Anda di halaman 1dari 18

TELAAH ARTIKEL

Menelaah Artikel Yang Berjudul


“The Effectiveness of Communication Information and Education to
ward Knowledge and Reading Interest of Maternal and Child Health
Book of Pregnant Mothers In Batu City, East Java Indonesia”

“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Konseling”

Dosen Pengampu:

Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : Rahmawati Indah C

NIM : P17311193030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG 2020

JURUSAN KEBIDANAN

SARJANA TERAPAN DAN PROFESI KEBIDANAN MALANG


BAB I

DESKRIPSI JURNAL

1.1 Informasi Jurnal


1. Judul artikel jurnal : The effectiviness of communication information
and education to ward Knowledge and Reading
Interest of Maternal and Child Health Book of
Pregnant Mothers In Batu City, East JavaIndonesia
2. Penulis : Rita Yuliah, Surachmindari, Tri Johan Agus
Yuswanto
3. Publikasi : dipublikasikan oleh IOSR Journal of Nursing and
Health Science IOSR Journal of Nursing and Health
Science (IOSR-JNHS) e-ISSN: 2320–1959.p- ISSN:
2320–1940 Volume 4, Issue 2 Ver. IV (Mar.-Apr.
2015), PP 16-24 www.iosrjournals.org
4. Penelaah : Rahmawati Indah Cahyani, NIM P17311193030
5. Tanggal Telaah : 30 Januari 2020

1.2 Tujuan Penelitian


untuk mengetahui tentang efektivitas KIA pada pengetahuan minat wanita
hamil untuk membaca buku KIA sebelum dan sesudah administrasi IKE

1.3 Metode penelitian :


metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan
desain kelompok kontrol pretest-posttest di mana subjek penelitian dibagi
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
diberi KIE sedangkan kelompok kontrol tidak diberi KIE. Hal itu dilakukan
untuk mengetahui pengetahuan dan minat ibu hamil untuk membaca buku
KIA sebelum dan sesudah KIE dan juga untuk mengetahui efektivitas
pengetahuan dan minat ibu.
1.4 Hasil penelitian :
• Analisis uvariat :

pengetahuan tentang administrasi KIA buku pegangan KIE pada


kelompok kontrol dan intervensi mempunyai persentase terbesar pengetahuan
ibu hamil tentang buku KIA sebelum KIE adalah dalam kategori wajar.
Selanjutnya hasil analisis minat baca untuk membaca KIA sebebelum KIE
yaitu menunjukkan prsentase terbesar pada kelompok kontrol dalam kategori
cukup (66,7%), sedangkan pada kelompok intervensi dari persentase terbesar
adalah dalam kategori baik (83,3%). Hasil analisis distribusi frekuensi pada
buku KIAsetelah KIE dapat ditafsirkan menunjukkan pengukuran kedua KIA
minat membaca buku di kelompok intervensi dalam kategori sedang (66,7%),
sedangkan pada kelompok intervensi setelah KIE di kategori tinggi (73,3%).
Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah KIE tentang Intervensi Group di
Kota Batu, Oktober 2014. Perempuan tentang buku KIA pada kelompok
intervensi sebelum KIE masih dalam kategori rendah, setelah KIE semua
wanita hamil tahu tentang buku KIA. Perbedaan kepentingan antara
pengukuran pertama dan kedua pada kelompok kontrol adalah pertama dan
kedua sebagian besar dalam kategori sedang, namun pada pengukuran kedua,
kategori sudah meningkat dari 16 orang menjadi 20 orang. Pada intervensi
grub pembacaan buku KIA sebelum KIE tergolong rendah. Pengukuran pada
kelompok kontrol juga menunjukan bahwa jika pengetahuan tentang buku KIA
tergolong rendah, maka minat baca pada buku KIA juga rendah. Ketika minat
baca pada buku KIA rendah maka minat pada buku KIE juga tergolong rendah.
Namun setelah pemberian buku KIE sebelum buku KIA ada perbaikan
terhadap buku KIA, maka minat membaca pada buku KIA akan tinggi.

• Analisis bivariat :

Hasil analisis statistik efektivitas KIE pada buku KIA yang berdasarkan
pada pengetahuan dan minat wanita menggunakan sampel uji independen
dalam kelompok yang tidak diberi KIE pada buku KIA mendapat nilai
signifikan 0,675> 0,5. Sedangkan kelompok yang diberi KIE memperoleh nilai
signifikan 0,001 <0,5. Hal ini menunjukkan bahwa KIE yang efektif dapat
mengubah pengetahuan tentang buku KIA dan minat baca buku KIA. Untuk
mengetahui apakah KIE lebih efektif untuk mengubah pengetahuan atau minat
dilihat dari perbedaan rata-rata, hasil tes efektivitas KIE pada pengetahuan
mendapat perbedaan rata-rata 12,063. Hasil uji efektifitas KIE pada minat
mendapat perbedaan rata-rata 9,533. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai rata-rata perbedaan pengetahuan lebih tinggi daripada minat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa KIE pada buku KIA lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan.

1.5 kesimpulan penelitian

Ibu hamil yang memiliki minat yang tinggi dalam membaca akan memiliki
kesadaran yang tinggi untuk membaca buku KIA untuk mendapatkan
pengetahuan tentang kesehatan ibu hamil sementara mereka dengan rata-rata
ibu yang rendah dalam membaca ada memiliki kecenderungan tidak
mengetahui tentang kesehatan ibu hamil. Oleh kepentingan yang tinggi dalam
membaca buku KIA, mereka akan tahu banyak tentang kesehatan ibu hamil
sehingga mereka dapat mempertahankan kehamilan yang sehat dan secara
tidak langsung membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat
kehamilan
BAB II

TELAAH JURNAL

2.1 Judul Jurnal

· Judul jurnal penelitian ini terdiri dari 28 kata dalam Bahasa inggris
(tidak sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu tidak lebih 14 kata
dalam bahasa indonesia dan 10 kata dalam bahasa inggris) (LIPI, 2013). penulisan
Judul sudah baik, mengerucut kebawah seprti piramida (LIPI, 2013).

· Nama penulis jurnal dicantumkan tanpa gelar akademik dan


ditempatkan dibawah judul jurnal. Penulis harus mencamtumkan institusi asal dan
alamat email (bagi penulis utama) untuk memudahkan komunikasi. Nama penulis
utama berada urutan paling depan (LIPI, 2013). Pada jurnal ini penulisan nama
sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik karena sudah
mencamtumkan institusi asal penulis, dan nama dibuat tanpa menggunakan gelar.
Tapi, tidak menyertakan alamat email

2.2 abstrak

· Abstrak dibuat dalam dua bahasa (indonesia dan inggris), tidak


melebihi 250 kata, ditempatkan sebelum pendahuluan, diketik dengan jarak 1
(satu) spasi (Fakultas Keperawatan UNAND, 2012). Pada jurnal ini hanya
terdapat satu bahasa yaitu bahasa inggris sebanyak 284 kata, maka dari itu
penulisan jurnal ini belum sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik.

· Abstrak dalam penelitian jurnal setidaknya memuat lima hal pokok


yaitu pendahuluan yang terdiri dari : metode, hasil, Analisis, pembahasan, dan
kesimpulan berserat saran. Pada jurnal ini terdapat lima hal pokok dalam abstrak.
Adapun poin-poin yang dimuat dalam abstrak tersebut adalah sebagai berikut :

a. pendahuluan :

pendahuluan memuat tiga hal pokok, yaitu: latar belakang, tinjauan


pustaka, dan tujuan penelitian. Alinea berikutnya dari paparan
pendahuluan dibuat menjorok ke dalam sesuai dengan penulisan alinia
baru pada umunya (LIPI, 2013). Jurnal ini telah mencangkup tiga hal
pokok tersebut dan setiap alinia baru di jorokan

a) metode
Metode penelitian kualitatif seperti jurnal ini sudah sesuai dengan jenis
penelitian nya. Yaitu dengan hanya terdiri dari beberapa bagian seperti
: lokasi penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan
analisis data.bagian-bagian lainnya bisa ditambahkan sesuai dengan
keperluan (LIPI, 2013).
b) Hasil dan analis
jumlah tabel atau gambar dalam narasi terlalu banyak. Tidak sesuai
dengan kaidah penulisan (LIPI, 2013). Hasil dan diskusi penelitian ini
dibagi menjadi dua yang pertama analisis anivariat dan analisis
bivariat. Menurut saya hal ini bagus karena bagi pembaca yang senang
dengan melihat tabel- tabel yang berisi data maka akan melihat di
analisis anivariat, namun yang suka hanya dengan bacaan maka akan
memilih di analisis brivariat.
c) Diskusi / pembahasan
Pembahasan dalam jurnal ini sudah mencakup pembahasan masing-
masing variabel dan pembahasan hasil analisisnya
d) Kesimpulan dan saran
disusun dalam beberapa kalimat dan umumnya hanya satu paragraph
(LIPI, 2013). Kesimpulan dalam jurnal ini dibuat dalam beberapa
kalimat , dan isi sudah sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian
BAB III

PENUTUP

Meskipun terdapat beberapa kekurangan pada jurnal ini, namun secara


langsung maupun tidak jurnal ini dapat memberikan beberapa pengetahuan atau
masukan masukan yang positif dari berbagai sisi, serta dapat menambah
pengetahuan tentang manfaat pemberian KIE pada KIA, dan dapat pula dijadikan
acuan untuk penelitian – penelitian selanjutnya.
PORTOFOLIO

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
“Di ajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Komunikasi Konseling”

Dosen Pengampu:

Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : Rahmawati Indah C

NIM : P17311193030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG 2020

JURUSAN KEBIDANAN

SARJANA TERAPAN DAN PROFESI KEBIDANAN MALANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas portofolio yang berjudul
Komunikasi Terapeutik ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Rita Yulifah pada mata kuliah Komunikasi Konseling. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang komunikasi
terapeutik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rita Yulifah, selaku dosen
mata kuliah komunikasi konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari, portofolio yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 31 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...1

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………...1

1.2 TUJUAN KOMUNIKASI TRAPEUTIK………………………………………...1

BAB II ISI……………………………………………………………………………….2

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK………………………………..2

2.2 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK………………………………….2

2.3 UNSUR UNSUR DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………..2

2.4 TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………..……..3

2.5 PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………….….5

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….…6

3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………...6

3.2 SARAN………………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari
seseorang kepada orang lain. Komponen komunikasi tediri dari pengirim pesan
(sender), penerima pesan (receiver) dan tentu saja pesan yang akan disampaikan
(message). Sementara pengertian komunikasi terapeutik sendiri adalah kualitas
asuhan yang diberikan kepada klien yang sangat dipengaruhi oleh hubungan antara
bidan dengan kliennya. Bidan harus memperhatikan hal tersebut, jika bidan tidak
menerapkannya tentu saja hubungannya dengan klien tidak akan menghasilkan
hubungan yang terapeutik. Namun jika hal ini diterapkan maka akan berdampak
pada percepatan proses kesembuhan klien.
Oleh karena itu penting sekali bagi mahasiswa kebidanan untuk mempelajari
komunikasi terapeutik untuk dijadikan bekal menjadi seorang bidan yang
profesional dimasa yang akan datang.

1.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

• Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi


terapeutik.
• Dapat mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
dengan dunia kebidanan.
• Dapat mengetahui unsur dan teknik dalam komunikasi
terapeutik dan dapat menerapkannya di dunia pekerjaan
yang akan datang.
• Dapat mengetahui proses komunikasi terapeutik.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Kualitas asuhan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh


kualitas hubungan antara bidan dengan klien tersebut. Bila bidan tidak
memperhatikan hal ini maka hubungan tersebut bukan menjadi hubungan
yang memberikan dampak terapeutik sehingga proses penyembuhan
pasien melambat dan hubungan dengan pasien hanya sekedar hubungan
sosial biasa.

Maka dapat disimpulkan kominkasi terapeutik adalah proses


komunikasi yang mencerminkan hubungan antara bidan dengan
klien/pasein yang memberikan dampak terapeutik yang dapat
mempercepat kesembuhan pasien/terpecahkannya masalah klien.

2.2 Hubungan Komunikasi Terapeutik

Hubungan antara bidan dan klien adalah terapeutik. Sama halnya


dengan perawat dan klien yang juga merupakan hubungan terapeutik yang
berarti bukan sekedar hubungan sosial biasa. Hubungan bidan dan klien
merupakan hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar-menukar
perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik. Hubungan ini akan menghasilkan hubungan positif yang
berdampak pelayanan kesehatan yang lebih baik dan mempercepat
hubungan sosial.

2.3 Unsur-unsur Dalam Komunikasi Terapeutik

• Behadapan : Arti dari posisi ini adalah “saya siap untuk anda”,
jadi diharapkan setiap berkomunikasi bidan tidak mengalihkan
pandangannya dari klien agar klien tidak merasa di abaikan.
• Mempertahankan kontak mata : kontak mata pada lever yang
sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk
berkomunikasi.
• Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan
untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.
• Mempertahankan sikap terbuka : dalam arti tidak melipat kaki
atau tangan. Hal ini menunjukkan sikap keterbukaan bidan tetap
terjaga untuk berkomunikasi.
• Tetap relaks : sikap relaks dapat mengontrol keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam meberikan respons pada klien.

Selain hal diatas ada lima kategori komunikasi nonverbal Menurut


Stuart dan Sundeen (1998 ) yaitu sebagai berikut :

✓ Isyarat vokal : yaitu isyarat paralinguistik, termasuk semua kualitas


bicara nonverbal. Misalnya tekanan suara, tertawa, irama, dan
kecepatan bicara.
✓ Isyarat tindakan : yaitu semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi
wajah dan sikap tubuh.
✓ Isyarat objek : objek yang digunakan secara sengaja atau tidak
sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
✓ Ruang : memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua
orang. Hal ini didasarkan pada norma-norma sosial budaya yang
dimiliki.
✓ Sentuhan : kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi
nonverbal yang paling personal. Respons ini dipengaruhi oleh tatanan
dan latar belakang budaya, jenis kelamin, usia, dan harapan.

2.4 Teknik Komunikasi Terapeutik

Beberapa jenis teknik menurut stuart dan sundeen (1998) yaitu


sebagi berikut :
1. Mendengarkan klien dengan penuh perharian.

Dalam hal ini bidan harus berusaha mengeri klien dengan cara
mendengarkan apa yang disampaikan oleh klien.

2. Menunjukkan penerimaan.
Menerima disini tidak berarti menyetujui tetapi siap mendengarkan tanpa
menunjukan sikap keraguan atau ketidak setujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang terkait.
Hal ini untuk mengetahui informasi yang spesifik mengenai apa yang
disampaikan oleh klien. Pertanyaan yang disampaikan harus berkaitan
dengan topik yang dibicarakan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata kata sendiri.


Untuk memberikan umpan balik kepada klien bahwa bidan telah
mengerti pesan yang disampaikan oleh klien.
5. Mengklarifikasi.
Klarifikasi terjadi saat bidan menjelaskan kembali dengan
menggunakan kata-kata sendiri mengenai ide atau pikiran klien
yang tidak dikatakan dengan jelas. Tujuan hal ini adalah untuk
menyamakan persepsi dan pengertiannya.

6. Memfokuskan.
Untuk membatasi bahan pembicaraan percakapan menjadi lebih spesifik
dan dimengerti.
7. Menyatakan hasil observasi.
Yaitu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan
hasil pengamatannya sehingga klien dapat mengetahui apakah
pesannya diterima dengan benar atau tidak.

8. Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan untuk klien.
9. Memberikan kesempatan kepada klien untuk diam. Diam
disini untuk memberikan bidan atau klien untuk
mengorganisasi pikirannnya.
10. Meringkas.
Yaitu pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Hal ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang
telah dibahas sebelum melanjutkan ke topik selanjutnya.

11. Memberikan penghargaan.


Jangan sampai teknik ini memberikan beban kepada klien untuk
mendapatkan penghargaan. Selain itu teknik ini tidak boleh
dijadikan sebagai sesuatu hal yang baik atau buruk.

12. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai


pembicaraan.
Memberikan klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Jika klien merasa ragu ragu maka bidan dapat
menstimuluskan dengan mengambil inisiatif dan menciptakan
suasana agar klien memulai pembicaraan.

13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.


Teknik ini memberikan kesempatan kepada bidan untuk mengarahkan
hampir seluruh topik pembicaraan.
14. Menempatkan kejadian secara berurutan.
Teknik ini akan membantu bidan dan klien untuk melihat dalam satu
perspektif.
15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan
persepsinya.
Apabila bidan ingin mengerti klien, maka bidan harus meliahat
segala sesuatunya dari perspektif klien.
16. Refleksi.
Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide perasaannya sebagai bagian dari dirinnya.
2.5 Proses Komunikasi Terapeutik
Proses komunikasi terapeutik yang efektif dapat dibagi menjadi
empat fase, yaitu:

✓ Fase pra-interaksi
Dimulai sebelum kontak pertama dengan klien.
✓ Fase orientasi
Dimulai pada kontak pertama dengan klien.
✓ Fase kerja
Fase ini bidan dan klien mengeksplorasi stresor yang tepat dan
mendukung perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan, dan perbuatan klien.
✓ Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sangat sulit dan sangat penting karena
hubungan saling percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah
terbina dan berada pada tingkay optimal. Hal ini menjadi tantangan
bidan untuk mendapatkan kepercayaan klien.
Berikut tugas bidan pada setiap fase :

➢ Pra-interaksi : eksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri. Analisis


kekuatan dan kelemahan profesional diri. Mendapatkan data awal tentang
klien jika mungkin. Buat rencana pertemuan pertama
➢ Orientasi : tentukan alasan klien meminta pertolongan. Bina hubungan
saling percaya, penerimaan, dan komunikasi terbuka. Tumuskan kontrak
bersama dengan klien. Ekslorasi pikiran , perasaan, dan perbuatan klien.
Identifikasi masalah klien. Rumuskan tujuan bersama klien.
➢ Kerja : eksplorasi stressor yang tepat. Dukung perkembangan kesadaran
diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif. Atasi
penolakan perilaku maladaptive
➢ Terminasi : ciptakan realitas perpisahan. Bicarakan proses terapi dan
pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan dan
kehilangan, sedih, marah, serta perilaku lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

komunikasi terapeutik adalah proses komunikasi yang mencerminkan hubungan


antara bidan dengan klien/pasein yang memberikan dampak terapeutik yang dapat
mempercepat kesembuhan pasien/terpecahkannya masalah klien. Untuk dapat melakukannya
bidan perlu menguasai beberapa Teknik dalam komunikasi terapeutik. Selain itu mahasiswa
bidan atau bidan sendiri juga perlu melakukan latihan dengan menerapkannya, agar dapat
terlatih untuk membuat hubungan dengan klien yang baik

3.2 Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya


komunikasi terapeutik dalam proses kesehatan. Khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai seorang bidan atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang
baik sehingga dapat menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien serta berkomunikasi
dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://vileppusdik.kemkes.go.id/poltekkesmalang/
2. Yulifah, Rita, Yuswanto,TJA.2009.Komunikasi dan Komnseling dalam
kebidanan.Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai