah pihak dan tetap
menjaga keharmonisan hubungan kedua institusi.
13. Memantau dan secara simultan menindaklanjuti secara administratif “ rekapitulasi hasil “
atas berbagai angket / quisioner / form pendaftaran mengenai “ asal sumber informasi
kursus – program “ yang di isi oleh calon peserta didik di lingkungan lembaga.
Brand adalah suatu tanda yang dijadikan pengenal hasil produk suatu barang.
Bicara mengenai brand pasti selalu terkait dengan perusahaan dan produknya itu sendiri.
Menurut Burnet dan Moriarty (dalam Neni, 2011:20), brand adalah nama, desain, maupun
simbol atau karakterisitik lainnya yang dapat mengidekntifikasikan produk. Dalam setiap
brand pasti ada yang namanya brand name atau bagian dari brand yang dikonsumsikan,
seperti kata-kata, tulisan, atau angka-angka tertentu yang mengidentifikasikan suatu produk.
Keuntungan yang dimiliki sebuah merek adalah kemampuan untuk memberikan kepastian
dalam pemilihan produk yang dilakukan oleh pelanggan. Seorang Public Relations tentunya
harus pintar-pintar untuk membangun sebuah brand dalam perusahaan. Menurut Kotler dan
Pfoertsch (dalam Neni, 2011) mengatakan bahwa brand adalah konsep yang tak tertukar,
sering kali difahami atau seringkali dianggap menciptakan ilusi dimana produk atau jasa
terkesan lebih baik dari yang sebenarnya.
9
Di sini lah peran public relations dalam membangun sebuah brand dengan
menggunakan teori-teori dan strategi yang efektif. Pemberian sebuah brand pada produk
tentunya memberikan sebuah manfaat tersendiri.
Manfaat dari pemberian brand menurut Kotler (dalam Isyana, 2015:20-21) sebagai
berikut:
Rebranding adalah bisnis yang serius. Tak perlu dikatakan bahwa semakin baik
perusahaan melibatkan mereknya dengan konsumen, semakin baik dampaknya pada
bottomline-nya. Merek sering mengubah citra. Kami ingat strategi Micromax untuk
mengubah, ketika menggunakan sumber kerumunan untuk mengembangkan logo baru, yang
menciptakan sejarah, karena itu mengarah pada kisah pertumbuhan yang fenomenal. Merek
lain yang muncul di benak saya adalah merek pakaian etnis - BIBA. Sejalan dengan
perkembangan zaman dan tren, BIBA beralih ke identitas baru yang segar. Selama lebih dari
dua dekade, merek ini merayakan fashion etnis yang menangkap imajinasi wanita di India,
dan kemudian berkelana untuk melayani wanita yang aspiratif, berubah, namun tradisional
dan sadar mode.
10
yang mencoba dan gagal. Pahami bahwa rebranding adalah masalah yang rumit. Sebelum
Anda mengambil risiko rebranding perusahaan Anda, penting untuk serius memikirkan
apakah Anda benar-benar harus masuk untuk perubahan merek, di tempat pertama. Jika
audiens target Anda berubah atau jika pesaing Anda menggigit pangsa pasar Anda - itu
adalah langkah yang cerdas. Sangat penting untuk menciptakan pengalaman positif bagi
pelanggan seperti yang Apple lakukan dengan tokonya. Di sinilah Public Relations memiliki
peran besar untuk dimainkan.
Saat kami melacak merek melalui makeover atau rebranding, kami melihat
bahwa kampanye rebranding sebenarnya adalah kampanye PR, karena selama rebranding,
organisasi melewati tugas untuk menciptakan kembali gambar atau pesan untuk
mendapatkan kepercayaan publik. Membuat strategi komunikasi sangat penting. Rebranding
yang sukses melibatkan perombakan tujuan, pesan, dan budaya perusahaan. Untuk
kesuksesan merek, Public Relations harus dilibatkan dalam keputusan rebranding besar.
Profesional PR memiliki koneksi terkuat dengan audiens atau publik perusahaan.
Wawasan yang dapat digali PR, sejauh menyangkut reaksi publik yang
potensial, adalah penting untuk proses rebranding. Ketika terjadi rebranding, PR harus
bertanggung jawab atas beberapa langkah penting, yang meliputi:
11
mitra, pemerintah dll - membutuhkan pengumuman yang dipersonalisasi yang
membahas masalah potensial atau yang diidentifikasi.
12
Nama merek menciptakan identitas, sehingga ketika perubahan nama
perusahaan atau logo terjadi, komunikator PR memiliki tugas di depan tidak hanya
menyebarkan berita tentang perubahan tersebut, tetapi juga mengelola reaksi terhadap
rebranding. Agar berhasil, rencana komunikasi keseluruhan harus mencakup semua
aspek - baik, buruk atau buruk.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas bahwa Marketing Public Relations sebagai suatu proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan
terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai
informasi dari perusahaan terhadap citra merek (Brand Image) terhadap suatu produk
tertentu.
Menurut Burnet dan Moriarty (dalam Neni, 2011:20), brand adalah nama, desain,
maupun simbol atau karakterisitik lainnya yang dapat mengidekntifikasikan produk. Dalam
setiap brand pasti ada yang namanya brand name atau bagian dari brand yang
dikonsumsikan, seperti kata-kata, tulisan, atau angka-angka tertentu yang
mengidentifikasikan suatu produk. Keuntungan yang dimiliki sebuah merek adalah
kemampuan untuk memberikan kepastian dalam pemilihan produk yang dilakukan oleh
pelanggan. Seorang Public Relations tentunya harus pintar-pintar untuk membangun sebuah
brand dalam perusahaan.
Rebranding adalah bisnis yang serius. Tak perlu dikatakan bahwa semakin baik
perusahaan melibatkan mereknya dengan konsumen, semakin baik dampaknya pada
bottomline-nya.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://emakalahonline.blogspot.com/2017/04/sejarah-marketing-public-relation.html (diakses
tgl; 11/11/19, pukul 19.00)
https://bitstream/handle/123456789/14800/6.%20BAB%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y
(diakses tgl; 11/11/19, pukul 22.18)
15