Anda di halaman 1dari 2

Teori Etika Sebagai Pedoman Bukan Patokan Dalam Bertindak Seorang

Pemimpin
Dalam suatu organisasi atau perusahaan pemimpin merupakan aspek penting dalam
berlangsungnya proses pencapaian tujuan dengan efektif tidak hanya bagi perusahaan, setiap
individu yang ada didalamnya juga bergantung kepada keberhasilan pemimpin dalam
memimpin perusahaan dan organisasinya untuk suatu kesejahteraan, perkembangan dan
kemajuan dalam perusahaan ataupun individu yang ada didalamnya. Oleh karena peranan
penting yang dipegang seorang pemimpin maka dalam suatu perusahaan atau organisasi
sangat diperlukan pemimpin yang beretika tinggi untuk menghindari pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan perusahaan maupun setiap individu yang terlibat di dalamnya.
Namun seiring pekembangan zaman, meningkatnya kebutuhan setiap individu,
berkembangnya budaya dan prestise banyak dari pelanggaran etika yang terjadi seperti
korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hak dan masih banyak lagi.

Dalam banyak kasus pelanggaran etika, tidak dapat dipungkiri oknum-oknum yang
melakukan pelanggaran etika merupakan seorang yang disebut pemimpin. Korupsi
merupakan pelanggaran etika yang sering terjadi dimana menunjukkan banyak dari individu
yang masih minim dan mengalami krisis etika.

Dalam kehidupan beretika kita mengenal dan mengetahui teori-teori etika yang
menjadi landasan dalam memahami apa yang baik dan buruk dan memutuskan suatu
keputusan. Di negara kita sendiri pemerintah sudah berupaya dalam menanggulangi krisis
etika yang terjadi dengan memberikan pendidikan etika bagi setiap pelajar yang diharapkan
dapat mengurangi pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi, namun karena dorongan
kebutuhan yang semakin meningkat dan kurangnya motivasi dalam diri seseorang
menjadikan kehidupan beretika di nomor 2 kan. Hal tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus
korupsi yang terjadi dimana alasan-alasan oknum yang melakukan tindakan tersebut jika
dilihat secara dangkal merupakan hal yang dapat dikatakan tidak bertentangan dengan teori
etika yang ada, namun perlu dipahami bahwa mempelajari dan memahami etika untuk
implementasinya tidaklah semudah teori yang didapatkan. Seperti teori egoisme Rachels
(2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme
psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa
semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Dalam teori ini korupsi merupakan hal
yang tidak secara keseluruhan salah karena merupakan tindakan manusia yang dimotivasi
oleh kepentingan diri untuk memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi , bahkan menurut teori
konsekuensi (dimana hasil dari suatu perbuatan menilai tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil tersebut) korupsi untuk tujuan yang baik dan tentunya meningkatkan
prestise merupakan hal yang etis, namun korupsi merupakan tindakan merampas hak orang
lain dan tindakan yang tidak memberikan manfaat bagi orang banyak yang artinya
berlawanan dengan teori Utilitarianisme dan teori hak. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat
bagamana rumit dan dalamnya implementasi dari etika dengan pribadi seseorang jika hanya
di pelajari dan di pahami secara dangkal dan dasar, oleh karena itu etika tidak dapat hanya
dipelajari dalam tingkatan mahasiswa ataupun etika profesi namun harus dimulai sejak usia
dini dalam keluarga, lingkungan terutama dalam tingkat pendidikan hingga sikap etika tinggi
tertanam dalam diri seseorang. Karena setiap kasus pelanggaran etika yang dilakukan
berdampak pada kesejahteraan orang lain dan mempengaruhi motivasi dalam beretika, maka
penting bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk lebih selektif lagi dalam memilih
seorang pemimpin tidak hanya melihat melalui pengetahuan, pengalaman terlebih harus
memperhatikan kepribadian tingkat pendidikan dan pemahaman etika yang dimiliki, dimana
etika tidak dapat berpatokan pada salah satu teori namun harus memperhatikan setiap teori
yang ada karena satu teori dengan teori yang lain saling memiliki keteraitan sehingga
dijadikan suatu pedoman untuk implementasi yang tepat serta sesuai tanpa merugikan orang
lain dan diri sendiri.

https://www.kompasiana.com/sylviasil/5b2f8970cf01b4594b539952/teori-etika-sebagai-
pedoman-bukan-patokan-dalam-bertindak-seorang-pemimpin

Anda mungkin juga menyukai