Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

PEMERIKSAAN PRAPARTISIPASI

Disusun oleh:
Nama : Febrina Eva Susanto
NIM : 41160066

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2020
TUJUAN PRAKTIKUM

1) Mahasiswa mampu mendefinisikan pemeriksaan prapartisipasi

2) Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan prapartisipasi

3) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan prapartisipasi

4) Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan prapartisipasi


PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran olahraga merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang
mengkhususkan pembahasan pada penggunaan olahraga sebagai media atau sarana untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Ilmu kesehatan olahraga merupakan cabang ilmu kedoteran olahraga mengenai
pengkajian pelaksanaan olahraga pada orang sehat.

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam kedokteran olahraga: Aktivitas fisik


adalah segala kegiatan atau aktivitas yang menyebabkan peningkatan penggunaan
energi/kalori oleh tubuh. Contoh: menyapu, mencuci, dsb. Latihan (exercise) merupakan
serangkaian aktifitas fisik yang terstruktur dan berirama dengan intensitas tertentu dalam
jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Contoh:
bersepeda, latihan beban, jogging dsb. Olahraga (sport) merupakan serangkaian aktifitas fisik
yang dilakukan secara terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah
tertentu tetapi tidak terikat pada intensitas dan waktunya. Contohnya dari segi prestasi
:olahraga prestasi dan non-prestasi, sedangkan dari segi kontak badan : kontak penuh, kontak
sebagian dan no kontak. Misalnya olahraga sepakbola, olahraga karate, olahraga bolabasket,
dsb.

Peran Ilmu kedokteran olahraga :

 Promotif: Sosialisasi kepada masyarakat bahwa latihan fisik teratur dapat


meningkatkan derajat kesehatan tentunya dengan kaidah-kaidah olahraga yang
dianjurkan.
 Preventif: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
penyakit atau keadaan yang tidak nyaman. Seperti pencegahan jantung
koroner, pencegahan penyakit gangguan metabolisme.
 Kuratif: Bentuk penatalaksanaan penyakit yang diderita seseorang melalui
latihan fisik. Contoh: latihan untuk pengendalian kadar gula darah pada
diabetes melitus.
 Rehabilitatif: Pengembalian kondisi seseorang pada keadaan sebelum sakit
pada orang yang baru mengidap penyakit dengan latihan fisik. Contohnya
latihan rehabilitasi post-stroke.
CARA KERJA

I. PHYSICAL ACTIVITY READINESS QUESTIONNAIRE (PAR-Q)


 Mempersiapkan alat tulis dan kuesioner
 Memberikan penjelasan kepada naracoba mengenai isi kuesioner
 Meminta naracoba untuk mengisi kuesioner PAR-Q and You yang terdiri dari
7 buah pertannyaan
 Meminta naracoba untuk memberikan consent pada akhir kuesioner PAR-Q
and You
II. AHA/ACSM HEALTH/FITNESS FACILITY PREPARTICIPATION
SCREENING QUESTIONNAIRE
 Mempersiapkan alat tulis dan kuesioner
 Memberikan penjelasan kepada naracoba mengenai isi kuesioner
 Meminta naracoba untuk mengisi kuesioner AHA/ACSM Health/Fitness
Facility Preparticipation Screening Questionnaire sesuai dengan kondisi
kesehatan naracoba
III. 6 MINUTES WALKING TEST (6MWT)

 Mempersiapkan peralatan :
o Stopwatch
o Mechanical lap counter
o Penanda titik putaran
o Kertas kerja
o Sphygmomanometer
o Borg scale
o Meteran
 Persiapan Naracoba
o Mengenakan pakaian yang nyaman
o Mengenakan sepatu yang nyaman
o Tidak makan terlalu kenyang
o Tidak berolahraga berat dalam 2 jam sebelum tes dimulai
 Melakukan pengukuran lintasan 6MWT

 Naracoba tidak diperkenankan melakukan pemanasan


 Naracoba diminta duduk sekitar 5 – 10 menit, ukur tekanan darah, dan
frekuensi denyut jantung. Hasil yang didapat dijadikan data awal.
 Naracoba diminta berdiri dan ukur dispneu dan kelelahan awalnya
mempergunakan Borg scale.
 Atur lap counter di angka nol (dapat dihitung secara manual tanpa lap counter)
dan penanda waktu di angka 6 menit dan minta naracoba mendekati titik awal
 Memberikan instruksi pada naracoba:
o Sasaran dari tes ini adalah berjalan sejauh mungkin selama 6 menit.
Anda akan berjalan bolak balik sepanjang lintasan. 6 menit merupakan
waktu yang panjang, Anda diminta untuk memaksimalkan usaha Anda.
Anda mungkin akan ngos-ngosan atau lelah. Anda diperkenankan
melambat, berhenti, atau beristirahat apabila dibutuhkan. Anda dapat
bersandar di dinding ketka istirahat, namun segeralah berjalan kembali
setelah Anda rasa mampu berjalan kembali.
o Anda akan berjalan memutari titik penanda putaran. Silakan memutar
tanpa ragu-ragu. Saya akan memberi contoh, silakan perhatikan cara
saya memutan tanpa ragu-ragu.
o Demonstrasikan cara berjalan 1 putaran. Berjalanlah dan putarilah titik
penanda putaran dengan cepat.
o Apakah Anda siap melakukannya? Saya akan memakai alat penghitung
ini untuk menandai jumlah putaran yang Anda lakukan. Ingatlah
bahwa sasaran dari tes ini adalah berjalan sejauh mungkin selama 6
menit, jangan berlari.
o Mulailah sekarang, atau kapanpun Anda siap.
 Posisikan naracoba di titik awal. Pengukur berdiri di titik awal, jangan ikut
berjalan bersama naracoba.
 Tetaplah berkonsentrasi pada naracoba. Tekan lap counter/tandai pada kertas
apabila naracoba telah mencapai titik awal kembali. Pastikan naracoba melihat
hal.
 Beritahukan waktu yang tersisa setiap menit sebagai berikut.
1’: “Anda telah melakukannya dengan baik. Waktu tersisa 5 menit.”
2’: “Pertahankan kerja baik Anda. Anda masih harus berjalan 4 menit.”
3’: “Anda telah melakukannya dengan baik. Anda sudah setengah jalan.”
4’: “Pertahankan kerja baik Anda. Anda tinggal harus berjalan 2 menit lagi.”
5’: “Anda telah melakukannya dengan baik. Anda tinggal harus berjalan 1’
lagi.”
sisa 15 detik “Sebentar lagi saya akan memberitahukan pada Anda untuk
berhenti. Ketika saya mengatakannya, berhentilah di tempat Anda berada dan
saya akan menghampiri Anda.”
 Ketika waktu habis, katakan “Berhenti,”
 Jangan gunakan kata-kata lain maupun bahasa tubuh untuk memberikan
semangat pada naracoba
 Apabila naracoba berhenti berjalan selama tes dan perlu beristirahat, katakan:
“Anda dapat bersandar di dinding jika mau; kemudian teruskan berjalan
setelah Anda rasa mampu.”
 Jangan hentikan stopwatch.
 Apabila naracoba berhenti sebelum 6 menit dan menolak untuk lanjut berjalan
(atau Anda putuskan ia tidak dapat melanjutkan lagi), berikan kursi pada
pasien untuk duduk, dan tandai pada kertas (jarak, waktu berhenti, alasan
berhenti sebelum waktunya).
 Post test: Sampaikan kepada naracoba tingkat dispneu dan kelelahan yang dia
tentukan sebelum sesi tes. Nilai kembali tingkat dispneu dan kelelahan
mempergunakan Borg scale dan tanyakan hal berikut: “Apa (jika ada) yang
menghalangi Anda berjalan lebih jauh?”
 Ukur frekuensi denyut nadi.
 Hitunglah keseluruhan jarak tempuh naracoba (dalam meter), catat pada tabel.
 Berilah ucapan selamat pada naracoba atas usahanya dan tawarkan minum
(jika ada).
HASIL PRAKTIKUM

Hasil praktikum dapat dilihat pada halaman berikut, antara lain memuat:

1) penyataan persetujuan naracoba


2) kuesioner Par-Q And You
3) AHA/ACSM Health/Fitness Facility Preparticipation Screening Questionnaire
4) 6 Minutes Walking Test (6MWT)
Jarak prediksi (m)
= 586,254 + 0.622 BB (kg) – 0,265 TB (cm) – 63,343 jenis kelamin* + 0,117 Usia
= 586,254 + 0.622 BB (50kg) – 0,265 TB (170cm) – 63,343 (0) + 0,117 (16)
= 574, 176 meter
Jarak yang ditempuh (m) = 621,77 meter Keterangan:
Presentase terhadap prediksi =108,3% (Normal) BB : Berat badan
TB : Tinggi badan
Jenis kelamin : laki-laki = 0;
perempuan = 1

Variabel Kriteria Interpretasi


Presentase terhadap >85 % Normal
prediksi 77-85 % Buruk (poor)
<77% Sangat Buruk (very poor)

Pengukuran VO2max
= 0,053 (distance) + 0,022 (age) + 0,032 (BH) – 0,164 (BW) – 2,228 (sex*) – 2,287
= 0,052(621,77m) + 0,022(16th) + 0,032(170cm) – 0,164(50kg) – 2,228(0) – 2.287
= 32,95 + 0,35 + 5,44 – 8,2 – 0 – 2,287
= 28,25 (Very poor) Keterangan
• * 0 = male, 1 = female
• Walking distance in meter
• Age in years old
• Height in centimeter
• Body weight in kilogram
PEMBAHASAN

I. Tujuan Pemeriksaan Partisipasi


pemeriksaan prapartisipasi adalah serangkaian pemeriksaan fisis yang dilakukan
secara sistematis dan menyeluruh melalui proses anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi pada orang yang akan mengikuti kegiatan olahraga/ latihan. Tujuan
Pemeriksaan prapartisipasi adalah untuk mengetahui kondisi keseluruhan masalah
kesehatan yang mungkin dialami. Selain itu dilakukan untuk kepentingan medikolegal
serta jaminan asuransi kesehatan. Pemeriksaan prapartisipasi perlu dilakukan,
terutama untuk orang yang memulai kegiatan olahraga untuk pertama kalinya.
[ CITATION Afr11 \l 1057 ]

II. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Prapartisipasi Naracoba


Par-Q adalah metode pemeriksaan pre-partisipasi yang dianjurkan untuk
digunakan yang berupa kuisioner untuk mengidentifikasi kondisi atau faktor risiko
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum memulai latihan. Pada
naracoba, tidak terdapat adanya jawaban “ya” pada kuesioner tersebut, yang
menandakan bahwa naracoba dapat memulai aktivitas fisik (dimulai perlahan dan
ditingkatkan secara bertahap) dan ikut serta dalam penilaian kebugaran, penilaian
kebugaran adalah cara terbaik untuk menentukan kebugaran dasar sehingga dapat
merencanakan cara terbaik untuk hidup aktif.
AHA/ACSM Health/Fitness Facility Preparticipation Screening Questionnaire
adalah kuesioner yang dapat diisi untuk penapisan awal sebelum seseorang mulai
beraktivitas fisik. Orang dengan chest discomfort dapat terfasilitasi dengan kuesioner
ini.
6 Minutes Walking Test (6MWT) merupakan salah satu uji yang reliabel,
valid, dan responsif untuk mengukur kapasitas fungsional paru menurut rekomendasi
American Thoracic Society, kapasitas fungsional mencakup aktivitas kehidupan
sehari-hari dan aktivitas yang berkaitan dengan orang lain dan lingkungan. 6 Minutes
Walking Test merupakan uji berbasis waktu dengan jarak tempuh sebagai hasil
keluarannya, uji ini dilaksanakan pada lintasan sepanjang 15meter. 6MWT dilakukan
pada hari Kamis, 30 April 2020 pukul 07.30-07.36, dengan naracoba bernama
Fernando Buyu Susanto (laki-laki), usia 16 tahun, tinggi badan 170cm dan berat
badan 50kg.
Indikasi dilakukannya 6 minutes walking test adalah (1) mengukur respon
terhadap intervensi medis pada pasien dengan penyakit jantung atau paru sedang
sampai dengan berat; (2) mengukur status fungsional pasien (pengukuran tunggal);
dan (3) predictor morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit.
Kontraindikasi absolut dilakukannya 6MWT adalah unstable angina atau
infark myocardium sebulan sebelum tes. Kontraindikasi relatif dari tes ini adalah
denyut jantung istirahat lebih dari 120 x/menit, tekanan darah sistolik lebih dari 180
mmHg, dan tekanan darah diastolik lebih dari 100 mmHg. Pada naracoba, tidak
ditemukan adannya kontraindikasi apapun. Hasil jarak yang ditempuh pada 6MWT
naracoba sebesar 621,77 meter dan jarak prediksi sebesar 574,176 meter. Presentase
terhadap prediksi =108,3% (Normal). Uji dihentikan apabila naracoba merasakan
nyeri dada, sesak napas (intolerable dyspnea), kaki kram, sempoyongan (staggering),
keringat berlebih (diaphoresis), dan wajah pucat; hasil pengukuran saturasi oksigen
didapatkan hasil < 80%. Namun pada naracoba tidak ditemukan adanya tanda-tanda
yang telah disebutkan diatas, sehingga naracoba dapat melalkukan 6MWT hingga
waktu habis. [ CITATION Nus18 \l 1057 ]
Sebelum dan setelah 6MWT, dilakukan pemeriksaan frekuensi nadi, tekanan
darah, dispneu dan kelelahan. Didapatkan hasil adanya peningkatan frekuensi nadi
yang sebelumnya 66x/mnt menjadi 72x/mnt, tekanan darah yang sebelumnya
116/73mmHg menjadi 128/89mmHg, kelelahan yang sebelumnya skala 0 menjadi
skala 2 (kelelahan ringan), serta tidak terdapat gejala lain di akhir tes.
Setelah 6MWT, frekuensi denyut nadi naracoba meningkat, denyut nadi
naracoba setelah 6MWT meningkat disebabkan karena pada saat orang beraktivitas,
maka banyak oksigen yang dibutuhkan oleh sel tubuh akibat dari metabolisme sel
yang bekerja semakin cepat dalam menghasilkan energi, menyebabkan peredaran
darah dalam pembuluh akan semakin cepat & curah darah yang dibutuhkan semakin
besar yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi otot jantung dan otot rangka dan juga
menyebabkan vasokontriksi arteriol, arteriol menyempit dan kerja jantung bertambah
sehingga terjadi peningkatan volume dan tekanan darah.
Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan
darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel
tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja
semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam
pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin
besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta
vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung tiap
satuan waktupun bertambah sehingga volume darah pada arteriol akan meningkat dan
tekanannyapun meningkat. Tekanan Darah Sistolik (TDS) menunjukkan tekanan pada
arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung) atau tekanan maksimum dalam arteri
pada suatu saat. Tekanan Darah Diastolik (TDD) menunjukkan tekanan darah dalam
arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. TDS
berhubungan dengan curah jantung, sedangkan TDD berhubungan dengan besarnya
resistensi perifer. [ CITATION She01 \l 1057 ]
Kelelahan setelah melakukan 6MWT diakibatkan karena kontraksi otot rangka
yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan
supply energi yang dibutuhkan serta membuang sisa metabolisme, khususnya asam
laktat. Jika asam laktat yang banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan
kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi,
otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan
terjadinya kelelahan.[ CITATION Guy90 \l 1057 ]
VO2max adalah daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah
oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan
atau tes. VO2max berarti volume oksigen tubuh yang dapat digunakan saat bekerja
sekeras mungkin. Mereka yang mempunyai VO 2max yang tinggi dapat melakukan
lebih banyak pekerjaan sebelum menjadi lelah, dibandingkan dengan mereka yang
mempunyai VO2max yang lebih rendah. Lebih sehat dan lebih tinggi kebugaran
jasmani seseorang, lebih banyak oksigen yang tubuh kita dapat proseskan. Sementara
kita berlatih, paru-paru akan dapat mengambil lebih banyak oksigen dari pembuluh
darah kapiler.
lima faktor yang menentukan VO2max seseorang yaitu:
 jenis kelamin  pria mempunyai konsumsi oksigen maksimal yang
lebih tinggi dibanding wanita.
 Usia  Setelah usia 20-an VO2 max menurun dengan perlahan- lahan
 keturunan
 komposisi tubuh  mereka yang memiliki lemak dengan persentasi
tinggi mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah.
Bila tubuh berotot kuat, VO2max akan lebih tinggi.
 Latihan  seseorang yang rutin melakukan latihan daya tahan yang
sistematis, maka konsumsi oksigen maksimal akan lebih tinggi 5-25%
dibandingkan orang yang jarang melakukan latihan [ CITATION Jer07 \l
1057 ]

III. Rencana Tindak Lanjut yang Disarankan Kepada Naracoba


Naracoba disarankan untuk :
1. Naracoba dapat memulai latihan fisik dimulai dengan intensitas rendah dan
ditingkatkan secara bertahap
2. Rutin melakukan latihan daya tahan yang sistematis, sehingga VO 2max dapat
ditingkatkan
3. Rutin melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
nadi, suhu tubuh, frekuensi respirasi)
KESIMPULAN

 pemeriksaan prapartisipasi adalah serangkaian pemeriksaan fisis yang dilakukan


secara sistematis dan menyeluruh melalui proses anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi pada orang yang akan mengikuti kegiatan olahraga/ latihan. Tujuan
Pemeriksaan prapartisipasi adalah untuk mengetahui kondisi keseluruhan masalah
kesehatan yang mungkin dialami.
 6 Minutes Walking Test (6MWT) merupakan salah satu uji yang reliabel, valid, dan
responsif untuk mengukur kapasitas fungsional paru.
 Latihan fisik dapat mempengaruhi frekuensi nadi, tekanan darah, dispneu dan
kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA

Afriwardi. (2011). Ilmu Kedokteran Olahraga. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton, A. (1990). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Jeremy, W. (2007). At a Glance Sistem Respirasi Edisi 2. Jakarta: Erlangga.

Nusdwinuringtyas, N. (2018). Kesahihan dan Keandalan Uji Jalan 6-Menit pada Lintasan.
DOI, 131-136.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai