Abstrak
Upacara Sérén Taun adalah sebuah upacara tradisional Sunda yang dilaksanakan setiap
tahun oleh masyarakat petani berkaitan dengan panen padi. Upacara Sérén Taun
dilakukan untuk menghormati Nyi Pohaci sebagai sarana untuk mengucapkan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan harapan agar tanaman mereka tahun ini dan
tahun berikutnya akan lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Upacara ini juga
menjadi alat pemersatu masyarakat Sindangbarang dan sekitarnya melalui kerjasama
satu sama lainnya, bahu membahu untuk memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat memahami
dan merasakan makna simbol-simbol dalam upacara tersebut, bahkan menikmati
berbagai macam perangkat pada upacara tersebut.
Abstract
Sérén Taun ceremony is a Sundanese traditional ceremony which is held every year by farming
communities associated with the harvest of rice. This ceremony is held to honor Nyi Pohaci as a
medium to express gratitude to God Almighty, hoping that their crops this year and next year
will be better than the past. This ceremony also serves as a unifier of Sindangbarang society and
its surrounding areas through working together one and another, hand in hand, solving many
problems of their daily life. The main purpose is that people will understand and feel the
meaning of symbols in the ceremony, even enjoy the various sets of the ceremony.
atau ziarah membawa kembang ke rujak asem, rujak pisang, rujak jeruk,
makam para leluhur) untuk rujak kelapa, bubur merah, bubur
mengingatkan peninggalan dari leluhur putih, dodol hitam, dodol putih, dan
Sindangbarang, dilaksanakan pada pagi berbagai makanan tradisional khas
hari sampai selesai sore hari. Upacara Kampung Budaya Sindangbarang.
ngala cai kukulu dilaksanakan sore hari, Semua sesajen tersebut diletakkan
sedangkan upacara sidekah kue dan di atas piring-piring dan disatukan
upacara manjingkeun pare dilaksanakan di dalam wadah atau nampan
pagi hari karena rangkaian upacara besar, dan diletakkan di dalam goah
yang satu berkaitan dengan rangkaian (padaringan),
upacara yang lain. b) Parupuyan, tempat berisi arang dan
Aspek ketiga, yaitu benda-benda kemenyan yang terbuat dari tanah
atau alat-alat yang dipakai sebagai liat.
sarana upacara. Sebagaimana diketahui c) Kendi, terdiri atastujuh kendi kecil dan
pada semua upacara adat pada satu kendi besar untuk menampung
dasarnya bersifat sakral dan terkait dan membawa air dari tujuh sumber
dengan sesuatu di luar kemampuan mata air.
manusia (super human beings). Oleh d) Jampana, yaitu tempat paré ayah dan
karena itu, pada setiap pelaksanaan paré ambu (merupakan lambang dari
upacara, selalu menggunakan sarana Nyi Pohaci), rengkong, dongdang, nyiru
atau alat yang dijadikan media interaksi besar,
antara manusia dengan superhuman e) Leuit Ratna Inten, Lisung,
beings. Perlengkapan upacara menjadi f) Ayam, kerbau, ikan, yaitu hewan-
bagian yang tidak terpisahkan dari hewan ternak yang digunakan di
pelaksanaan setiap upacara tradisional, dalam upacara sérén taun (sunatan,
termasuk upacara sérén taun. Oleh penyembelihan),
karena itu, keberadaan perlengkapan g) Bunga-bunga, Pohon Hanjuang Merah
tersebut perlu dipersiapkan dengan baik (Cordyline fruticosa), Pohon Pakujajar
agar pada saatnya nanti tidak (Yucca elephantipes).
terlupakan. h) Payung besar, baju kamprét, kain
Beberapa perlengkapan upacara berwarna hitam dan berwarna
sérén taun yang sempat penulis amati putih.
sebagai berikut:
a) Sesajén, terdiri atas satu gelas air kopi
manis, satu gelas air kopi pahit, satu
gelas air teh pahit, satu gelas air teh
manis, rurujakeun yang terdiri atas
J u r n a l I l m i a h S e n i M a k a l a n g a n | 52
Dunia Atas
bisa hidup. Air bukan hanya untuk
Air-Resi kebutuhan manusia, tetapi juga untuk
Will
Manusia Bumi Dunia pertanian bagi masyarakat petani. Di
Dunia Tengah Tengah Tanah dalam masyarakat pertanian, pasangan
Batu Rama air adalah tanah. Berlaku juga kepada
Ratu manusia, bahwa tanah dan air
merupakan pasangan hidup abadi.
Mind
Gambar 3: Tritangtu Sunda
Power
Tanah tanpa air berarti tandus dan
(Sumber Sumarjo 2001) mandul (Sumardjo, 2011: 71).
J u r n a l I l m i a h S e n i M a k a l a n g a n | 55
di samping kanan dan kiri leuit utama keterbatasan yang ada pada diri
di Kampung Budaya Sindangbarang. manusia.
Manjingkeun paré adalah menyim- Pada sebagian masyarakat yang
pan padi di tempat yang sudah di masih menjalankan dan memegang
sediakan, untuk persiapan, apabila di teguh pada warisan adat leluhurnya,
suatu hari mereka kehabisan makanan mereka percaya bahwa masih ada
pokok. kekuatan lain yang berada di luar
Masyarakat Sindangbarang masih dirinya, yang pada saatnya sesekali
setia dan menghormati warisan budaya dapat mengganggu keharmonian
leluhurnya, dengan tidak meninggal- mereka. Terbukti pada bagian
kan kewajiban-kewajibannya dalam pengambilan tujuh sumber air, selalu
menjalankan kehidupan pada masa diawali dengan doa meminta ijin kepada
sekarang. Terbukti dengan antusiasnya karuhun, agar air dapat bermanfaat pada
mereka dalam merespons upacara sérén jalannya upacara. Mitos seperti ini masih
taun yang diadakan setiap tahun sekali. dipercaya oleh sebagian masyarakat
Peristiwa budaya ini identik dengan Sindangbarang dan sekitarnya. Untuk
pesta masyarakat petani, walaupun menghindari gangguan yang berasal
masyarakat Sindangbarang sebagian dari kekuatan luar, maka dilaksanakan
bukan petani melainkan pengrajin suatu upacara sebagai bentuk
sepatu dan sandal. Dalam menyambut permohonan keselamatan kepada yang
acara ini mereka tetap bersatu padu di Atas.
untuk tetap ikut merayakan sesuai Upacara sérén taun berfungsi
kemampuan masing-masing, tanpa ada sebagai ajang silaturahmi antarwarga
paksaan dari siapapun. masyarakat, baik yang berada di
Upacara sérén taun biasanya wilayah Sindangbarang, maupun yang
dilaksanakan tidak cukup hanya satu berasal dari luar Sindangbarang. Melalui
atau dua kali saja, melainkan secara upacara ini, masyarakat dapat ikut
intensif, rutin dengan jeda waktu satu berperan serta dalam menjaga
tahun. Pada masa itu besar kemungkinan keselarasan, kelestarian dan
bahwa upacara diadakan setelah keseimbangan alam, sehingga tercipta
terjadinya suatu musibah yang pernah ikatan batin yang lebih kokoh. Makna
menimpa, dalam hal ini musibah upacara sérén taun juga sebagai wahana
pertanian. Kalaulah bukan karena itu, masyarakat untuk dapat saling bertukar
upacara diselenggarakan untuk informasi, saling berbagi dan berdiskusi
mengatasi kekhawatiran akan terjadi sehingga terjalin ikatan persaudaraan
sesuatu yang tidak diinginkan karena yang kuat. Sebagaimana tercermin dari
pola kehidupan masyarakat Sunda yang
J u r n a l I l m i a h S e n i M a k a l a n g a n | 57
komunal, silih asih, silih asah, dan silih 2003 Deskrepsi Kesenian Jawa
asuh. Barat. Bandung: Dinas
Masyarakat Sindangbarang se- Kebudayaan
bagian besar beragama Islam dengan dan Pariwisata Jawa Barat,
tingkat ketaatan beragama cukup Pusat Dinamika Pem-
bagus, namun mereka masih mau bangunan UNPAD.
menjalankan budaya warisan leluhur- Jakob Sumardjo,
nya, yaitu sérén taun. Hal ini sebagai 2003 Simbo-simbol Artefak Budaya
bukti bahwa agama wajib dijalankan Sunda, Tafsir-tafsir Pantun
sejalan dengan warisan budaya karuhun Sunda. Bandung: Kelir.
yang tetap dijaga dan dihormati. 2007. Khasanah Pantun Sunda.
Dengan diadakannya kembali upacara Bandung: Kelir.
adat sérén taun, menjadi sebuah spirit 2010. Estetika Paradoks. Edisi
baru bagi warga masyarakat yang revisi Bandung: Sunan
sekian lama sudah pareumeun obor dan Ambu Press.
dapat menambah khasanah budaya 2011. Sunda Pola Rasionalitas
Sunda masa lalu yang sudah sekian Budaya. Bandung: Kelir.
lama terlupakan. Judistira K Garna.
2008 Budaya Sunda: Melintas
Daftar Pustaka Waktu Menantang Masa
Depan. Bandung: Lembaga
Achmad Saifudin Fedyani. Penelitian UNPAD.
2005 Antropopologi Kontemporer: Koentjaraningrat.
Suatu Pengantar Kritis 1985 Bunga Rampai, Kebudayan
Mengenai Paradigma. Mentalitas dan Pembangunan
Jakarta: Kencana. Jakarta: Universitas
Budi Rahayu Tamsyah. Indonesia (UI Press).
2003 Kamus lengkap Sunda- 1987 Sejarah Teori Antropologi.
Indonesia, Indonesia-Sunda, Jakarta: PT Gramedia.
Sunda-Sunda. Bandung: Nyoman Kutha Ratna.
Pustaka Setia. 2010 Metodologi Penelitian Kajian
Edi S Ekadjati. Budaya dan Ilmu Sosial
2005 Kebudayaan Sunda: Suatu Humaniora Pada Umumnya.
Pendekatan Sejarah. Jakarta: Yogyakarta: Pustaka
PT. Dunia Pustaka Jaya. Pelajar.
Ganjar Kurnia, dkk.
J u r n a l I l m i a h S e n i M a k a l a n g a n | 58
Radcliffe-Brown, AR.
1980 Struktur dan Fungsi
Masyarakat Primitif.
Terjemahan Dewan
Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pelajar
Malaysia. Kuala Lumpur.
Ria Andayani S, dkk.
2006 Upacara Tradisional di
Kampung Urug. Bogor: Dinas
Kebudayaan danPariwisata
Kabupaten Bogor.