DIKERJAKAN OLEH :
DOSEN :
Dr. dr Lili Indrawati M.Kes
Berikut adalah contoh analisis sistem PENYIMPANAN LOGISTIK di RS (M) di daerah Tanggerang
Fungsi Penyimpanan
Menurut Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010), Tujuan
(storage procedure)
Menurut DepKes Republik Indonesia (2004) penyimpanan obat adalah suatu kegiatan
pengamanan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan merupakan
mencapai tujuannya.
b. Kerusakan, yaitu akibat barang itu sendiri rusak atau barang itu
memenuhi lima tepat, yaitu tepat barang, kondisi, jumlah, waktu dan
harganya.
6. Mudah, yaitu:
a. Mudah menangani barang dan mudah menempatkan barang di
dibawah tanggung jawab Apoteker, namun letak gudang farmasi rumah sakit M
terpisah dengan Apotek rumah sakit M. Adapun letak gudang farmasi dalam
petugas gudang farmasi. Jika petugas gudang farmasi tersebut tidak dapat
menerima atau tidak hadir maka penerimaan obat seharusnya dilakukan oleh
bagian Purchasing RS M.
gudang.
data obat yang datang pada kartu induk persediaan (inventory stok)
Setelah petugas melakukan kegiatan diatas, petugas melakukan pencatatan obat dan faktur
Proses penyusunan obat yang dilakukan oleh petugas obat adalah sebagai berikut:
penyimpanan
Untuk obat-obatan jenis narkotika dan psikotropika penyimpanan dilakukan dilemari terpisah,
yaitu lemari khusus obat narkotik dan psikotropika yang dilengkapi dengan kunci. Obat-obatan
narkotik dan psikotropik yang baru datang diletakkan didepan obat yang sudah ada kemudian
Pengeluaran obat dari gudang farmasi akan dilakukan oleh petugas gudang farmasi
apabila ada permintaan dari unit-unit lain yang membutuhkan obat tersebut.
menjadi bentuk print out. Print out terdiri dari beberapa kolom
antara lain :
pemeriksaan)
d. Kolom selisih
obat yang tertera pada print out data dan mencocokan jumlah
Bila tidak sesuai maka pada kolom jumlah fisik di print out data
obat.
tanda tangani.
arsip instalasi farmasi dan satu rangkap untuk diberikan kepada bagian
keuangan.
Standar operasional prosedur penyimpanan obat di rumah sakit M dibuat oleh Kepala Instalasi
farmasi
penerimaan obat merupakan dokumen berbetuk buku yang dibuat tabel-tabel didalamnya.
Tabel- tabel tersebut terdiri dari dari kolom hari dan tanggal, kolom nama distributor, kolom
no. faktur dan kolom total harga faktur dan Laporan pembelian obat :
merupakan kumpulan hasil print out data obat yang masuk dan faktur pembelian obat pada hari
tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen diketahui bahwa dokumen ini dibuat
oleh petugas gudang farmasi RS M. Kemudian dilaporkan kepada kepala Instalasi Farmasi RS
M setiap harinya untuk mengetahui jumlah pembelian dan barang yang datang setiap harinya.
Tanggal obat dipesan, Tanggal obat datang, Penerima obat, Nama distributor obat, Nama obat
Jumlah obat, Harga satuan obat, Total harga obat (per-jenis),Total keseluruhan harga obat.
2. Buku harian pengeluaran atau biasa disebut sebagai buku defecta
Buku harian pengeluaran obat di gudang farmasi RS M disamakan dengan buku defecta
atau buku permintaan. Buku pengeluaran obat pertama akan diisi oleh masing-masing
Kartu induk persediaan yang terdapat di gudang farmasi RS M hanya terdapat pada
sistem komputer. Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen diketaui bahwa kartu
induk persediaan obat akan terisi secara otomatis saat petugas melakukan input pada
data penerimaan obat. kartu induk persediaan ini akan diperiksa dan dilaporkan kepada
Kepala Instalasi Farmasi setiap satu minggu sekali dan pada saat akan dilaksanakannya
Kartu stok obat untuk obat-obatan yang ada di gudang farmasi RS M sudah disediakan
oleh pihak RS M data- data yang harus diisi pada kartu stok antara lain data nama
instalasi, nama obat, satuan, distributor, tanggal masuk/keluar barang, no.faktur (jika
barang masuk), tanggal kadaluarsa, jumlah obat masuk, jumlah obat keluar, sisa dan
keterangan
5. Surat bukti barang keluar
Surat bukti barang keluar atau di gudang farmasi RS M biasa disebut dengan laporan
mutasi dibuat oleh petugas gudang farmasi RS M. Surat bukti barang keluar dibuat
setiap hari oleh petugas gudang farmasi setelah adanya permintaan dari unit yang
membutuhkan obat.
6. Dokumen hasil stock opname
Dokumen hasil stock opname terdiri dari laporan hasil stock opname
obat hasil stock opname. Laporan stock opname hanya terdiri dari
stock opname (terdiri dari nama obat, total inventory, jumlah fisik dan
tanggal kadaluarsa dan harga obat yang kadaluarsa) dan hasil stock
opname (terdiri dari jumlah obat selisih dan total harga obat yang
Instalasi Farmasi RS M
DAFTAR PUSTAKA
2. Depkes RI. 2004. Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
3. Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah
Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing
menentukan nya
(safety stock).
optimal. Untuk mecari berapa total bahan yang tetap untuk dibeli
periode yang panjang (misalnya dalam satu tahun) serta disepakati antar
sejumlah 100 unit dan tidak dilakukan dua kali dengan masing-masing
sebanyak 50 unit.
persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian
dan berapa banyak harus memesan. Teknik ini relatif mudah digunakan,
persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok pada suatu waktu.
waktu tertentu.
menyatakan jumlah yang dipesan. Jika jumlah ini adalah 500 baju,
sejumlah baju itu tiba pada suatu waktu (ketika pesanan diterima). Jadi,
Secara umum, tingkat persediaan naik dari 0 ke Q unit ketika pada suatu
pesanan tiba.
dalam Model EOQ dapat dihitung sebagai berikut menurut Jay Heizer &
2.D.S
EOQ= J
K
Dimana:
EOQ : Jumlah pemesanan dengan kuantitas yang paling ekonomi (quantity
optimal)
D : permintaan (demand)
1. Biaya Pemesanan
perkalian antara biaya pesan per pesan yang dinyatakan dengan notasi
Biaya Pemesanan=D x s
Q
Dimana:
2. Biaya Penyimpanan
didalam perusahaan.
Biaya penyimpanan = Q
H
2
H= P ×i
Dimana:
3. Total Biaya
Tujuan model EOQ ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap
biaya simpan sama dengan biaya pesan. Pada saat TC minimum, maka
TC: D S + Q
H
Q 2
Biaya Pembelian
Dimana:
per tahun
berasal dari ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi kurva
biaya ini tergantung pada tingkat persediaan rata-rata. Garis ini dimulai
Sebagai contoh kasus PT. Indah Megah pada tahun yang akan
baku per unit Rp2.000,-. Biaya pesan untuk setiap kali melakukan
25% dari nilai rata - rata persediaan. Dengan lead time selama 14 hari,
Diminta :
Jawab :
Diketahui :
D= 240.000
unit P = Rp.
2.000,-
S = Rp.150.000,-
Dari rumus :
a. Mengetahui seberapa besar unit yang dipesan oleh perusahaan agar biaya
berikut:
2.D.S
EOQ= J
K
2 s 240.000 s Rp 150.000.
EOQ = J
500
EOQ =√144.000.000
Maju Jaya adalah sebesar 12.000 unit untuk satu kali pesan. Berikut
berapa total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut,
TC = D S + Q
H+PD
Q 2
TC = 240.000 unit
Re. 150.000 + 12.000 unit
Re. 500+ (Rp. 2.000 x 240.000)
12.000 unit 2
TC = Rp 3.000.000 + Rp.3.000.000 +
Rp.480.000.000 TC = Rp.486.000.000
antara jumlah kebutuhan yang diketahui dengan jumlah quantitas unit yang
D 240.000 unit
N= = = 20 kali
Q 12.000 unit
Jadi, pemesanan yang dilakukan oleh PT. Indah Megah selama setahun
d. Jika dalam 1 tahun sebanyak 360 hari maka perusahaan harus melakukan
Jadi, untuk memenuhi kebutuhan tahunan sebesar 240.000 unit, maka PT. Indah
pemesanan sebanyak 20 kali dalam satu tahun atau setiap 18 hari sekali, dengan total
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 486.000.000,-.
DAFTAR PUSTAKA
2. Sitompul, Rio, Oloan. (2011). Aplikasi Metode Economic Order Quantity (EOQ)