Anda di halaman 1dari 20

ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIORISME OPERANT CONDITIONING

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Psikologi Umum
Semester II Tahun Ajaran 2020-2021

Dosen Pengampu
Intan Noviayanti Handayani, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok B
Achmad Guswin (200101040355)
Joharah (200101040574)
Nasrin (200101040799)
Sumayyah (200101040498)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PMTK
BANJARMASIN
TAHUN 2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah Subhanahu Wata‟ala, Kepada-Nya


kita memuji dan bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya
pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu
menghembuskan kebatilan pada diri kita.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang


berjudul “Aliran Psikologi Behaviorisme Operant Conditioning” ini dapat di
selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa


bermanfaat, kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan
evaluasi kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Agar lebih meningkatkan
kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Banjarmasin, 14 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar isi.........................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah..............................................................................................1

1.3. Tujuan...............................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

2.1. Pengertian .........................................................................................................2

2.2. karekteristik Operant Conditioning...................................................................5

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Operant Conditioning...........................................6

BAB III...........................................................................................................................7

PENUTUP......................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan........................................................................................................7

3.1 Saran...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia
Ivan Pavlav (tahun1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah
pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah
laku ini dikembangkan oleh beberapa ahlipsikologi yang lain seperti Edward
Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Salah satu teori dari aliran behaviorisme adalah teori operant
conditioningPencipta teori ini bernama Burrhus Frederic Skinner (lahirtahun
1904), seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversal. Tema pokok
yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tinggkah laku itu terbentuk oleh
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Aliran Psikologi Behaviorsme Operant
Conditioning?
2. Bagaimana karakteristik operant conditioning?
3. Kelebihan dan kekuranganoperant conditioning?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Aliran Psikologi Behaviorisme Operant
Conditioning.
2. Untuk mengetahui karakteristik operant Conditioning.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Operant conditioning.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
a. Behaviorisme dan operant conditioning.
 Psikologi Behaviorisme adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang
tingkah laku manusia, yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang
berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme (yang menganalisis
jiwa manusia berdasarkan laporan laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang
berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara
keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi. Dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.1
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia
tersebut. Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk
dari perilakunya di tentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia
tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh
sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.2

Menurut B.F. Skinner teori belajar behaviorisme adalah hubungan antara


stimulus dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang
ditunjukkan seseorang merupakan akibat dari interaksi antara stimulus dengan
respon. Teori ini berkembang dan cenderung mengikuti aliran psikologi belajar,

1
Masudah.(2013). Makalah Behaviorisme. Diakses pada 13 Februari 2021 melalui
http://masudaheducation.blogspot.com/2013/03/makalah-behaviorisme.html?m=1

2
Wahyu, Naufal.(2015).Makalah Aliran Behavioristik. Diakses pada 13 Februari 2021
melalui https://www.academia.edu/19678155/Makalah_Aliran_Behaviorisme

2
lantas menjadi dasar pengembangan teori pendidikan dan pembelajaraan saat ini.
Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah adanya
perubahan perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di
masa lampau. Seseorang dinyatakan belajar jika telah merespon suatu kejadian
dan menjadikannya pembelajaran untuk tidak menggunakan respon yang sama di
masa depan, guna menghindari akibat yang pernah dialaminya.
Implementasi teori belajar behavioristik dalam dunia pendidikan ini
terlihat dari beberapa contoh. Misalkan: penerapan hukuman membersihkan
halaman bagi siswa yang datang ke sekolah terlambat, siswa disuruh lari lapangan
jika tidak mengerjakan tugas atau PR. Teori ini cukup menakutkan karena
penekanan prinsip pemberian hukuman (punishment), akan tetapi teori ini tak
selamanya buruk. Pada kondisi tertentu siswa juga akan mendapatkan penguatan
(reinforcement) berupa pujian, hadiah atau penghargaan lainya jika menunjukkan
sikap positif dalam pembelajaran. Sehingga, teori behaviorisme dianggap
merupakan pilihan metode pembelajaran yang tepat dan dianggap mampu
menghasilkan output yang diharapkan.

Teori behaviorisme ini hingga sekarang masih banyak ditemui di


Indonesia. Hal ini nampak mulai dari pembelajaran di Kelompok Bermain, Taman
Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Menengah, bahkan sekolah tinggi. Pembentukan
perilaku siswa dengan drill (pembiasaan) disertai reinforcement dan punishment
masih sering ditemui. Secara teori dan praktek yang telah dilaksanakan, teori ini
kurang menekankan aktivitas secara kognitif pada anak. Sehingga anak cenderung
belum dapat mengeksplorasi pegetahuan secara optimal. Teori behavioristik
banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
dan belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam hubungan stimulus dan respon. Selain itu, berdasarkan teori behavioristik
ini, potensi alami yang dimiliki oleh seorang anak seakan tidak dianggap bahkan
cenderung diabaikan. Hal inilah yang menyebabkan teori ini ditinggalkan

3
kemudian mengalami pergeseran dari teori behaviorisme ke teori belajar
kognitivisme.
Poin penting dri teori behaviorisme dalam pembelajaran: adanya reward,
punishment dan reinforcement.
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditiong) dikemukakan oleh
E.L. thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sudah muculnya teori
classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlo. Pada waktu itu Thorndike
mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah
“kotak teka-teki”. Setelah beberapa kali percobaan binatang itu mampu
meloloskan diri semakin cepat, dari teori tersebut, skinner telah mengemukakan
pendapatnya sendiri dengan memasukan unsur penguatan kedalam hukum akibat
tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cendurung di ulangi
kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak menguatkan cenderung
menghilang atau terhapus.3
teori ini tidak bisa dianalogikan. Para peneliti, mereka melakukan eksperimen.
Dan eksperimen awal yg mereka lakukan dgn menggunakan hewan. Mengapa jadi
hewan? Bukan manusia langsung?. Karena hewan memiliki karakteristik yg sama
untuk 1 spesies. Tapi kalo manusia unik. Karakteristiknya semua berbeda2. Jdi
tidak bisa dipakai untuk melahirkan teori.
b. Tokoh-tokoh Aliran Behaviorisme
Dibawah ini merupakan tokoh-tokoh yang mempunyai pandangan
terhadap psikologi Behaviorisme, antara lain:
1. John Broadus Watson (1878-1958)
J.B Watson adalah pendiri Behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya
yang paling penting adalah Psychology As The Behaviorist View It (1913). Karya
ini mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan psikologi behaviorisme
yang sangat mementingkan kesadaran.4 Dalam karyanya Watson menetapkan
dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
3
Fitri, Suci.(2015). Makalah Operant Conditioning. Diakses pada 13 Februari 2021
melalui https://www.academia.edu/12185809/makalah_operant_conditioning

4
Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi ( Makassar: Aksara Timur, 2018), hlm. 181

4
• Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.
• Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai
natural science.
• Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
Pandangan utama watson, yaitu;
• Psikologi mempelajari stimulus dan respons(S-R Psychology).
• Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku
• Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja
• Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi
harus menggunakan metode empiris.5

2. Burhus Frederich Skinner (1904-1990)


B.F. SIKENNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behaviorisme dengan pendekatan model intruksi langsung dan menyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana operant
conditioning itu diartikan sebagai suatu proses perilaku operant (penguatan positif
dan negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali
atau menghilang sesuai keinginan.
Behaviorisme ingin menganilisis bahwa perilaku yang tampak saja yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa
ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. ‘
LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BAIK’.
Menurut Skinner, reinforcement itu ada reinforcement positif dan
reinforcement negatif. Reinforcement positif yaitu reinforcement apabila
diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons, sedangkan reinforcement

5
Wahyu, Naufal.(2015).Makalah Aliran Behavioristik. Diakses pada 13 Februari 2021
melalui https://www.academia.edu/19678155/Makalah_Aliran_Behaviorisme

5
negatif yaitu sesuatu apabila ditiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan
probabilitas respons. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa reinforcement
negatif itu sebenarnya adalah hukuman atau atau punishment. Namun demikian,
menurut Skinner yang dimaksud dengan hukuman itu dapat menyingkirkan
reinforcement positif dan mengenakan reinforcement negatif.6

3. Edward Lee Thorndike (1874-1949)


Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulasi dan respon
mengikuti hukum-hukum berikut:
a. Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah
laku akan menimbukan kepuasan individu sehingga asosiasi cendurung diperkuat
b. Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cendurung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
c. Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.7
Hukum yang dikemukakan Thorndike tersebut merupakan hukum belajar
yang sampai sekarang masih bertahan sekalipun Thorndike mengadakan revisi
mengenai hukumnya tersebut pada tahun 1929 dalam Internasional Congress of
Psychology di New Heaven. Menurut pandangan Thorndike yang baru bahwa
semata-mata karena ulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan antara
stimulus dan respons. Namun demikian Thorndike tetap mempertahankan
pendapatnya bahwa latihan mengakibatkan adanya kemajuan, namun ini tidak

6
Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: ANDI, 2004), hlm 72.
7
Wahyu, Naufal.(2015).Makalah Aliran Behavioristik. Diakses pada 13 Februari 2021
melalui https://www.academia.edu/19678155/Makalah_Aliran_Behaviorisme

6
berarti bahwa tidak adanya latihan akan menyebabkan kelupaan, hubungannya
tidak simetris. 8

2.2 Karakteristik Operant Conditioning


Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu:
1. Respondent Behavior (Perilaku Responden)
Yaitu perilaku yang tidak ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali,
contohnya adalah semua gerak reflek.
2. operant Behavior (Perilaku operant)
Yaitu perilaku yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi
dilakukan sendiri oleh organisme. Karena perilaku ini pada awalnya tidak
berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia nampak spontan. Contohnya
ketika bersiul, berdiri lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku
operant.

2.3 kelebihan dan kekurangan operant conditioning


Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori pengkondisian operant.
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini
ditunjukkan dengan hilangnya sistem hukuman. Hal ini didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik, sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi
organism untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan.
Kekurangan
- Proses belajar dapat diamati secara langsung
- Proses belajar bersifat otomatis-mekanis

8
Prof. Dr. Bimo Walgito, op.cit. hlm 70.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu Psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia adalah
Psikologi Behaviorisme. Ilmu ini ialah ilmu yang digunakan untuk menilai atau
melihat karakteristik atau tingkah laku manusia secara nyata berdasarkan subjek
dan tidak nyata atau dibawah alam sadar. Ilmu ini juga beranggapan bahwa
manusia itu (netral, baik, dan buruk) dapat kita lihat dengan situasi dan kondisi
yang dialami oleh manusia. Jadi aliran ini beranggapan bahwa jika manusia
perilakunya kelihatan tidak baik maka begitu juga tingkah lakunya, ini dilihat
dengan alam sadar atau nyata. Sedangkan di bawah alam sadar itu apa yang kita
lihat belum tentu tingkah laku seseorang tersebut itu baik atau buruk dari
perilakunya.
Dari Operant Conditioning ialah memiliki kelebhan bahwa dapan dengan
aliran ini dapat mendukung pembentukan lingkungan, perilaku baik dan sesuai
dengan keingiinan. Dan juga memiliki kekurangan yang mengakibatkan proses
belajar dapat diamati secara langsung, bersifat otomatis-mekanis sehngga kita
mudah dalam menilai tingkah laku seseorang tanpa mengetahui apa yang
sebenarnya.
Jadi dari Psikologi Behaviorisme dan Operant Conditioning adalah ilmu
yang didalamnya kita pelajari agar kita dapat mengetahui tingkah laku manusia.

3.2 Saran
Kami berharap kepada pembaca atau yang mendengarkan penjelasan dari makalah
ini jika terjadi kesalahan dalam kata maupun isi dalam kajian ini untuk tidak segan
memberikan masukan kepada kami. Dengan masukan yang disampaikan oleh para
pembaca dan pendengar yang mendengarkan penjelasan makalah ini guna unttuk

8
memperbaiki kajian yang kami buat dan tentunya juga menambah ilmu
pengetahuan kita semua.
Serta kami juga berharap ilmu ini tidak hanya sampai disini saja
melainkan ilmu yang telah disampaikan dan telah paparkan serta perbaikan-
perbaikan dan masukan yang disampaikan oleh pembaca bisa kita amalkan, bisa
kita manfaatkan, baik bagi diri kita maupun untuk orang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi ( Makassar: Aksara Timur, 2018)


Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: ANDI, 2004)
Suci.(2015). Makalah Operant Conditioning. Diakses pada 13 Februari 2021
melalui
https://www.academia.edu/12185809/makalah_operant_conditioning
Masudah.(2013). Makalah Behaviorisme. Diakses pada 13 Februari 2021 melalui
http://masudaheducation.blogspot.com/2013/03/makalah-
behaviorisme.html?m=1
Wahyu, Naufal.(2015).Makalah Aliran Behavioristik. Diakses pada 13 Februari
2021 melalui
https://www.academia.edu/19678155/Makalah_Aliran_Behaviorisme

10
HASIL DISKUSI

1. Pertanyaan pertama (dari no. 17)


 Penjawab no.19:
Q: Izin bertanya, Apa yang di maksud dengan proses belajar yang bersifat
otomatis-mekanis serta bagaimana contoh nya ? Terima kasih
A: Proses belajar otomatis-mekanis ialah proses pembentukan atau shaping
yang membawa pembelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi, karena proses
pembelajaran tersebut menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan
seperti kinerja mesin atau robot.
Contohnya adalah
1.Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
2.Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
 Tanggapan ibu: Contohnya seperti yg ibu terapkan saat ini. Penanya
maupun yg memberikan jawaban akan diberikan poin. Ini salah satu
bentuk reward yg ibu terapkan.
Q: dari no.12
Berarti seperti misalkan pengajar mengejar materi, kemudian
karena terlalu mengejar materi, menjelaskannya pun secara cepat, jadi
siswa ini tidak ada kesempatan untuk bertanya, seperti itu kah?
A: dari ibu
Sedkit ibu koreksi. Pengajar memberikan pengajaran sesuai
kurikulum, tapi dalam prosesnya ada tetap memberikan ruang gerak untuk
siswanya bertanya. Ini akan melatih siswa untuk berani mengemukakan

11
pendapat.

Tapi kelemahannya ketika menerapkan teori ini, guru tidak bisa menelaah
lebih mendalam kemampuan siswa yg lain. Ketika siswa tsb memiliki
karakter pendiam. (yg sebenarnya mereka juga punya potensi lebih).
Karena fokus guru tsb lebih kpd drill yg ada pada kurikulum. Mereka tdk
bisa mendalami kecerdasan alamiah pada siswa yg lain
2. Pertanyaan kedua (dari no 7)
 Pemateri no. 4
Q: Apakah bisa proses pembelajaran menggunakan teori behaviorisme?
Jika bisa, masalah apa yang mungkin muncul bila dalam suatu proses
pembelajaran diterapkan teori belajar behaviorisme? Terima kasih..
A: Menurut kami proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi,
dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Masalah yang akan muncul apabila di terapkannya teori belajar
behaviorisme, antara lain:
1. Siswa menjadi kurang produktif dan kurang kreatif
2. Evaluasi yang dilakukan tidak mengukur seluruh aspek yang ada di
dalam diri siswa.
3. Pembelajaran berorientasi pada hasil siswa
 Penanggap: no.11
Q: Apakah bisa proses pembelajaran menggunakan teori behaviorisme? jika
bisa masalah apa yang mungkin muncul bila dalam suatu proses pembelajaran
diterapkan teori belajar behaviorisme?
A: teori behaviorisme bisa saja diterapkan, tapi terdapat banyak sekali
kekurangannya seperti, seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar
yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

12
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang
sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,
ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih
tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya
mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak
memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan
unsur-unsur yang diamati tersebut. Jadi menurut saya, Teori ini bisa saja
dipakai tapi banyak sekali kekurangannya, sehingga tidak dianjurkan menjadi
rujukan untuk proses belajar

 Penanggap : no.12

Q: Apakah bisa proses pembelajaran menggunakan teori behaviorisme?


jika bisa masalah apa yang mungkin muncul bila dalam suatu proses
pembelajaran diterapkan teori belajar behaviorisme?

A: Teori behaviorisme itu bisa digunakan dalam proses pembelajaran


meskipun dirasakan kurang efektif karena banyak masalah yang akan
muncul jika menggunakan teori ini.
Masalah yang muncul diantaranya adalah dalam proses pembelajaran
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri,
karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis mekanis dalam
menghubungkan stimulasi dan respon sehingga terkesan seperti kinerja
mesin atau robot akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka, selain itu juga evaluasi
yang dilakukan tidak mengukur seluruh aspek yang ada di dalam diri
siswa dan juga siswa menjadi kurang produktif

13
3. Pertanyaan ketiga (dari no 11)
 Pemateri no. 3
Q: izin bertanya, seperti apakah proses belajar manusia yang dianalogikan
dengan perilaku hewan, jelaskan dan berikan contoh!
A: Berdasarkan teori Pavlov
Bahwa perilaku dapat berubah dengan adanya suatu proses kebiasaan
timbul dengan interaksi dengan stimulus dan respon. Hal tersebut ditandai
berdasarkan temuannya pengkondisian klasik atau clasical conditioning.
Clasical conditioning adalah suatu percobaan melalui binatang yaitu anjing
yang diberikan stimulus bersyarat yaitu perangsang asli dan netral.
Perangsang ini dilakukan secara berulang-ulang sehinggan memunculkan
reaksi yang diingingkan yaitu respon. Contohnya sebuah stimulus asli atau
netral yang menimbulan respon secara langsung seperti suatu daging
merangsang anjing untuk mengeluarkan air liurnya, yang dianalogikan
pada manusia bahwa dengan memberikan stimulus seperti halnya sebuah
pekerjaan menghasilkan banyak uang, hal tersebut yang mengakibatkan
manusia tergiur untuk mencari cara mendapatkan pekerjaan tersebut.
Proses belajar manusia bisa dianalogikan dengan prilaku hewan.

 Penanggap no 16

Q: izin bertanya, seperti apakah proses belajar manusia yang dianalogikan


dengan perilaku hewan, jelaskan dan berikan contoh!

A: Tapi pada fakta nya, dari eksperimen anjing yang refleks mengeluarkan
air liur ketika ada makanan itu tidak sepenuhnya bisa dianalogikan, karena
tidak semua tingkah laku manusia itu bersifat reflektif, terkadang tingkah
laku manusia berdasarkan hasil belajar nya dari pengalaman-pengalaman,
Contohnya: Ketika seorang anak diberi hadiah ketika ia patuh dengan
ibunya, dan diberi hukuman jika tidak patuh. Maka anak ini akan belajar,
kalo dia mau hadiah, maka harus berperilaku yang baik.

14
 Tanggapan dari ibu untuk tanggapan no 16:

Ini yg td ibu sampaikan diawal. Bahwa teori ini tidak bisa dianalogikan.
Para peneliti, mereka melakukan eksperimen. Dan eksperimen awal yg mereka
lakukan dgn menggunakan hewan. Mengapa jadi hewan? Bukan manusia
langsung?. Karena hewan memiliki karakteristik yg sama untuk 1 spesies. Tapi
kalo manusia unik. Karakteristiknya semua berbeda2. Jdi tidak bisa dipakai untuk
melahirkan teori.

Kembali lagi bahwa setiap teori itu pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Dan
pada kekurangan tsb yg menjadi motivasi bagi peneliti lain untuk melakukan teori
baru.

15
1

Anda mungkin juga menyukai