MIKROBIOLOGI
SB184305
NRP : 01311940000068
Kelompok :3
DEPARTEMEN BIOLOGI
SURABAYA
2020
BAB I
1.1 Definisi Alat Gelas
Alat gelas merupakan alat alat pendukung penelitian yang terbuat dari kaca. Kaca digunakan
sebagai bahan dasar alat-alat laboratorium karena memiliki keuntungan seperti tembus
pandang, Tahan panas, dan tidak mudah bereaksi dengan larutan. Alat gelas terdiri dari
erlenmeyer untuk mencampur dan menyimpan bahan kimia dan larutan, gelas beaker untuk
menghomogenkan larutan, gelas ukur untuk mengukur volume larutan, tabung reaksi untuk
mereaksikan bahan kimia, cawan petri sebagai wadah pembiakan sel dan melindunginya dari
kontaminasi, pembakar bunsen untuk menghasilkan api tunggal dengan campuran gas dan
udara secara terkontrol, kaca pembesar/lup untuk membuat organisme mikroskopis terlihat,
kaca benda untuk tempat preparat yang akan diamati dan kaca penutup untuk menjadi tempat
penutup objek yang diamati - jarum ose untuk memindahkan koloni pada media - pipet ukur
untuk memindahkan larutan pada wadah tertentu, Gelas arloji untuk menimbang media dan
sebagai penutup gelas kimia, Hemositometer untuk memperkirakan konsentrasi sel pada
volume dengan cepat.
5 Bunsen Keterangan:
a. Penutup
a b. Wadah
Pembakar bunsen merupakan alat
yang berfungsi untuk menghasilkan
b api tunggal dengan campuran gas
dan udara secara terkontrol. Prinsip
kerjanya yaitu dengan menyalakan
api pada sumbu lalu letakkan pada
bagian bawah kaki tiga (Lukas, S.
dan Jusnita, N, 2016).
(Lukas, S. dan Jusnita, N, 2016)
6 Jarum ose Keterangan:
a. Tempat memegang
a b. Jarum bentuk loop
Merupakan alat gelas untuk
memindahkan kultur, prinsip kerja
disentuhkan pada bagian mikrobia
kemudian digosokkan pada kaca
preparat (Lukas, S. dan Jusnita, N,
2016).
10 Bulb Keterangan :
a. balon udara
b. tempat pipet kaca
Bulb metrupakan alat yang
terbuat dari karet yang
berfungsi untuk menghisap
larutan yang akan dari
a botol larutan. Prinsip
b
kerjanya yaitu dengan
(Poltekkes Depansar, 2016) memencet bagian yang
menggembung dan bagian
atas lalu setelah cairan
masuk lepas pencetannya.
2 Inkubator Keterangan:
a. Penyangga
b. Alas
Untuk menginkubasi mikroba pada
suhu yang terkontrol. Prinsip kerja
dengan dicolokan kabel inkubator lalu
tekan tombol on lalu dimasukkan
sampel dalam rak, lalu set timer dengan
(Yodong, dkk. 2017)
memutar tombol kemudian set suhu
setelah selesai tekan tombol off dan
colokan dicabut (Yodong, dkk. 2017).
3 Neraca Keterangan:
analitik a. Piring timbangan
b. Layar
Untuk menimbang bahan yang akan
digunakan untuk membuat media untuk
bakteri, jamur atau media tanam kultur
jaringan dan mikrobiologi dengan
ketelitian tingg. Prinsip kerja dengan
a
menekan on hingga muncul angka
b 0,000 g lalu membuka kaca untuk
memasukkan bahan yang akan
ditimbang kemudian kaca ditutup lagi
(Lukas, S. dan Jusnita, N, 2016).
(Kenkel, J. 2002)
4 Mikroskop a Keterangan:
a. Tubus okuler
b
d b. Tabung
c c. Pegangan
d. Meja benda
e e. Cermin
Untuk mengambati objek kecil. Prinsip
(Wulandari, M.I. dkk, 2016) kerja diletakan sumber cahaya didekat
mikroskop lalu diatur cermin dibagian
bawah mikroskop lalu diatur sehingga
ujung lensa obyektif berada paling
dekat dengan objek. Dilihat bayangan
benda dari lensa okuler, diputar
pengatur lensa ke atas sehingga lensa
obyaktif bergerak (Wulandari, M.I.
dkk, 2016).
5 Oven a Keterangan:
a. Tutup
b. Badan oven
Untuk sterilisasi alat pembersihan
dengan menggunakna udara kering.
b Digunakan dengan suhu 140-1700 C
selama 2 jam. Prinsip kerja dengan
dihubungkan pada sumber listrik lalu
dimasukkan peralatan kemudian tutup
pintu oven. Lalu ditekan toombol on
dan doatur suhu dan waktu, lalu setelah
(Yodong, dkk. 2017). selesai dibiarkan dingin dan
dikeluarkan peralatan lab dari oven.
Lalu dicabut kabel oven dari sumber
listrik (Hafsan, H. 2019).
6 Laminar Keterangan:
air flow a a. Lighting equipment
b. Air Flow Velocity
c. Alas meja
b Untuk melakukan pengujian secara
aseptik yang memanfaatkan filtrasi
udara dan sterilisasi ruang kerja dengan
sinar uv. Prinsip kerja dengan Lampu
c UV dihidupkan selama 2 jam, lalu
K dimatikan sebelum mulai bekerja. Lalu
e kaca penutup dipastikan terkunci lalu
t lampu neon dan blower dinyalakan dan
e dibiarkan selama 5 menit, lalu alat dan
bahan yang akan dikerjakan
r
dimasukkan lalu diatur sedemikian
a rupa sehingga steril. Setelah selesai
(Philips, G.B et al., 2019)
n bekerja, biarkan 2-3 menit supaya
g kontaminan tidak keluar lalu
a Permukaan interior laminar air flow
n diusap dengan alkohol 70% dan
dibiarkan menguap dan terakhir lampu
neon dan blower dimatikan (Hafsan, H.
2019).
7 Rotary Keterangan:
shaker a. Piringan
b. Saklar
c. Layar
untuk mengocok bahan kimia dengan
kedepatan dan suhu putaran konstan.
Prinsip kerja dengan dicolokkan lalu
tekan power, lalu letakkan sampel, lalu
atur kecepatan dengan tombol speed,
lalu tunggu rotary shaker saat
c melakukan proses homogenisasi
(Hafsan, H. 2019).
(Hafsan, H. 2019)
8 Vortex Keterangan:
a
a. Alas tabung reaksi
b. Saklar
c. Layar
a Untuk homogenisasi dan
menyeragamkan reagen dalam uji
b aktivitas enzim. Prinsip kerja dengan
c colokkan sumber listrik, lalu letakkan
sampel, lalu tekan on, lalu atur
(Hafsan, H. 2019) kecepatan (Hafsan, H. 2019).
9 Colony Keterangan:
counter a. Kaca Pembesar
b. Monitor
a
c. Penopang
Untuk menghitung koloni bakteri yang
disimpan di cawan petri. Prinsip kerja
dengan colokkan pada sumber listrik
b
lalu tekan on lalu reset perhitungan dari
\ 0, lalu letakkan cawan petri yang
b c dilengkapi dengan skala, lalu koloni
ditandai (Hafsan, H. 2019).
(Hafsan, H. 2019)
BAB 3
Kesimpulan
Dapat diketahui alat-alat laboratorium mikrobiologi terdiri dari alat-alat gelas seperti gelas
beaker, gelas ukur, tabung reaksi, cawan petri, bunsen, jarum ose, pipet ukur, gelas arloji,
erlenmeyer, objek glass. Lalu alat-alat non gelas seperti alu dan mortar, rak tabung reaksi, pinset,
parafilm, botol leher angsa, pipet, micropipet, bulb, kaki 3, kawat kasa, spatula. Dan alat
instrumen seperti autoklaf, inkubator, neraca analitik, mikroskop, oven, laminar air flow, rotary
shaker, vortex, colony counter. Kemudian dapat diketahui keselamatan kerja saat melakukan
praktikum mikrobiologi dan menganalisis 4 tingkatan biosafety level beserta risiko, fasilitas dan
tindakan perlindungan yang berbeda.
REFERENSI
Alqum, A. 2019. Pemanfaatan Autoclave Model 1925x Sebagai Alat Suling Dengan Model
Kondensor Graham Dan Kondensor Allihn Untuk Mendukung Praktikum Mahasiswadi
Laboratorium Produksi Tanaman II Politeknik Negeri Lampung. Indonesian Journal Of
Laboratory, Vol. 2 No. 1 Hal. 34-40
Azizah, R., Sulistianingtiyas, I., Pringgenies, D. And Rudiyanti, S., 2016. Potensi Rumput Laut
Eucheuma Sp. Terhadap Kepadatan Fitoplankton Chlorella Sp. Jurnal Kelautan Tropis, 18(3),
Pp.166-177
Hafsan, H. 2019. Mikrobiologi Analitik. Makassar:Alaudin University Press
Hosker, B. S. (2018). Demonstrating Principles Of Spectrophotometry By Constructing A
Simple, Low-Cost, Functional Spectrophotometer Utilizing The Light Sensor On A
Smartphone. Journal Of Chemical Education, 95(1), 178-181.
Jena, S., Tokas, R., Thakur, S., & Sahoo, N. K. (2015). Characterization Of Optical Thin Films
By Spectrophotometry And Atomic Force Microscopy. SMC Bulletin, 6(1), 1-9.
Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. (2018). Deskripsi Pengetahuan Alat Praktikum
Kimia Dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Man 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7)
Kenkel, J. (2002). Analytical Chemistry For Technicians. Florida: CRC Press
Kiramang, K., Hidayat, M. N., & Ardiansyah, A. (2017). Pertumbuhan Salmonella Sp. Dengan
Variasi Konsentrasi Bawang Putih (Alium Sativum) Pada Telur Asin. Jurnal Ilmu Dan
Industri Peternakan, 3(1)
Lukas, S., Jusnita, N. 2016. Buku Pedoman Praktikum Laboratorium Farmasi. Jakarta: Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945
Lulkulyah, Z., Sermalia, P., Mujtahidah, T. 2019. Panduan Praktikum Mikrobiologi Dasar.
Magelang: Fakultas Pertanian Universitas Tidar.
Nurhasmi, N. N. (2018). Penggunaan Plastic Wrap Sebagai Pengganti Parafilm Dalam
Pemeriksaan Bakteri Coliform Pada Praktikum Mikrobiologi Lingkungan. Jurnal
Temapela, 1(2), 69-71.
Phillips, G. B., & Runkle, R. S. (2019). Biomedical Applications Of Laminar Airflow. Florida:
Crc Press
Politeknik Kesehatan Denpasar. 2016. Laboratorium Kimia. Http://Www.Poltekkes-
Denpasar.Ac.Id/Kesehatanlingkungan/Laboratorium-Kimia-2/
Sulistyarti, H., Fardiyah, Q., & Febriyanti, S. (2015). A Simple And Safe Spectrophotometric
Method For Iodide Determination. Makara Journal Of Science, 19(2), 1.
Tandio, D., & Manuaba, A. (2016). Safety Procedure For Biosafety And Controlling A
Communicable Disease: Streptococcus Suis. Bali Medical Journal, 5(2), 260-262.
(Biosafety Level)
World Health Organization. 2004. Laboratory Biosafety Manual. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization. 2004. Laboratory Biosafety Manual. Geneva: World Health
Organization.
WULANDARI, M. I., & Hadisaputri, Y. E. (2016). Studi Pustaka Peralatan Yang Digunakan
Untuk Kultur Sel. Farmaka, 14(2), 207-218.
Yodong, Sukini, Putri, H.M. 2017. Mikrobiologi: Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Jakarta: Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan SDM Kemenkes RI
DISKUSI
b
(Kiramang, K. dkk. 2017)
5 Bunsen
c
(Yodong dkk, 2017)
8 Gelas arloji
2. Alat gelas terdiri dari gelas beaker untuk menghomogenkan larutana, menampung zat kimia
(padatan/cairan) dan sebagai media pemanasan. Prinsip kerjanya yaitu dengan memasukkan atau
menuangkan zat berupa padatan atau cairan ke dalam gelas kimia. Alat non gelas terdiri dari Alu
dan Mortal merupakan alat yang berfungsi menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.
Cara kerjanya yaitu dengan menaruh bahan pada mortal lalu dihaluskan dengan memutar atau
menumbuk dengan alu supaya bahan menjadi halus. Lalu alat instrumen yaitu autoklaf Untuk
mensterilkan berbagai macam alat bahan dengan uap air panas bertekanan pada suhu 121 C.
Prinsip kerja dengan cara Sebelum melakukan sterilisasi cek air dalam autoklaf. Lali dimasukkan
peralatan dan bahan. Autoklaf ditutup dengan rapat lalu dikencangkan baut pengaman agar tidak
ada uap yang keluar. Autoklaf dinyalakan, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada
suhu 121oC.
3. Skema Penggunaan Alat Spektrofotometer
Spektrofotometer dimatikan
BSL-3
Mencakup pekerjaan pada mikroba yang asli atau eksotik, dan dapat menyebabkan penyakit
serius atau berpotensi mematikan melalui penghirupan. Contoh mikroba yang bekerja dengan
BSL-3 meliputi; demam kuning, virus West Nile, dan bakteri penyebab TBC. Mikroba tersebut
sangat serius sehingga pekerjaannya seringkali dikontrol dengan ketat dan terdaftar di badan
pemerintah terkait. Personel laboratorium juga berada dalam pengawasan medis dan dapat
menerima imunisasi untuk mikroba tempat mereka bekerja. Persyaratan umum meliputi:
1. Peralatan pelindung pribadi standar harus dipakai, dan respirator mungkin diperlukan
2. Gaun sampul depan yang kokoh, jas scrub, atau baju kerja sering kali diperlukan
3. Semua pekerjaan dengan mikroba harus dilakukan dalam BSC yang sesuai
4. Akses wastafel dan pencuci mata handsfree tersedia di dekat pintu keluar
5. Aliran udara terarah yang berkelanjutan untuk menarik udara ke laboratorium dari area
bersih menuju area yang berpotensi terkontaminasi (Udara buangan tidak dapat
disirkulasikan ulang)
6. Satu set pintu pengunci yang dapat ditutup sendiri dengan akses jauh dari koridor
bangunan umum
7. Akses ke laboratorium BSL-3 dibatasi dan dikontrol setiap saat.
BSL-4
Laboratorium BSL-4 jarang ditemukan. Namun beberapa memang ada di sejumlah kecil tempat
di AS dan di seluruh dunia. Sebagai tingkat keamanan biologis tertinggi, laboratorium BSL-4
terdiri dari pekerjaan dengan mikroba eksotik dan berbahaya. Infeksi yang disebabkan oleh
mikroba jenis ini seringkali berakibat fatal, dan datang tanpa pengobatan atau vaksin. Dua contoh
mikroba tersebut termasuk virus Ebola dan Marburg. Memiliki persyaratan penahanan berikut:
1. Personil wajib mengganti pakaian sebelum masuk, mandi saat keluar
2. Dekontaminasi semua bahan sebelum keluar
3. Personil harus memakai peralatan pelindung diri yang sesuai dari level BSL sebelumnya,
serta setelan tekanan positif yang dipasok oleh seluruh tubuh, dipasok udara
Laboratorium BSL-4 sangat terisolasi — sering kali terletak di gedung terpisah atau di zona
terisolasi dan terbatas gedung. Laboratorium juga dilengkapi dengan pasokan dan udara buangan
khusus, serta saluran vakum dan sistem dekontaminasi.
(Sumber BSL-1-4: World Health Organization, 2004)