Praktikum 1
Praktikum 1
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus
(Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan
merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian (Depkes, 2011).Tikus
termasuk hewan mamalia oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak
jauh berbeda dibandingkan dengan mamalia lainnya. Tikus juga merupakan hewan laboratorium
yang banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh
obat-obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku
(Malole dan Pramono, 2010). Makalah ini dibuat dengan tujuan menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca tentang cara pengambilan sampel darah pada hewan coba khususnya tikus
dan mencit, karena mencit atupun tikus adalah hewan coba yang sangat di butuhkan darahnya
untuk Animal research .
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu mencit putih dan tikus beserta ciri-cirinya
2. Untuk mengetahui cara pengambilan darah pada mencit dan tikus
BAB II
PEMBAHASAN
Mencit merupakan yang paling umum digunakan pada penelitian pada peneitian
laboratorium sebagai hewan percobaan yaitu sekitar 40-80%.Mencit memiliki banyak
keunggulan sebagai hewan percobaan,yaitu siklus hidup yang relatf pendek,jumlah anak per
kelahiran banyak.Variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya
(Moriwaki,1994). Ciri-ciri mencit secara umum adalah tekstur rambut Lembut dan
halus ,bentuk hidung Kerucut terpotong ,bentuk badan Silindris agak Membesar kebelakang
warna rambut putih, mata merah, ekor merah muda dan dewasa berat badan: 25 – 40 g (betina);
20-40 g (jantan).
Mencit putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor berwarna kemerahan
dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan kepala. Mencit memiliki warna bulu yang
berbeda disebabkan perbedaan dalam proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada
sifat-sifat produksi dan reproduksinya (Nafiu, 1996). Mencit memiliki taksonomi sebagai berikut
(Arrington, 1972):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Klas : Mamalia
Ordo : Rotentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam penelitian dan
percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan, toksisitas, metabolisme,
embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku (Calabrese, 2001).
Tikus (Rattus norvegicus) berasal dari Asia Tengah dan penggunaannya telah menyebar
luas di seluruh dunia (Gay,et al, 2000). Menurut (Nugroho,2004) taksonomi tikus adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Dalam dunia sains mencit dan tikus banyak digunakan sebagai hewan coba karena struktur
anatomi mencit dan tikus hampir sama dengan struktur anatomi manusia selain itu juga
perkembangbiakan mencit yang sangat cepat sehingga memudahkan praktikan ataupun peneliti
dalam mendapatkannya.Mencit ataupun juga bukan termasuk hewan yang dilindungi dan dalam
pemeliharaan dan perawatannya tergolong mudah.
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal
sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan
cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Pemeliharaan dan
makanan tikus lebih mahal daripada mencit tetapi tikus dapat berbiak sebaik mencit. Karena
hewan ini lebih besar daripada mencit, maka untuk beberapa macam percobaan, tikus lebih
menguntungkan (Kram et,al, 2001).
Selain itu juga ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan
lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim pada tempat
bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga mempermudah proses pencekokan perlakuan
menggunakan sonde lambung, dan tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988). Selain itu, tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki.
Ekor tikus menjadi bagian badan yang paling penting untuk mengurangi panas tubuh.
Mekanisme perlindungan lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan
menutupi bulunya dengan ludah tersebut (Sirois, 2005).
Cara pengambilan darah pada mencit hampir sama yaitu melalui plexus reorbitalis pada
mata,Vena Ekor (V. Lateralis ekor),pada vena saphena yang terdapat pada bagian kaki dan
pengambilan langsung dari jantung. Pada umumnya pengambilan darah yang terlalu banyak
pada hewan kecil akan menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Tetapi pengambilan darah yang tidak sesuai aturan juga dapat menyebabkan anemia
pada hewan coba.Pada umumnya pengambilan darah hanya dilakukan sekitar 10% dari total
volume darah dalam tubuh dalam selang waktu 2-4 minggu.Atau sekitar 1% dari berat tubah
dengan interval 24 jam. Total darah yang hanya boleh diambil sekitar 7,5% dari bobot badan.
Tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan.setelah itu tikus
dikondisikan senyaman mungkin,kemudian Mikrohematikrit digoreskan pada medial
canthus mata dibawah bola mata ke arah foramen opticus.Kemudian mikrohematokrit
diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5X maka harus dikembalikan 5X. Darah
ditampung pada Eppendorf yang telah diberi EDTA untuk tujuan pengambilan plasma
darah dan tanpa EDTA untuk tujuan pengambilan serumnya,bisa juga dengan
penambahan heparin sebagai antikoagulan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam dunia sains mencit dan tikus banyak digunakan sebagai hewan coba karena
struktur anatomi mencit dan tikus hampir sama dengan struktur anatomi manusia.Mencit
ataupun tikus banyak digunakan dalam penelitian terutama untuk diambil darahnya.Tipe
pengambilan darah pada mencit ada empat macam yaitu Plexus Retroorbitalis pada mata ,vena
Ekor (V. Lateralis ekor), vena sapena pada kaki dan pengambilan darah pada jantung.
Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pengambilan darah kesterilan alat dan hewan coba lebih
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and Management of
Experimental Animal Science. New York: The Interstate Printers and Publishing, Inc.
Moriwaki, K. (1994). Genetic in Wild Mice. Its Application to Biomedical Research. Tokyo:
Karger.
Nafiu, L. O. (1996). Kerenturan Fenotipik Mencit Terhadap Ransum Berprotein Rendah. Bogor:
IPB.
Sirois, M. 2005. Laboratory Animal Medicine. United of State America: Mosby. Inc. Hlm 87-
115.
Yokozawa, T., T. Nakagawa dan K. Kitani. 2002. Antioxidative activity of green tea
polyphenol in cholesterol-fed rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry,
50:3549-35