Tappen, 1989 (Dalam Sumijatun, 2009), berpikir kritis adalah keterampilan dalam
mengembangkan atau mencari alternatif untuk pemecahan masalah dan mengadopsinya sebagai
pendekatan dalam pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab. Berpikir kritis menurut Marriner,
1996 (Dalam Sumijatun, 2009), merupakan elemen-elemen yang berasal dari dimensi dasar yang
memberikan logika umum untuk suatu alasan mengapa kegiatan tersebut dilakukan. Sedangkan
berpikir kritis dalam keperawatan merupakan sebuah komponen esensial dalam tanggung gugat
profesional dan asuhan keperawatan yang bermutu (Rubbenfeld & Scheffer, 2006)
Pengertian berpikir kritis dinyatakan oleh beberapa ahli sebagai pertimbangan aktif, terus menerus
dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima dipandang dari sudut
alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecenderungannya. Dewey (1910 dalam McGregor, 2007), Glaser (1941 dalam Fisher, 2001), Norris
& Ennis (1989 dalam Fisher, 2001), dan (Paul & Elder, 2002) menyatakan sebagai suatu sikap mau
berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan
dengan menerapkan standar-standar intelektual. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan
dan penalaran yang logis dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode
tersebut dan berpikir kritis menuntut upaya keras untuk menguji keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan selanjutnya sebagai akibat.
Berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir mendalam. Keterampilan berpikir meliputi
kemampuan menguji secara rasional dengan menginterpretasikan, menganalisa, menyimpulkan,
mengevaluasi, menjelaskan, mengontrol diri. Keterampilan berpikir juga disertai dasar disposisi
berpikir kritis yang terdiri dari melihat dengan jelas, berpikiran terbuka, berpikir analitis, sistematik,
percaya diri, rasa ingin tahu dan kematangan dalam berpikir (Cottrell, 2005; Facione & Facione,
1996; Fisher, 2001; McGregor, 2007; Wilkinson, 1996).
Model Berpikir Kritis
Costa, 1985 (Dalam Rubbefeld & Scheffer, 2006), mengembangkan model berpikir dengan 6 R
yaitu: Remembering, Repeating, Reasoning, Reorganizing, Relating, dan Reflecting. Namun
menurut Rubbenfeld & Scheffer, 2006, model berpikir 6 R ini kurang sesuai jika diterapkan
dalam keperawatan. Untuk itu mereka mengembangkan model berpikir kritis dalam keperawatan
T.H.I.N.K yaitu :
T = Total recall (ingatan total)
H = Habits (kebiasaan)
I = Inquiry (penyelidikan)
N = New Ideas and Creativity (ide baru dan kreatifitas)
K = Knowing How You Think (mengetahui bagaimana anda berpikir)
Asumsi THINK
a. Pertama, bahwa berpikir, merasa, dan bertindak merupakan semua komponen
esensial dari keahlian keperawatan yang bekerja bersama-sama secara sinergis.
Berpikir tanpa bertindak adalah latihan yang sia-sia. Bertindak tanpa berpikir
adalah bahaya.
Adapun elemen-elemen dalam berpikir kritis menurut Tomey, 1996 (dalam Sumijatun, 2006),
adalah sebagai berikut :
a. Penentuan tujuan
Maksud dan tujuan dibuat berdasarkan alasan dan juga perlu kejelasan,
pengertian, pencapaian, dan konsistensi.
b. Membuat pertanyaan isu masalah yang ada
Semua alasan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, memperhitungkan
jalan keluar, atau menjawab pertanyaan. Agar dapat menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah, seseorang harus mengerti apa yang diperlukan. Hal ini
perlu kejelasan dan pentingnya suatu pertanyaan, dimana pertanyaan tersebut
harus relevan dan dijawab dengan jujur.
c. Menentukan kerangka acuan
Menyusun alasan yang dilihat dari berbagai sudut pandang, memperhalus alasan
yang ada, melihat relevansinya dan diartikulasikan dengan jelas, logis dan jujur
serta dilaksanakan secara konsisten dan adil.
d. Dimensi empiris
Alasan dinyatakan secara jelas dan digunakan sebagai bukti yang mendasar,
relevan, akurat, adekuat, jujur dan dilaporkan serta digunakan secara konsisten.
e. Dimensi konsep
Alasan dibuat secara jelas dan berdasarkan konsep yang membentuknya. Konsep
harus jelas, mendalam, netral dan relevan.
f. Asumsi
Semua alasan berdasarkan asumsi, alasan muncul karena adanya asumsi yang
mendasarinya. Oleh karena itu asumsi harus jelas, konsisten dan dapat dibuktikan
kebenarannya.
g. Implikasi dan konsekuensi
Semua alasan mempunyai implikasi, konsekuensi dan arahan. Mengerti dan
memahami akan implikasi dan konsekuensi yang muncul merupakan arahan
keputusan atau isu-isu yang ada. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan
kejelasan, kelengkapan, ketelitian, kenyataan dan pentingnya artikulasi dari
implikasi.
h. Kesimpulan dan Penutup
Semua alasan disimpulkan dengan menggambarkan suatu ringkasan akhir serta
memberikan arti terhadap data yang diperoleh. Kesimpulan dibuat secara jelas
dan dapat dibenarkan, harus konsisten, mendalam serta masuk akal
Asuhan keperawatan merupakan salah satu metode ilmiah dalam penyelesaian masalah (Burn &
Grove, 1993; Tanner, 2001 dalam Huber, 2006). Asuhan keperawatan perawat membantu klien
mengatasi masalah sebagai dampak dari kondisi yang dialami klien. Penyelesaian masalah
merupakan usaha mengidentifikasi hambatan dalam pencapaian tujuan Luft (1970 dalam Potter &
Perry, 1997). Keberhasilan penyelesaian masalah terkait dengan menetapkan solusi yang tepat dan
problem yang tepat Ackoff (1974 dalam Potter & Perry, 1997). Penyelesaian masalah meliputi
langkah-langkah mendefinisikan masalah, mengumpulkan informasi, faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian tujuan, mengembangkan solusi, memahami konsekuensi, membuat
keputusan dan melaksanakan serta mengevaluasi solusi Davidhizer & Bowen (1999) dan Finkelman
(2001 dalam Huber, 2006).
Pengambilan keputusan (Decision making) merupakan suatu produk dari pemikiran kritis yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah (Potter & Perry, 1997). Grainger, 1982 (dalam Huber, 2006)
menyatakan pengambilan keputusan merupakan tindakan memilih suatu diantara berbagai alternatif
pilihan keputusan. Huber (2006) pengambilan keputusan sebagai suatu perilaku dalam memilih dan
melaksanakan tindakan dari beberapa pilihan dalam suatu situasi atau kondisi masalah. Kaitan ketiga
bagian tersebut dapat dilihat pada diagramberikut:
Be rp ik ir Pe n ye le sa ia n
k rit is Ma sa la h
Pe n g a m b ila n
Ke p u t u sa n