Anda di halaman 1dari 6

Sudah 7 tahun berlalu, sedewasa apapun wanita bersandang marga Oh ini selalu

membuat sang suami kewalahan, usia pernikahan mereka baru berjalan 3 Tahun.
Membuat kedua pasangan ini tidak bosan menebar taman bunga setiap hari di
dalam rumah mereka. Bagi Sehun, istrinya itu sudah cukup membuat paginya
sedikit melelahkan.

Jiyeon dan Sehun sepakat menempati rumah tidak terlalu mewah, walau Jiyeon
tidak terlalu besar, Jiyeon begitu bahagia terlebih Sehun selalu memanjakannya

“Sehun ganti.”

Sehun langsung mengangguk pasrah, ternyata Jiyeon menggeleng dengan wajah


cemberut tidak menyetujui pakaian kantornya, ini sudah ke enam kalinya Jiyeon
tidak menyetujui kemeja yang baru saja di belikan Jiyeon sendiri, tapi saat dicoba
di rumah, Jiyeon dengan tak bersalah mengatakan kemeja itu tidak cocok untuk
Sehun.

“Aku tidak mau Junior wanitamu memusatkan perhatian pada Kepala Editor ini.”
Wanita yang berumur 25 tahun itu mulai membuka lagi kancing-kancing kemeja
dan memerhatikan Sehun dengan tatapan tak sukanya.

Ya, Sehun menyukai kecemburuan Jiyeon, dan selama itu pula cintanya semakin
tumbuh, ia mengagumi seluruh keposesifan sang istri, tidak hanya Jiyeon dirinya
juga membatasi siapapun pria yang berkontak langsung pada teman sekampus
Jiyeon.

“Wanita manapun yang menggodaku, akan aku tangkis, seperti ini.” Sehun
menyilangkan tangan kedepan dadanya.

“Benarkah? Dari penjelasan di situs tontonan yang aku dengar, Pria tidak cukup
memiliki satu pasangan.”

“Gimana aku mau berpaling, yang di dalam rumah saja seperti singa tidak hanya
itu dia terlalu cantik untuk di khianati, percaya pada suamimu ini.”

Jiyeon megerutkan kening menatap Sehun yang terlihat mengusap wajahnya,


wajah lelaki itu semakin dewasa, apalagi ditambah sifat suami yang siaga
menjadikan Jiyeon sedetikpun tak ingin melepaskan Sehun bekerja, apalagi di
masa cuti di karena kandungannya menginjak usia 8 bulan. Selama Sehun bekerja
Jiyeon dilanda rasa bosan, akhirnya ia berapa jam sekali selalu menghubungi
Sehun dengan sambungan Video Call.

“Kenapa diam, mau aku bawakan apa malam ini?.”

“Tidak mau apa-apa, hanya kau saja,” ucap Jiyeon sambil tersenyum.
“Hubungi aku saat kau sudah tau keinginanmu, kau ingat Eunwoo?.”

“Mana mungkin aku melupakan teman semasa sekolahku, ada apa?.”


Sehun tersenyum, ia mengeluarkan ponsel menunjukkan foto Eunwoo dan anak
bai berumur berkisar antara 8-11 bulan. “Anak pertamanya, hidung mewarisi dia.”

Jiyeon terlihat menatap Sehun dalam, dan Sehun langsung mengerutkan


keningnya bingung. Satu pikiran yang ada di benak Sehun, apa Jiyeon tidak
cemburu melihat Eunwoo memiliki anak?.

Sehun menepis pikirannya.

Jiyeon langsung memalingkan pandangannya kemudia ia mengambil parfum


untuk di semprotkan ke baju kemeja Sehun.

“Aku ingin reunian kemarin, kenapa kau melarangku, aku merindukan teman-
temanku, Sehun.”

Pandangan Sehun kemudian terpusat pada muramnya wajah Jiyeon, ternyata ini
arti dari tatapan dalam istrinya. “Bukan aku tidak mengizinkan, kau hanya boleh
pergi bersamaku, kau hamil besar Jiyeon, aku hawatir saat aku tidak
disampingmu, kau ini ceroboh.”

Jiyeon membiarkan prianya ini memeluknya, terlihat sekali Sehun sedikit


kesusahan akibat perutnya yang membesar.

“Kau mau liburan, biar aku mengurus cutiku.” Sehun masih setia memeluk
pinggang istrinya sambil mencium kecil wajah Jiyeon.

“Bisakah kah? Aku kira kau terlalu sibuk, tapi, aku takut Sehun, getaran pesawat
nanti perutku tiba-tiba sakit. Baby ini sudah lama menginginkan liburkan tapi
Daddynya baru sekarang mengajukan keinginan berlibur.”

Sehun terkekeh geli mendengar ucapan Jiyeon, Sehun reflek membalik tubuh
Jiyeon dan berjongkok mengelus perut besar itu. “Maafkan aku, Aku janji padamu
kau dan Ibumu dua hari kedepan akan terbang di Hawai atau ingin menonton
Moto GP?. Masa ngidammu membuat kepalaku sering berdenyut.”

“Aku pikirkan lagi, sekarang aku malas untuk berpergian,” Jiyeon mengambil tas
kerja Sehun, Jiyeon merasa ada sesuatu yang kurang dari suaminya atau dirinya
sendiri.

“Astaga, Sehun. Aku melupakan sarapan untukmu, ini karena terlalu lama
memilih kemeja kantor mu ini.”

“Aku bisa memesan makanan, tidak sempat juga.”


Lalu Jiyeon tersenyum singkat, ia berjinjit untuk memberikan kecupan sayang di
wajah tampan Sehun, “Maafkan aku, semangat bekerja Daddy.”

Perlakukan kecil selalu di berikan Sehun, ciuman bibir sebagai salam sebelum
pergi bekerja, “Aku pergi dulu, kunci semua pintu jangan lakukan hal yang berat-
berat, mengerti?.”

Jiyeon mengangguk, “Sudah sana cepat pergi.”

Sehun memeluk ringan Jiyeon, “Tunggu aku pulang, jangan terlalu repot
menyiapkan apapun, cukup bukakan pintu, peluk aku.”

Terakhir, Jiyeon memasangkan Jas berwarna hitam dan membenarkan tatanan


rambut Sehun. “Tampan.”

***

20.30 A.M – Oh Family House

Jiyeon terbangun, ia mengambil ponsel dari bawah bantal, ia mendesah pelan


seharusnya ia memasang alaram untuk menyambut Sehun, sudah di pastikan
sehun sudah dua jam lamanya pria itu pulang.

Dan, benar saja. Sehun keluar dari kamar dengan senyuman begitu menawan,
Jiyeon menyesal? Tentu saja, karena seperti berapa bulan lalu sebelum
kehamilannya ini menginjak 6 bulan, Jiyeon masih bisa menyiapkan segela
keperluan Sehun, dari menyiapkan air panas dan mencucikan pakaian Sehun.
Sebenarnya, Jiyeon bisa saja. Namun, Sehun melarang keras Jiyeon untuk
mencuci, membereskas rumah dan mempersiapkan keperluan sepulang kerja
Sehun.

“Mau kerumah sakit? ini jadwal menemui Dokter Jung, mau malam ini atau
besok?.” Sehun memasang kaos putihnya lalu ia naik ke atas ranjang, sambil
menatap perut Jiyeon.

“Sehun, aku tertidur tadi.”

Sehun mengitkut gaya Jiyeon berbaring dengan menyinggringkan tubuhnya untuk


menghadap Jiyeon. “Berat badanmu bertambah 10 kg, tetap cantik, kau ingat dulu
aku pernah bertanya, tidak bisa 1 hari saja tidak cantik?.” Sehun mengabaikan
ucapan Jiyeon, Sehun juga tau ada rasa sesal dari wajah Jiyeon, padahal semua itu
Sehun tidak mempermasalahkan, menjadi Ibu hamil itu berat. Terlebih ini
kehamilan pertama Jiyeon.

“Apa kau risih dengan berat badanku ini?.”


“Kenapa harus risih?,” kekeh Sehun pelan. Sehun mendekat ia arahkan tangannya
mengelus perut Jiyeon. “Aku yang membuatnya, aku yang membuat tubuhmu
seperti ini, aku juga menginginkannya, untuk itu kenapa harus risih?.”

Jiyeon mengulum senyum, “Aku juga suka Oh Sehun yang sekarang, semakin
berbentuk tidak dengan Baby Oh yang tinggi nan kurus itu.”

“Berarti aku semakin sempurna di matamu?,” tanya Sehun seraya mengecup


kening Jiyeon.

“Tidak ada yang sempurna, tetapi aku semakin mencintaimu.”

Sehun tentu senang mendengarnya, “Aku ingin mengakan sesuatu, telingamu


harus siap.”

“Kau tidak ingin menggodaku? Sehun, jika ingin menggodaku, kau tidur saja
keluar jangan di kamar.”

“Dosa jauh-jauh dari suami.”

“Bercandamu itu tidak lucu.” Jiyeon menjauhkan tangan Sehun dari pertunya.

“Dosa kau menjauhkan tangan ini dari calon anak kita.”

Sehun semakin bersemangat menggoda Jiyeon, Sehun semakin mendekat, ia


mengarahkan bibirnya di telinga Jiyeon. “Aku masih mengingat secara jelas,
walau sudah 3 tahun lamanya, ketika aku Unboxing kau pertama kali.”

Jiyeon mendelik dengan wajah yang memerah. “Sudah aku bilang, kau ini
godaanmu tidak lucu, Oh Sehun.”

Sehun menyengir kuda, Sehun ingin merebahkan tubuhnya kembali. Namun,


dengan jahilnya pria Oh ini membuat jantung Jiyeon berdegup kencang saat
Sehun kini menatapnya dalam, Sehun menurunkan tubuhnya dengan tumpuan
tangannya di kasur. Sehun mendekatkan wajah sebelum akhirnya berbisik dengan
lirih.

“Sudah lama, masih saja malu.”

“Apa?.”

“Jiyeon..,” suara berat membuat Jiyeon menatap Sehun dengan bingung, Jiyeon
memperhatikan Sehun, perlahan Jiyeon mengelurkan tangannya untuk meraih
wajah Sehun.
Dengan gerakan cepat Sehun mencium bibir Jiyeon, keduanya saling bercium
mesra, ini memberatkan Sehun, Dokter pribadi Jiyeon melarang keras melakukan
hubungan intim dari usia kandungan Jiyeon lima bulan.

Sehun tersenyum mengkhiri pagutan mereka, ia mendesah pelan. “Cepatlah


keluar, Daddymu ini sangat tersiksa. Dulu saat pertama membuatmu, Ibumu ini
malu-malu kucing.”

Bolehkah saat ini Jiyeon menggunting bibir Sehun?. Pria itu tidak bisa memproses
dulu sebelum mengeluarkan kata demi kata. Sehun terlihat seperti biasa saja,
namun dirinya harus menanggung malu.

“Mulutmu tidak bisa mengeluarkan kata sedikit lebih sopan?.”

“Kenapa? Masih malu?” Sehun terkekeh pelan ditengah hasratnya yang mulai
meredah, kembali Sehun mengecup bibir Jiyeon singkat.

“Jiyeon, 1 anak saja ya?.”

Jiyeon sontak mendesah pelan. “Sudah berulang kali kau mengatakan ini, aku mau
3, jangan kau mau memproduksi tapi tidak ingin menjadikannya, maniak sekali!.”

Jiyeon tidak ingin memusatkan pandangan kepada Sehun, Sehun paham saat ini
Jiyeon begitu kesal, kini Sehun menampilkan senyuman menyeringai, Sehun
membuka kaosnya, kebiasaan setiap malam saat ingin tertidur.

“Boleh, 3 anak. Tapi...”

Jiyeon menyela dengan cepat, “Apalagi dengan otak mesummu ini?.”

Sehun semakin bersemangat jika sudah dihadapi pembicaraan ini. “Kau juga
sudah sering mendengar bukan, melakukan hubungan intim itu bagus untuk
kesehatan, semakin sering melakukan semakin banyak manfaatnya.”

“Baby, kelaur lah cepat.” Lanjut Sehun.

“Kau yang keluar dari kamar ini, Oh Sehun!,” teriak Jiyeon merasakan frustasi,
Sehun semakin tak terkontrol.

Setiap malam di kamar kedua pasangan suami istri itu terasa hangat dengan
dibumbui pria bermaga Oh dengan usil memancing amarah istirnya, tak jarang
pula suara tawa menghiasai kamar mereka.

Anda mungkin juga menyukai