Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian/SMF Mata Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun Oleh:
Nurul Maghfirah
1807101030038
Pembimbing:
dr. Yulia Puspita Sari, Sp.M (K).
BAGIAN/SMF MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder”. Laporan kasus ini
disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepanitraan klinik senior pada
bagian/SMF Mata RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Fakultas Kedokteran
Universitas SyiahKuala.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada dr. Yulia Puspa Sari, Sp.M (K) yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan
motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasusini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus
ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan penulis
semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT
selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTARISI...........................................................................................................iii
BABI PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi ...................................................................................3
2.1.1. Lensa...................................................................................................3
2.1.2. Aquoues Humor..................................................................................5
2.2 Glaukoma 7
2.2.2. Definisi........................................................................................................7
2.2.3. Patofisiologi................................................................................................7
2.2.4. Manifestasi Klinis........................................................................................8
2.2.5. Diagnosa......................................................................................................8
2.2.6. Tatalaksana..................................................................................................9
2.3 Katarak 7
4.2.2. Definisi........................................................................................................7
4.2.3. Patofisiologi................................................................................................7
4.2.4. Manifestasi Klinis........................................................................................8
4.2.5. Diagnosa......................................................................................................8
4.2.6. Tatalaksana..................................................................................................9
iii
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tua, dan serat lensa yang baru dibentuk terletak di lapisan terluar lensa
dinamakan dengan korteks.5
2.1.1. Fisiologi
Humor aquous diproduksi oleh badan siliar pada kamera okuli posterior
mata dan berdifusi dari kamera okuli posterior melalui pupil ke kamera okuli
anterior. Dari kamera okuli anterior, cairan tersebut mengalami drainase ke
sistem vaskular melalui trabecular meshwork dan kanalis Schlemm yang
terdapat pada sudut yang persimpangannya dibentuk oleh iris dan kornea
pada bagian perifer kamera okuli anterior. 6
Tekanan intraokuler (TIO) ditentukan oleh kecepatan formasi humor
aquous dan resistensinya melalui drainase dari mata. Pada mata normal,
drainase non-trabekular dinamakan outflow uveoskleral. Beberapa mekanisme
terlibat dalam proses ini, namun mekanisme utama adalah aliran humor
aquous dari kamera anterior ke muskulus siliaris lalu ke spatium suprasiliaris
dam suprakoroidal. Humor aquous lalu keluar dari mata melalui sklera yang
intak atau melalui saraf dan pembuluh darah yang mengalami penetrasi
kedalamnya. 7
2.2.2. Etiologi
Pada glaukoma sudut tertutup sekunder, penyebab yang mendasari dapat
menutup sudut secara langsung oleh iris lokal dan faktor sudut atau dengan
bertindak untuk menggerakkan lensa kristal ke depan yang menyebabkan blok
5
pupil (blok pupil sekunder). Ini penting karena beberapa dari pasien ini
mengalami blok pupil sekunder akan membaik setelah dilakukan laser iridotomi.
Hal ini merupakan penyebab umum glaukoma dan dapat menyebabkan
peningkatan tinggi tekanan intraokular (TIO) dan morbiditas mata.8
Penyebab tersering glaukoma sekunder adalah glaukoma neovaskular
(17,42%), trauma (14,8%), post keratoplasti (13,60), post pembedahan katarak
(13,13%), lens induced glaucoma (12,41%), post pembedahan vitreoretina
(9,31%), uveitis (5,73%), dan glaukoma dipicu oleh steroid (4,77%). Studi oleh
Suneeta et al menunjukkan bahwa pasien dengan glaukoma sekunder akan
cenderung memiliki TIO tetap tinggi meskipun sudah mendapatkan medikasi
yang maksimal dan setengah dari pasien membutuhkan intervensi pembedahan
untuk mencegah morbiditas visual lebih lanjut. 3
2.2.4. Patofisiologi
Glaukoma sudut tertutup akut disebabkan oleh faktor-faktor yang
mendorong (protrusi) atau menarik iris ke sudut tersebut sehingga terjadi
blokade pada drainase humor aquous dan menimbulkan peningkatan TIO dan
kerusakan nervus optik. Umumnya glaukoma sudut tertutup akut terjadi
melalui mekanisme yang dinamakan blok pupil sekunder terhadap midriasis.
Ketika iris mengalami dilatasi dan tertarik secara sentipetal dan menimbulkan
kontak iris-lensa, makan humor aquous akan terhalang untuk melewati antara
lensa dan iris ke kamera okuli anterior. Meskipun begitu, humor aquous akan
tetap diproduksi oleh korpus siliaris dan akan mendorong iris bagian perifer ke
anterior dan hal ini akan menurupi sudut tersebut. Hal ini menyebabkan
obstruksi outflow humor aquous dan terjadi hipertensi intraokular onset cepat.
2, 6
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis glaukoma tidak selalu mudah. Deteksi melalui pemeriksaan
mata secara teratur dan lengkap tersebut kunci untuk melindungi penglihatan.
Pemeriksaan mata lengkap termasuk 5 tes umum untuk mendeteksi glaukoma:
tonometri, oftalmoskopi, perimetri, gonioskopi, dan pachymetry. Ophthalmoscopy
8
adalah dasar pemeriksaan untuk semua jenis glaukoma. Ini memeriksa bentuk dan
warna saraf optik.Dengan rasio cup-to-disk (C: D) vertikal 0,6 atau lebih besar,
glaukoma harus dicurigai. Seringkali, glaukoma mempengaruhi mata asimetris;
satu cup tampak lebih besar dari yang lain. Jadi asimetri > 0,2 antara rasio C: D
kedua mata juga harus dicurigai glaukoma. 9
a. Anamnesis
Glaukoma akut sudut tertutup umumnya menimbulkan keluhan penurunan
tajam penglihatan tiba-tiba dan gejala akut lainnya seperti nyeri pada mata dan
area sekitarnya, gambaran galo sekitar cahaya, mual, dan muntah. Glaukoma
akut sering salah didiagnosis oleh karena keluhan sistemik seperri nyeri
kepala, mual, dan muntah lebih dominan. 2,
b. Pemeriksaan Fisik
Glaukoma sudut tertutup sebagian besar merupakan sebuah penyakit
asimtomatik dengan individu seringkali tidak menyadari bahwa mereka
memiliki kelainan tersebut sampai lanjut kehilangan penglihatan telah terjadi.
Dalam kurang dari sepertiga kasus, pasien mungkin datang dengan gejala akut
penutupan sudut primer, kondisi klinis yang ditandai dengan hiperemia
konjungtiva, edema kornea, pupil tidak reaktif menengah, ruang anterior
dangkal, dan tekanan intraokular sangat tinggi, biasanya lebih besar dari 30
mm Hg. Pasien seperti itu sering mengeluhkan mata nyeri, mual, muntah, dan
penglihatan kabur yang intermiten dengan lingkaran cahaya terlihat di sekitar
lampu.10
Glaukoma adalah penyakit mata yang mencuri penglihatan, ditandai
dengan hilangnya bidang visual progresif biasanya dimulai dengan arkuata
Bjerrum scotoma di bidang visual pusat dan diakhiri dengan kebutaan total
pada mata. Matinya ganglion retinal sel disertai dengan perubahan morfologi
retina.
Adanya cupping pada saraf optik adalah tanda yang paling menonjol.
Glaukoma sekunder adalah segala bentuk glaukoma yang diderita disertai
penyebab yang dapat diidentifikasi dari peningkatan tekanan mata (traumatis
9
c. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran klinis yang khas dari sudut tertutup diamati dari sudut mata
gonioskopi. Instrumen sederhana, genggam, cermin diletakkan di atas mata
pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan sudut menggunakan slit-lamp
biomicroscope. Dengan lekukan, pemeriksa juga dapat menentukan apakah
ada sinekia anterior perifer (adhesi antara iris dan jalinan trabekuler).
Gonioskopi sangat tinggi subyektivitasnya, dengan reproduktifitas yang
buruk, dan temuan gonioscopic dapat bervariasi dengan jumlah cahaya yang
digunakan selama pemeriksaan atau kompresi mekanis mata. Beberapa
metode pencitraan telah dikembangkan baru-baru ini yang dapat digunakan
secara objektif menilai mata untuk mengetahui adanya penutupan sudut.
Biomikroskopi ultrasound memungkinkan untuk akuisisi gambar sudut secara
real-time, dengan resolusi antara 25 μm hingga 50 μm. Dengan
biomikroskopi, seseorang dapat memvisualisasikan struktur yang terletak di
posterior seperti korpus siliaris, zonula lensa, dan koroid anterior, sehingga
berguna untuk mengidentifikasi penyebab spesifik penutupan sudut.
Pencitraan biomikroskopis membutuhkan operator yang terampil dan
kerjasama dari pasien selama pencitraan. 10
Tomografi koherensi optik (OCT) segmen anterior adalah perangkat
pencitraan non-kontak yang memperoleh gambar penampang melintang
beresolusi tinggi dari ruang anterior. Penggabungan perangkat lunak analisis
gambar otomatis memungkinkan untuk cepat pengukuran parameter segmen
anterior. Studi perbandingan menemukan tingkat yang lebih tinggi dari
diagnosis sudut tertutup dengan tomografi dibandingkan dengan gonioskopi. 10
2.2.7. Tatalaksana
Dalam keadaan glaukoma akut, manajemen terapi bertujuan untuk
mengembalikan atau mencegah proses penutupan sudut bilik mata, menurangi dan
menstabilkan tekanan intraokuler, dan mencegah kerusakan nervus optik.
Pemberian obat-obatan antiglaukoma amat direkomendasikan pada keadaan ini.
10
Intervensi operasi seperti iridotomi, iridektomi, atau iridoplasti laser perifer dapat
dilakukan setelah tekanan intraokuler terkontrol dan serangan akut teratasi. 7
Terapi glaukoma akut umumnya terdiri dari kombinasi 2-4 obat yang
memiliki fungsi yang berbeda untuk mencapai target terapi secepat mungkin.
Pilihan terapi sistemik untuk menurunkan TIO antara lain adalah asetazolamide,
yaitu jenis karbonik anhidrase inhibitor yang bekerja menghambat enzim karbonik
anhidrase secara reversibel pada korpus siliaris sehingga produksi humor aquous
dapat dikurangi. Pemberian obat ini via oral akan mencapai kontrasi puncak
dalam plasma dalam 2 jam, bertahan selama 4-6 jam dan berkurang secara cepat
melalui ekskresi urin. Obat lainnya yang digunakan adalah agen miotik seperti
pilokarpin. Obat ini bekerja dengan cara memicu kontraksi sfungter pupil,
menarik iris perifer dari trabecular meshwork sehingga terjadi pembukaan
kembali pada sudut drainase. Beberapa referensi menyebutkan obat ini tidak
efektif diberikan pada serangan yang berlangsung lebih dari 1-2 jam. Agen
lainnya yang sering digunakan adalah antagonis beta adrenergik, agonis alfa 2
adrenergik, dan analog prostaglandin. Penyekat beta dan analog prostaglandin
diketahui sebagai pilihan utama karena memilik kemampuan dalam menurunkan
TIO dan tolerabilitas yang baik. Penyekat beta bekerja mengurangi produksi
humor aquous dengan cara menghambat reseptor beta-2 pada prosessus siliaris. 2
Penatalaksanaan pasien dengan glaukoma sudut tertutup tergantung pada
stadium penyakit dan seterusnya mengidentifikasi dengan benar mekanisme yang
mendasari. Perlakuan lini pertama dari penutupan sudut adalah laser iridotomi
perifer, prosedur di mana lubang ketebalan penuh dibuat di iris untuk
menghilangkan blok pupil. Prosedur ini umumnya mudah dilakukan di rumah
sakit tanpa kejadian buruk. Komplikasi iridotomi yang jarang terjadi termasuk
peningkatan sementara tekanan intraokular, dekompensasi kornea, sinekia
posterior (adhesi iris ke lensa) formasi, dan gangguan visual yang diinduksi secara
optik. Mata mungkin masih dirawat dengan iridotomi dengan peningkatan tekanan
yang meningkat dari waktu ke waktu; oleh karena itu, sangat penting untuk
melakukan tindak lanjut secara berkala setelah prosedur. Jika tekanan tetap tinggi
setelah iridotomi, perawatan medis jangka panjang (termasuk penyekat β topikal,
α2-agonis, karbonat penghambat anhidrase, dan analog prostaglandin) dapat
11
2.2.8 Prognosis
Prognosis tergantung pada waktu diagnosis dan pengobatan. Beberapa
mungkin mengalami tekanan mata tinggi selama bertahun-tahun dan tidak pernah
mengalami kerusakan, sementara yang lain dapat mengalami kerusakan saraf pada
tekanan yang relatif rendah. Glaukoma yang tidak diobati menyebabkan
kerusakan permanen pada saraf optik dan mengakibatkannya kehilangan bidang
penglihatan, yang seiring waktu dapat berkembang menjadi kebutaan. Glaukoma
adalah "pencuri penglihatan yang diam" karena hilangnya penglihatan sering
terjadi secara bertahap dalam jangka waktu yang lama, dan gejala hanya muncul
jika penyakitnya sudah cukup lanjut. Setelah hilang, penglihatan biasanya tidak
dapat dipulihkan, jadi pengobatan ditujukan untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut. Jika kondisinya terdeteksi cukup dini, memungkinkan untuk
menghentikan perkembangan atau memperlambat perkembangan dengan cara
medis dan bedah. 9
Fakta penting lainnya adalah risiko kegagalan operasi glaukoma
meningkat pada penderita diabetes. Pasien-pasien ini memiliki tingkat TIO yang
lebih tinggi setelah operasi dan membutuhkan lebih banyak obat antiglaukoma.
Pada pasien diabetes, lebih banyak bekas luka bentuk jaringan di jaringan
subkonjungtiva dan ini menutup fistula bedah. Konsentrasi sitokin yang lebih
tinggi segmen anterior pasien diabetes menyumbang tanda sikatrisasi dengan
menginduksi aktivasi fibroblas.11
2.4 Katarak
12
2.4.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan atau opasitas pada lensa krstalina yang
normalnya jernih dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh
beberapa hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
2.4.2 Etiologi
Menurut penyebabnya, katarak dapat diklasifikasikan sebagai katarak
terkait usia, katarak pediatrik, dan katarak sekunder akibat penyebab lainnya.
Katarak terkait usia adalah yang tipe umum paling banyak pada orang dewasa,
dengan awitan antara usia 45 tahun dan 50 tahun. Keburaman lensa terjadi
akibat stres oksidatif langsung. Atas dasar lokasi kekeruhan, katarak terkait
usia dapat dibagi menjadi tiga jenis: katarak nuklir, kortikal, dan subkapsular
posterior. Sel epitel lensa adalah sel lensa yang aktif secara metabolik yang
paling banyak mengalami oksidasi, insolubilisasi, dan crosslinking. Sel-sel ini
kemudian bermigrasi ke ekuator lensa untuk membentuk serat lensa yang
secara bertahap terkompresi secara terpusat dan menyebabkan sklerosis inti
lensa dan opasitas. 5
Katarak kortikal seringkali berbentuk baji, mulai dari korteks dan meluas
ke tengah lensa. Pada katarak subkapsular posterior, terjadi opasitas seperti
plak berkembang di lapisan kortikal posterior aksial. 5
13
• Orang kulit putih memiliki prevalensi lebih tinggi daripada orang Afro-Karibia
2. Faktor genetik:
• Dua lokus penting selebar genom untuk katarak nukleus: kromosom 3 in
KCNAB1 dan kromosom 21 di CRYAA
• Polimorfisme gen, termasuk rs3754334, KLC1, APOE, XRCC1 Arg399Gln,
GSTT1, dan XPD Lys751Gln, mungkin memiliki peran dalam kerentanan terkait
usia
3. Faktor gaya hidup
• Paparan ultraviolet-B
• Merokok
• Konsumsi alkohol
4. Diet
• Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi
• Malnutrisi
5. Masalah medis sistemik
• Diabetes mellitus tipe 2 (katarak kortikal dan katarak subkapsular posterior)
• Tekanan darah sistemik tinggi (katarak subkapsular posterior dan kekeruhan
lensa campuran)
• Sindrom metabolik (kekeruhan lensa campuran)
• Gangguan ginjal sedang atau berat
• Hipokalsemia
6. Gangguan mata
• Ganguan myopicrefractive (opasitas nuklir)
• Drusen retina besar (kekeruhan lensa campuran)
7. Faktor pelindung
• Mempertahankan asupan protein 100–150 g / hari dan asupan vitamin C sekitar
135 g / hari (pada pasien dengan defisiensi nutrisi)
• Peningkatan konsumsi sayuran †
• Vitamin E, karotenoid, vitamin A atau B, atau suplemen antioksidan
2.4.4 Diagnosis
15
Jenis katarak yang berbeda memiliki efek yang berbeda pula dari segi
gejala visual. Penderita sering mengeluh kabur penglihatan, dan gambarkan
silau dan lingkaran cahaya dari lampu. Katarak nuklir biasanya lebih
mempengaruhi penglihatan jarak jauh dari penglihatan dekat, sedangkan
subkapsular posterior katarak seringkali mengurangi ketajaman penglihatan
dekat lebih dari jarak ketajaman visual. Sklerotik nuklir progresif perubahan
menyebabkan peningkatan indeks bias lensa. Peningkatan ini dapat berarti
lensa katarak bisa membias lebih terang dari sebelumnya, dan karenanya mata
menjadi lebih rabun. Jika indeks bias ini tidak diperbaiki dengan kacamata,
maka pasien mengalami kemunduran dalam penglihatan jarak jauh dan secara
paradoks beberapa perbaikan dalam penglihatan dekat. Silau sangat umum
terjadi pada pasien dengan katarak subkapsular posterior. Pasien mungkin juga
mengeluhkan diplopia monokuler karena terlokalisasi variasi indeks bias dari
keburaman lensa.Beberapa pasien mungkin hanya mengalami kesulitan visual
saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca atau mengemudi. 5
2.4.5 Tatalaksana
Standar manajemen katarak yang signifikan adalah operasi
pengangkatan lensa katarak dan menggantinya dengan lensa intraokular. Operasi
katarak diindikasikan jika pasien memiliki kehilangan penglihatan yang signifikan
untuk menerima potensi risiko operasi. Operasi katarak jarang diindikasikan
mencegah glaukoma, mengobati peradangan akibat lensa, atau memungkinkan
visualisasi retina yang memadai. Hasil dari operasi katarak tidak tergantung pada
ketajaman penglihatan sebelum operasi. Meskipun ada peningkatan dalam
teknologi bedah dan teknik dalam dekade terakhir, hasil pembedahan yang baik
masih melibatkan penilaian pra operasi yang menyeluruh, tepat penentuan
kekuatan lensa intraokular, dan sesuai manajemen intraoperatif dan pasca operasi.
5
BAB III
LAPORAN KASUS
1.3. Anamnesa
Keluhan Utama : Pandangan mata kiri kabur
Anamnesa
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan kedua mata kabur, namun
keluhan lebih berat pada mata sebelah kiri. Keluhan ini sudah dalami pasien sejak
kurang lebih dua tahun yang lalu namun tiba-tiba memberat dalam 2 minggu
terakhir. Keluhan mata kabur terkadang disertai dengan nyeri kepala. Nyeri kepala
dirasakan nyut-nyut dan amat mengganggu, terutama pada area depan. Keluhan
nyeri pada bola mata dan mata merah juga dikeluhkan. Riwayat trauma pada mata
disangkal. Pasien mengaku sudah berobat ke rumah sakit daerah namun tidak
kunjung mengalami perbaikan sehingga memutuskan untuk meminta rujukan ke
Rumah Sakit Zainoel Abidin. Selama menjalani perawatan di poli, kondisi
penglihatan tidak kunjung membaik hingga akhirnya diputuskan untuk menjalani
pembedahan. Sebelumnya, pasien didiagnosis dengan glaukoma neovaskular dan
telah dilakukan tindakan injeksi avastine pada mata kiri.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku sudah diberikan obat tetes mata isotic adretor 0,5%,
glaucon 250 mg, dan suntikan lantus serta apidra untuk penyakit diabetes mellitus
yang diderita.
Riwayat Keluarga
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa, namun
keluarga pasien ada yang memiliki riwayat hipertensi dan DM. Keluhan seperti
asma dan alergi pada keluarga disangkal.
Riwayat Sosial
Pasien saat ini aktivitas di rumah saja karena pasien seorang tuna rungu.
pasien tidak merokok.
Visus
0 1/60
Supra cilia
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Palpebra superior
Edema Tidak ada Tidak ada
Spasme Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
19
Limbus
Arkus senilis Arcus seinilis Arcus seinilis
Kornea
Odem Tidak ada Tidak ada
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Bilik Mata Depan
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dalam Dalam
Iris/Pupil
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
Lensa
Kejernihan pseudofakia Keruh
Dislokasi/subluksasi Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Pergerakan bola mata Dalam batas normal Dalam batas normal
1.5. Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 46 tahun dengan keluhan mata kiri
kabur. Keluhan ini sudah dialami pasien memberat dalam 2 minggu ini.
Pandangan mata kabur dirasakan timbul perlahan-lahan dan semakin lama semaki
memberat hingga menggangu aktivitas pasien. Keluhan mata kabur terkadang
disertai dengan nyeri kepala. Pasien memiliki diabetes mellitus yang tidak
terkontrol.
21
PEMERIKSAAN LOKAL
OD Pemeriksaan OS
6/45 Visus 1/60
Normal Palpebra Normal
Normal Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+)
Jernih Kornea Jernih
Dalam Bilik Mata Depan Dalam
Bulat Iris Bulat, reguler
Refleks cahaya (+) Pupil Refleks cahaya (+), mid
dilatasi
pseudofakia Lensa keruh
Sulit dinilai Vitreous Sulit dinilai
20,6 TIO 30,4
USG
23
USG :
CV : echogenic
bentuk : 1. obscured 2. membranoid
reflektivity : rendah
mobility : sulit dinilai (pasien tidak kooperatif)
RKS : intak
kesan : vitreous opacity + PVD
1.7. Diagnosis
Glaukoma sudut tertutup OS + katarak OS
1.8. Tatalaksana
Operatif : Triple procedure OS
Terapi farmakologis post operasi :
1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
2. Na diclofenac 2 x 50 mg
3. P pred 6 x 1 gtt OS
4. Levocin 6 x 1 gtt OS
5. siloxan 2 x 1 gtt OS
1.9. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia
Ad sanactionam : Dubia
BAB IV
PEMBAHASAN
trabecular meshwork, hal ini dapat mengganggu aliran keluar sistem aqueous
humor dan akhirnya menghasilkan glaukoma.12,13
Keadaan diabetes mellitus pada pasien juga merupakan faktor risiko katarak
yang diderita. Katarak dianggap sebagai penyebab utama gangguan penglihatan
pada pasien diabetes sebagaimana insidensi dan progresivitasnya meningkat pada
penderita diabetes mellitus. Enzim aldose reduktase berperan sebagai katalisator
reduksi glukosa menjadi sorbitol melalui polyol pathway dalam proses terjadiya
katarak diabetes. Akumulasi sorbitol intrasel menimbulkan perubahan osmotik
yang menyebabkan degenerasi serabut lensa hidrofik dan membentuk katarak. Di
dalam lensa, sorbitol diproduksi lebih cepat dibanding konversi menjadi fruktosa
oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Akumulasi intrasel polyol menyebabkan
likuifaksi dan kolapsnya lensa sehingga terbentuklan opasitas pada lensa.
Peningkatan kadar HbA1c berkaitan dengan peningkatan risiko katarak nuclear
dan kortikal.14
Pasien juga mengeluhkan terkadang merasa adanya nyeri kepala. Pada pemeriksaan
tonometri didapatkan TIO sinistra 30,4 mmHg. Pada pemeriksaan OCT ditemukan bahwa
sudut kamera okuli anterior tertutup. Tekanan intraokuler normal berkisar antara 11-
21 mmHg. Meskipun tidak ada poin patologis yang absolut, 21 mmHG
dipertimbanhkan sebagai batas atas normal untuk tekanan intraokuler. Pada
beberapa kasus, glaukoma dapat terjadi pada pasien dengan TIO kurang dari 21
mmHg dan dapat pula TIO mencapai 30 mmHg tanpa manifestasi glaukoma. TIO
pada pasien glaukoma sudut tertutup sekunder seringnya tetap tinggi meskipun
sudah mendapatkan medikasi yang maksimal dan setengah dari pasien
27
Pada pasien didapatkan visus mata kanan 6/45 dan mata kiri 1/300. Mekanisme
utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah terjadinya apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serabut saraf dan inner
lining retina dan kurangnya akson pada nervus optik. Diskus optik menjadi atrofi
lalu berlanjut dengan pembesaran cup optic. Peningkatan TIO dan disregulasi
vaskular adalah penyebab utama atrofi glaukomatosa dalam pembentukan
blokade axoplasmis flow pada akson sel ganglion retina pada lamina cribrosa,
perubahan mikrosirkulasi nervus optik pada level lamina, perubahan jaringan glia
lamina dan jaringan ikat. 7
Pada pasien ditemukan lensa mata kiri keruh. Studi oleh Yaakub et al
menunjukkan bahwa glaukoma sekunder yang disebabkan oleh kelainan okuler
umumnya terjadi pada permasalahan lensa, uveitis, phacomorfic, efek samping
kortikosteroid, katarak traumatik, dan penyakit mata lainnya. Glaukoma sekunder
oleh karena permasalahan lensa dapat terjadi karena dislokasi lensa,
pembengkakan lensa, atau inflamasi karena phacoanafilaksis.1
Katarak senilis telah berkembang cukup pesat menjadi intumescent
(menyerap banyak cairan), memiliki panjang anteroposterior yang meningkat
yang dapat menyebabkan blok pupil. Jenis glaukoma dinamai phacomorphic
glaucoma. Glaukoma fakomorfik sering terjadi pada katarak matur, dapat juga
terjadi dari spherophakia di Sindrom Weill – Marchesani. Glaukoma fakomorfik
bisa muncul secara asimtomatik sebagai glaukoma sudut tertutup kronis, namun
lebih sering muncul sebagai glaukoma sudut tertutup akut. Glaukoma akut sudut
tertutup akan menyebabkan peningkatan TIO yang signifikan, yang ditandai
dengan mata nyeri, sakit kepala, penglihatan kabur, persepsi lingkaran cahaya di
sekitar lampu (karena edema kornea), dan juga mual, muntah, bradikardia, dan
diaforesis karena respons vasovagal. 16
Pasien sebelumnya sudah mendapatkan obat anti glaukoma, namun keadaan
tidak membaik. Penatalaksaan terhadap pasien ini dilakukan operasi triple procedure.
Istilah phacotrabeculectomy diperkenalkan untuk menggambarkan operasi
gabungan katarak menggunakan fakoemulsifikasi dan glaukoma dengan tujuan
28
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Rifqah E, Gustianty E, Prajitno IP. One Year Data of New Secondary Glaucoma
Patients at Top Referral Eye Hospital in Indonesia. Althea Med J. 2017;4(2):163–
6.
2. Wetarini K, Dewi NMRP, Mahayani NMW. Acute angle closure glaucoma:
Management in acute attack setting. Bali Med J. 2020;9(1):386–9.
3. Dubey S, Jain K, Mukherjee S, Sharma N, Pegu J, Gandhi M, et al. Current profile
of secondary glaucoma in a Northern India tertiary eye care hospital. Ophthalmic
Epidemiol [Internet]. 2019;26(3):200–7. Available from:
https://doi.org/10.1080/09286586.2019.1574840
4. Khurana AK KB. Comprehensive Ophthalmology: With Supplementary Book-
Review of Ophthalmology.
5. Liu YC, Wilkins M, Kim T, Malyugin B, Mehta JS. Cataracts. Lancet.
2017;390(10094):600–12.
6. Petsas A, Chapman G, Stewart R. Acute angle closure glaucoma – A potential
blind spot in critical care. J Intensive Care Soc. 2017;18(3):244–6.
7. Rayungsista A. Characteristics of Primary Glaucoma in Eye Clinic of RA Basoeni
Hospital, Mojokerto, Indonesia. Folia Medica Indones. 2018;54(3):172.
8. Annadurai P, Vijaya L. Management of secondary angle closure glaucoma. J Curr
Glaucoma Pract. 2014;8(1):25–32.
9. Greco A, Rizzo MI, De Virgilio A, Gallo A, Fusconi M, de Vincentiis M.
Emerging Concepts in Glaucoma and Review of the Literature. Am J Med
[Internet]. 2016;129(9):1000.e7-1000.e13. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.amjmed.2016.03.038
10. Weinreb RN, Aung T, Medeiros FA. The Pathophysiology and Treatment of
Glaucoma: a Review. JAMA. 2014;311(18):363–81.
11. Costa L, Cunha JP, Amado D, Pinto LA, Ferreira J. Diabetes mellitus as a risk
factor in glaucoma’s physiopathology and surgical survival time: A literature
review. J Curr Glaucoma Pract. 2015;9(3):81–5.
12. Zhao YX, Chen XW. Diabetes and risk of glaucoma: Systematic review and a
meta-analysis of prospective cohort studies. Int J Ophthalmol. 2017;10(9):1430–5.
13. Oshitari T. Association Between Diabetes Mellitus and Glaucoma. Int J
Ophthalmol Eye Sci. 2014;(December):1–2.
14. Pollreisz A, Schmidt-Erfurth U. Diabetic Cataract—Pathogenesis, Epidemiology
and Treatment. J Ophthalmol. 2010;2010:1–8.
31