Anda di halaman 1dari 25

UTS

MANAJEMEN LOGISTIK & KEFARMASIAN

DIKERJAKAN OLEH :

INTAN PERMATA SYARI


(206080038)
MARS 32A

DOSEN :
Dr. dr Lili Indrawati M.Kes

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2021
Soal :

1. Contoh salah di salah 1 RS Tentang salah 1 siklus logistik Farmasi :

Berikut adalah contoh analisis sistem PENYIMPANAN LOGISTIK di RS (M) di daerah Tanggerang

Fungsi Penyimpanan

Menurut Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), Tujuan

penyimpanan adalah: Memelihara mutu sediaan farmasi, Menghindari penggunaan yang

tidak bertanggung jawab, Menjaga ketersediaan, Memudahkan pencarian dan

pengawaasan, Adapun kegiatan penyimpanan seperti:

1. Perencanaan/persiapan dan pengembangan ruang-ruang

penyimpanan (storage space)

2. Penyelenggaraan tata laksanan penyimpanan

(storage procedure)

3. Perencanaan/penyimpanan dan pengoperasian alat-alat

pembantu pengaturan barang (material handling equipment)

4. Tindakan-tindakan kemananan dan keselamatan

Siklus Logistik : Penyimpanan Obat

Menurut DepKes Republik Indonesia (2004) penyimpanan obat adalah suatu kegiatan

pengamanan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari

kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan merupakan

fungsi dalam managemen logistik farmasi yang sangat menentukan kelancaran

pendistribusian serta tingkat keberhasilan dari manajemen logistik farmasi dalam

mencapai tujuannya.

Depkes RI (2004) menyatakan bahwa Tujuan Penyimpanan :

1. Aman, yaitu setiap barang/obat yang disimpan tetap aman dari

kehilangan dan kerusakan.

a. Kehilangan karena dicuri orang lain, dicuri karyawan sendiri,


dimakan hama (tikus) atau hilang sendiri (tumpah, menguap)

b. Kerusakan, yaitu akibat barang itu sendiri rusak atau barang itu

merusak lingkungan (polusi)

2. Awet, yaitu barang tidak berubah warnanya, baunya, gunanya,

sifatnya, ukurannya, fungsinya dan lain-lain.

3. Cepat, yaitu cepat dalam penanganan barang berupa menaruh atau

menyimpan, mengambil, dan lain-lainnya.

4. Tepat, dimana bila ada permintaan barang, barang yang diserahkan

memenuhi lima tepat, yaitu tepat barang, kondisi, jumlah, waktu dan

harganya.

5. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

6. Mudah, yaitu:
a. Mudah menangani barang dan mudah menempatkan barang di

tempatnya dan menemukan dan mengambilnya.

b. Mudah mengetahui jumlah persediaan

c. Mudah dalam pengawasan barang

d. Murah, yaitu biaya yang dikeluarkan sedikit untuk

menanganinya, yaitu murah dalam menghitung persediaan,

pengamanan dan pengawasannya.

Penyimpanan Obat di Rumah Sakit M Tanggerang

Penyimpanan obat yang dilakukan di rumah sakit M dilakukan oleh unit

gudang farmasi rumah sakit M. Pelaksanaan kegiatan penyimpanan yang


dilakukan di gudang farmasi rumah sakit M dilakukan oleh petugas gudang

farmasi rumah sakit M. Gudang farmasi rumah sakit M berada di bawah

tanggung jawab Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit M. Meskipun berapa

dibawah tanggung jawab Apoteker, namun letak gudang farmasi rumah sakit M

terpisah dengan Apotek rumah sakit M. Adapun letak gudang farmasi dalam

struktur organisasi rumah sakit M adalah sebagai berikut.

Proses Penyimpanan Obat

Proses penyimpanan obat di gudang farmasi terdiri dari beberapa

tahapan mulai dari proses penerimaan obat, penyusunan obat, pengeluaran

obat, stock opname obat dan pencatatan dan pelaporan.

Di rumah sakit M proses penerimaan dan pemeriksaan obat yang baru

datang dari distributor obat dilakukan di gudang farmasi RS M. Berdasarkan

standar prosedur operasional penerimaan obat RS M, penerimaan dan

pemeriksaan obat-obatan yang baru datang dari distributor merupakan tugas

petugas gudang farmasi. Jika petugas gudang farmasi tersebut tidak dapat

menerima atau tidak hadir maka penerimaan obat seharusnya dilakukan oleh

bagian Purchasing RS M.

Adapun kegiatan penerimaan obat yang dilakukan oleh petugas

gudang berdasarkan hasil observasi sebagai berikut :

1. Penerimaan barang dari supplier perusahaan farmasi dilakukan

melalui unit gudang farmasi Rumah Sakit M dan hanya boleh

diterima oleh petugas gudang farmasi.


2. Supplier perusahaan farmasi datang ke gudang farmasi RS M

dengan membawa faktur pembelian atau Purchase Order.

3. Petugas gudang akan menyesuaikan dan melakukan pemeriksaan

terhadap Faktur yang dibawa oleh supplier kemudian disesuaikan

antara daftar barang di fatur dengan barang yang datang.

4. Setelah itu petugas gudang mecocokkan antara barang yang datang,

faktur dengan barang yang ditulis pada Surat Pemesanan.

Pemeriksaan dilakukan terhadap banyaknya obat pesanan (kuantiti)

dan jenis obat yang dipesan.

5. Jika semua sudah sesuai, petugas gudang akan menandatangi dan

memberikan cap pada faktur.

6. Petugas gudang akan memberikan surat pesanan berwarna putih

kepada petugas ditributor dan petugas distributor akan memberikan

copy-an kertas faktur berwana kuning dan merah kepada petugas

gudang.

7. Petugas menginput data obat yang datang pada sistem komputer

yang bernama purcahse order. Data yang diinput antara lain :

a. Nama distributor obat

b. Nama penerima obat di gudang farmasi

c. Tanggal pemesanan obat (tercantum pada surat pemesanan)

d. Tanggal penerimaan obat

e. Nama obat yang datang

f. Jumlah obat yang datang

g. Harga obat yang datang

h. Discount/potongan harga (jika ada)

i. Total harga per obat


j. Total harga keseluruhan obat

8. Petugas gudang farmasi kemudian akan melakukan memperbarui

data obat yang datang pada kartu induk persediaan (inventory stok)

pada sistem komputer gudang farmasi dengan cara menceklis kotak

add inventory. Secara otomatis akan bertambah data persediaan di

kartu induk persediaan.

9. Terakhir petugas akan mencetak data yang diinput tadi dalam

bentuk selembar kertas rangkap 2, disatukan dengan faktur

pembelian serta surat pemesanan warna kuning, merah milik

petugas gudang farmasi.

Setelah petugas melakukan kegiatan diatas, petugas melakukan pencatatan obat dan faktur

yang datang tersebut pada buku penerimaan obat.

Proses penyusunan obat yang dilakukan oleh petugas obat adalah sebagai berikut:

a. Setelah obat datang petugas gudang farmasi langsung menyusun

obat-obat tersebut di rak penyimpanan.

b. Pada saat penyusunan obat, petugas gudang farmasi menyusun obat-

obat pada rak-rak yang sudah ada penamaan.

c. Obat-obatan jenis sirup dan infus diletakkan bersamaan pada satu

rak yang berisi sirup dan botol infus.

d. Obat-obatan tablet dan injeksi diletakkan bersamaan dalam satu rak

penyimpanan

e. Sementara untuk obat jenis salep/cream, obat tetes, bedak, obat

berbentuk supp diletakkan dalam satu lemari yang sama

Untuk obat-obatan jenis narkotika dan psikotropika penyimpanan dilakukan dilemari terpisah,

yaitu lemari khusus obat narkotik dan psikotropika yang dilengkapi dengan kunci. Obat-obatan

narkotik dan psikotropik yang baru datang diletakkan didepan obat yang sudah ada kemudian

dicatatan jumlah obat yang masuk di kartu stok.


Pengeluaran Obat

Pengeluaran obat dari gudang farmasi akan dilakukan oleh petugas gudang farmasi

apabila ada permintaan dari unit-unit lain yang membutuhkan obat tersebut.

Kegiatan yang dilakukan pada saat stock opname :

1. Pencetakan data jumlah persediaan obat dari sistem komputer

menjadi bentuk print out. Print out terdiri dari beberapa kolom

antara lain :

a. Kolom nama obat

b. Kolom jumlah obat

c. Kolom jumlah fisik (diisi oleh bagian keuangan saat

pemeriksaan)

d. Kolom selisih

e. Kolom harga satuan

f. Kolom total harga ( jumlah selisih x harga satuan obat )

2. Print out jumlah persediaan obat tersebut kemudian diserahkan

ke petugas bagian keuangan yang bertugas melakukan stock

opname pada saat itu.

3. Petugas keuangan akan melakukan pengecekan pada setiap item

obat yang tertera pada print out data dan mencocokan jumlah

fisiknya. Petugas keuangan akan didampingi oleh Kepala

Instalasi Farmasi dan Petugas Gudang Farmasi RS M.

4. Apabila jumlahnya sesuai maka akan diberikan tanda ceklis (√).

Bila tidak sesuai maka pada kolom jumlah fisik di print out data

akan ditulis jumlah fisik yang ada saat itu di gudang.

5. Setelah selesai mencocokkan seluruh jenis obat yang ada,


petugas keuangan akan memberikan kertas print out data tadi ke

petugas gudang farmasi

6. Selanjutnya, petugas gudang akan menghitung selisih obat yang

tidak sesuai jumlahnya dan menuliskannya pada kolom selisih

obat.

7. Setelah itu, petugas gudang mengisi harga masing-masing obat

yang mengalami selisih tersebut dan menjumlahkan total

kerugian akibat selisih.

8. Kemudian petugas gudang bersama dengan Kepala Instalasi

Farmasi melakukan analisis penyebab selisihnya.

9. Jika sudah diketahui penyebab selisihnya petugas gudang akan

membuat laporan stock opname tersebut dan menyerahkan

kepada Kepala Divisi Pelayanan RS M untuk diperiksa dan di

tanda tangani.

10. Laporan stok opname dibuat rangkap 2. Satu rangkap untuk

arsip instalasi farmasi dan satu rangkap untuk diberikan kepada bagian

keuangan.

Standar operasional prosedur penyimpanan obat di rumah sakit M dibuat oleh Kepala Instalasi

Farmasi RS M kemudian atas persetujuan Kepala Divisi Pelayanan RS M dan Direktur RS M.

Prosedur penyimpanan obat dibagi kedalam empat bagian, antara lain :

a. Prosedur penerimaan perbekalan farmasi

b. Prosedur pendistribusian/pengeluaran obat-obatan gudang farmasi

c. Prosedur penyimpanan dan pengaturan obat-obatan di gudang

farmasi

d. Prosedur pelaksanaan stock opname gudang farmasi

Dokumen Penyimpanan Obat


Dokumen yang terdapat di gudang farmasi RS M berdasarkan hasil observasi:

1. Buku harian penerimaan obat


Buku harian penerimaan obat sudah disediakan oleh manajemen rumah sakit M. buku harian

penerimaan obat merupakan dokumen berbetuk buku yang dibuat tabel-tabel didalamnya.

Tabel- tabel tersebut terdiri dari dari kolom hari dan tanggal, kolom nama distributor, kolom

no. faktur dan kolom total harga faktur dan Laporan pembelian obat :

merupakan kumpulan hasil print out data obat yang masuk dan faktur pembelian obat pada hari

tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen diketahui bahwa dokumen ini dibuat

oleh petugas gudang farmasi RS M. Kemudian dilaporkan kepada kepala Instalasi Farmasi RS

M setiap harinya untuk mengetahui jumlah pembelian dan barang yang datang setiap harinya.

Laporan pembelian berisi :

Tanggal obat dipesan, Tanggal obat datang, Penerima obat, Nama distributor obat, Nama obat
Jumlah obat, Harga satuan obat, Total harga obat (per-jenis),Total keseluruhan harga obat.
2. Buku harian pengeluaran atau biasa disebut sebagai buku defecta

Buku harian pengeluaran obat di gudang farmasi RS M disamakan dengan buku defecta

atau buku permintaan. Buku pengeluaran obat pertama akan diisi oleh masing-masing

unit yang akan melakukan permintaan obat.

3. Kartu induk persediaan

Kartu induk persediaan yang terdapat di gudang farmasi RS M hanya terdapat pada

sistem komputer. Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen diketaui bahwa kartu

induk persediaan obat akan terisi secara otomatis saat petugas melakukan input pada

data penerimaan obat. kartu induk persediaan ini akan diperiksa dan dilaporkan kepada

Kepala Instalasi Farmasi setiap satu minggu sekali dan pada saat akan dilaksanakannya

stock opname gudang farmasi.

4. Kartu stok obat

Kartu stok obat untuk obat-obatan yang ada di gudang farmasi RS M sudah disediakan
oleh pihak RS M data- data yang harus diisi pada kartu stok antara lain data nama
instalasi, nama obat, satuan, distributor, tanggal masuk/keluar barang, no.faktur (jika
barang masuk), tanggal kadaluarsa, jumlah obat masuk, jumlah obat keluar, sisa dan
keterangan
5. Surat bukti barang keluar
Surat bukti barang keluar atau di gudang farmasi RS M biasa disebut dengan laporan
mutasi dibuat oleh petugas gudang farmasi RS M. Surat bukti barang keluar dibuat
setiap hari oleh petugas gudang farmasi setelah adanya permintaan dari unit yang
membutuhkan obat.
6. Dokumen hasil stock opname

Dokumen hasil stock opname terdiri dari laporan hasil stock opname

gudang farmasi RS M didalamnya juga terdapat data obat kadaluarsa

obat hasil stock opname. Laporan stock opname hanya terdiri dari

nama-nama obat yang mengalami selisih pada saat stock opname.

Laporan tersebut terdiri dari beberapa lampiran yaitu lampiran hasil

stock opname (terdiri dari nama obat, total inventory, jumlah fisik dan

selisih), lampiran data obat kadaluarsa (nama obat, jumlah obat,

tanggal kadaluarsa dan harga obat yang kadaluarsa) dan hasil stock

opname (terdiri dari jumlah obat selisih dan total harga obat yang

mengalami selisih). Dokumen tersebut ditandatangani oleh Kepala

Instalasi Farmasi RS M
DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama, Tjandra Yoga. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.


Jakarta: UI-Press.

2. Depkes RI. 2004. Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3. Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah
Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing

4. Kepmenkes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

5. Kepmenkes RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang


Standar Pelayanan Rumah Sakit

6. Lukmana. 2006. Penyimpanan Obat-Obatan di Rumah Sakit,


Studi Kasus : Rumah Sakit Daerah Jabodetabek. Jakarta

7. Sheina, Baby. Jurnal : Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi


Farmasi RSU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1, Vol.4, No.1
Januari 2016 diakses dari www.academia.edu pada 21 Mei 2021
Soal 2 : Definisi EOQ, pengertian nya, serta bagaimana cara menghitung dan

menentukan nya

Definisi dan Pengertian EOQ (Economic Order Quantity)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model

manajemen persediaan. EOQ sangat berguna untuk menentukan kuantitas

pesanan persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan

biaya pemesanan persediaan. EOQ juga berguna untuk mengatasi

masalah berkaitan dengan ketidakpastian melalui persediaan pengaman

(safety stock).

Beberapa pendapat tentang Economic Order Quantity diantaranya adalah

1. Menurut Gitosudarmo, (2002: 101)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan volume atau jumlah

pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap

kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat

diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling

ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh

dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal.

2. Menurut Yamit, (1999: 47)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pesanan yang

dapat meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang

optimal. Untuk mecari berapa total bahan yang tetap untuk dibeli

dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu


periode.

3. Menurut Riyanto (2001)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas

barangyang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering

Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode yang paling

sering digunakan perusahaan karena metode ini dikenal sederhana dan

mudah dalam penggunaanya. Seperti yang dikemukakan oleh Irham

Fahmi (2016:120) yang menjelaskan bahwa “Model Economic Order

Quantity (EOQ) merupakan model matematik yang menentukan jumlah

barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan yang

diproyeksikan, dengan biaya persediaan yang diminimalkan”. Sedangkan

pengertian metode Economic Order Quantity (EOQ) menurut Ricky

Virona Martono (2018:142) adalah metode sistem pemesanan yang

menyeimbangkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan pada

persediaan. Asumsi yang dipakai dalam hal ini adalah:

1. Kebutuhan persediaan diketahui dan relatif konstan.

2. Persediaan yang diperlukan perusahaan bisa didapat melalui produksi sendiri

atau dibeli dalam ukuran lot.


3. Biaya penyimpanan dan biaya kirim diketahui dan besaranya sama dalam

periode yang panjang (misalnya dalam satu tahun) serta disepakati antar

semua pihak di perusahaan.

4. Pemenuhan persediaan terjadi dalam satu proses. Contoh: jika kebutuhan

persediaan 100 unit, maka jumlah persediaan dilakukan secara langsung

sejumlah 100 unit dan tidak dilakukan dua kali dengan masing-masing

sebanyak 50 unit.

Pendapat lain mengenai Economic Order Quantity (EOQ) juga

disampaikan oleh Jay Heizer dan Barry Render (2015:561) yang

diterjemahkan oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya

bahwa Economic Order Quantity adalah salah satu teknik pengendalian

persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian

persediaan ini menjawab dua pertanyaan penting, kapan harus memesan

dan berapa banyak harus memesan. Teknik ini relatif mudah digunakan,

tetapi didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Jumlah permintaan diketahui cukup konstan dan independen.

2. Waktu tunggu atau lead time diketahui dan bersifat konstan.

3. Persediaan segera diterima dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,

persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok pada suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variabel hanya biaya untuk memasang atau memesan (biaya

pemasangan atau pemesanan) dan biaya untuk menyimpan persediaan dalam

waktu tertentu.

6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan


pada waktu yang tepat.
Menurut asumsi-asumsi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli di

atas, dapat dilihat dari gambar grafik penggunaan persediaan dalam

waktu tertentu memiliki bentuk gigi gergaji, seperti gambar diatas, Q

menyatakan jumlah yang dipesan. Jika jumlah ini adalah 500 baju,

sejumlah baju itu tiba pada suatu waktu (ketika pesanan diterima). Jadi,

tingkat persediaan melompat dari 0 ke 500 baju dalam waktu sesaat.

Secara umum, tingkat persediaan naik dari 0 ke Q unit ketika pada suatu

pesanan tiba.

Adapun di dalam menetapkan metode Economic Order Quantity

(EOQ) dapat dihitung dengan suatu persamaan atau rumus. Persamaan

dalam Model EOQ dapat dihitung sebagai berikut menurut Jay Heizer &

Barry Render (2015) diterjemahkan oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati

dan David Wijaya :

2.D.S
EOQ= J
K

Dimana:
EOQ : Jumlah pemesanan dengan kuantitas yang paling ekonomi (quantity

optimal)

D : permintaan (demand)

S : biaya pemesanan (cost of ordering)

H : biaya penyimpanan (cost of holding)

Penentuan jumlah pemesanan paling ekonomis (EOQ) dilakukan

apabila persediaan untuk bahan baku tergantung dari beberapa

pemasok, sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian

persediaan sesuai dengan kebutuhan proses konversi. Economical

Order Quantity (EOQ) juga akan menentukan berapa unit

persediaan yang optimal untuk perusahaan, agar perusahaan bisa

meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan

persediaan. Terdapat biaya-biaya yang harus dipertimbangkan

dalam penentuan jumlah pembelian pada Economic Order

Quantity (EOQ) yaitu:

1. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan langsung terkait dengan

kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya pesan tidak

hanya terdiri dari biaya eksplisit, tetapi juga biaya kesempatan

(opportunity cost). Biaya pesan dalam satu periode, merupakan

perkalian antara biaya pesan per pesan yang dinyatakan dengan notasi

S dengan frekuensi pesanan dalam periode dinyatakan dengan maka


biaya pemesanan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Biaya Pemesanan=D x s
Q

Dimana:

Q : Jumlah unit per pesanan

D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang

persediaan S : Biaya pemasangan atau pemesanan

untuk setiap pesanan

2. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh

perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan

didalam perusahaan.

Adapun rumus biaya penyimpanan adalah sebagai berikut:

Biaya penyimpanan = Q
H
2

H= P ×i

Dimana:

Q : Jumlah unit per pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit per tahun

P : Harga pembelian (purchasing cost) persatuan nilai persediaan

i : biaya penyimpanan dari jumlah persediaan dinyatakan dalam persen


(%)

3. Total Biaya

Tujuan model EOQ ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap

kali pemesanan (EOQ) sehingga biaya persediaan berkurang. Biaya

persediaan yang diberi notasi TC merupakan penjumlahan dari biaya


pesan dan biaya simpan. TC minimum ini, akan tercapai pada saat

biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat TC minimum, maka

pada jumlah pesanan tersebut dikatakan jumlah yang paling ekonomis.

Adapun formulasi dari total inventory cost/ total cost (TIC/TC)

Menurut Jay Heizer & Barry Render (2015:565) diterjemahkan oleh

Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan David Wijaya sebagai berikut:

Biaya persediaan = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

TC: D S + Q
H
Q 2

Total Biaya Persediaan = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan+

Biaya Pembelian

Total Biaya Persediaan = TC: D S + Q


H+PD
Q 2

Dimana:

Q : Jumlah unit per pesanan

D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang

persediaan S : Biaya pemasangan atau pemesanan

untuk setiap pesanan H : Biaya penyimpanan per unit

per tahun

P : Harga per unit bahan baku

Biaya persediaan terdiri atas biaya penyimpanan dengan biaya


pemesanan. Hubungan keterkaitan antara total biaya, biaya

penyimpanan dan biaya pemesanan dapat digambarkan :

Biaya total (TIC) merupakan penjumlahan 2 komponen yang

berasal dari ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi kurva

TC pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan yang berasal

dari tinggi kedua kurva komponen biaya tersebut secara tegak

lurus seperti yang digambarkan pada gambar.

Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen

biaya ini tergantung pada tingkat persediaan rata-rata. Garis ini dimulai

dari titik Q = 0 dimana tingkat persediaan rata-rata semakin membesar

secara proporsional dengan gradient yang sama.

Sebagai contoh kasus PT. Indah Megah pada tahun yang akan

datang membutuhkan bahan baku sebanyak 240.000 Unit. Harga bahan

baku per unit Rp2.000,-. Biaya pesan untuk setiap kali melakukan

pemesanan sebesar Rp150.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar

25% dari nilai rata - rata persediaan. Dengan lead time selama 14 hari,

asumsi 1 tahun = 50 minggu.

Diminta :

a. Berapa jumlah pemesanan yang paling ekonomis (EOQ)?

b. Berapa total biaya yang harus perusahaan keluarkan?

c. Berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun?

d. Berapa hari sekali perusahaan melakukan pemesanan (1 tahun = 360 hari) ?

Jawab :

Diketahui :
D= 240.000

unit P = Rp.

2.000,-
S = Rp.150.000,-

H = (P × i) = Rp. 2.000,- × 0,25 = Rp. 500,-

Dari rumus :

a. Mengetahui seberapa besar unit yang dipesan oleh perusahaan agar biaya

yang dikeluarkan ekonomis, maka dapat diketahui dari perhitungan sebagai

berikut:

2.D.S
EOQ= J
K

2 s 240.000 s Rp 150.000.
EOQ = J
500

EOQ =√144.000.000

EOQ= 12.000 unit

Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan rumus EOQ,

dihasilkan bahwa jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk PT.

Maju Jaya adalah sebesar 12.000 unit untuk satu kali pesan. Berikut

adalah penyelesaian perhitungan EOQ dengan cara tabel:

Contoh Perhitungan EOQ dengan Cara Tabel

Frekuensi Jumlah Persediaan Biaya Biaya Biaya Total


Pemesanan Pesanan rata-rata Pemesanan Penyimpanan (Rp)
(unit) (Rp) (Rp)
1 kali 240.000 120.000 150.000 15.000.000 15.150.000
2 kali 120.000 60.000 300.000 7.500.000 7.800.000
3 kali 80.000 40.000 450.000 5.000.000 5.450.000
4 kali 60.000 30.000 600.000 3.750.000 4.350.000
5 kali 48.000 24.000 750.000 3.000.000 3.750.000
6 kali 40.000 20.000 900.000 2.500.000 3.400.000
7 kali 34.286 17.143 1.050.000 2.143.875 3.193.875
8 kali 30.000 15.000 1.200.000 1.875.000 3.075.000
9 kali 26.666 13.333 1.350.000 1.666.667 3.016.667
10 kali 24.000 12.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000
b. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah dengan menjumlahkan biaya

pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya pembelian, sehingga akan di dapat

berapa total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut,

maka perhitungannya dapat diketahui sebagai berikut:

TC = D S + Q
H+PD
Q 2

TC = 240.000 unit
Re. 150.000 + 12.000 unit
Re. 500+ (Rp. 2.000 x 240.000)
12.000 unit 2

TC = Rp 3.000.000 + Rp.3.000.000 +

Rp.480.000.000 TC = Rp.486.000.000

Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas maka perusahaan haruslah

mengeluarkan biaya total persediaan sebesar Rp.486.000.000 per tahun.

c. Pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun adalah dengan membagi

antara jumlah kebutuhan yang diketahui dengan jumlah quantitas unit yang

didapat dari perhitungan (EOQ) sebelumnya, maka perhitungannya dapat

diketuhui sebagai berikut:

D 240.000 unit
N= = = 20 kali
Q 12.000 unit

Jadi, pemesanan yang dilakukan oleh PT. Indah Megah selama setahun

adalah sebanyak 20 kali pesanan.

d. Jika dalam 1 tahun sebanyak 360 hari maka perusahaan harus melakukan

Pemesanan setiap = 360/20 = 18 hari sekali

Jadi, untuk memenuhi kebutuhan tahunan sebesar 240.000 unit, maka PT. Indah

Megah harus melakukan pemesanan sebanyak 12.000 unit dengan frekuensi

pemesanan sebanyak 20 kali dalam satu tahun atau setiap 18 hari sekali, dengan total

biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 486.000.000,-.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sibarani, Elisabeth., Bu’ulolo Faigiziduhu., Sebayang Djakaria. (2013).

Penggunaan Metode EOQ dan EPQ dalam Meminimumkan Biaya Persediaan

Minyak Sawit Mentah di PT. XYZ. Saintia Matematika, 1 (4), 337-347

2. Sitompul, Rio, Oloan. (2011). Aplikasi Metode Economic Order Quantity (EOQ)

untuk Mengoptimalkan Persediaan Bahan Bakar Minyak di PT Kereta Api

(Persero) Medan, Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Haming, Murdifin., Mahfud, Nurnajamuddin. (2017). Manajemen Produksi

Modern. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai