membuat sang suami kewalahan, usia pernikahan mereka baru berjalan 3 Tahun.
Membuat kedua pasangan ini tidak bosan menebar taman bunga setiap hari di
dalam rumah mereka. Bagi Sehun, istrinya itu sudah cukup membuat paginya
sedikit melelahkan.
Jiyeon dan Sehun sepakat menempati rumah tidak terlalu mewah, walau Jiyeon
tidak terlalu besar, Jiyeon begitu bahagia terlebih Sehun selalu memanjakannya
“Sehun ganti.”
“Aku tidak mau Junior wanitamu memusatkan perhatian pada Kepala Editor ini.”
Wanita yang berumur 25 tahun itu mulai membuka lagi kancing-kancing kemeja
dan memerhatikan Sehun dengan tatapan tak sukanya.
Ya, Sehun menyukai kecemburuan Jiyeon, dan selama itu pula cintanya semakin
tumbuh, ia mengagumi seluruh keposesifan sang istri, tidak hanya Jiyeon dirinya
juga membatasi siapapun pria yang berkontak langsung pada teman sekampus
Jiyeon.
“Wanita manapun yang menggodaku, akan aku tangkis, seperti ini.” Sehun
menyilangkan tangan kedepan dadanya.
“Benarkah? Dari penjelasan di situs tontonan yang aku dengar, Pria tidak cukup
memiliki satu pasangan.”
“Gimana aku mau berpaling, yang di dalam rumah saja seperti singa tidak hanya
itu dia terlalu cantik untuk di khianati, percaya pada suamimu ini.”
“Tidak mau apa-apa, hanya kau saja,” ucap Jiyeon sambil tersenyum.
“Hubungi aku saat kau sudah tau keinginanmu, kau ingat Eunwoo?.”
“Aku ingin reunian kemarin, kenapa kau melarangku, aku merindukan teman-
temanku, Sehun.”
Pandangan Sehun kemudian terpusat pada muramnya wajah Jiyeon, ternyata ini
arti dari tatapan dalam istrinya. “Bukan aku tidak mengizinkan, kau hanya boleh
pergi bersamaku, kau hamil besar Jiyeon, aku hawatir saat aku tidak
disampingmu, kau ini ceroboh.”
“Kau mau liburan, biar aku mengurus cutiku.” Sehun masih setia memeluk
pinggang istrinya sambil mencium kecil wajah Jiyeon.
“Bisakah kah? Aku kira kau terlalu sibuk, tapi, aku takut Sehun, getaran pesawat
nanti perutku tiba-tiba sakit. Baby ini sudah lama menginginkan liburkan tapi
Daddynya baru sekarang mengajukan keinginan berlibur.”
Sehun terkekeh geli mendengar ucapan Jiyeon, Sehun reflek membalik tubuh
Jiyeon dan berjongkok mengelus perut besar itu. “Maafkan aku, Aku janji padamu
kau dan Ibumu dua hari kedepan akan terbang di Hawai atau ingin menonton
Moto GP?. Masa ngidammu membuat kepalaku sering berdenyut.”
“Aku pikirkan lagi, sekarang aku malas untuk berpergian,” Jiyeon mengambil tas
kerja Sehun, Jiyeon merasa ada sesuatu yang kurang dari suaminya atau dirinya
sendiri.
“Astaga, Sehun. Aku melupakan sarapan untukmu, ini karena terlalu lama
memilih kemeja kantor mu ini.”
Perlakukan kecil selalu di berikan Sehun, ciuman bibir sebagai salam sebelum
pergi bekerja, “Aku pergi dulu, kunci semua pintu jangan lakukan hal yang berat-
berat, mengerti?.”
Sehun memeluk ringan Jiyeon, “Tunggu aku pulang, jangan terlalu repot
menyiapkan apapun, cukup bukakan pintu, peluk aku.”
***
Dan, benar saja. Sehun keluar dari kamar dengan senyuman begitu menawan,
Jiyeon menyesal? Tentu saja, karena seperti berapa bulan lalu sebelum
kehamilannya ini menginjak 6 bulan, Jiyeon masih bisa menyiapkan segela
keperluan Sehun, dari menyiapkan air panas dan mencucikan pakaian Sehun.
Sebenarnya, Jiyeon bisa saja. Namun, Sehun melarang keras Jiyeon untuk
mencuci, membereskas rumah dan mempersiapkan keperluan sepulang kerja
Sehun.
“Mau kerumah sakit? ini jadwal menemui Dokter Jung, mau malam ini atau
besok?.” Sehun memasang kaos putihnya lalu ia naik ke atas ranjang, sambil
menatap perut Jiyeon.
Jiyeon mengulum senyum, “Aku juga suka Oh Sehun yang sekarang, semakin
berbentuk tidak dengan Baby Oh yang tinggi nan kurus itu.”
“Kau tidak ingin menggodaku? Sehun, jika ingin menggodaku, kau tidur saja
keluar jangan di kamar.”
“Bercandamu itu tidak lucu.” Jiyeon menjauhkan tangan Sehun dari pertunya.
Jiyeon mendelik dengan wajah yang memerah. “Sudah aku bilang, kau ini
godaanmu tidak lucu, Oh Sehun.”
“Apa?.”
“Jiyeon..,” suara berat membuat Jiyeon menatap Sehun dengan bingung, Jiyeon
memperhatikan Sehun, perlahan Jiyeon mengelurkan tangannya untuk meraih
wajah Sehun.
Dengan gerakan cepat Sehun mencium bibir Jiyeon, keduanya saling bercium
mesra, ini memberatkan Sehun, Dokter pribadi Jiyeon melarang keras melakukan
hubungan intim dari usia kandungan Jiyeon lima bulan.
Bolehkah saat ini Jiyeon menggunting bibir Sehun?. Pria itu tidak bisa memproses
dulu sebelum mengeluarkan kata demi kata. Sehun terlihat seperti biasa saja,
namun dirinya harus menanggung malu.
“Kenapa? Masih malu?” Sehun terkekeh pelan ditengah hasratnya yang mulai
meredah, kembali Sehun mengecup bibir Jiyeon singkat.
Jiyeon sontak mendesah pelan. “Sudah berulang kali kau mengatakan ini, aku mau
3, jangan kau mau memproduksi tapi tidak ingin menjadikannya, maniak sekali!.”
Jiyeon tidak ingin memusatkan pandangan kepada Sehun, Sehun paham saat ini
Jiyeon begitu kesal, kini Sehun menampilkan senyuman menyeringai, Sehun
membuka kaosnya, kebiasaan setiap malam saat ingin tertidur.
Sehun semakin bersemangat jika sudah dihadapi pembicaraan ini. “Kau juga
sudah sering mendengar bukan, melakukan hubungan intim itu bagus untuk
kesehatan, semakin sering melakukan semakin banyak manfaatnya.”
“Kau yang keluar dari kamar ini, Oh Sehun!,” teriak Jiyeon merasakan frustasi,
Sehun semakin tak terkontrol.
Setiap malam di kamar kedua pasangan suami istri itu terasa hangat dengan
dibumbui pria bermaga Oh dengan usil memancing amarah istirnya, tak jarang
pula suara tawa menghiasai kamar mereka.