Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE

“POTENSI EMOSI ANAK DAN REMAJA SERTA


PENGEMBANGANNYA”

Dosen Pengampu : Utami Nurhafsari Putri, S.P. Si., M.P.Si


Mata Kuliah : PPD
DISUSUN OLEH :
KELAS E (KELOMPOK 3)

1. Claudia Athaya Diva Samosir (3201131002)


2. Daniel Efril Rinaldi Purba (3203131036)
3. Hanna Yosica Valentina Saragih (3203331026)
4. Sartika Permata Sari Sembiring (3201131004)
5. Wilihar Tamba (3203131027)
6. Syahputra Hidayat Pulungan (3201131016)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN,
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide
ini. Dan juga tidak lupa kami berterima kasih kepada Dosen mata kuliah PPD yaitu ibu Utami
Nurhafsari Putri, S.P. Si., M.P.Si.
Berharap tugas Rekayasa Ide ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang
yang membacanya.

Medan, Desember 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
RINGKASAN.......................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................6
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................6
1.3 Manfaat........................................................................................................................................6
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN DAN IDE UMUM..................................................................7
2.1 Kerangka Pemikiran....................................................................................................................7
2.2 Ide Umum....................................................................................................................................8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................10
3.1 Metode Penelitian......................................................................................................................10
3.2 Objek Penelitian........................................................................................................................10
3.3 Model Analisis Data..................................................................................................................10
BAB IV KARAKTERISTIK PENELITIAN...................................................................................11
BAB V PEMBAHASAN....................................................................................................................12
5.1 Pengertian Emosi.......................................................................................................................12
5.2 Ciri-Ciri Emosi Remaja.............................................................................................................12
5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja..........................................13
BAB VI PENUTUP............................................................................................................................14
6.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
6.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
RINGKASAN

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang
mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis yang
ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, haru
dan sejenisnya.
Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan, dan surut dalam waktu yang
singkat. Hathersall (1985), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis yang
merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Emosi
sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling): misalnya pengalaman-pengalaman
afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan, marah, takut, bahagia, sedih dan jijik. Emosi juga
sering berhubungan dengan ekspresi tingkah laku dan respon-respon fidiologis. Berdasarkan
sebab dan reaksi yang ditimbulkan, emosi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Emosi yang berkaitan dengan perasaan (syaraf-syaraf jasmaniah), misalnya perasaan
dingin, panas, hangat, sejuk dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih
banyak dirasakan karena faktor fisik diluar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan
dan tempat dimana individu itu berada.
2. Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang dan
sebagainya. Munculnya emosi sepertinini lebih banyak dirasakan karena faktor
kesehatan.
3. Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang, benci
dan sejenisnya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor
hubungan dengan orang lain.

Remaja memiliki karakteristik pemunculan emosi yang berbeda bila dibandingkan


dengan masa kanak-kanak maupun dengan orang dewasa. Emosi remaja seringkali meluap-
luap (tinggi) dan emosi negatif mereka lebih mudah muncul. Keadaan ini lebih banyak
disebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka dan lingkungan yang menahalangi
terpuaskannya kebutuhan tersebut.
Tentang hubungan pola asuh otoriter dengan agresifitas pada anak laki-laki
danperempuan menunjukan adanya perbedaan. Tingkah laku agresif pada anak laki-laki tetap
stabil pada setiap masa perkembangannya, tetapi untuk anak perempuantingkah laku agresif
ini akan semakin berkurang. Berkurangnya perilaku agresif padaanak perempuan ini bisa saja
disebabkan karena norma yang ada dalam masyarakat mencela perbuatan agresif bagi anak
perempuan atau juga faktor budaya. Perempuan lebih sering menampilkan perilaku yang
lembut, sedangkan laki-laki dianggap biasa untuk bertindak agresif. Anak perempuan secara
psikologis lebih dapat menahan emosi, artinya semakin ditekan orangtua akan semakin
menurut atau hanya menangis dan mengurung diri dalam kamar (Aisyah, 2010).
Faktor jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kematangan emosi. Laki-laki dikenal
lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki pendapat tentang
kemaskulinan terhadap dirinya sehingga tidak mampu mengekspresikan emosi seperti yang
dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan laki-laki cenderung memiliki
ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan (Santrock, 2007). Perbedaan
jenis kelamin pada kematangan emosi dijelaskan sebagai pengaruh sosialisasi awal emosi.
Anak laki-laki diharapkan mandiri, aktif, dan percaya diri, sementara anak perempuan
diharapkan lebih ekspresif, hangat secara emosional, suka menolong dan sensitif (Davis
dalam Astuti, 2003).
Dalam perbandingan antar gender, perempuan menunjukkan ekspresi emosional yang
lebih besar dibandingkan pria. Perempuan mengalami emosi secara lebih intens dan
menunjukkan ekspresi emosi, baik positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali
kemarahan. Tidak seperti laki-laki, perempuan juga menyatakan lebih nyaman dalam
mengekspresikan emosi dan mampu membaca petunjuk non-verbal dan peran linguistik
secara lebih baik. Sedangkan pada anak laki-laki, ketika mereka mengalami stres, mereka
cenderung untuk bertindak terlebih dahulu, lalu berfikir kemudian. Selain itu, anak laki-laki
memiliki respon agresif terhadap risiko, dan cenderung untuk berkompetisi (Muhammad,
2011).
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa,
sehingga pada masa ini emosi remaja tidak stabil Masa remaja adalah masa goncang yang
terkenal dengan berkecamuknya perubahan-perubahan emosional.Perubahan-perubahan
emosional pada remaja di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri dan
faktor darilingkungan.
Perkembangan emosi remaja merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Pada usia
remaja cenderung memperhatikan penampilannya dan mulai tertarik dengan lawan jenis
sehingga perlu pengawasan dari orang tua agar perkembangan emosi anaknya mengarah pada
emosi yang positif. Seringnya terjadi penyimpangan dalam usia remaja di sekolah sehingga
perlu upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan emosi remaja agar emosinya
dapat terkontrol dan mengarah ke hal-hal yang positif sehingga dapat memperbaiki moral
remaja.
Remaja berada pada periode perkembangan yang banyak mengalami masalah
pertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap
tuntutan lingkungan dan masyarakat serta orang dewasa.Masalah yang sering terjadi pada
perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidakseimbangan antara
keduanya.Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai
macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai media.
Gejala- gejala emosi para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan
rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami
dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan
sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan
normal tanpa ada mengalami gangguan.
1.2 Tujuan
1. Untuk menemukan ide-ide baru dalam mengatasi emosional remaja
2. Untuk memperbaiki cara remaja dalam mengatasi emosional yang dihadapinya

1.3 Manfaat
1. Agar dapat melatih diri dalam berfikir kritis
2. Agar dapat menemukan ide-ide baru
3. Agar dapat memperbaiki program perkembangan peserta didik khususnya dalam
mengatsi emosional remaja.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN DAN IDE UMUM

2.1 Kerangka Pemikiran


Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam mengatasi emosional pada remaja adalah
menjalin komunikasi yang baik dengannya. Beberapa cara dalam mengatasi emosi pada
remaja yaitu :
1. Mengenali Terlebih Dahulu Gejalanya.
Emosi remaja harus diatasi dan diawasi sejak awal. Anak-anak yang sudah
menunjukkan tanda-tanda buruk, seperti suka berbohong, suka jahat pada temannya,
berkata kasar, lain tindakan kasar lainnya itu harus segera dinasihati. Untuk
menasihatinya, Anda disarankan agar berbicara baik-baik kepadanya. Berikanlah
penjelasan yang baik untuknya demi masa depan si anak.

2. Meredam Emosinya.
Ketika anak tersebut marah, mereka bisa akan melakukan tindakan yang bisa
membahayakan orang lain atau dirinya sendiri. Ketika hal tersebut terjadi, orangtua
harus memberikan perhatian penuh pada anak. Selain itu, Anda juga harus mampu
meredam emosinya dengan cara menenangkannya.

3. Mengawasi Perilakunya
Orangtua harus bisa mengawasi perilaku dan pergaulan mereka. Anda disarankan agar
selalu memperhatikan teman-temannya dan kegiatan apa yang biasa dilakukannya di
rumah. Selain itu, orangtua juga harus membangun hubungan yang baik dan dekat
dengan anak-anaknya. Tujuannya adalah agar si anak tidak berani melakukan hal-hal
yang bisa membahayakan dirinya atau orang lain.

4. Mengatasi Akar Masalahnya.


Terkadang emosi anak berasal dari hal-hal yang terpendam.Misalnya, ketidak
nyamanannya berada di kelas, sering dibully oleh teman-temannya, dan hal lainnya.
Hal tersebut bisa saja membuat mereka jadi malas pergi ke sekolah, mudah marah,
dan berkata kasar. Untuk itu, sebagai orangtua Anda disarankan agar mengenali dan
memahami si anak. Selain itu, sabar juga untuk menggali akar masalah yang membuat
anak bertindak buruk.

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :
1. belajar mengembangkan kesadaran diri
2. belajar mengambil keputusan pribadi
3. belajar mengelola perasaan
4. belajar menangani stress
5. belajar berempati
6. belajar berkomunikasi
7. belajar membuka diri
8. belajar menegembangkan pemahaman
9. belajar menerima diri sendiri
10. belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi

Itulah cara tepat mengatasi emosi remaja. Seorang anak tak mungkin bersikap kasar
atau marah berlebihan tanpa alasan.Untuk itu, kita harus selalu mengawasinya dan menjalin
komunikasi yang baik dengan mereka agar bisa mengatasi emosinya.
Berdasarkan data yang telah terkumpul diketahui bahwa tidak ada satupun sampel
atau responden yang memiliki orangtua dengan pola asuh tertentu secara mutlak. Artinya data
yang terlampir tidak satupun sampel yang memilih jawaban otoriter seluruhnya, otoritatif
seluruhnya, mengabaikan seluruhnya, serta memanjakan seluruhnya. Ini menandakan tidak
adanya pola asuh murni yang diterapkan oleh orangtua kepada anak.
2.2 Ide Umum
1. Penanganan Kasus.
Penanganan kasus pada umumnya dapat dilihat sebagai keseluruhan perhatian dan
tindakan seseorang terhadap kasus (yang dialami oleh seseorang) yang dihadapkan
kepadanya sejak awal sampai dengan diakhirinya perhatian dan tindakan tersebut.
Dalam pengetian itu penanganan kasus meliputi:
a. Pengenalan awal tentang kasus, yang dimulai sejak mula kasus itu dihadapkan.
b. Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus
itu
c. Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk-beluk kasus tersebut, dan akhirnya;
d. Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber
pokok permasalahan itu.

2. Mengenali Permasalahan yang dihadapi.


Dalam mengenali seseorang yang mengalami masalah emosional, cara yang paling
mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri. Sosiometri merupakan suatu metode
untuk mengumpulkan data terntang pola dan struktur hubungan antara individu-
individu dalam suatu kelompok. Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami
masalah.

3. Memahami Sifat dan Jenis Masalah Sosial.


Langkah kedua dari diagnosis masalah emosional ini mencari dalam hubungan apa
saja seseorang mengalami masalah emosinal. Dalam hal ini guru pembimbing
memperhatikan bagaimana perilaku siswa dalam semua pergaulan, baik di sekolah,
rumah dan masyarakat.
4. Menetapkan Usaha-Usaha Bantuan.
Setelah diketahui sifat dan jenis masalah serta latar belakangnya, maka langkah
selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan usaha
bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.

5. Pelaksanaan Bantuan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan
kemungkinan usaha bantuan.Pemberian bantuan dilaksanakan secara terus menerus
dan terarah dengan disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan.
Bantuan untuk mengentaskan masalah emosional terutama menekankan akan
penerimaan emosional dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar
belakangnya.

6. Ide Atas Masalah yang Di hadapi.


Disini kami sebagai penulis memberi ide terhadap masalah yang di hadapi oleh
remaja akhir, di mana sebagian besar remaja akhir sulit untuk memaafkan dan
melupakan kesalahan orang lain. Itu disebabkan oleh kurang matangnya emosi yang
dimiliki oleh remaja tersebut. Remaja diharapkan bisa memahami dan menguasai
emosinya sehingga mampu mencapai emosional yang adaptif. Remaja yang
menunjukkan kontrol emosi yang baik memiliki kapasitas peril aku yang dapat
mengatasi kemarahannya. Remaja juga harus mengembangkan perilaku memaafkan
dalam kehidupan sehari-hari agar mereka tidak kesulitan dalam memaafkan kesalahan
orang lain. Menurut kami, dalam mencegah masalah ini orang tua juga harus ikut
berperan dimana orang tua harus mengajari agar dalam hal memaafkan sejak anak
balita, dan orang tua juga harus tetap membimbing anaknya agar dapat berpikir
dewasa dan mau memaafkan orang lain
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan
digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai
suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat
penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian
untuk melakukan penelitian.
Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan
dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya
adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu
berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk
melakukan penelitian.
Dalam penulisan kertas karya ini, kami menggunakan metode kualitatifyang diuraikan
secara deskriptif. Agar kertas karya ini dapat dipertanggungjawabkan,maka penulis harus
mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber. Adapunmetode pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Yaitu suatu cara penelitian yang dilakukan
untuk mengumpulkan data dan informasi melalui bahan-bahan pustaka yang dapat
memperjelas tulisan, seperti buku, majalah, diktat, dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.
2. Field Research (Penelitian Lapangan) Yaitu suatu cara penelitian untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan cara mengadakan pengamatan baik secara
langsung maupun tidak langsung ke objek penelitian.
3.2 Objek Penelitian
Objek Penelitian dalam penulisan makalah kali ini adalah remaja dan anak usia muda dalam
menghadapi perkembangan emosi mereka.
3.3 Model Analisis Data
Model analisis yang kami gunakan dalam makalah ini adalah Metode Analisis
Reduksi Data. Dimana sesudah data terkumpul dibuat reduksi data, untuk menentukan data
yang relevan dan mempunyai makna, memfokuskan data yang mengarah pada pemecahan
masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Selanjutnya
melakukan penyederhanaan serta menyususn secara sistematis dan menjabarkan hal-hal
penting mengenai hasil penemuan dan maknanya. Dalam proses reduksi data, hanya temuan
data atau temuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang direduksi. Sedangkan
untuk data yang tidak ada kaitannya dengan masalah penelitian dibuang. Atau dengan kata
lain reduksi data dipakai untuk analisis yang mengarahkan, menggolongkan, menajamkan
dan membuang yang tidak penting danmengorganisasikan data. Dengan begitu maka akan
mempermudahkan peneliti untuk menarik sebuah kesimpulan.
BAB IV

KARAKTERISTIK PENELITIAN

Penelitian atau riset digambarkan sebagai proses investigasi yang dilakukan dengan
aktif, rajin dansistematis, yang mempunyai maksud untuk menemukan, menafsirkan dan
merevisi fakta-fakta yang ada.Penyelidikan intelektual menghasilkan pengetahuan lebih
dalam tentang suatu peristiwa, perilaku,teoridan hukum serta peluang untuk aplikasi praktis
dari pengetahuan itu. Beberapa persoalan antarakegiatan penelitian dengan kegiatan yang
bukan penelitian ataupun kegiatan lain pada umumnya, yaknikarakteristiknya. Maka,
penelitian hendaknya tercantum beberapa karakteristik kegiatan penelitian,yakni sebagai
berikut :
 Penelitian Harus Sistematis
Penelitian ini ialah suatu kegaitan sistematis dan menyimpan elemen-elemen
yangmerupakan bagian pandangan dan kegiatan. Elemen-elemen tersebut perlu
menyingkap secaraberangkaian dan berangsur-angsur, sehingga tampak jelas alur
pandangannya dan lancardipahami oleh pembaca.

 Penelitian Harus Objektif dan Rasional


Penelitian ini mempunyai alur akal yang benar, terdapat konsistensi antara media
maupunproses penelitian yang diperankan dengan produk penelitian yang diperoleh,
sehinggamempunyai alur akal yang benar dan logika. Setiap opsi dan kepastian harus
logis dan rasionalserta mempunyai ukuran.

 Penelitian Harus Mempunyai Kegunaan


Penelitian ini harus mempunyai kegunaan efektif dalam kegunaan berada
membagirekomendasi, saran kepada kelompok yang memiliki fungsi akademik untuk
meningkatkan ilmupengetahuan.
BAB V

PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995).
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.
Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka),
Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan
tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
5.2 Ciri-Ciri Emosi Remaja
Pola emosi masa remaja hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis
yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih
dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu
terhadap ungkapan emosi mereka. Menurut Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional
remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun :
 Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
 Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
 Kemarahan biasa terjadi
 Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
 Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun :


 “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari
masa kanak-kanak menuju dewasa
 Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
 Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja

Hurlock ( 2002 ) dalam rahmat menyatakan sejumlah penelitian tentang emosi anak
menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan
faktor belajar. Para remaja seringkali tidak menunjukkan perasaan-perasaannya, entah
perasaan takut ataupun sedih. Walaupun mereka terkadang merasa takut dan ingin menangis
tetapi tidak berani menunjukkan perasaan tersebut secara terang-terangan. Kondisi-kondisi
kehidupan dan lingkunganlah yang menyebabkan mereka merasa perlu menyembunyikan
perasaan-perasaannya.
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi
emosional. Bertambahnya pengetahuan dari lingkungan serta sekolah dan pemanfaatan media
massa berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini. Ada dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi remaja yaitu :
1. Faktor eksternal. Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang
dirasakan seseorang secara individu. Adapun gangguan emosi yang mereka alami
antara lain:
 Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul
ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian yang mereka alami
 Merasa di benci di sia-siakan , tidak mengerti dan tidak diterima oleh
lingkungan
 Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dipatahkan daripada diberi
sokongan , dorongan, semangat
 Merasa tidak mampu

2. Faktor eksternal. Menurut Hulrlock dan Cole faktor yang mempengaruhi emosi positif
adalah sebagai berikut;
 Orang tua dan guru memperlakukan mereka seperti anak kecil sehingga harga
diri mereka terasa dilecehkan
 Apabila dirintangi anak membina keakraban dengan lawan jenis
 Disikapi tidak adil oleh orang tua
 Merasa kebutuhannya tidak terpenuhi oleh orang tua

Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukkan bahwa perkembangan emosi


mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar
terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan
intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak
dimengerti di mana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat
juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif
terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa perkembangan


emosi remaja dalam tumbuh kembangnya memberikan pengaruh yang besar dalam
kehidupannya. Dengan adanya ciri-ciri serta usaha untuk mengembangkan emosi remaja
secara tepat, secara bertahap diharapkan seorang remaja mampu mengaktualisasikan dirinya
sebagai generasi harapan bangsa. Untuk itu hendaknya orang tua, guru dan lingkungan
masyarakat harus benar-benar dapat memahami bagaimana tumbuh kembang remaja
termasuk emosinya.Pembentukan emosi remaja yang sehat yang bertolak pada pembangunan
karakter remaja hendaklah dilaksanakan selain jalur pendidikan, keluarga dan sekolah juga
dilaksanakan pada lingkungan.
6.2 Saran
Dengan mengetahui keadaan emosi remaja dan perkembangannya di harapkan kita
mampu memahami serta menemukan cara-cara yang terbaik dalam menghadapi remaja yang
baru beranjak dewasa.Melalui penulisan ini, penulis berharap orang tua, guru, masyarakat
maupun pemerintahan dapat mengupayakan lebih giat lagi untuk memberikan sarana dan
prasarana sebagai penunjang emosi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

https://sukronfirudin52.wordpress.com/2012/11/03/makalah-perkembangan-emosi-remaja/
https://www.google.com/search?
q=metode+pelaksanaan+untuk+mengatasi+emosional+remaja&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab
http://www.slideshare.net/Annarasyla/perkembangan-emosi-48368067
http://www.docs-engine.com/pdf/1/jurnal-perkembangan-emosi-pada-remaja.html
Zahara, Dilla. (2013). Pengaruh Kematangan Emosi Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh
Orang Tua Dan Jenis Kelamin. Riau : An – Nafs. Vol: 08(01). Hal 5-17.

Anda mungkin juga menyukai