Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF DI INDONESIA

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

DISUSUN OLEH

WAFIQ AURELIA NOVANY

NIM: P07220218036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019

i
KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF DI INDONESIA

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas VILEP (Virtual Learning Center)
mata kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal

DISUSUN OLEH

WAFIQ AURELIA NOVANY

NIM: P07220218036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Kebijakan Perawatan Paliatif” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik


tulisan maupun informasi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima
kasih kepada bapak Ismansyah, S.Kp. M.kep atas bimbingannya dalam menulis
dan menyusun makalah ini, sehingga penulis dapat membuat makalah sesuai
dengan kaidah dalam membuat karya tulis.

Walaupun makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, kami


sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas
kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf. Terakhir tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih.

Samarinda, 7 Agustus 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Cover …………………………………………………….. i

Halaman Judul ……………………………………………………… ii

Kata Pengantar ……………………………………………………… iii

Daftar Isi …………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 6


B. Rumusan Masalah …………………………………………… 7
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………. 7
D. Metode Penulisan ……………………………………………. 8
E. Sistematika Penulisan ………………………………………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perawatan Paliatif ……………………………….. 9


B. Tujuan Perawatan Paliatif ……………………………………. 10
C. Prinsip Perawatan Paliatif ……………………………………. 10
D. Model/Tempat Perawatan Paliatif ……………………………. 11
E. Ruang Lingkup Perawatan Paliatif …………………………… 12
F. Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif ……………………….. 12
G. Sumber Daya Manusia Perawatan Paliatif …………………….` 15

BAB III PEMBAHASAN

A. Tujuan Program Perawatan Paliatif ……………………………. 16


B. Sasaran Program Perawatan Paliatif ……………………………. 16
C. Landasan Hukum Perawatan Paliatif …………………………… 17
D. Kebijakan Perawatan Paliatif …………………………………… 18
E. Pembinaan dan Pengawasan Perawatan Paliatif ……………….. 19
F. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif ……. 19

iv
G. Pendanaan Perawatan Paliatif ……………………………….. 19

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………….……………………….. 20
B. Saran-saran ……………………….………………………….. 20

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan


baik yang terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak seperti penyakit-penyakit
terminal misalnya penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK), stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetic, dan
penyakit infeksi (HIV/AIDS, Hepatitis B, TB Paru, dan sebagainya). Jenis penyakit
tersebut merupakan penyakit yang selalu membutuhkan perawatan paliatif untuk
melengkapi beberapa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

Namun pada saat ini, jenis perawatan di Indonesia belum mendalami


mengenai perawatan jenis ini dikarenakan kebutuhan pasien dengan penyakit tersebut
terutama pada stadium lanjut hanya diberikan terapi dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien maupun keluarga.

Pada pasien dengan stadium lanjut dari penyakit tertentu pada umumnya tidak
hanya mengalami masalah/gangguan dari sisi fisik melainkan juga adanya gangguan
pada psikologi, sosial, kultural, dan spiritual pasien. Diperlukannya perawatan yang
bersifat holistik dalam menyiapkan pasien maupun keluarga menghadapi
kemungkinan terburuk serta dilakukannya pendekatan interdisiplin seperti perawatan
paliatif.

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dengan


penyakit terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep perawatan paliatif
yang mengalami pembaruan menyatakan pentingnya pelajaran paliatif secara dini
dalam upaya menyiapkan segala kebutuhan pasien maupun keluarga secara holistic.

6
Keadaan sraana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum
merata dikarenakan jumlah tenaga kesehatan yang dapat melakukan upaya perawatan
paliatif juga masih terbatas sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif, dan holistik maka diperlukannya beberapa
kebijakan dalam perawatan paliatif di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
“Bagaimana konsep perawatan paliatif dan asuhan keperawatannya?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan paliatif (Paliatif Care).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi perawatan paliatif (Paliatif Care).
b. Untuk mengetahui tujuan dari perawatan paliatif (Paliatif Care).
c. Untuk mengetahui prinsip perawatan paliatif (Paliatif Care).
d. Untuk mengetahui model/tempat dilaksanakannya perawatan paliatif
(Paliatif Care).
e. Untuk mengetahui ruang lingkup perawtaan paliatif (Paliatif Care).
f. Untuk mengetahui kebijakan perawatan paliatif di Indonesia (Paliatif
Care).

7
D. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan untuk menulis dan menyusun makalah
ini adalah metode studi pustaka yaitu sebuah metode penulisan karya tulis dengan
mencari informasi dari berbagai jenis referensi, mulai dari literatur buku, internet,
televisi, dan jenis referensi lainnya.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Makalah ini diawali dengan halaman judul, kata pengantar, dan daftar
isi.
2. BAB I yang merupakan pendahuluan dibagai menjadi beberapa sub-bab
seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II yang merupakan tinjauan pustaka dibagi menjadi beberapa sub-
bab seperti Pengertian Perawatan Paliatif, Tujuan Perawatan Paliatif, Prinsip
Perawatan Paliatif, Model/tempat Perawatan Paliatif, Ruang Lingkup
Perawatan Paliatif, Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif, Sumber Daya
Manusia Perawatan Paliatif.
4. BAB III yang merupakan pembahasan dibagi menjadi beberapa sub-bab
seperti Tujuan Program Perawatan Paliatif, Sasaran Program Perawatan
Paliatif, Landasan Hukum Perawatan Paliatif, Kebijakan Perawatan Paliatif,
Pembinaan dan Pengawasan Perawatan Paliatif, Pengembangan dan
Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif, dan Pendanaan Perawatan Paliatif.
5. yang merupakan penutup dibagi menjadi beberapa sub-bab yaitu kesimpulan
dan saran-saran.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahasa latin yang berarti “menyelubungi”-penj),
merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien,
bukan berarti kesembuhan.
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita kanker terutama yang tidak mungkin desembuhkan tetapi juga pada
penderita yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama dengan tindakan
kuratif (Menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dalam bidang
psikologis, sosial dan spiritual). (Depkes Pedoman Kanker Terpadu Paripurna 1997).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud
antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan
dalm aspekpsikologis, sosial dan spiritual.
Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait
dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui penceghan-pencegahan sempurna
dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, spirirtual (WHO, 2002).

9
B. Tujuan Perawatan Paliatif (Paliatif Care)

Tujuan utama perawatan paliatif adalh untum membantu klien dan keluarga
mencapai kualitas hidup terbaik (Potter & Perry, 2009). Perawtaan paliatif tidak
menekankan pada penyembuhan melainkan memberikan bantuan terhadap
penderitaan yang dialami dengan mengelola gejala yang muncul dan memaksimalkan
kualitas hidup (Black & Hawks, 2005).

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan
support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya.

Perawatan paliatif meliputi :

a. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


b. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
c. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
d. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
f. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi
penyakit pasien dan kehilangan mereka.

C. Prinsip Perawatan Paliatif (Paliatif Care)

Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga
pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent
dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric

10
palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui
penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
e. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
f. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
h. Menghindari tindakan yang sia-sia

D. Model/Tempat Dilaksanakan Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


Tempat untuk melakukan perawatan paliatif (Kepmenkes No. 812/2007) adalah:
a. Rumah sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau perlatan khusus.
b. Puskesmas: untuk pasien yang memerlukan rawat jalan
c. Rumah singgah/panti (Hospice): untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat
dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
d. Rumah pasien: untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus, atau peralatan khusus atau keterampilan perawtan yang tidak
mungkin dilakuakan oleh keluarga.

11
E. Ruang Lingkup Perawatan Paliatif (Paliatif Care)
a. Jenis kegiatan perawatan paliatif (Kepmenkes No. 812/2007) meliputi:
o Penatalaksanaan nyeri
o Penatalaksanaan keluhan fisik lain
o Asuhan keperawatan
o Dukungan psikologis
o Dukungan sosial
o Dukungan kultural dan spiritual
o Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjugan/rawat rumah.

Menurut Pedoman Paliatif Kanker, ruang lingkup perawatan paliatif meliputi:


a. Program paliatif di Rumah Sakit (Rumah Sakit tipe A,B,C, dan D).
b. Program paliatif di masyarakat (Puskesmas, Hospis, Perawatan di rumah).

F. Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan
paliatif melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara
tim perawatan paliatif dengan pasien dan keluarganya.
b. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
c. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya
setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent.
d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien

12
sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga
terdekatnya. Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak
kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
e. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh
pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa
yang harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila
kompetensinya kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat
memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan
mewakilinya dalam membuat keputusan pada saat ia tidak kompeten.
Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikan panduan utama
bagi tim perawatan paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.

2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif


a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat
dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk
membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat
diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam informed
consent menjelang ia kehilangan kompetensinya.
d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan
tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive

13
tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas
pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh
seluruh anggota keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan
pengadilan untuk pengesahannya.
e. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu
apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas
hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.

3. Perawatan pasien paliatif di ICU


a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
b. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian
peralatan life-supporting.

4. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif


a. Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan
oleh Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan
di rumah pasien.
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh
tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara
pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara.

14
G. Sumber Daya Manusia Perawatan Paliatif (Paliatif Care)
1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial,
rohaniawan, keluarga, relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
3. Pelatihan
a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan
kerjasama antara para pakar perawatan paliatif dengan Departemen
Kesehatan (Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-modul
tersebut terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul
untuk tenaga kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
b. Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas
Kedokteran.
c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan
Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan sertifikasi
pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima) propinsi yaitu
: Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap
selanjutnya sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
4. Pendidikan
Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu
keperawatan paliatif).

15
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tujuan Program Perawatan Paliatif (Paliatif Care)

Tujuan umum:
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan
paliatif.di Indonesia
Tujuan khusus:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

B. Sasaran Program Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


Menurut Pedoman Paliatif Care Kanker, Sasaran program paliatif meliputi tenaga
kesehatan termasuk perawat dan tenaga lain yang terlibat termasuk relawan, dan
keluar-ga pasien.
Menurut Kepmenkes No. 812/Menkes/SK/VII/2007, Sasaran program paliatif
meliputi:
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh
Indonesia.
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta

16
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

C. Landasan Hukum Perawatan Paliatif (Paliatif Care)

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 604/Menkes/SK/IX/1989 tentang Pokok-


Pokok Penanggulangan Penyakit Kanker di Indonesia;

2. Undang-undang nomor 23 tahun 2002, tentang Perlindungan Anak;

3. Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan;

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/Menkes/SK/ /VIII/2003 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan;

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1479/Menkes/SK/ /X/2003 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
dan Penyakit Tidak Menular Terpadu;
6. Undang-undang nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran;

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 430/Menkes/SK/IV/ 2007 tentang


Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker;

8. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 812/Menkes/SK/VII/ 2007 tentang


Kebijakan Perawatan Paliatif;

9. Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;


10. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 144tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5063);

11. Undang-undang nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit;


12. Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

17
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1144/ Menkes/Per/ VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kese-hatan;

14. Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK 03.01/160/I/2010


15. tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014;
16. Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial;
17. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

D. Kebijakan Perawatan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia

1. Kebijakan
Program Paliatif yang efektif akan tercapai jika didukung komitmen pemangku
kebijakan dengan pendekatan kesehatan masyarakat, melalui:
a. Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.
b. Ketersediaan layanan professional serta pemberdayaan masyarakat.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana terutama untuk pengelolaan nyeri dan


gejala psikologis.

d. Aksesibilitas setiap pasien yang memerlukan program paliatif.


e. Program paliatif dilakukan mulai dari RS hingga masyarakat.

2. Strategi
a. Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi program paliatif.
b. Menjamin pelayanan paliatif pada institusi fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Menyiapkan tenaga profesional pada program paliatif.
d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program paliatif.

e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran


masyarakat untuk menyebarluasan informasi kepada masya-rakat tentang
program paliatif.

18
f. Menjamin aksesibilitas masyarakat terhadap program paliatif yang
berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan
institusi serta standarisasi pelayanan.

E. Pembinaan dan Pengawasan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang dengan


melibatkan perhimpunan profesi/keseminatan terkait. Pembinaan dan pengawasan
tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

F. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif (Paliatif Care)

Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif diperlukan :


1. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan non kesehatan.
2. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing Professional
Development untuk perawatan paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas
pelayanan.
3. Menjalankan program keselamatan pasien/patient safety.

G. Pendanaan Perawatan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia

Pendanaan yang diperlukan untuk:


1. pengembangan sarana dan prasarana
2. peningkatan kualitas SDM/pelatihan
3. pembinaan dan pengawasan
4. peningkatan mutu pelayanan.

Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain


yang tidak mengikat. Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan
dalam skema Askeskin dan Askes.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki


kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO
2011).

Tujuan utama perawatan paliatif adalh untum membantu klien dan keluarga
mencapai kualitas hidup terbaik (Potter & Perry, 2009). Perawtaan paliatif tidak
menekankan pada penyembuhan melainkan memberikan bantuan terhadap
penderitaan yang dialami dengan mengelola gejala yang muncul dan
memaksimalkan kualitas hidup (Black & Hawks, 2005).

Program Paliatif yang efektif akan tercapai jika didukung komitmen


pemangku kebijakan dengan pendekatan kesehatan masyarakat, melalui:

a. Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.


b. Ketersediaan layanan professional serta pemberdayaan masyarakat.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana terutama untuk pengelolaan nyeri dan


gejala psikologis.

d. Aksesibilitas setiap pasien yang memerlukan program paliatif.


e. Program paliatif dilakukan mulai dari RS hingga masyarakat.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, baik pembaca maupun penulis dapat memahami
kebijakan perawatan paliatif di Indonesia. Diharapkan kritik dan saran yang membangus
sebagai dasar pembuatam makalah selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Surat Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia SK


812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Perawatan Paliatif Kanker.
Jakarta: Kemenkes RI.

21

Anda mungkin juga menyukai