SISTEM NEUROLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE INFARK DENGAN PENERAPAN APLIKASI
TEORI OREM DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
Ns. Holines Berti, M.Kep, Sp.Kep. MB
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Penerapan Asuhan Keperawatan Menggunakan Teori Self Care Orem Pada
Kelolaan Kasus Utama
1. Faktor Personal
Nama (Inisial), Usia, Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, dan Agama : Bp. R dengan usia
74 tahun yang lahir pada 31 Desember 1946 dengan jenis kelamin laki-laki dan
beragama Islam
Alamat dan Keadaan Lingkungan :
Pasien tinggal di daerah Kampung muara labu solok selatan. Daerah ini merupakan
daerah padat penduduk. Rumah pasien terbuat dari tembok, lantai semen, terdapat
jendela yang bisa setiap saat dapat dibuka dan ditutup, terdapat toilet, dapur, dan
sumber air diambil dari sumur air tanah. Tempat tinggal pasien jauh dari tempat
fasilitas pelayanan kesehatan 24 jam. Jika pasien akan ke tempat pelayanan
kesehatan, pasien akan menggunakan motor sebagai alat transportasinya, dengan
lama tempuhnya sekitar 15-20 menit menuju ke tempat pelayanan kesehatan.
Sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat berupa praktik mandiri dengan
lama tempuh 5-10 menit menggunakan motor.
Sistem Keluarga :
Pasien adalah seorang kepala keluarga yang memiliki tujuh orang anak dan dua puluh
satu cucu. Dari seluruh keluarga pasien baik dari saudara kandung maupun orang tua
pasien tidak ada yang memiliki penyakit Hipertensi Selama berada di rumah sakit pasien
ditemani oleh menantu dan anak-anaknya.
Sosial Kultural :
Pendidikan pasien adalah tamat SMP dan suku minang. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa minang. Sebelum dirawat di RS
pasien melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti mengikuti
pengajian,dan sebagainya. Selama di rawat di RS pasien tidak bersosialisasi dengan
teman sekamar. Saat ini, aktivitas ibadah tidak dapat dilakukan. Menurut anak
pasien, penyakitnya saat ini adalah ujian yang harus diterima.
Sosial Ekonomi :
Saat ini pasien sudah tidak ada aktivitas dan tidak bekerja lagi, sebelumnya pasien
bekerja membuat perabot rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan.
2. Pola Hidup
Kegiatan sehari-hari pasien setelah tidak bekerja lebih banyak dihabiskan bersama
dengan cucunya. Sebelum terdiagnosa hipertensi, pasien senang minum kopi, dan
merokok (2 bungkus setiap hari). Semenjak terdiagnosa Hipertensi, pasien secara
perlahan berhenti untuk merokok hingga saat ini pasien telah total tidak merokok,
minum kopi,pasien juga sudah menganti pola makan dengan banyak mengkomsumsi
sayur dan buah. Selain itu pasien tidak melakukan olahraga (aktivitas fisik). Obat
Hipertensi yang didapat oleh pasien jarang diminum oleh pasien. Semenjak
terdiagnosa Hipertensi, pasien belum pernah mendapatkan edukasi tentang
Hipertensi. Pasien hanya mendapatkan informasi secara lisan tentang Hipertensi dari
dokter ataupun perawat pada saat pasien kontrol dan mengambil obat Hipertensi
yang telah habis.
1. Status Kesehatan Keluhan
Utama :
Pasien sering merasakan nyeri pada kepala dan mata berkunang2 dan sering merasakan
bibir tidak simetris.
Penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu, terjadi tiba-tiba saat beraktivitas dimana
pasien tidak merespon saat di panggil keluarga,tampak gangguan gerak kiri kurang aktif
bergerak, mulut miring ke kanan bicara tidak teratur,tidak ada mual, dan tidak ada
kejang, batuk sejak 1 tahun yang lalu, dan berdahak.
Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, tekanan darah tertinggi 160 mmhg, pasien
tidak ruting kontrol ke pelayanan kesehatan, riwayat stroke, penyakit jantung DM
sebelumnya tidak ada, dan tidak ada memiliki riwayat trauma.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Orang tua pasien pernah mengalami stroke dan keluarga pasien tidak ada yang terkena
Hipertensi.
Sistem Pelayanan Kesehatan :
1. Status Perkembangan
Pasien adalah seorang lansia, kepala keluarga, ayah dari anak- anaknya, kakek dari
cucu-cucunya yang mengalami penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
perawatan diri akibat mengalami keterbatasan karena adanya keterbatasan
beraktivitas akibat Hipertensi, sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari harinya
pasien membutuhkan bantuan. Dalam memenuhi kebutuhannya, pasien dibantu oleh
anak dan menantu yang selalu menemani pasien. Pasien tampak tidak mampu
mengendalikan diri, , selama perawatan, pasien tidak memiliki respon yang baik
terhadap perawat, tenaga medis lainnya, dan keluarga.
1. Sumber pendukung
– 400 103/μL); PT kontrol 11,9; PT pasien 24,2 detik (9,8 – 12,6 detik);
APTT kontrol 31,0; APTT pasien 35,9 detik (31 – 47 detik); kadar
Turgor kulit kering, mukosa mulut kering, klien minum air ± 1500
cc/24 jam, tidak ada edema. Kebutuhan cairan = 30cc/KgBB/24 Jam =
350 x 74 = 2220 cc / 24 Jam.
Program cairan yang diberikan yaitu Nacl 0,9% 500 cc / 8 jam dan
NGT terpasang dengan baik tanggal pemasangan 25 sepetember 2021 .
Hasil laboratorium pada tanggal 25 September 2021 diantaranya
natrium darah 134 mEq/L (132 – 147 mEq/L); kalium darah 4,1
mEq/L (3,5 –5,4 mEq/L); klorida darah 107 mEq/L (94 – 111 mEq/L).
Kebutuhan Nutrisi :
Tinggi badan 175 cm, berat badan 77 Kg, IMT 25,1, BB ideal 67,5
kg. termasuk ke dalam kategori gemuk. Sebelum terdiagnosa
Hipertensi pasien sering mengalami banyak makan berminyak ,
daging, dan suka minum kopi, selain itu pasien juga mudah cepat
lelah.
Hasil laboratorium tanggal 27 September 2021 yaitu SGOT 18 u/I (< 33 u/l);
SGPT 19 u/I (< 41 u/l). Hasil laboratorium tanggal 27 September 2021
yaitu kolesterol HDL 65 mg/dl (40 – 60 mg/dl); kolesterol LDL
2 Buruk √
3 Sedang
4 Baik
Status mental 1 Stupor √
2 Bingung
3 Apatis
4 Sadar
Aktifitas 1 Di tempat tidur √
2 Kursi roda
3 Jalan dengan bantuan
4 Jalan sendiri
Mobilitas 1 Tidak mampu bergerak √
2 Sangat terbatas
3 Agak terbatas
4 Bebas bergerak
Inkontinensia 1 Inkontinensia urin dan alvi √
Total skor 6
Keterangan 12 - 15 : Resiko sedang
: terjadi
dekubitus
16 – 20 : Resiko rendah < 12 : Resiko tinggi terjadi
terjadi dekubitus
dekubitus
Skala dekubitus norton nilai 6 dengan kategori resiko tinggin
terjadi dekubitus.
Kebutuhan Interaksi Sosial :
Pengkajian nyeri
P : Posisi nyeri di ekstremitas atas punggung tangan kanan.
Q: Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R: Nyeri tidak menjalar.
S: Skala nyeri 4
T: Kadang hilang timbul dan rasa nyeri dirasakan ketika tangan di sentuh.
Tabel 3.5 Resiko Jatuh
furniture
Ya (30)
20 Ya (20)
5 Gaya berjalan/ berpindah : 20
Normal/ bedrest/
imobilisasi Lemah 9
Keterbatasan
10 0 – 24 :
6 Status
Tidak
mental :
beresiko > 50
Orientasi
Resiko tinggi
baik
Disorientasi
7 Total 35
8 Keterangan :
Ya (0)
Ya (10)
Ya (20)
15
Tidak (0)
Ya (82)
Diagnose medis klien yaitu Sroke infark kardiomegali,akut on ckd, dd/AKI stage II.
Klien terpasang NGT,nasal kanul dengan terapi oksigen 5 liter, Terapi medis yang
diberikan Nacl 6 jam/kolp (30tpm), , haloperidol (1,5mg, 2x/hari, pemberian oral),
paracetamol (dosis 500gr, 4x/hari, pemberian oral), Laxadyn (10cc, 3x/hari,
pemberian oral), omeparazol (40mg, 2x/hari,pemberian oral), zinc (20 mg, 2x/hari,
pemberian oral), sucrafalt (10cc, 3x/hari pemberian oral), sukralfat sirup (3x/hari,
pemberian oral), atorvastatin (40mg, 1x/hari, pemberian oral),N acetylcysteine
(200mg, 2x/hari, pemberian oral), alpurinol (300mg, 1x/hari, pemberian oral),
ceftriaxone injeksi 2 kali 1 gram, ranitidine 1 ampul 2 kali
Setelah dilakukan pengumpulan dan analisis data, maka diagnosa keperawatan yang
ditemukan diantaranya :
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
Data Subjektif: -
Data Objektif: hasil TTE stroke susp cardiomegali, Kunjungtiva anemis,
CRT >3 detik, N 68x/i akral ekstremitas bawah teraba dingin, tekanan darah
140/90 mmHg, warna kulit pucat.
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan
sekret.
Data Subjektif: anak klien mengatakan bp R batuk berdahak semenjak di
rawat di Rs.
Data Objektif: batuk (+), Sputum (+), ronki (+), hipersonor, RR 30x/i,
terpasang nasal kanul 5/lpm.
3) Resiko perfusi serebral tidak aktif berhubungan dengan aneurisma serebri
Ds: anak klien mengatakan bp R sudah tidak sadarkan diri sejak 2 hari
setelah di rawat.
Do: Stroke, Hipertensi.
4) Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromoskuler.
Data subjektif: anak klien mengatakan bp R tidak mampu melakukan
aktivitas sendiri.
Data Subjektif: klien tidak mampu melakukan aktivitas mandiri (pakaian,
makan/toilet
3.1.1 Tahap 2 (Nursing Design)