Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BACA TULIS BRAILLE

“Konsep Dasar Baca Tulis Braille”

Dosen Pengampu:
Drs.H.Asep Ahmad Sopandi,M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1:


1.Fiola Rahmi (20003013)
2.Eka Pudji Astuti ( 20003009 )
3.Dinda firnianti putri ( 20003007 )

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirrabil ‘alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang masih
memberikan karunia beserta rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan makalah “Konsep Dasar Baca Tulis Braille” ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak
Berkesulitan Belajar dan yang lebih pentingnya yakni untuk menambah ilmu pengetahuan
kepada kita sebagai mahasiswa Pendidikan Luar Biasa khususnya dalam kuliah Baca Tulis
Braille.Sebelumnya, ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam proses penyelesaian makalah ini.
Di dalam makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isinya,
bahasa, analisis maupun yang lainnya. Maka dari itu, komentar maupun kritik dan saran sangat
dibutuhkan oleh penulis untuk memperbaiki hasil karya kedepannya.

Akhir kata, sekian dan terima kasih.


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang,24 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 2

C.Tujuan ................................................................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3

A. Sejarah Tulisan Bagi Anak Dengan Hambatan Penghilangan ............................................................. 3

a)Sistem Perkembangan Tulisan Bagi Anak Tunanetra Bagi Hauy ......................................................... 3

b)Sistem Perkembangan Tulisan Bagi Anak Tunanetra Bagi Barbier ..................................................... 4

c)Perkembangan Sistem Tulisan bagi Tunanetra oleh Louis Braille ........................................................ 4

d)Perkembangan sistem tulisan bagi anak tunanetra oleh moon .............................................................. 5

B. Asal usul tulisan/ Abjad Braille............................................................................................................ 5

C.Keunggulan Sistem Tulisan Braille....................................................................................................... 8

BAB III ......................................................................................................................................................... 9

PENUTUP .................................................................................................................................................... 9

A.Kesimpulan ........................................................................................................................................... 9

B.Saran ...................................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan bagi anak-anak
sebagai generasi muda. Pendidikan bertujuan mendorong anak-anak belajar terutamadalam hal
membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan suatu proses berpikiruntuk menyerap
informasi yang ditangkap melalui panca indera baik secara lisan maupuntulisan. Melalui proses
inilah anak dapat meningkatkan dan melatih daya pikir sertamenambah ilmu pengetahuannya.

Namun, tidak semua orang memiliki kesempurnaan panca indera khususnya bagianak sebagai
penyandang tunanetra. Anak tunanetra mungkin mengalami hambatan dalammenerima informasi,
namun disisi lain mereka juga memiliki kelebihan berupa intuisi,kepekaan, dan pendengaran
yang tajam dibandingkan orang yang memiliki kesempurnaan panca indera. Seperti Louis Braille,
keterbatasan penglihatan justru tidak membuatnya berpikir terbatas, sebaliknya mampu berkarya
dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi para tunanetra dengan penemuan pentingnya
yaitu huruf Braille. Sistem Braille adalahsalah satu metode yang diperkenalkan secara luas bagi
tunanetra yang digunakan untukmembaca dan menulis. Sistem ini diperkenalkan pada tahun
1821 oleh Louis Braille,seorang tunanetra yang berasal dari Perancis. Dengan adanya penemuan
penting ini,menyadari bahwa betapa besarnya peran huruf Braille sebagai media bantu
khususnya bagianak-anak tunanetra untuk belajar membaca dan menulis.

Selain itu, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang, huruf
Braille telahdimodifikasi dalam berbagai bentuk teknologi modern yang mampu memberikan
pengaruhyang besar bagi penggunanya khususnya para penyandang tunanetra. Hal ini,
setidaknyadapat memacu/memotivasi anak-anak tunanetra untuk tetap belajar,
mengembangkantingkat kreativitas, pola pikir, serta inovasi seperti anak-anak normal lainnya.
Sehinggaketerbatasan penglihatan bukan menjadi suatu penghalang lagi bagi anak-anak
tunanetrauntuk tetap maju.

1
B.Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah awal perkembangan sistem tulisan bagi tunanetra ?

2) Bagaimana asal usul adanya tulisan/ Abjad Braille ?


3)Apa saja keunggulan system/teknologi tulisan braille?
C.Tujuan

1) Untuk mengidentifikasi sejarah awal perkembangan sistem tulisan bagi tunanetra

hingga ditemukannya huruf Braille.

2) Untuk mengetahui asal usul adanya tulisan/ Abjad Braille

3) Untuk mengetahui keunggulan system/teknologi tulisan braille

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tulisan Bagi Anak Dengan Hambatan Penghilangan

Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra telah dimulai sekurang-kurangnya 16
abad yang lalu, ketika seorang cendekiawan tunanetra Jepang pada abad ke-4 mengukir huruf-
huruf pada kayu dan mendirikan sebuah perpustakaan yang cukup besar untuk menghimpun
karya-karyanya itu (Tarsidi, 1988). Pada tahun 1676, seorang tunanetra Katolik di Roma, Italia,
bernama Francesco Terzi, menciptakan sejenis “abjad tali”. Dia membentuk huruf-huruf dari
berbagai variasi simpul tali, dan menggunakan abjad talinya itu untuk mentranskripsikan kitab
Injil. Seorang musisi wanita tunanetra dari Wina, Maria Theresa von Paradis, (lahir tahun 1741),
belajar membaca dengan alat bantu berupa paku-paku yang ditancapkan pada sebuah bantalan
untuk membentuk huruf-huruf. Dengan cara ini dia berhasil belajar membaca partitur musik
(Andersen, 2000).

Hingga awal abad ke-19, orang masih memusatkan usaha membantu tunanetra belajar
membaca dan menulis itu dengan memperbesar huruf Latin atau Romawi dengan menggunakan
berbagai macam cara dan bahan seperti tali-temali, potongan-potongan logam, kayu, kulit, lilin
atau kertas, tetapi hasilnya masih jauh dari memuaskan. Kesemua cara ini memiliki ciri yang
sama, yaitu memerlukan bahan yang sulit dibuat atau sukar dimanipulasi sehingga tidak cocok
sebagai media komunikasi. Misalnya, orang tidak mungkin membawa begitu banyak balok kayu
untuk memungkinkanya berkomunikasi secara tertulis dengan orang lain secara efisien. Kriteria
standar yang sangat penting bagi suatu bentuk teknologi komunikasi adalah mudah diproduksi,
permanen, mudah difahami, dan mudah dibawa-bawa (portable).

a)Sistem Perkembangan Tulisan Bagi Anak Tunanetra Bagi Hauy

Valentin Hauy (1745-1822), pendiri dan direktur sekolah pertama bagi tunanetra di dunia,
menghasilkan huruf-huruf timbul pada kertas tebal yang dapat diraba dan dibaca dengan ujung-
ujung jari. Untuk menghasilkan huruf timbul tersebut, pertama-tama dia membuat cetakan huruf

3
dari logam. Huruf-huruf pada cetakan tersebut dibentuk terbalik. Kertas tebal yang sudah
dibasahi diletakkan di atas cetakan tersebut. Sebuah "pena" yang bermata bundar dari logam
digoreskan di atasnya mengikuti bentuk huruf pada cetakan di bawahnya. Setelah kertas itu
dikeringkan, kini huruf-huruf timbul telah terbentuk pada kertas tersebut. Buku pertama
menggunakan teknik penimbulan huruf ini diterbitkan pada tahun 1787 yang berisikan essay
tentang pendidikan bagi anak tunanetra (Shodorsmall, 2000).

b)Sistem Perkembangan Tulisan Bagi Anak Tunanetra Bagi Barbier

Yang mendasari sistem tulisan Braille yang kita kenal sekarang ini adalah sistem titik-titik
timbul yang diciptakan oleh Charles Barbier, seorang perwira artileri Napoleon. Pada tahun 1815,
dalam peperangan Napoleon, Barbier menciptakan tulisan sandi yang terdiri dari titik-titik dan
garis-garis timbul yang dinamakannya "tulisan malam". Dia menggunakan tulisan ini untuk
memungkinkan pasukannya membaca perintah-perintah militer dalam kegelapan malam dengan
merabanya melalui ujung-ujung jari. Sistem ini didasarkan atas metodologi fonetik (atau
sonografi). Setiap kata diuraikan menjadi bunyi, dan setiap bunyi dilambangkan dengan
konfigurasi titik-titik dan garis-garis tertentu (Davidson, 2005; Shodorsmall, 2000). Barbier
menggunakan pola 12 titik yang terdiri dari dua deretan vertical yang masingmasing terdiri dari
enam titik. Titik-titik tersebut dibuat dengan menusukkan sebuah alat tajam pada kertas tebal
yang diletakkan pada sebuah cetakan dari logam. Alat yang inovatif ini masih bertahan hingga
kini sebagai alat tulis Braille yang paling banyak dipergunakan. Di Indonesia, alat ini disebut
“pen”dan “reglet”.

c)Perkembangan Sistem Tulisan bagi Tunanetra oleh Louis Braille

Sistem tulisan bagi tunanetra yang kita kenal sekarang ini diberi nama penciptanya, yaitu
Braille.Dia menjadi buta pada usia tiga tahun sebagai akibat kecelakaan dengan pisau milik
ayahnya yang seorang pembuat pelana kuda.Louis Braille menyadari bahwa sistem Barbier
kurang baik sebagai media baca/tulis, tetapi dia sangat menyukai gagasan penggunaan titik-titik
untuk tulisan bagi tunanetra. Maka setelah pertemuannya dengan Charles Barbier, Louis Braille
selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membuat titik-titik dan garis-garis pada
kartu- kartu untuk berusaha menciptakan tulisan yang cocok bagi tunanetra.Akhirnya, pada tahun

4
1834, ketika Louis Braille berusia awal 20-an, setelah bereksperimen dengan inovasinya itu
selama lebih dari sepuluh tahun, sempurnalah sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul itu.

d)Perkembangan sistem tulisan bagi anak tunanetra oleh moon

Pada tahun 1845 dia menciptakan sebuah sistem huruf timbul yang menggunakan abjad Romawi
dengan beberapa huruf dimodifikasi atau disederhanakan. Prinsip yang digunakannya adalah
bahwa sedapat mungkin huruf timbul itu sama dengan bentuk aslinya (abjad Romawi) tetapi
harus mudah dikenali dengan perabaan. Pada dasarnya sistem Hauy dan sistem Moon ini adalah
tulisan awas (tulisan biasa) yangdiperbesar dan dibuat timbul pada kertas. Keuntungan utama
menggunakan abjad ini adalah bahwa tulisan ini dapat dibaca oleh orang tunanetra maupun
orang awas. Kelemahannya adalah orang tunanetra tidak dapat membacanya dengan cepat
sehingga sangat tidak efisien sebagai media penyerap informasi.

B. Asal usul tulisan/ Abjad Braille

Sistem tulisan bagi tunanetra yang kita kenal sekarang ini diberi nama penciptanya, yaitu
Braille. Louis Braille lahir pada tanggal 4 Januari 1809 di Coupvray. Dia menjadi buta pada usia
tiga tahun sebagai akibat kecelakaan dengan pisau milik ayahnya yang seorang pembuat pelana
kuda. Pada usia sepuluh tahun, Louis dimasukkan ke sekolah khusus bagi tunanetra di paris, di
mana dia bertemu dengan Kapten Charles Barbier dan diperkenalkan dengan sistem tulisan
Barbier. Louis Braille menyadari bahwa sistem Barbier kurang baik sebagai media baca/tulis,
tetapi dia sangat menyukai gagasan penggunaan titik-titik untuk tulisan bagi tunanetra; maka

5
setelah pertemuannya dengan Charles Barbier, Louis Braille selalu memanfaatkan setiap
kesempatan yang ada untuk membuat titik-titik dan garis-garis pada kartu-kartu untuk berusaha
menciptakan tulisan yang cocok bagi tunanetra. Dia selalu mencobakan setiap perkembangan
tulisannya itu kepada kawan-kawannya yang tunanetra. Menyadari bahwa jari jari kawan-
kawannya lebih peka terhadap titik daripada terhadap garis, maka dia memutuskan untuk hanya
menggunakan titik-titik saja dan mengesampingkan garis-garis bagi tulisannya itu. Di samping
itu, dia mengurangi jumlah titiknya dari dua belas hanya menjadi enam saja. Akan tetapi
modifikasi yang paling penting adalah bahwa sistem tulisannya itu tidak didasarkan atas
metodologi sonografi melainkan didasarkan atas sistem abjad Latin dalam bentuk yang berbeda –
menggunakan titik-titik timbul dengan konfigurasi yang unik. Akhirnya, pada tahun 1834, ketika
Louis Braille berusia awal 20-an, setelah bereksperimen dengan inovasinya itu selama lebih dari
sepuluh tahun, sempurnalah sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul itu. Louis Braille
hanya menggunakan enam titik “domino” sebagai kerangka sistem tulisannya itu – tiga titik ke
bawah dan dua titik ke kanan. Untuk memudahkan pendeskripsian, tiga titik di sebelah kiri diberi
nomor 1, 2 dan 3 (dari atas ke bawah), dan tiga titik di sebelah kanan diberi nomor 4, 5 dan 6.
Satu atau beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya sehingga dapat membentuk sebanyak
63 macam kombinasi yang cukup untuk menggambarkan abjad, angka, tanda-tanda baca,
matematika, musik, dan lain-lain.

Ketika Louis Braille masih sedang menyederhanakan sistem tulisannya itu, dia diangkat
sebagai guru di L'Institute Nationale des Jeunes Aveugles (Lembaga Nasional untuk Anak-anak
Tunanetra) di Paris yang didirikan oleh Valentin Hauy pada tahun 1783. Pada tahun 1851 Dr.
Dufau mengajukan ciptaan Braille kepada Pemerintah Perancis dengan permohonan agar ciptaan
tersebut mendapat pengakuan pemerintah, dan agar Louis Braille diberi tanda jasa. Tetapi,
hingga dia meninggal pada tanggal 6 Januari 1852, tanda jasa ataupun pengakuan resmi terhadap
ciptaannya itu tidak pernah diterimanya. Baru beberapa bulan setelah wafatnya, ciptaan Louis
Braille itu diakui secara resmi di L'Institute Nationale des Jeunes Aveugles, dan beberapa tahun
kemudian dipergunakan di beberapa sekolah tunanetra di negara-negara lain. Baru menjelang
akhir abad ke-19 sistem tulisan ini diterima secara universal dengan nama tulisan "Braille".
Tulisan Braile dibawa ke Indonesia oleh orang Belanda pada awal abad ke-20. Braille diajarkan
di Blinden Instituut, sebuah lembaga tunanetra yang didirikan oleh Dr. Westhoff pada tahun
6
1901 di Bandung. Setelah melalui beberapa kali perubahan nama, kini lembaga tersebut bernama
Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna yang berada di bawah Departemen Sosial RI. Di kompleks
yang sama berdiri juga Sekolah Luar Biasa bagi Tunanetra yang secara administratif berada di
bawah Departemen Pendidikan Nasional RI. Kini, sudah lebih dari satu setengah abad sejak
tulisan braille itu tercipta dengan sempurna, namun kemajuan teknologi masih belum dapat
menyaingi kehebatannya. Bahkan akhir-akhir ini tulisan braille sekali lagi telah membuktikan
kesempurnaannya karena dengan mudah dapat diadaptasikan untuk keperluan transmisi
informasi dari alat-alat pengolah data seperti komputer dan bahkan juga telepon seluler. Untuk
mengenang jasanya yang tak terhingga itu, pada tahun 1956 The World Council for the Welfare
of the Blind (Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra) menjadikan bekas rumah kediaman
Louis Braille yang terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris, sebagai museum Louis
Braille. Karena pada tahun 1984 WCWB melebur diri dengan International Federation of the
Blind (Federasi Tunanetra Internasional) menjadi World Blind Union (Perhimpunan Tunanetra
Dunia), maka sejak tahun itu pemeliharaan dan penngembangan museum ini menjadi tanggung
jawab WBU

Abjad Braille dibentuk dengan pola yang logis sehingga mudah dihafal. Sepuluh huruf pertama
( a sampai j ) hanya menggunakan titik 1, 2, 4, dan 5. Dengan kata lain, sepuluh huruf pertama
tersebut hanya menggunakan “tanda atas”. Dengan menghafal sepuluh huruf pertama ini, huruf-
huruf lainnya dapat “dikalkulasi” dengan mudah. Nomor titik huruf-huruf di atas adalah sebagai
berikut. a = titik 1, b = titik 1-2 c = titik 1-4,d = titik 1-4-5,e = titik 1-5,f = titik 1-2-4,g = titik 1-
2-4-5,h = titik 1-2-5,i = titik 2-4,j = titik 2-4-5 Sepuluh huruf berikutnya ( k hingga t ) dibentuk
dengan menambahkan titik 3 pada kesepuluh huruf pertama sebagai berikut. Nomor titik huruf-
huruf di atas adalah sebagai berikut: k = titik 1-3,l = titik 1-2-3,m = titik 1-3-4,n = titik 1-3-4-5,o
= titik 1-3-5,p = titik 1-2-3-4,q = titik 1-2-3-4-5,r = titik 1-2-3-5,s = titik 2-3-4,t = titik 2-3-4-
5Lima huruf berikutnya (u, v, x, y, z) dibentuk dengan menambahkan titik 3-6 pada huruf a, b, c,
d, e.Nomor titik-titik untuk huruf u hingga z adalah sebagai berikut: u = titik 1-3-6,v = titik 1-2-
3-6,w = titik 2-4-5-6,x = titik 1-3-4-6,y = titik 1-3-4-5-6 dan z = titik 1-3-5-6

7
C.Keunggulan Sistem Tulisan Braille

Ada beberapa keunggulan sistem tulisan braille yaitu sebagai berikut:

a)Membantu anak tunanetra dalam melihat dan membaca huruf dan tulisan lewat tangan mereka
b)Sistem tulisan Braille lebih mudah dipahami dan dibaca oleh Netral karena huruf braille
tersusun atas yang disusun sedemikian rupa sehingga keadaannya yang timbul keluar mampu
diraba oleh ujung jari dan diartikan menjadi huruf yang mampu dibaca.
c)Huruf braille lebih cepat dirasakan dan diraba oleh anak tunanetra dan anak tunanetra lebih
cepat peka dengan titik dibandingkan dengan garis
d)Sistem tulisan Braille ini telah banyak diintegrasikan dengan berbagai perangkat teknologi
canggih yang mampu memudahkan anak tunanetra ikut menikmati perkembangan teknologi
yang kian pesat ini. Salah satu teknologi yang telah mengintegrasikan diri dengan braille adalah
Braille EDGE 40, alat ini dapat dihubungkan dengan ponsel pintar, tablet ataupun komputer via
bloetooth yang kemudian penggunaanya dapat membaca huruf braille yang terdapat pada alat
tersebut yang sudah terhubung dengan perangkat komputer mereka.
d)Sistem penulisan Braille ini pada akhirnya dapat membantu tunanetra menulis dan membaca
lebih cepat. Beratus tahun kemudian, sistem penulisan tersebut menjadi cara berkomunikasi, satu
satunya ketika tunanetra harus membaca atau menulis sebelum akhirnya dunia memasuki era
digital.
Keuntungan utama menggunakan abjad ini adalah bahwa tulisan ini dapat dibaca oleh orang
tunanetra maupun orang awas. Kelemahannya adalah orang tunanetra tidak dapat membacanya
dengan cepat sehingga sangat tidak efisien sebagai media penyerap informasi.

8
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pengembangan sistem tulisan bagi tunanetra dimulai sejak sekitar abad ke-4
denganmerepresentasikan tulisan Latin atau Romawi dalam bentuk taktual berupa ukiran
padakayu atau lilin, potongan-potongan logam atau kulit, atau berupa konfigurasi tali-
temali.Menjelang akhir abad ke-18, upaya tersebut beralih ke penimbulan tulisan awas
padakertas. Yang terkemuka dalam upaya tersebut adalah Valentin Hauy dan William
Moon.Menyadari bahwa hasilnya tidak efektif bagi para pengguna yang tunanetra, pada abad ke-
19 orang mulai mengalihkan perhatiannya pada penggunaan titik-titik timbul dengan bentuk
huruf yang berbeda dari tulisan awas. Upaya ini diawali oleh Charles Barbier dandilanjutkan
serta disempurnakan oleh Louis Braille. Sistem tulisan Braille itu menggunakan pola enam titik
domino yang dapat membentuk 63 macam konfigurasi titik-titik untukmewakili berbagai macam
simbol. Alat yang dipergunakan untuk menulis Braille disebutreglet dan pen, yang prototipenya
diciptakan oleh Valentin Hauy. Pada pertengahan abadke-20 diciptakan mesin tik Braille, dan
menjelang akhir abad ke-20 diciptakan printerBraille.

B.Saran

Dalam menulis makalah ini, spenulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna baik materi maupun secara penulisan. Dengan demikian, penulis sangat
mengharapakna saran dan kritik untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai
sumber ilmu baru yang dapat dikembangkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtias, T. (2019). Pemanfaatan Koleksi Braille bagi Pemustaka Tunanetra pada Layanan
Lansia dan Disabilitas di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Hidayat, S. K., Suyanto, M., & Henderi, H. (2018). MODEL PEMBELAJARAN MENULIS
BRAILLE. IT CIDA, 2(1).

Sari, D. P., Rasyad, S., Evelina, E., & Amperawan, A. (2017). Identifikasi Huruf Braille Berbasis
Image Processing Secara Real Time. Jurnal Ampere, 2(2), 68-80.

iii

Anda mungkin juga menyukai