Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

RINGKASAN

KIMIA ANALISIS

“FLOUROMETRI”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SUCI
NIM : F201902010
KELAS : C5NR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
A. Pengertian Flourometri
Flourometri adalah suatu metode analisis kimia berdasarkan
kemampuan suatu senyawa kimia untuk memancarkn cahaya yang diserap
(sifat fotoluminesen). Pada metode ini yang diukur adalah intensitas flouresensi
yang terjadi pada panjang gelombang tertentu setelah analit tereksitasi pada
panjang gelombang tertentu. Sehingga pengukuran dilakukan pada cahaya
yang diemisikan, yaitu saat electron yang ditereksitasi kembali ke tingkat
dasar, bukan yang ditransmisikan. Molekul akan hilang sebagian energy pada
saat kembali ketingkat dasar disebabkan oleh adanya tumbukan antar sesama
molekul analit atau dengan molekul pelarut dan energy yang dilepaskan berupa
cahaya (de-eksitasi). Sensitifitas metode flouresensi lebih baik dibandingkan
dengan metode absorpsi, karena batas noisenya lebih rendah.
Flourometri berdasarkan asal atau sumber pender (luminesen)
dibedakan menjadi 3, yaitu biolumenensensi yang berasal dari mahluk hidup
seperti kunang-kunang, kemiluminesensi yaitu berasal dari reaksi kimia, dan
fotoluminesensike yaitu berasal dari cahaya seperti radar elektromagnetik.
Sedangkan terdapat dua sifat luminesen senyawa kimia yaitu fluoresensi yang
pendar cahayanya akan hilang saat radiasi dihentikan seperti pada rambu lalu
lintas, pasta gigi, dan banyak digunakan untuk analisis kimia karena banyak
senyawa yang memiliki sifat luminesen. Kemudian fosforesensi yng pendar
cahayanya masih berlangsung beberapa saat walau radiasi telah dihentikan
(menyimpan energy lebih lama) seperti pendar cahaya pada kunang-kunang..

B. Syarat Zat yang di Analisis dengan Flourometri


Adapun syarat-syarat zat yang dapat dianalisis dengan flourometri
yaitu :
1. Molekul analit
Molekul analit dapat menyerap cahaya dengan kuat sehingga analit
harus mengandung gugus kromofor. Seperti senyawa aromatic, heterosiklik
dan system konjugasi.
2. Struktrur molekulnya
Struktur molekulnya planar dan kaku, mampu menyerap secara
kuat di daerah 200-800 nm pada radiasi elektromagnetik.
3. Transisi energy
Transisi energy hingga ketingkat kondisi eksitasi terendah
pasangan electron singlet adalah transisi.
4. Molekul yang tereksitasi
Molekul yang tereksitasi kembali ke kondisi dasra dengan
melepaskan energy radiatif dengan waktu relaksasi pada flourometri 10
−9 sampai 10−7 detik danpada fosforimetri 10-4 detik.

SENYAWA DAERAH FLOURESENSI (nm)


Benzena 270-310
Tolluena 270-320
Flourobenzena 270-320
Chlorobenzena 275-345
Phenol 290-380
Anisole 285-365
Aniline 310-405
Benzoic acid 310-390
Benzonitritrile 280-360

Kation dan anion anorganik yang dapat dianalisis secara flourometri


adalah golongan lantanida dan aktinida. Sedangkan gugus fungsi yang mampu
mengahsilkan cahaya flourosesensi adalah gugus gugus yang memberikan
electron (electron donating groups) seperti gugus hidroksil, amino atau metoksi
yang terikat secara langsung pada system ikatan II dapat memfasilitasi
terjadinya proses flouresensi. Gugus –gugus yang menarik electron (electron
withdrawing groups). Seperti nitro,bromo,iodo, siano, atau karboksil.
Cenderung mengurangi intensitas flourosensi. Pada senyawa fenol, ionisasi
menjadi anion fenolat biasanya mendorong flouresensi. Sementara itu
perubahan amin aromatis menjadi kation ammonium aromatis menghambat
proses flouresensi. Zat yang tidak dapat berpendar dapat diubah menjadi
senyawa berpendar dengan cara menambahkan pereaksi.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi flouresensi


Faktor-faktor yang mempengaruhi flouresensi dan fosforesensi yaitu :

1. Hasil kuantum (efisiensi kuantum, quantum yield)


Merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan antara jumlah
molekul yang berflouresensi terhadap jumlah total molekul yang
tereksitasi. Besarnya quantum adalah : 0 nilai diharapkan adalah
mendekati 1, yang berarti efisiensi flourosensi sangat tinggi.
2. Pengaruh kekakuan struktur
Flouresensi dapat terjadi dengan baik jika molrkul-molekul
memiliki struktur yang kaku.
3. Pengaruh Suhu
Bila suhu makin tinggi maka efisiensi kuantum flouresensi makin
berkurang. Hal ini disebabkan pada suhu yang lebih tinggi, tabrakan-
tabrakan antar molekul atau tabrakan molekul dengan pelarut menjadi
lebih sering, yang mana pada peristiwa tabrakan, kelebihan energy
molekul yang tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut. Jadi semakin
tinggi suhu maka terjadinya konversi keluar besar, akibatnya efisiensi
kuantum berkurang.
4. Pengaruh pelarut
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pengaruh pelarut
pada flouresensi, yaitu :
a. Jika pelarut makin polar maka intensitas flouresensi makin besar.
b. Jika pelarut mengandung logam berat (Br, 1 atau senyawa lain), maka
interaksi antara gerakan spin dengan gerakan orbital electron-elektron
ikatan lebih banyak terjadi dan hal tersebut dapat memperbesar laju
lintasan antara system atau mempermudah pembentukan triplet
sehingga keboleh jadia flouresensi enjadi lebih besar.
5. Pengaruh pH
pH berpengaruh pada letak keseimbangan antar bentuk terionisasi
dan bentuk tak terionisasi. Sifat flouresensi dari kedua bentuk itu berbeda.
Sebagai contoh, fenol dalam suasana asam akan berada dalam bentuk
molekul utuh dengan panjang gelombang antara 285-365 nm dan nilai € =
18 M-1 cm-1, sementara jika dalam suasana basa maka fenol akan
terionisasi membentuk ion fenolat yang mempunyai panjang gelommbang
antara 310-400 nm dan € = 10 M-1 cm -1.
6. Pengaruh Oksigen Terlarut
Adanya oksigen akan memperkecil intensitas flouresensi. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya oksidasi senyawa karena pengaruh cahaya
(fotochemically induced oxidation0. Pengurangan intensitas folouresensi
disebut pemadaman sendiri atau quenching, molekul yang bersifat seperti
ini dapat mempengaruhi dan mempermudah lintasan antara system
sehingga memperkecil kemungkinan flouresensi , sebaliknya memperbesar
kebolehjadian fosforesensi.
7. Pemadaman sendiri dan penyerapan sendiri
Pemadaman sendiri disebabkan oleh tabrakan-tabrakan antar molekul zat
itu sendiri. Tabrakan –tabrakan itu menyebabkan energy yang tadinya akan
dilepaskan sebagai sinar flouresensi ditransfer kemolekul lain, akibatnya
intensitas berkurang. Salah satu proses pemadaman sendiri dapat ditulis
sebagai berikut:
a. Analisa kualitatif : perbandingan spektrum flouresensi dapat
membantu pengenalan senyawa.
b. Analisa kuantitatif : pengukuran dapat dilakukan pada kadar yang
sangat rendah dengan ketepatan, keterulangan, dan kepekaan tinggi.
misalnya pengukuran kadar vitamin E. bila panjang gelombang emisi
dan eksitasi telah dipilih, maka dapat dibuat hubungan antara intensitas
flouresensi dengan konsentrasi senyawa.
D. Uji flouresensi
INtensitas flouresensi tergantung dari tingkat konsentrasi senyawa.
Hubungan tersebut berupa garis lurus (linier) pada konsentrasi sabgat rebdah.
Apoabila kdarnya terlalu tinggi, larutan tersebut tidak linier lagi karena akan
menyerap sebagian sinar eksitasi. Adapun uji yang dilakukan pada flouresensi
yaitu :
1. Uji enzim dan analisa kinetika
2. Uji struktur protein
3. Mikrospektroflurometri yaitu gabungan antara spekjtrofflourometri
dengan mikroskop dapat dipakai untuk menunjukkan tempat senyawa
berflourosensi pada sel yang mengikat cat flouresensi.

E. Bidang-bidang yang memanfaatkan analisis dengan metode Flourometri


Bidang/ Zat Jenis senyawa
Biokimia, farmasi, steroid Corticosteron, cortisol, estron, test or
er on, progrest er on, endrogen
Protein, asam-asam amino Globulin, albumin, tript opchan,
tyramin, metal ikat etotamin, serat
onin, histamine, leusin,
fenilanalanin.
Bahan obat Aspirin,tetrasiklin, morfin,
barbiturate
Vitamin Tiamin, riboflavin, C,D,E
Enzim Lipase, protease, fost at ase
peroksidase, dehidrogenase
Pertanian Beberapa jenis pestisida, aflat oksin.
Industri Senyawa-senyawa aromatis,
detergen.

Anda mungkin juga menyukai