TUTOR PEMBIMBING:
Disusun oleh :
Kelompok 11 B
Nuzul Shafira Alie 11020180192
Chaerawati 11020180206
Ismi Nurlaely Nawir 11020180209
Andi Muh Batara Sakti Haring 11020180214
Andi Nurul Farah Izzah 11020180219
Kirene Dwinilasari Paemba 11020180231
Alifiya Nailah 11020180236
Febriansyah 11020180121
Inayah Al Fatiha 11020180136
Muhammad Yusuf Rezki Ramadhan 11020180145
Andi Muhammad Aqil Anwar 11020180159
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
LAPORAN KASUS PENYAKIT DIARE
1. Data pasien
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Nn. N
2. Umur : 21 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. Alamat : Jl. Ahmad Yani
7. Status : Belum menikah
8. Tanggal Pemeriksaan : 11 juni 2021
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : BAB encer, sejak 3
hari yang lalu
2. Anamnesis Terpimpin :
- Konsistensi encer seperti air
- 4-5x sehari
- Tidak disertai lendir
- Tidak disertai darah
- Disertai sakit perut bagian tengah dan menjalar ke kanan, hilang timbu
- Tidak ada muntah
- Tidak ada demam
- Tidak ada batuk
3. Riwayat Penyakit sebelumnya : -
4. Riwayat Kebiasaan: Suka konsumsi
makanan pedas, jajan sembarang, aktivitas olahraga cukup sering
5. Riw. Penyakit keluarga: -
6. Riw. Pengobatan: Konsumsi obat lodia
7. Riw. Social ekonomi: Baik
8. Lingkungan: Lingkungan yang baik
menggunakan fasilitas air PAM
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Tinggi badan : 155 cm
2. Berat badan : 47 kg
3. Tanda Vital :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Pernapasan : 22x/menit
- Suhu : 37C
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan : -
E. DIAGNOSIS : Diare
F. PENATALAKSANAAN
- Konsumsi obat lodia 2mg 3x sehari
2 Data hasil Kunjungan Rumah Pasien
- Keluhan : BAB encer
- Pemeriksaan Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 37C
A. Karakteristik Demografi Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Bapak MF
Alamat Lengkap : JL ahmadyani
Bentuk Keluarga :Nuclear Family
Penderita
No Nama Kedudukan L/p Umur Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
Bpk Kepala
1 MF Keluarga L 53 thn SMA Wiraswasta -
2 Ibu D Istri P 50thn S1 Wiraswasta -
3 Nn. N Anak P 21 thn SMA Mahasiswi Diare
4 Anak 2 Anak P 18 thn SMA Pelajar -
5 Anak 3 Anak P 15 thn SMP Pelajar -
6 Anak 4 Anak p 12 thn SD Pelajar -
7 Anak 5 Anak L 8 thn SD Pelajar -
B. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. N
2. Umur : 21 thn
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. Alamat : Jl. Ahmad Yani
7. Status : Belum menikah
8. Tanggal Kunjungan : 11 juni 2021
2. AspekKlinik : Diare
3. Aspek Risiko Internal : Kurang pengetahuan mengenai resiko
makan makanan yang pedas dan jajan
sembarangan .
4. Aspek Risiko Eksternal
a) Lingkungan tempat tinggal : Menggunakan fasilitas air PAM
b) Sosial ekonomi : Baik
D. Fungsi Keluarga
No. Fungsi Isian
1. Biologis A. Anggota Keluarga
- Bapak MF
- Ibu D
- Nn. N
- Anak 2
- Anak 3
- Anak 4
- Anak 5
Bentuk Keluarga: Nuclear Family
B. Riwayat Kelahiran
Keadaan saat lahir: Normal
Persalinan:Pervaginam
Riwayat penyakit lain:-
C. Penyakit yang pernah diderita
Penyakit Menular: -
Penyakit kronis : -
D. Penyakit yang diderita saat ini :Diare
E. Riwayat imunisasi :Lengkap
Total APGAR score Nn. N= 8 (Fungsi keluarga dalam keadaan baik menandakan
tidak adanya disfungsi keluarga)
Kesimpulan: Dalam keluarga pasien (Nn. N) terdapat satu fungsi patologis yaitu Medical.
Pasien dan keluarga menganggap bahwa datang ke puksesmas/rumah sakit baru diperlukan
apabila salah satu anggota keluarga sedang sakit sehinga merasa kurang perlu untuk
melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
Bapak MF Ibu D
: Perempuan
Bapak
ibu
Anak 5
Nn. N
Anak 5
Anak 2
Anak 3
Keterangan:
: Hubungan baik
I. Keadaan Rumah dan Lingkungan (foto)
1) Ruang tamu
2) Ruang keluarga
3) Gudang barang
4) Area Penjualan
5) Kantor
6) Kamar utama
7) Dapur
8) Kamar mandi/WC
9) Ruang makan
10) Kamar anak
11) Taman
12) Dindingrumah
13) Ventilasirumah
14) Lantairumah
15) Tempatpembuangansampah
Denah Rumah
J. Daftar Masalah
- Masalah medis :
Pasien 21 thn mengalami BAB encer dan sakit perut yang dialami sejak 3 hari
yang lalu.
- Masalah non medis:
Nn. N memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan
dan jajan sembarangan.
K. Edukasi:
- Pasien dianjurkan untuk mengurangimakan makanan yang pedas
- Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan rajin mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan
- Pasien dianjurkan untuk berolahraga dan konsumsi makanan yang tinggi serat
dan bergizi
- Pasien dianjurkan untuk perbanyak konsumsi air putih untuk mencegah
dehidrasi
PEMBAHASAN
A. Diare
1. Pengertian
Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan
peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3
kali sehari (pada neonates lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lender darah.
Jenis diare ada dua, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang
awalnya mendadak dan berlangsung kurangdari 14 hari, sementara diare kronik yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain
a) Faktor Infeksi
1. Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal :
- Infeksi bakteri yaitu Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
- Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-
virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
- Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)
protozoa (Entamoebahistolytica, Giardialamblia, Trichomonashominis),
jamur (Candida albicans)
2. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
b) Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
- Malabsorbsi lemak
- Malabsornsi protein
c) Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
d) Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).
3. Epidemiologi
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk
ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak
di bawah 5 tahun.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Sub audit Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik
menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Jumlah
penderita diare di Indonesia tahun 2011 sebanyak 4.182.416 penderita, tahun 2012
sebanyak 2.843.801 penderita, sedangkan tahun 2013 sebanyak 4.128.256 penderita.
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa
usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat
untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler.
Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap. Bahan
tersebut berupa larutan isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi
yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari cairan
ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
ekstraseluler dan darah sehingga terjadi diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator
abnormal misalnya enterotoksin yang menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium,
sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan Motilitas
Usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
5. Diagnose
Anamnesis
Diare
- frekuensi buang air besar (BAB)
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pengobatan antibiotik yang baru diminum atau pengobatan lainnya
Pemeriksaan fisis
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
- rewel atau gelisah
- letargis/kesadaran berkurang
- mata cekung
- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa
minum.
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
Tanda-tanda gizi buruk
Perut kembung
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan analisis tinja
6. Gejala Klinis
a) Diare tanpa dehidrasi
Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Balita tetap aktif,
• Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
• Mata tidak cekung
• Turgor kembali segera
b) Diare dehidrasi ringan/sedang
Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Ingin minum terus/rasa haus meningkat
• Turgor kembali lambat
c) Diare dehidrasi berat
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Lesu/lunglai, tidak sadar
• Mata cekung
• Malas minum
• Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik.
7. Tatalaksana
PENGGANTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan
elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, yang harus
dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat
membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi intavena. Ideal- nya, cairan rehidrasi
oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5
gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia
secara komersial dalam paket yang mudah disiapkan dengan dicampur air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat di- buat
dengan menambahkan 1⁄2 sendok teh garam, 1⁄2 sendok teh baking soda, dan 2-4
sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk
mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak
merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intravena diperlukan, dapat diberikan cairan
normotonik, seperti cairan salin normal atau ringer laktat, suplemen kalium diberikan
sesuai panduan kimia darah. Status hidrasi harus dipantau dengan baik dengan
memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, serta penyesuaian infus jika
diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar.
ANTIBIOTIK
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. berian antibiotik dapat secara
empiris (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan
resistensi kuman.
OBAT ANTI-DIARE
Kelompok Anti-sekresi Selektif
Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril
yang bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin
dapat bekerja normal kembali. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi
elektrolit, sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan. Hidrasec sebagai
generasi pertama jenis obat baru anti-diare dapat pula digunakan dan lebih aman
pada anak.
Kelompok Opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl, serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari,
loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar
cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat ini tidak
dianjurkan pada diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri.2,3
Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat me- nyerap bahan infeksius
atau toksin. Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak langsung
dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.
Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya
(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis, dan Catechu dapat membentuk koloid dengan
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses,
tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya
adalah 5-10 mL/2 kali sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk
kapsul atau tablet. 2,3
Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
Untuk mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah adekuat.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi
Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan
terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat normal, rasa
hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali cepat. Dehidrasi sedang
keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel, mata terlihat cekung, haus dan merasa
ingin minum banyak dan turgor kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat
keadaan umumnya terlihat lesu, lunglai atau
b. Tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor kulitnya kembali sangat lambat >
2 detik. (Depkes RI, 2008).
c. Hipernatremia
Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, menurut
penelitian jurmalis, Sayoeti, dan Dewi tahun (2008) , menemukan bahwa 10,3%
anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami hipernatremia.
d. Hiponatremia
Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau
hanya mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang
mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema (Sayoeti &
Dewi tahun 2008).
e. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi
yang menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot,
peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia (Ngastiyah,
2005 dalam penelitian Andri 2015).
f. Demam
Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus (Grace & Jerald, 2010).
Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh.
Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel. Sel
yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah
neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik menginduksi
timbulnya demam (Ariani, 2016).
LAPORAN KASUS PENYAKIT OBESITAS
1. Data Pasien
A. DENTITAS PASIEN
Nama : Nn. M
Umur : 21 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : BTN Manakarra
Status : Belum menikah
Tanggal Pemeriksaan : 11 juni 2021
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Berat badan berlebih
Anamnesis Terpimpin :
- Dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
- Sesak dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, hilang timbul dan memberat
saat berativitas. Duduk sejenak atau beristirahat untuk menghilangkan
sesak
- Saat beraktivitas biasa cepat berkeringat diseluruh tubuh
- Kadang-kadang batuk dan pusing
- BAB lancar, BAK lancar
Riwayat Kebiasaan:
- Porsi makan 3x sehari, suka makanan yang digoreng dan ditumis
- Suka makan gorengan dan kadang makan coklat tapi tidak sering
- Jarang konsumsi minuman manis/soda
- Aktivitas jogging tiap minggu
Riwayat Penyakit sebelumnya : Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Ayah Hipertensi, Ibu Diabetes Melitus, Kakek
Diabetes Melitus
Riwayat pengobatan :-
Riwayat social : Baik
C. PEMERIKSAAN FISIS
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 70 kg
Tanda Vital :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 110x/menit
- Pernapasan : 24x/menit
- Suhu : 37C
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG : -
E. DIAGNOSIS : Obesitas
F. PENATALAKSANAAN :-
No Penderita
. Nama Kedudukan L/p Umur Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
D. Fungsi Keluarga
No Fungsi Isian
1. Biologis A. Anggota Keluarga
1 Ibu M (Istri)
2 Bapak M (Suami)
3 Nn. M (Anak)
4 Anak 2 (Anak)
Jadi, Bentuk keluarga pasien ini adalah Nuclear family (Keluarga Inti)
B. Riwayat Dilahirkan
Keadaan saat lahir: Normal
Persalinan : Pervaginam
Riwayat penyakit lain : -
C. Penyakit yang pernah diderita
Penyakit Menular: -
Penyakit kronis : -
D. Penyakit yang diderita saat ini :Obesitas
E. Riwayat imunisasi :Lengkap
Kesimpulan:
Dalam keluarga pasien (Nn. M) terdapat satu fungsi patologis yaitu Medical. Pasien dan
keluarga menganggap bahwa datang ke puksesmas/rumah sakit baru diperlukan apabila salah
satu anggota keluarga sedang sakit sehinga merasa kurang perlu untuk melakukan
pemeriksaan rutin kesehatan.
G. Struktur Keluarga (Genogram)
bapak ibu
Nn. M Ana
k
Keterangan :
= Laki –laki
= Perempuan
Ibu Anak 2
Nn. M
Keterangan:
: Hubungan baik
Denah Rumah
J. Daftar Masalah
- Masalah medis
Pasien seorang mahasiswi usia 21 thn memiliki keluhan BB tidak ideal, sering
sesak dan keringat berlebihan.
K. EDUKASI
- Pasien dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan seperti jogging atau membersihkan
rumah
- Pasien dianjurkan untuk hitung kalori yang dibutuhkan dan mengurangi porsi makan
sesuai dengan kalori yang dibutuhkan
- Pasien dianjurkan untuk mengganti konsumsi makanan yang digoreng dan ditumis
menjadi makanan yang direbus
- Pasien dianjurkan untuk konsumsi makanan yang bergizi
- Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
PEMBAHASAN
A. OBESITAS
1. Pengertian
Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antaraenergi yang masuk
dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Banyaknya konsumsi
energi dari makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme
dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan
jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan. Asupan energi
tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,
sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas
fisik dan sedentary life style.
2. Etiologi
Keseimbangan energi dalam tubuh dipengaruhi oleh konsumsi kalori yang
terlalu berlebihan jika dibandingkan dengan kebutuhan energi atau pemakaian energi.
Tingkat energi dalam tubuh diperoleh dari asupan zat gizi penghasil energi yaitu
karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan energi ditentukan dari energi basal,
aktifitas fisik, dan thermic, effect of food (TEF) (Soegih & Wiramihardja, 2009).
Obesitas dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh. Akumulasi lemak dalam
sel lemak menyebabkan pembesaran dan peningkatan volume sel lemak/adiposity,
perubahan jaringan preadiposit menjadi adiposity dan bertambahnya jumlah sel
jaringan lemak sehingga menyebabkan obesitas (Lestari & Helmiyati, 2018). Etiologi
dari obesitas menurut Proverawati (2010) yaitu:
1. Faktor Genetik
Faktor gen atau keturunan berpengaruh terhadap bakat seseorang untuk
menjadi gemuk. Adanya mutasi pada gen menyebabkan kelainan reseptor otak
terhadap asupan makanan yang ditandai dengan kemampuan dalam meningkatkan
atau menghambat asupan makanan. Faktor transkripsi gen dapat mempengaruhi
pembentukan sel lemak terhadap status gizi seseorang sehingga individu yang
berasal dari keluarga obesitas memiliki kemungkinan obesitas 2-8 kali lebih besar
dibandingkan dengan keluarga yang tidak obesitas (Soegih & Wiramihardja,
2009).
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, gaya hidup dan konsep berpikir
bahwa berat badan adalah indikator tingkat kesejahteraan hidup dan berat badan
yang berlebihan atau gemuk tidak akan menjadi masalah.
3. Faktor Psikis
Faktor psikis berkaitan dengan memberikan reaksi terhadap gangguan emosi
dengan pola makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang
negatif. Otak menerima sinyal (input) dari lingkungan dalam bentuk sinyal neural
dan hormonal, kemudian otak akan memberikan respon untuk mencari atau
menjauhi makanan, pemilihan jenis makanan, porsi makanan, lama makan dan
digesti, absorbsi serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh.
4. Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit dan kondisi dapat menyebabkan obesitas. Penggunaan
obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya obesitas seperti golongan steroid dan
beberapa anti depresant yang dapat meningkatkan berat badan.
5. Faktor Perkembangan
Faktor perkembangan berpengaruh terhadap obesitas sejak perkembangan
janin. Riwayat lahir BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dapat menjadi pemicu
obesitas yaitu peningkatan lemak tubuh yang lebih cepat dari masa otot walaupun
asupan makanan tidak berlebihan. Maka seseorang dengan riwayat BBLR
memiliki kemungkinan obesitas dibandingkan dengan yang normal (Soegih &
Wiramihardja, 2009).
6. Aktivitas Fisik
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan. Seseorang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam
jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Sedentary life atau
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang
tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas (Minarto, 2012).
3. Epidemiologi
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, epidemiologi obesitas
pada usia di atas 18 tahun adalah sekitar 21,8%. Angka ini diperkirakan akan terus
meningkat.
Global
Prevalensi obesitas di seluruh dunia makin meningkat, sejak tahun 1975 sampai 2016
diperkirakan terjadi kenaikan hampir tiga kali lipat. Pada 2016, lebih dari 1,9 miliar
orang dewasa berusia di atas 18 tahun mengalami overweight dan lebih dari 650 juta
di antaranya mengalami obesitas. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di
dunia juga meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010 dan
diperkirakan akan mencapai 9,1% pada tahun 2020. Prevalensi overweight dan
obesitas hampir dua kali lipat lebih besar pada negara maju dibanding negara
berkembang yakni 11,7% dan 6,1%. Obesitas pada anak dan remaja dapat menjadi
prediktor terjadinya obesitas saat dewasa. Sekitar 80% dari remaja umur 10-15 tahun
yang mengalami obesitas akan didapati obesitas pada usia 25 tahun.
Indonesia
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,prevalensi obesitas di
Indonesia pada usia di atas 18 tahun adalah sekitar 21,8%. Prevalensi tertinggi
terdapat pada Provinsi Sulawesi Utara (30,2%), DKI Jakarta (29,8%), Kalimantan
Timur (28,7%), Papua Barat (26,4%), Kepulauan Riau (26,2%), dan diikuti provinsi-
provinsi lainnya. Data ini cenderung meningkat dari tahun 2007 yaitu sebanyak
10,5% menjadi 11,5% pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 21,8% pada tahun
2018.
Hal serupa tampak pada prevalensi obesitas pada anak. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013, overweight dan obesitas pada anak umur 5 sampai 12 tahun
berturut-turut adalah sebesar 10,8% dan 8,8%.
4. Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat gangguan dari mekanisme homeostasis yang
mengontrol keseimbangan energi dalam tubuh. Jaringan lemak merupakan tempat
penyimpanan energi yang paling besar menyimpan energi dalam bentuk trigliserida
melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai respons terhadap kelebihan energi dan
memobilisasi energi melalui proses lipolisis sebagai respon terhadap kekurangan
energi. Regulasi keseimbangan energi memerlukan sensor dari penyimpanan energi di
jaringan adiposa, mekanisme kontrol dari sistem pusat (hipotalamus) untuk integrasi
berikutnya, yang mana akan menentukan kebutuhan asupan makanan dan pengeluaran
energy.
Hipotalamus berperan penting dalam proses inisiasi makan. Adanya gangguan
pada jalur sinyal “makan” mempengaruhi nucleushipotalamikus medial sehingga
meningkatkan rasa lapar, dengan cara (1) meningkatkan respon terhadap sinyal
oreksigenik seperti ghrelin dan menstimulasi Neuropeptida Y; dan (2) menghambat
respon sinyal adiposit seperti leptin dan menghambat POMC (Proopiomelanocortin)
di hipotalamus. Hal ini sering ditemukan pada pasien dengan Craniopharyngioma
dengan lesi di hipotalamus, terutama yang berpengaruh terhadap ncl. Arcuata, ncl.
Ventromedial, dan ncldorsomedial yang berperan penting dalam persepsi lapar-
kenyang seorang individu.
Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis
asam lemak dan kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah
sitoplasma dan mitokondria dan jaringan adiposa. Peristiwa ini terjadi akibat
rangsangan dari diet tinggi karbohidrat, namun juga dapat dihambat oleh adanya asam
lemak tak jenuh ganda dan dengan berpuasa.Efek tersebut sebagian diperantarai oleh
hormon yang dapat menghambat (mis.Hormon pertumbuhan, Leptin) atau
merangsang (seperti insulin) lipogenesis. Insulin menstimulasi liopogenesis dengan
cara meningkatkan pengambilan glukosa di jaringan adiposa melalui transporter
glukosa menuju membran plasma, mengaktivasi enzim lipogenik dan glikolitik, serta
menyebabkan SREBP -1 (Sterol Regulatory Element Binding Protein-1)
meningkatkan ekspresi dan kerja enzim glukokinase yang berakibat pada peningkatan
konsentrasi metabolit glukosa. Leptin dengan kerja sebaliknya, membatasi
penympanan lemak dengan mengurangi masukan makanan (meningkatkan ekspresi
gen Corticotropin-ReleasingFactor di hipotalamus yang berakibat penurunan
kebutuhan makanan) dan mempengaruhi jalur metabolik spesifik di adiposa dan
jaringan lainnya. Leptin mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah penyimpanan
lemak. Hormon ini merangsang pengeluaran gliserol dari adiposit dengan
menstimulasi oksidasi asam lemak dan emnghambatlipogenesis.
Lipolisis merupakan proses dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak dari
jaringan lemak. Enzim Hormone Sensitive Lipase (HSL) menyebabkan terjadinya
hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak kemudian
mengalami proses re-esterifikasi, kemudian di lepas ke dalam sirkulasi darah,
dibentuk menjadi ATP (Adenosin Trifosfat) lalu dibawa kel sirkulasi darah yang
kemudian akan menjadi sumber energi bagi jaringan yang membutuhkan. Mobilisasi
asam lemak dari jaringan lemak dihambat oleh hormon insulin.
Asupan makanan direguasi oleh 4 proses : faktor olfaktorik dan gustatorik,
distensi gastrointestinal, penglepasan hormon gastrointestinal seperti insulin,
kolesistokinin, dan gastrin releasingpetide, serta aktivasi komponen termogenik dari
sistem saraf simpatiseferen. Serum insulin menstimulasi penglepasan leptin dari
jaringan adiposit yang kemudian menurunkan kebutuhan asupan makanan dengan
mempengaruhi kolesistokinin (CCK) dan Neuropeptide Y(NPY). Namun, insulin
terutama bekerja untuk meningkatkan penyerapan makanan dengan menurunkan
kadar glukosa darah.
Pengeluaran energi ditentukan oleh aktivitas fisik, metabolicrate, dan
termogenesis. Bagian metabolik dari pengeluaran energi termasuk di dalamnya kerja
dari kardio-respiratorik individu. Aktivitas fisik meningkatkan pengluaran energi
dengan mengaktifkan kerja otot skelet. Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi aktivitas
olahraga dan aktivitas non-olahraga (berhubungan dengan ativitas kerja dan aktivitas
sehari-hari)
5. Diagnosis
1. Anamnesis
Identitas pasien
Nama: Mitha
Umur: 21 thn
Keluhan utama
Mengeluh berat badan tidak ideal, sering sesak dan keringat berlebihan.
Penyebab:
a. Ketidak seimbangan asupan energi dengan tingkat aktifitas fisik
b. Faktor resiko seperti kebiasaan makan berlebihan, genetik, kurang aktifitas
fisik, faktor psikologi dan stres, obat-obatan (steroid, terapi hormonal,
anti-depresan), usia, kejadian tertentu (mis: berhenti merokok, berhenti
dari kegiatan olahraga)
Onset: kapan, berapa lama, jumlah peningkatan berat badan, peningkatan berat
badan drastis atau tidak.
Riwayat
obesitas pada masa kanak-kanak.
keluarga yang mengalami obesitas.
terapi obesitas dan keefektifannya.
gangguan makan
pola makan, status aktivitas fisik
Keluhan yang menyertai peningkatan berat badan:
Sering mengantuk
Cepat lelah
Sering haus
Sesak saat melakukan aktivitas
Sulit berdiri sehabis duduk dari lantai
Riwayat sosial: perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, orang-orang yang
tinggal serumah, kegemaran.
2. Pemeriksaan fisis
Inspeksi
a. Penampilan umum
Apakah tampak kelemahan berat, sedang atau ringan
Bentuk dan proporsi tubuh (gynecoid/android/ovoid)
Apakah terjadi kekerdilan atau terlihat raksasa.
3. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium
Tes gula darah puasa
Tes gula darah sewaktu
Tes urin konvensional dan tes carik celup
Pemeriksaan kadar T3, T4
Pemeriksaan kadar trigliserida darah
Pemeriksaan kadar kolestrol
6. Manifestasi Klinis
1. Pemeriksaan status gizi : IMT > 23
2. Tanda pada kulit :
A) Intertrigo (peradangan area lipatan kulit)
B) Striae (tanda cushing syndrome)
C) Skin tag dan acanthosis nigricans (tanda resistensi insulin)
D) Acne dan hirsutisme (tanda polycystic ovary syndrome)
3. Gangguan berjalan :
A) Nyeri pada paha, lutut, dan kaki ketika berjalan
B) Range of motion (ROM) yang terbatas pada paha dan lutut
4. Hepatosplenomegali
5. Goiter
6. Cushingoid appearance :
A) Wajah bulat (round face)
B) Penumpukan lemak pada area leher, punggung atas (buffalo hump) dan
abdomen
7. Edema pedal
7. Tatalaksana
1. Non Farmakologi
a. Diet
Pengaturan diet direncanakan sesuai dengan kebutuhan individu, pengurangan
kalori dapat sebesar sekitar 500-1000 kkal/hari, disertai aktivitas fisik yang
teratur. penurunan berat badan sebaiknya tidak lebih dari 0,5- 1 kg seminggu
dengan target penurunan berat badan 5-10% dari berat badan awal. Lakukan
pembatasan diet pada makanan tertentu seperti lemak dan karbohidrat.
b. Aktivitas Fisik
Dapat dimulai dengan meningkatkan aktivitas fisik setidaknya selama 30
menit intensitas sedang atau berat sekitar 5 hari atau lebih dalam satu minggu.
Pasien obesitas yang sudah mengalami penurunan berat badan juga perlu
melakukan aktivitas fisik sekitar 60-90 menit perhari untuk mencegah
pertambahan berat.
c. Terapi Perilaku
Terapi perilaku dilakukan untuk mengurangi hambatan dalam mengurangi
berat badan, seperti kebiasaan makan yang berlebihan, pilihan makanan yang
berlemak, atau kebiasaan makan berlebihan saat malam hari.
2. Farmakologi :
Medikamentosa dapat diberikan pada pasien obesitas dengan IMT ≥30
kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 yang disertai dengan penyakit yang berhubungan
dengan obesitas. Obat yang telah disetujui Food and Drug Administration (FDA)
untuk kasus ini antara lain orlistat, phentermine, dan lorcaserin.
a. Orlistat
Orlistat biasanya menjadi pilihan pertama karena mempunyai efek
sistemik yang lebih sedikit. Obat ini merupakan inhibitor lipase intestinal,
yang mengakibatkan malabsorpsi lemak yang diinduksi obat, sehingga
mampu menurunkan berat badan hingga 9-10% pada 12 bulan disertai
modifikasi gaya hidup.
b. Phentermine
Phentermine adalah obat golongan simpatomimetik yang dapat menekan
nafsu makan. Pada umumnya, obat ini digunakan untuk terapi jangka
pendek. Masih sedikit studi yang meneliti tentang penggunaan jangka
panjang obat ini sehingga belum ada data yang cukup untuk menunjukkan
efektivitas dan keamaanan dalam penggunaan jangka panjang (>12
minggu)
c. Lorcaserin
Lorcaserin adalah agonis reseptor serotonin selektif yang dapat
menyebabkan rasa kenyang, hipofagia, hingga terjadi penurunan berat
badan.
8. Komplikasi
Komplikasi obesitas yang pertama adalah mengenai kapasitas otak, semakin
besar tubuh sesorang yang mengalami obesitas maka akan semakin berkurang pula
jaringan otaknya.Kedua, mengenai saluran napas yakni gangguan fungsi saluran
napas Obstructive Sleep Apnea Sindrome(OSAS). Gejalanya mulai dari mengorok
sampai mengompol. Obstruksi saluran napas intermiten dapat menyebabkan tidur
gelisah.Ketiga, kulit lecet dan pelipatan.Obesitas pada anak dapat menyebabkan
gesekan sehingga membuat kulit menjadi lecet, anak merasa gerah atau panas dan
disertai biang keringat serta jamur pada lipatan kulit.Keempat, mengenai jantung.
Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung mengakibatkan hipertensi(tekanan
darah tinggi) pada masa pubertas.Kelima, mengenai ginjal. Anak yang mengalami
obesitas memiliki resiko terkena diabetes dengan komplikasi sakit ginjal di kemudian
hari.
REFERENSI
1. Aziz. Diare pembunuh utama balita. Jakarta: Graha Pustaka; 2006
2. Depkes RI. Lima Langkah tuntaskan diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;2011
3. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Jufrie M, Soenarto SSY, Oswasi H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Edisi 1.
Jakarta: Penerbit Badan Penerbit IDAI; 2012. h. 87-102
4. Simadibrata M. Diare akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FKUI; 2006;408-13
5. Andhini, N. F. (2017). Diare. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
6. Agus Firmansyah. (2015). Pendekatan Diagnosis Dan Tatalaksana Diare. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. FKUI-RSCM. Jakarta
7. WHO. (2006). Controllingthe global obesity epidemic. [Online]. Retrieved Marc 3,
2015, from Web site: http://www.who.int/abouttc/opyright/en/.
8. Kementrian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak.
9. Abdelaal M, Roux CW, Docherty NG. Morbidity and mortality associated with
obesity. Ann Transl Med. 2017(5): 161. Ann Transl Med. 2017 Apr; 5(7): 161.
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama Riskesdas 2018.
11. Clinical Overview: Obesity in Adults. Elsevier. 2021
12. Aman, A. Sanusi, H. Keterampilan Anamnesis Dan Pemeriksaan Pembesaran
Kelenjar Tiroid. FK UNHAS.
13. Amin, Lukman Zulkifli.Tatalaksana Diare Akut. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, Indonesia. CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015
14. Fifin Arifa S, dan Yuni Kusmiyati,, and Yuliasti Eka P, (2019) HUBUNGAN
OBESITAS MATERAL DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI KOTA
YOGYAKARTA TAHUN 2019. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
15. Wittich CM, Beckman TJ, Collins NM, Szostek JH, Schwenk NM, Wang AT. Mayo
Clinic Internal Medicine Board Review 11th Edition. Oxford University Press. United
Kingdom
16. Gadde KM, Martin CK, Berthoud HR, Heymsfield SB. Obesity: Pathophysiology and
Management. J Am Coll Cardiol. 2018(2):69-84.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29301630.