OLEH:
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Alzheimer ini
dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Alzheimer.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……..……………………………………………………...…….. i
DAFTAR ISI……………....…………………………………………...………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………....................………..….. 13
3.2 Saran………………………………………………………................……..…… 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….………………………….. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli
Psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita
berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui
kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota
gerak,koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus
dan simetri, dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis
plaque dan degenerasi neurofibrillary. Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya
usia harapan hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin
meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan
kesehatan, sehingga aka semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurolog karena
orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif
sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya penyakit
degeneratif otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi, yang
merupakan penyebab utama demensia. Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan
sindroma klinis dengan gejala menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya.
Defenisi demensia menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration
Medical Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap,
dengan adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan
bahasa, memori, visuospasial, emosi dan kognisi. Penyebab pertama penderita demensia
adalah penyakit alzheimer (50- 60%) dan kedua oleh cerebrovaskuler (20%). Diperkirakan
penderita demensia terutama penderita alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat
jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi epidemi seperti di Amerika dengan
insidensi demensia 187 populasi /100.000/tahun dan penderita alzheimer
123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat atau kelima
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai oleh
melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran,
persepsi, dan berbahasa. Pada penderita Alzheimer, gejala berkembang secara perlahan-lahan
seiring waktu. Misalnya yang diawali dengan sebatas lupa soal isi percakapan yang baru saja
dibincangkan atau lupa dengan nama obyek dan tempat, bisa berkembang menjadi
disorientasi dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku dalam hal ini seperti menjadi agresif,
penuntut, dan mudah curiga terhadap orang lain. Bahkan jika penyakit Alzheimer sudah
mencapai tingkat parah, penderita dapat mengalami halusinasi, masalah dalam berbicara dan
berbahasa, serta tidak mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain.
Meski penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, para ahli percaya bahwa
penyakit Alzheimer pada umumnya terjadi akibat meningkatnya produksi protein dan
khususnya penumpukan protein beta-amyloid di dalam otak yang menyebabkan kematian sel
saraf.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit
Alzheimer, di antaranya adalah pertambahan usia, cidera parah di kepala, riwayat kesehatan
keluarga atau genetika, dan gaya hidup.Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang
yang telah berusia di atas 65 tahun dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya
di atas 80 tahun.
Meski begitu, penyakit yang menjangkiti lebih banyak wanita ketimbang laki-laki ini
juga dapat dialami oleh orang-orang yang berusia antara 40 hingga 65 tahun. Diperkirakan
sebanyak 5 persen penderita Alzheimer terjadi pada kisaran usia tersebut.
Penderita Alzheimer umumnya hidup sekitar delapan hingga sepuluh tahun setelah
gejala muncul, namun ada juga beberapa penderita lainnya yang bisa hidup lebih lama dari
itu. Meski penyakit Alzheimer belum ada obatnya, ragam pengobatan yang ada saat ini
bertujuan untuk memperlambat perkembangan kondisi serta meredakan gejalanya.
Karena itu segera temui dokter jika daya ingat Anda mengalami perubahan atau
Anda khawatir mengidap demensia. Jika penyakit Alzheimer dapat terdiagnosis sejak dini,
maka Anda akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta perencanaan
untuk masa depan, dan yang lebih terpenting lagi, Anda akan mendapatkan penanganan lebih
cepat yang dapat membantu.
Biasanya pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit Alzheimer tersebut dilakukan
oleh dokter spesialis, misalnya spesialis saraf.
Tahap Awal
Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer di tahap awal yang bisa menjadi
tanda peringatan bagi Anda.
Tahap Menengah
Di tahap menengah ini, gejala penyakit Alzheimer yang sudah ada sebelumnya
menjadi meningkat. Biasanya penderita yang sudah memasuki tahap ini perlu diberi perhatian
ekstra dan mulai dibantu dalam aktivitas kesehariannya, Misalnya mandi, menggunakan
toilet, berpakaian, dan makan. Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer
pada tahap menengah.
Tahap Akhir
Di tahap ini, biasanya penderita penyakit Alzheimer sudah sangat sulit untuk
melakukan aktivitas sehari-hari sendirian. Oleh karena itu, mereka membutuhkan
pengawasan dan bantuan secara menyeluruh. Contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer pada
tahap akhir adalah:
Jika gejala penyakit Alzheimer pada kerabat atau teman Anda meningkat secara
signifikan atau jika Anda sendiri khawatir dengan penurunan daya ingat yang Anda rasakan,
maka segeralah temui dokter.
Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Namun melalui
penelitian laboratorium tampak jelas bahwa penyakit ini merusak dan mematikan sel-sel otak
secara berangsur-angsur. Para ahli berpendapat bahwa matinya sel-sel otak tersebut terjadi
akibat gumpalan protein beta-amyloid, serta kusutnya benang-benang protein di dalam sel
otak yang menyebabkan peredaran nutrisi atau bahan-bahan lain yang dibutuhkan otak
menjadi terganggu.
Ada beberapa faktor risiko yang menurut para ahli dapat memengaruhi otak sehingga
memicu penyakit Alzheimer, di antaranya adalah:
Umur.
Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di atas
65 tahun, dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas 80
tahun. Meskipun begitu, sekitar 5 persen kasus Alzheimer terjadi di bawah
usia 65.
Cedera di kepala.
Orang-orang yang yang pernah mengalami cedera berat di kepala memiliki
risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer.
Genetika.
Menurut penelitian, mereka yang memiliki orang tua atau saudara dengan
Alzheimer akan lebih berisiko terkena penyakit yang sama. Selain itu kurang
dari lima persen kasus penyakit Alzheimer terjadi akibat perubahan atau
mutasi genetika.
Mengidap Down’s syndrome.
Gangguan genetika yang menyebabkan terjadinya Down’s syndrome juga
dapat menyebabkan penumpukan protein beta-amyloid di otak sehingga
memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
Mengidap gangguan kognitif ringan.
Mereka dengan gangguan kognitif dan memori lebih berisiko untuk
mengalami Alzheimer nantinya.
Kebiasaan hidup yang buruk dan kondisi yang berkaitan dengan penyakit
jantung.
Menurut penelitian faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena
penyakit jantung, juga dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer,
misalnya seperti kurang mengonsumsi makanan yang mengandung serat,
kebiasaan merokok, kurang berolahraga, mengidap obesitas, menderita
hipertensi dan kolesterol tinggi, dan diabetes.
Penelitian menemukan hubungan yang kuat antara cidera kepala yang berat dan Alzheimer.
Kita dapat mengurangi risiko tersebut dengan mengenakan sabuk pengaman selama
mengendarai mobil, mengenakan helm saat mengendarai sepeda motor, dan minimalkan
risiko berbahaya di sekitar kita. Berusahalah untuk selalu rileks dan berpikir positif. Menurut
Pusat Kesehatan Mental di Amerika, orang lanjut usia yang mengalami stress psikologis
seperti khawatir, gelisah dan gugup memperlihatkan tanda-tanda penurunan mental.
Berdasarkan hasil penelitian, orang-orang yang mudah mengalami stress berisiko tiga kali
lebih besar mengalami peningkatan gejala Alzheimer setelah lima tahun dibandingkan orang-
orang yang jarang mengalami stress. Hasil penelitian yang lain juga menemukan bahwa
orang dewasa yang menderita depresi memiliki risiko lebih tinggi terhadap perkembangan
penyakit Alzheimer dibandingkan yang lebih jarang atau tidak pernah mengalami depresi.
Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak akan mudah terkena
penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah hal-hal yang menyenangkan yang dapat
menstimulasi gerak tubuh dan pikiran Anda. Misalnya dengan mengikuti gerak jalan, menulis
blog santai, membaca, bermain musik, dan bermain bulu tangkis.
Pengobatan yang tepat untuk penyakit alzheimer sampai saat ini belum ada, sejak diketahui
bahwa sel-sel neuron di otak yang sudah mati tidak dapat diganti dengan yang baru maka
usaha usaha mengembalikan sel-sel neuron yang sudah mati merupakan usaha yang sia-sia.
Tujuan sekunder dari pendekatan ini adalah untuk mengurangi beban caregiver (pengasuh
atau perawat, biasanya dari pihak keluarga pasien). Penanganan dengan menggunakan
pendekatan nonpharmacological sangat bermanfaat ketika pengobatan tidak dapat dilakukan
karena pasien tidak mampu mentoleransi efek samping pengobatan atau tidak menyetujui
atau mengikuti instruksi pengobatan, atau membantah pengobatan.
Penyakit Alzheimer belum dapat disembuhkan. Cara penanganan yang ada saat ini
hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta
membuat penderita dapat hidup semandiri mungkin.
Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer
adalah rivastigne, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini mampu
meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar dan aktivitas kimia di dalam
otak.
Kram otot
Diare
Mual
Insomnia
Rasa lelah
Sakit kepala
Sedangkan efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi memantine adalah:
Sakit kepala
Sesak napas
Konstipasi
Rasa lelah
Gangguan keseimbangan
Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat diterapkan untuk menangani
penyakit Alzheimer.
1. Stimulasi kognitif.
Metode ini bertujuan meningkatkan daya ingat, kemampuan berkomunikasi, serta
kemampuan dalam memecahkan masalah.
2. Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif.
Metode ini bertujuan mengurangi halusinasi, delusi, agitasi, kecemasan, depresi yang
dialami oleh penderita Alzheimer.
Penurunan kognitif pada penderita penyakit Alzheimer tidak hanya dapat diperlambat dengan
obat-obatan atau pun terapi psikologis, namun juga sebaiknya dikombinasikan dengan
penerapan pola hidup sehat di rumah agar hasilnya lebih maksimal. Seperti rutin berolahraga,
mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak, serta kaya serat dan omega-3, lebih sering
bersosialisasi, melakukan kegiatan yang dapat menstimulasi pikiran seperti mengisi teka-teki
silang atau membaca buku.
Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita penyakit ini,
lakukanlah tips berikut ini di rumah.
Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda lakukan, dan tempel catatan
tersebut di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di mana pun yang mudah Anda lihat.
Setel alarm pada jam atau ponsel sebagai pengingat, atau beri tahu orang yang Anda
percaya mengenai rencana kegiatan yang akan Anda lakukan, dan mintalah pada
mereka untuk mengingatkan.
Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang yang Anda butuhkan di buku
telepon dan di ponsel.
Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat dan mudah terlihat.
Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda tidak lupa dengan hari atau bila
perlu mulailah berlangganan surat kabar tiap hari.
Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar Anda tidak lupa isinya, misalnya pada
laci atau lemari makanan.
Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari terjatuh.
Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan atau
bahkan ketakutan.
Atur perabotan agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.
Pencegahan Penyakit Alzheimer
Hingga kini belum ada cara pasti dalam mencegah penyakit Alzheimer karena
penyebabnya yang belum diketahui. Namun dengan makin banyaknya informasi yang didapat
dari penelitian, bukan tidak mungkin suatu saat nanti cara mencegah atau pun mengobati
Alzheimer dapat ditemukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alzheimer adalah suatu kelaianan degeneratif pada otak dimana sel-sel neuron otak
mengalami kematian dan tempatnya digantikan amyloid. Penyebaran penyakit alzheimer
yang berjalan lambat menyebabkan diagnosa penyakit ini pun sulit dilakukan secara cepat.
Sampai saat ini penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi faktor genetik sangat
menentukan (riwayat keluarga), sedangkan faktor lingkungan hanya sebagai pencetus
ekspresi genetik.
Hingga saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan alzheimer.
Pengobatan pada saat ini belum mendapatkan hasil yang memuaskan, hanya dilakukan secara
empiris, simptomatik dan suportif untuk menyenangkan penderita atau keluarganya. Obat
yang ada hanya untuk memperlambat penyebarannya saja. Salah satu penanganan yang lain
adalah terapi.
Gaya hidup sehat adalah hal terpenting untuk menghindari terkena penyakit alzheimer. Olah
raga secara rutin juga hal penting yang harus dijalani.
3.2 Saran
1. Agar terhindar dari penyakit Alzheimer sebaiknya terapakan hidup sehat dalam keluarga.
2. Gunakan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat untuk mengasah otak
3. Jika diantara keluarga ada yang terkena Alzheimer maka berikanlah perhatian yang lebih
untuknya
DAFTAR PUSTAKA
Blass J et al. Thiamin and alzheimer disease. Arch. Neurol. 1988(45): 833-835
BR Reed. Alzheimer disease: age antibodi onset and SPECT pattern of reginal
cerebral blood flow, Archieves of Neurology, 1990(47):628-633
Cummings, MD Jeffrey L. Dementia a clinical approach.2nd ed. Butter worth: 43-93
DL Spark. Aging and alzheimer disease: alteredd cortical serotogenic binding. Arch.
Neurology, 1989(46): 138-145.
E.Mohr. Clonidine treatment of alzheimer disease. Archive of Neurology, 1989(46):
376-378
Fratiglioni L. Clinical diagnosis of alzheimer disease and other dementia in
population survey. Arc.Neurol. 1992(49):927-932
J.C. Morries. The consortium to establish a registry for alzheimer disease (CERALD)
part I: clinical and neuropsycologycal assessment of ADALAH.
Neurology, 1989 (39):1159-1105
Kathleen A. Neuropsycological assessment of alzheimer disease. Neurology 1997
(49): S11-S13
Katzman RMD. Principle of geriatric neurology. Philadelphia : FA Davis, 1992:207-
243
McKhan Guy et al. Clinical diagnosis of alzheimer disease. Report of the NINCDSADRDA
Work group neurology, Neurology 1984(34):939-943