Penentuan Nilai RF Dari Parasetamol Dan
Penentuan Nilai RF Dari Parasetamol Dan
A. TUJUAN
Preparatif.
B. LANDASAN TEORI
metode untuk analisisnya dengan bantuan sejumlah teknik analisis yang tersedia
Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/ nyeri) dan antipiretik
masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat untuk menyembuhkan demam, sakit
kepala, dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik
mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau lebih dikenal dengan nama
paracetamol. Obat ini beredar di masyarakat dalam berbagai macam sediaan, yaitu
dalam sediaan tablet, kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk (Rachdiati, dkk., 2008).
menyebabkan asam arachidonat dan asam-asam C20 tak jenuh lainnya menjadi
enderoperoksida siklik. Ederoperoksida siklik merupakan prazat dari
prostaglandin yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam serta reaksi-reaksi
mempunyai daya kerja sebagai stimulant sistem saraf pusat, stimulant obat
jantung, relaksasi otot polos, dan meningkatkan dieresis, dengan tingkatan yang
berbeda. Efek kofein dapat meningkat apabila berinteraksi dengan beberapa jenis
obat, antara lain obat asma (epinefrin/teofilin), pil KB, antidepresan, antipsikotika,
mudah terangsang, sakit kepala, tremor, pernapasan cepat, dan insomnia. Orang
yang minum minuman mengandung kofein dapat menghilangkan rasa letih, lapar,
bagian tanaman seperti pada daun teh, daun mate, biji kopi, biji coklat, biji kola
dan biji guarana. Pada tanaman kopi, bagian yang banyak menghasilkan kofein
adalah bijinya. Biji kopi yang disangrai mengandung kofein sekitar 0.7 – 1.7 %.
Dilihat dari sifat fisikanya, kofein apabila dipanaskan akan dapat menyublim yaitu
pada suhu 178 – 180 0C dan pada tekanan 1 atm (Dira, 2012).
Kadar kafein lebih tinggi dari kopi Arabika. Kafein mempunyai daya
kerja sebagai stimulant sistem saraf pusat, stimulant obat jantung, relaksasi otot
polos, dan diuresi. Efek kafein dapat meningkat apabila interaksi dengan beberapa
kromatografi lapis tipis pada plat silika gel PF 254 dengan fase gerak kloroform :
memberikan harga Rf yang sama yaitu 0.26. Kromatogram ini dilihat di bawah
didasarkan pada perbedaan tingkat interaksi terhadap dua fasa material pemisah.
Campuran yang akan dipisahkan dibawa fasa gerak, yang kemudian dipaksa
bergerak atau disaring melalui fasa diam karena pengaruh gaya berat atau
oleh fasa diam pada tingkat yang berbeda-beda sehingga mereka bergerak
bersama-sama dengan fasa gerak dalam waktu retensi (retention time) yang
diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang
cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan berupa
bercak. Setelah pelat atau lapisan dimasukkan dalam bejana tertutup rapat yang
maka uji KLT hanya dilakukan untuk golongan- golongan senyawa yang
menunjukkan hasil positif pada skrining fitokimia (alkaloid, saponin,
waktu yang cepat dan mudah mengerjakannya serta menggunakan peralatan yang
murah dan sederhana. Cuplikan sampel yang digunakan juga sangat sedikit serta
Jarak titik sampel dengan tepi bawah 1 cm dan dijaga agar fasa gerak
tidak berinteraksi langsung dengan sampel. Apabila jarak tepi bawah terlalu kecil
atau jumlah fasa gerak cukup banyak maka sampel akan bersentuhan dengan fasa
gerak dan ada sebagian molekul sampel akan terlarut dalam fasa gerak. Hal ini
menyebabkan hasil elusi pada kromatografi lapis tipis tidak valid (Fauziyah,
2012).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
• Chamber
• Cawan petri
• Botol vial
• Penyemprot
• Batang pengaduk
• Sudip
• Pipa kapiler
• Plat KLT
• Pipe tukur 10 ml
• Timbangan analitik
• Lampu UV
• Pingset
• Filler
• Oven
2. Bahan
• Kafein murni
• Serium sulfat
• Paracetamol murni
• Tablet Paramex
• Metanol
• Kloroform
• Etilasetat
• Asam asetat
D. PROSEDUR KERJA
Larutan pengembang
a. Sampel
Sampel (Paramex)
-
Digerus hingga halus
-
Ditimbang sebanyak 0,05 g
-
Dilarutkan dengan kloroform
-
Ditotolkan pada ujung lempeng
mengguanakan pipa kapiler
- Dianginkan sampai kering
Lempeng dengan penotolan sampel
b. Pembanding
Pembanding
(paracetamol dan kofein)
Lempeng
- Dimasukkan dalam larutan pengembang (chamber)
- Ditutup chamber dengan segera
- Dikeluarkan lempeng dari dalam chamber setelah
permukaan pelarut pengembang naik sampai ujung
atas lempeng
- Dikeringkan
- Disemprotkan dengan serium sulfat
- Dimasukkan kedalam oven selama beberapa menit
2. Lokasi noda
Lempeng
• Rf kofein = 0,75
• Rf sampel kofein = 0,7875
• Rf paracetamol = 0,9125
• Rf sampel paracetamol = 0,9
E. HASIL PENGAMATAN
1. Gambar pengamatan
2. Penentuan nilai Rf
Jarak euen = 4 cm
Jarak kafein = 3 cm
,
Ø Nilai Rfsampel pct = = = 0,9
,
Ø Nilai Rfparasetamol = = = 0,9125
,
Ø Nilai Rf sampel kafein = = = 0,7875
terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang
telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik
jenis merk obat generik yang dijual di pasaran umumnya sama, yaitu 500 mg.
(Paracetamol) (Kofein)
komponen (senyawa-senyawa) yang dibawa oleh fase gerak dan ditahan secara
selektif oleh fase diam. Fasa diam kemudian dielusi dengan eluen yang sesuai
terserap dengan baik pada fasa gerak akan bergerak bersama fasa gerak dan yang
terserap dengan baik akan tetap pada posisi awal senyawa tersebut ditotolkan.
Pada percobaan ini, dilakukan beberapa tahapan, yaitu penyiapan
digunakan terbuat dari silika gel G yang kita sebut sebagai fasa diam, yaitu tempat
berjalannya adsorben sehingga proses migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan.
Silika gel memiliki gugus hidroksil pada permukaan menyebabkan sifatnya sangat
polar, dapat membentuk ikatan hidrogen di permukaan serta dapat menyerap dan
pelarut) atau fasa gerak yang terdiri dari metanol, asam asetat, dan etil asetat
(1:8:1). Fasa gerak tersebut bersifat nonpolar sehingga pada saat campuran pelarut
fasa diam (silika gel) yang bersifat polar, dan senyawa-senyawa yang semakin
kurang polar akan terbawa naik ke atas. Eluen yang dibuat dijenuhkan dengan
cara chamber ditutup rapat dan didiamkan. Proses ini dilakukan agar atmosfer
dalam chamber terjenuhkan dengan uap pelarut. Penjenuhan udara dalam chamber
batas atas dan batas bawah pada pelat KLT. Pembuatan batas atas dan batas
sepanjang fasa diam tersebut, sehingga dapat diketahui nilai Rf (faktor retensi).
Penotolan yang dilakukan sekecil dan sesempit mungkin. Jika penotolan terlalu
besar maka akan menurunkan resolusi. Penotolan yang tidak tepat juga akan
menggangu hasil analisis. Setelah sampel dan pembanding ditotolkan pada plat
pelarut mulai membasahi plat dari bawah hingga sampai pada batas atas plat pelat
digunakan. Senyawa akan berinteraksi antara eluen dan silika sehingga senyawa
yang paling polar akan terperangkap di bagian paling bawah menunjukan bahwa
senyawa tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat pada silika
dengan lokasi noda pembanding berupa senyawa parasetamol dan kafein murni
yang digunakan. Jika jarak noda sampel sama dengan jarak noda pembanding dan
nilai Rf-nya tidak jauh berbeda, maka dapat diketahui bahwa sampel yang
pengamatan yang lebih lanjut, silika yang dari dalam chamber disemprotkan
dengan dengan serium sulfat yang berfungsi agar noda sampel yang terbentuk
pada plat terlihat jelas dan dikeringkan di dalam oven sehingga memperlihatkan
Semakin besar nilai Rf sampel maka semakin besar jarak bergeraknya senyawa
pada plat kromatografi lapis tipis. Dari hasil pengamatan jarak eluen yaitu 4 cm,
diperoleh jarak sampel parasetamol 3,6 cm, parasetamol murni 3,65 cm. Jarak
sampel kafein 3,15 cm dan jarak kafein 3 cm. Nilai Rf pada sampel paracetamol
dan kafein berturut-turut yaitu 0,9 cm dan 0,7875, sedangkan nilai Rf untuk
pembanding parasetamol dan kofein yaitu 0,9125 cm dan 0,75 cm. Jika nilai Rf
nya sama maka dalam sediaan tersebut mengandung senyawa yang diidentifikasi
dan jika tidak sama maka dalam sediaan tersebut tidak mengandung senyawa yang
diidentifikasi.
G. KESIMPULAN
bahwa nilai Rf bercak noda kafein sebesar 0,7875 dan Rf sampel parasetamol
sebesar 0,9. Nilai tersebut mendekati nilai Rf parasetamol dan kafein murni yang
Dira. 2012. “Isolasi Kofein dari Daun Kopi (Coffea Arabica L.)”. Scientia. Vol.2
(1). Padang.
Fauziyah, Begum. 2012. “Analisis Kualitatif Fenilalanin Secara Chormatography
Kertas dan Chormatography Lapis Tipis”. Saintis. Vol.1 (2). Malang.
Firdaus, Muhammad I., Pri Iswati Utami. 2009. “Analisis Kualitatif Parasetamol
pada Sediaan Jamu Serbuk Pegal Linu yang Beredar di Purwokerto”.
Pharmacy. Vol.6 (2). Purwokerto.
Hartono, Elina. 2009. “Penetapan Kadar Kofein dalam Biji Kopi Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”. Biomedika. Vol.2 (1). Surakarta.