Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 4
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOID
(Ekstrak Piper nigrum L.)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

FARMASI G
KELOMPOK : 4
1. Alfi Nurma Cahyani (201810410311315)
2. Dicky Wahyudi (201810410311313)
3. Atina Setianingsih (201810410311314)
4. Indah (201810410311316)
5. Faiz Nur Rendra Safira (201810410311317)

DOSEN PEMBIMBING :
SITI ROFIDA, M.Farm., Apt
AMALIYAH DINA ANGGRAENI, M. Farm., Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan Alkaloida dalam


tanaman.

2.2 Latar Belakang

Bangsa Indonesia pun telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat
obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan
tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang
secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Selain itu, obat tradisional telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di
dunia (Sari, 2006). Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin
menggunakan obat tradisional sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka
terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat tradisional
untuk pengobatan primer. (Oleh, 2016)

Lada hitam (P. nigrum) mengandung zat alkaloid, anthrakuinon, tanin, flavonoid,
yang merupakan zat fitokimia dan sebagai antibakteri. Alkaloid sebagai zat tertinggi
yang terkandung pada P. nigrum telah dibuktikan dapat memberikan efek sebagai
antibakteri dengan senyawa piperine didalamnya. (Amaliah, 2019)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Piper nigrum

Lada hitam tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga memiliki


banyak nama daerah seperti merica (Jawa), pedes (Sunda), sa’ang (Madura), lada
(Aceh), lada hitam (Indonesia) (Ratnasari, 2016)

A. Klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L
(Ratnasari, 2016)

B. Morfologi
Tanaman lada hitam merupakan tanaman terna, berkayu yang memanjat,
panjang sampai 15 m, kulit batang berwarna hijau tua, berakar pada
bukubukunya. Bentuk daun bermacam-macam, dari bundar telur sampai lonjong,
bagian pangkal bundar, tumpul atau berbentuk baji, sedangkan ujung lancip,
permukaan atas berwarna hijau gelap, kuat, menjangat, panjang 8 cm sampai 20
cm, lebar 5 cm sampai 15 cm, terdapat bintik-bintik kelenjar yang rapat, panjang
tangkai 7,5 cm sampai 8 cm. Perbungaan berupa bulir yang menggantung,
panjang sampai 25 cm, panjang gagang 1 cm sampai 3,5 cm, berdaun pelindung
yang bentuknya lonjong menggalah, panjang 4 mm sampai 5 mm, lebar 1 mm.
Benang sari 2 helai, tangkai sari tebal. Kepala putik 2 sampai 5, umumnya 3
sampai 4. Buah buni, bulat atau agak elip, buah muda berwarna hijau tua
kemudian menjadi merah dan akhirnya hitam, gundul, panjang lebih kurang 4
mm. (Ratnasari, 2016)
C. Kandungan Senyawa
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman Piper nigrum antara lain
1,8-Cineol, Acetophenone, Alpha-Pinene, Alpha-Terpineol, Ascorbic-Acid
Borneol, Caff eic-Acid, Camphor, Carvone, Caryophyllene, Citral, Citronellal,
Citronellol, Eugeno, Eugenol-Methyl-Ether, Gaba, Geranyl-Acetate, Hyperoside,
Limonene, Linalool, Linalyl-Acetate, Magnesium, Methyl-Eugenol, Myrcene,
Myristicin, Niacin, P-Cymene, Perillaldehyde, Piperidine, Piperine, Quercetin,
Quercitrin, Safrole, Stigmasterol, Thiamin, Tocopherol, Zinc. (Dwitya, 2015)
D. Manfaat Tanaman
Lada hitam (Piper nigrum) beberapa digunakan untuk mengobati berbagai
keluhan pada pencernaan, demam, obesitas dan keluhan pernafasan yang
disebabkan oleh berbagai patogen, diantaranya bakteri, virus maupun jamur.
Piperin memiliki efek sebagai anti-kanker dan anti-mikroba. Ekstrak etanol dari
lada hitam ditampilkan pada anti-mikroba dengan spektrum yang luas dan efek
antibakteri yang signifikan terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram
negatif. (Amaliah, 2019)

2.2 Tinjauan Ekstrak Lada Hitam


Senyawa piperin dapat diperoleh dari buah lada hitam. Kandungan senyawa
piperin dari masing-masing tanaman berbeda-beda. Senyawa piperin yang
terkandung dalam buah lada hitam (45,21 mg/g). Kandungan piperin dalam ekstrak
etanol buah lada hitam diekstraksi dengan variasi konsentrasi etanol menggunakan
metode KLT-Desintometri. Hasil kadar tertinggi yang didapatkan dengan rendemen
sebesar 40,82 ± 1,07% menggunakan pelarut pengekstraksi yaitu etanol 60%. Hasil
dari rendemen ekstrak etanol dilanjutkan dengan pengukuran rata-rata kadar piperin
dari hasil ekstrak etanol. Hasil rata-rata kadar piperin dalam ekstrak etanol buah lada
hitam didapatkan sebesar 52,81 ± 4,66%. Senyawa piperin yang terdapat dalam
ekstrak etanol 60% dapat menghasilkan kadar piperin yang terbaik dibandingkan
dengan pelarut pengekstraksi yang lain. (Andika, 2018)
2.3 Tinjauan Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung nitrogen dengan berat molekul
rendah dan, karena adanya cincin heterosiklik yang mengandung atom nitrogen,
biasanya bersifat basa. Alkaloid dikenal dengan banyak efek farmakologis pada
vertebrata. Metabolit ini dapat dibagi menjadi beberapa kelas menurut prekursornya
(mis., Alkaloid indol adalah alkaloid yang berasal dari triptofan), yang mencakup
lebih dari 20 kelas yang berbeda (mis., alkaloid pirolidid, alkaloid tropana, alkaloid
piperidin, alkaloid piridin, alkaloid quinolizidine, dan alkaloid indole).
Kehadiran alkaloid dan metabolit sekunder lainnya pada tanaman meningkatkan
tingkat reproduksi tanaman, baik dengan meningkatkan pertahanan terhadap tekanan
biotik dan abiotik atau dengan mempengaruhi penyerbuk dan kunjungan penyebar
biji / buah. Strategi pertahanan termasuk keunggulan predator dengan toksisitas atau
rasa pahit atau perbaikan kerusakan oleh antioksidan (Matsuura & Fett-Neto, 2015).
▪ Sifat Fisika Kimia Alkaloid
Sebagian besar alkaloid diisolasi dari matriks tanaman dalam bentuk
senyawa kristalin, amorf, tidak berbau, dan tidak mudah menguap. Namun,
alkaloid dengan berat molekul rendah, seperti arecoline dan pilocarpine, dan
alkaloid tanpa atom oksigen dalam strukturnya (mis., sparteine dan nikotin)
muncul dalam bentuk cair. Terlepas dari berberin dan colchicine alkaloid
oranye-kuning, betain berwarna merah, sanguinarine merah bata, atau canadine
berwarna oranye, sebagian besar alkaloid tidak berwarna dengan rasa pahit.
Memang, kina masih digunakan sebagai prinsip pahit dalam air tonik (Kukula
& Widelski, 2017).
Basa bebas alkaloid larut dalam pelarut organik nonpolar (kloroform,
metilen klorida, eter), sedangkan kelarutannya dalam air rendah (kecuali kafein
dan efedrin). Sebaliknya, garam alkaloid adalah larut dalam air atau asam
encer, sedangkan mereka tidak larut atau sedikit larut dalam pelarut organik.
Perbedaan kelarutan alkaloid ini, tergantung pada bentuknya, digunakan dalam
industri farmasi untuk pemurnian dari matriks kompleks tumbuhan yang
digunakan untuk produksi produk yang acceptible (Kukula & Widelski, 2017).

● Klasifikasi Alkaloida:
Berdasarkan asal dan biosintesisnya, alkaloid dapat digolongkan sebagai
berikut;
a. Alkaloid turunan dari ornitin
Ortinin adalah salah satu bagian dari asam amino yang memiliki lima atom
karbon, termasuk asam glutama dan prolin. Alkaloid turunan dari ornitin
yaitu pitolidin, tropan, kelompok nikotin dan pirolisidin.(Putri and
Maharani, 2014)
b. Alkaloid turunan dari lisin
Homolog tertinggi berikutnya dari rangkaian asam amino ornitin adalah
lisin-kelompok asam pipecolic yang memiliki enam atom karbon dan
biosintesis lisn lebih kompleks dari ornitin. Alkaloid turunan dari lisin yaitu
pelleterin, anaferin, pseudoapeletierin, anabasin, lupinin (quinolisidin),
piperidin. Ada beberapa kelompok alkaloid turunan dari lisin yang tidak
memiliki perbandingan turunan ortinin yaitu lobelin, spartein, matrin,
lytrine, dan licopodein. (Putri and Maharani, 2014)
c. Alkaloid turunan dari fenilalamin dan tirosin
Alkaloid turunan dari asam amino fenilalamin dan tirosin sangat
bermacam-macam di alam dengan bermacam-macam tipe struktur, berikut
contoh alkaloid fenilalamin yaitu meskalin, pelotine, morfin dan contoh
alkaloid dari tirosin yaitu betanidin, aranotin, dan securinin. (Putri and
Maharani, 2014)
d. Alkaloid turunan dari asam antranilat.
Tumbuhan kelompok suku Rutaceae merupakan yang paling kaya
kandungan alkaloid turunan asam antaranilat. Alkaloid turunan dari asam
antranilat yaitu echinopsin, selain itu memiliki furan atau cincin piran yang
tersambung pada cincin piridin (dictamin dan flindersin), furoquinolin,
quinazolin, vasicin, alkaloid evodia : rutaecarpin dan evodimanin. (Putri
and Maharani, 2014)
e. Alkaloid turunan dari triptofan.
Triptofan adalah prekusor biosintesis dari beberapa alkaloid, kecuali untuk
alkaloid yang paling sederhana dan jarang untuk beberapa sumber karbon.
Contoh alkaloid turunan dari triptofan yaitu alkaloid indol, tripamin,
fisostigmin, alkaloid ergot: ergotamin dan ergonovin. (Putri and Maharani,
2014)

f. Alkaloid turunan dari histidin.


Histidin dan amin histamin adalah yang paling banyak mendistribusikan
senyawa yang mengandung inti inidazole. Contoh alkaloid turunan dari
histidin yaitu casmiroedin, pilocarpin dan alkaloid lainnya : dolichotelin,
longistrobin dan isolongistrobin. (Putri and Maharani, 2014)

g. Alkaloid turunan dari poliasetat.


Contoh alkaloid turunan dari poliasetat yaitu shihunine, pinidine, coniiene,
carpain, dan cassin. Pada masa lalu senyawa yang mengandung nitrogen
dari prekusor poliasetat masih termasuk alkaloid. (Putri and Maharani,
2014)
h. Alkaloid turunan dari jalur isoprenoid.
Beberapa contoh alkaloid yang memiliki turunan unit mevalonat, tetapi
ada banyak alkaloid yang berasal hampir secara eksklusif dari unit terpen
yang masih harus dijelaskan. Alkaloid hemiterpenoid merupakan 1 unit
isopren merupakan alkaloid furoquinolin dan echinulin dan alkaloid ergot
contohnya: alchorneine, pterogynin. Alkaloid monoterpenoid contohnya:
chaksine, alkaloid guanidin dari Cassia lispidula Vahl. yang linier dengan
unit monoterpen. Alkaloid sesquiterpen contohnya golongan dendrobine,
alkaloid nupkar: deoxinuparidin dan alkaloid celastraceous kompleks
seperti maytolin. Alkaloid diterpen sejak tahun 1955 telah diteliti untuk
menjelaskan struktur dan mensintesis anggota paling penting dari senyawa
ini. Alkaloid diterpen terdiri dari 3 kelas besar yaitu C-20 alkaloid, C-19
alklaoid yang memiliki banyak kelompok hidroksil atau metoksil dan
alkaloid Erythrophleum. (Putri and Maharani, 2014)
i. Alkaloid turunan dari asam nikotinat
Biosintesis alkaloid yang berasal dari asam amino non esensial yaitu asam
nikotinat. Nikotin telah dianggap sebagai turunan dari asam nikotinat.
Terdapat 5 kelompok yang diturunkan dari asam nikotinat yaitu arekolin,
ricinin, anatabin, diosocorin, dan nikotin. (Putri and Maharani, 2014)
2.4 Tinjauan Metode Identifikasi
▪ Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong "kromatografi
planar." KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak
digunakan. Pada KLT, identifikasi awal suatu senyawa didasarkan
padaperbandingan nilai Rf dibandingkan Rf standar (Wulandari, 2011).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) yang menyebabkan terjadinya
perbedaan migrasi dari masing-masing komponen. Perbedaan migrasi merupakan
hasil dari perbedaan tingkat afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan
fase gerak (Wulandari, 2011).
Senyawa-senyawa terpisah karena perbedaan polaritas. Afinitas analit tehadap
fase diam dan fase gerak tergantung kedekatan polaritas analit terhadap fase diam
dan fase gerak (like dissolve like). Analit akan cenderung larut dalam fase dengan
polaritas sama. Anali takan berpartisi diantara dua fase yaitu fase padat-cair dan
fasecair-cair. Ketika analit berpartisi antara fase padat dan cair faktor utama
pemisahan adalah adsorbsi. Sedangkan bila analit berpartisi antara fase cair dan fase
cair, faktor utama pemisahan adalah kelarutan (Wulandari, 2011).
▪ Reaksi Pengendapan
Penentuan alkaloid dalam bahan tanaman dapat dilakukan baik menggunakan
reaksi presipitasi dengan Mayer (endapan putih dengan larutan iodida
potassiomercuric), Dragendorff (endapan oranye dengan kalium bismuth iodide),
Wagner (endapan-cokelat kemerahan bila dicampur dengan iodin dan kalium
iodida), dan pereaksi Hager (endapan kuning dengan larutan asam pikrat jenuh),
dengan pikrat, pikrolonat, fosfomolibdat, dan asam silikotungstat, atau dalam reaksi
warna dengan reagen yang mengandung asam sulfat atau nitrat (Marquis, Frohde,
dan reagen Erdmann; misalnya, warna kuning untuk colchicine atau ungu kebiruan
untuk alkaloid tropane) (Kukula & Widelski, 2017).
Metode berikut digunakan oleh Reddy (2016), untuk memastikan keberadaan
alkaloid dalam fraksi yang larut kloroform dari A. scholaris :
a. Uji Dragendorff :
Lima ml air suling ditambahkan ke fraksi kloroform 2 mg ekstrak,
diikuti dengan penambahan 2 M Asam klorida sampai inisiasi asam reaksi.
Setelah itu, 1 ml Dragendorff pereaksi ditambahkan ke campuran reaksi ini
dan pembentukan oranye atau merah oranye endapan menunjukkan adanya
alkaloid.
b. Tes Hager:
Beberapa tetes reagen Hager ditambahkan ke fraksi kloroform 2 mg
dari ekstrak. Pembentukan endapan kuning mengkonfirmasi keberadaan
alkaloid.
c. Tes Wagner:
Dua mg kloroform larut fraksi ekstrak diasamkan dengan 1,5% v / v
asam klorida. Ini diikuti oleh penambahan beberapa tetes reagen Wagner dan
penampilan endapan kuning atau coklat menunjukkan adanya alkaloid.
d. Tes Mayer:
Pada beberapa tetes Mayer reagen, 2 mg fraksi kloroform larut ekstrak
ditambahkan dan pembentukan endapan putih atau kuning pucat
menunjukkan kehadiran alkaloid.

2.5 Preparasi sampel


1. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut,ditambah 5 ml HCL 2N,
dipanaskan di atas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
3. Filtrat ditambah 5 ml HCL 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai larutan
IA,IB dan IC

2.6 Reaksi pengendapan


1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan pereaksi Wagner
dan larutan IC dipakai sebagai blanko
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid

2.7 Kromatografi Lapis Tipis(KLT)


Aspek penetapan profil dengan KLT terpilih sebagai metode pertama karena cukup
mudah dan murah sehingga tidak menyulitkan aplikasinya.
1. Larutan IC ditambahNH4OH pekat 28% sampai larutan menjadi basa, kemudian
diekstraksi dengan 5 ml kloroform (dalam tabung reaksi)
2. Filtrat (Fase CHCL3) diuapkan sampai 1/3 ,kemudian siap untuk pemeriksaan
dengan KLT
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : CHCL3-Etil asetat (1:1)
Penampakan noda : Pereaksi Dragendrof
3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dan ekstrak
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Deskripsi
1. Preparasi Sampel
A. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut, ditambah 5 ml HCl 2N,
dipanaskan di atas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
B. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
C. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai
larutan IA, IB, dan IC..
2. Reaksi pengendapan
A. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan pereaksi
Wagner dan Larutan IC dipakai sebagai blanko.
B. Adanya kekeruhan atau endapan menandakan adanya alkaloid.
3. Kromatoografi Lapis Tipis
A. Totolkan larutan uji dan larutan pembanding, menurut cara yang tertera pada
masing-masing monografi dengan jarak antara 1,5 sampai 2 cm dari tepi
bawah lempeng dan biarkan mengering
B. Gunakan alat sablon untuk menentukan tempat penotolan dan jarak rambat,
beri tanda pada jarak rambat
C. Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di
sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi (larutan
pengembang dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap,
totolan jangan sampai terendam)
D. Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan system hingga fase gerak
merambat sampai batas jarak rambat
E. Keluarkan lempeng dan keringkan di udara, dan amati bercak dengan sinar
tampak, ultraviolet gelombang pendek (254 nm) kemudian dengan ultraviolet
gelombang panjang (365 nm)
F. Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang
gelombang untuk tiap bercak yang diamati
G. Tentukan harga Rf
A. Bagan Alir
1. Preparasi Sampel

Ditimbang ekstrak Piperis nigrum sebanyak 0,9 gram.

(+) etanol ad larut,


(+) 5 ml HCl 2N.

Panaskan diatas penangas air 2-3 menit dan diaduk.

Setelah dingin, (+) 0,3 gram NaCl.

Aduk rata, kemudian saring.


Filtrat (+) 5 ml HCl 2N.

Filtrat dibagi menjadi 3, yaitu larutan IA, IB, dan IC

2. Reaksi Pengendapan

Ambil larutan IA, IB, dan IC

Pada masing-masing larutan,


IA : (+) Pereaksi Mayer
IB : (+) pereaksi Wagner
IC : sebagai blanko

Amati kekeruhan atau endapan.


3. Prosedur Kromatgrafi Lapis Tipis (KLT)
Totolkan larutan uji dan pembanding dengan jarak
1,5 – 2 cmBAB IV bawah lempeng.
dari tepi
HASIL
A. Pereaksi MayerBeri
dantanda jarak rambat dengan menggunakan alat sablon
Wagner

Sampel
Lempeng diletakkan kedalam bejanasetelah ditambahkan
kromatografi pereaksi
yang telah Mayer
berisi fase gerak
dan Wagner

Tutup bejana, lalu tunggu hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat

Keluarkan lempeng lalu keringkan. Amati noda dengan UV 254nm dan 365 nm

Gambar 4.1 Ukur jarak tiap bercak dari titik penotolan

B. Pengujian KLT
Tentukan nilai Rf

Gambar 4.2

Gambar 4.3
Penampakan noda
sebelum eluasi pada Penampakan noda
UV 254 nm setelah eluasi pada
UV 254 nm

Gambar 4.4 Gambar 4.5

Penampakan noda Penampakan noda


setelah eluasi pada setelah diberi
UV 365 nm penampak noda

Pada UV 254 nm noda tampak berwarna gelap dan plat berfluoresensi


hijau. Sedangkan pada UV 365 nm terlihat noda yang berwarna biru
sedangkan plat berwarna gelap.
Perhitungan Harga Rf
6,3
● Rf 1 = =¿0,79
8
6,5
● Rf 2 = = 0,81
8
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian/identifikasi senyawa golongan alkaloida,


pada tanaman Piper nigrum L. Ekstrak Piper nigrum L ditambahkan larutan etanol, hal ini
ditujukan agar senyawa non alkaloid dapat terikat, sehingga didapatkan alkaloida yang
sifatnya polar. Kemudian ditambah dengan larutan HCl 2N yang bertujuan untuk membentuk
garam dengan mengikat senyawa nonalkaloida. Kemudian dipanaskan, sehingga terjadi
proses hidrolisis. Pada proses ini ikatan antara alkaloid dengan asam klorida terpecah
sehingga diperoleh alkaloida basa/bukan dalam bentuk garamnya. Kemudian ditambah
dengan NaCl untuk memisahkan garam yang tersisa dari reaksi hidrolisis. Dan
mengendapkan ekstrak agar didapat filtrate yang bebas dari ekstraknya. Kemudian disaring
dan ditambah dengan larutan HCl 2N untuk membentuk suasana asam, dan mengikat
senyawa alkaloid yang bebas dari garamnya.
Pada reaksi pengendapan larutan IVA direaksikan dengan pereaksi mayer
membentuk ikatan koordinasi antara atom N alkaloida dengan Hg, sehingga yang dihasilkan
adalah senyawa kompleks merkuri yang bersifat Non-polar dan mengendap berwarna putih.
Sedangkan larutan IVB direaksikan dengan pereaksi wagner membentuk endapan berwarna
cokelat. Sehingga dari pengujian ini dapat dinyatakan bahwa ekstrak Piper nigrum L positif
mengandung alkaloida.
Larutan blanko (IVC) dilakukan pemisahan senyawa dengan metode KLT. Larutan
IVC ditambahkan NH4OH pekat agar larutan menjadi basa. Unsur utama alkaloid
adalah nitrogen, agar nitrogen dapat terdeteksi maka larutan harus dibuat dalam
suasana basa. Di kelompok kami, digunakan 7 tetes NH 4OH hingga larutan menjadi
basa yang menghasilkan warna biru pada kertas lakmus. Larutan yang sudah menjadi
basa kemudian diekstraksi dengan kloroform 5 ml dan diambil fase kloroformnya,
kemudian diuapkan hingga sisa larutan menjadi 1/3 nya. Larutan kemudian ditotolkan
pada plat KLT sebanyak 6 kapiler untuk mendapatkan noda yang pekat. Kemudian
dilakukan eluasi.
Eluen yang digunakan adalah kloroform : etil asetat (1:1) dengan kloroform
adalah pelarut non-polar dan etil asetat adalah pelarut semi polar. Setelah plat KLT
diamati di bawah UV 254 nm, didapatkan warna noda hanya berwarna gelap dan plat
berfluorsensi hijau, karena sinar UV yang mengeksitasi zat pada panjang gelombang
254 nm tidak dapat mencapai indikator flouresensi masing-masing zat sehingga
bercak akan tampak gelap yang dikelilingi bagian yang berflouresensi (Asra,
Zulharmita and Amrul, 2017). Sedangkan ketika diamati di bawah UV 365 nm, warna
noda tampak biru dengan plat disekitarnya berwarna gelap. Hal tersebut menunjukkan
adanya alkaloid, karena jika tanpa reaksi kimia alkaloid akan berfluoresensi biru, biru-
hijau atau ungu jika diamati dibawah UV 365 nm (Yanty, Sopianti and Veronica,
2019). Setelah diberi penampak noda pereaksi dragendorf, noda beubah menjadi
warna jingga. Hal tersebut menunjukkan keberadaan alkaloid dalam ekstrak Piper
nigrum L (Yanty, Sopianti and Veronica, 2019). Setelah itu dihitung nilai Rf
(retardation factor), dan dihasilkan nilai Rf yaitu 0,79 dan 0,81.
Ditinjau dari jenis eluen yang digunaka yaitu kloroform dan etil asetat,
keduanya memiliki kepolaran yang berbeda, dimana kloroform merupakan pelarut
non polar dan etil asetat adalah pelarut semi polar. Jenis alkaloid yang kemungkinan
mampu terlarut dalam pelarut non-polar adalah piperine. Piperine memiliki profil
kelarutan sangat sedikit larut dalam air; larut dalam eter, minyak dan dalam etanol
yang merupakan pelarut non polar (NCBI, 2021). Sehingga kemungkinan jenis
alkaloid yang terkandung di dalam ekstrak Piper nigrum L adalah piperine.
BAB VI
KESIMPULAN

Ekstrak Piper nigrum L positif mengandung alkaloida, dibuktikan dengan reaksi


pengendapan dan kromatografi lapis tipis (KLT). Dengan Hasil dari reaksi pengendapan
menggunakan pereaksi mayer adalah endapan berwarna putih, sedangkan dengan pereaksi
wagner adalah endapan berwarna cokelat. Nilai Rf yang di hasilkan adalah 0,79 dan 0,81.
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, M. (2019) ‘UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BUAH LADA


HITAM (Piper nigrum) TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi SECARA
IN VITRO’.

Andika, C. C. (2018) ‘Pengamatan temperatur dan jumlah neutrofil tikus putih setelah
pemberian patch ekstrak etanol Piper nigrum L. dengan peningkat penetrasi isopropil
miristat’.

Dwitya, M. (2015) Pengembangan Metode Analisis Senyawa Marker Spesifik Piper


Retrofractum Vahl Dan Piper Nigrum L. Dalam Campuran Menggunakan Klt-
Densitometri Dan. Available at: http://repository.unair.ac.id/10930/ (Accessed: 2
April 2021).

Oleh, D. (2016) MODUL SAINTIFIKASI JAMU. Available at:


https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77274/Modul SJ Keamanan
Jamu_Indah Yulia Ningsih.pdf?sequence=1 (Accessed: 2 April 2021).

Putri, A. M. and Maharani, A. (2014) ‘Uji Aktivitas Antibakteri Dan Isolasi Alkaloid Dalam
Daun Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.)’.

Ratnasari, D. (2016) BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Lada Hitam dan Pinang 1.1.1.
Klasifikasi Lada Hitam dan Pinang. Available at:
http://repository.unisba.ac.id/handle/123456789/3035 (Accessed: 2 April 2021).

Matsuura, H. N., & Fett-Neto, A. G. (2015). Plant Alkaloids: Main Features, Toxicity, and
Mechanisms of Action. Plant Toxins, 1–15.
Kukula-Koch, W. A., & Widelski, J. (2017). Alkaloids. In Pharmacognosy (p. 163-
198). Academic Press.
Putri, A. M., & Maharani, A. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Dan Isolasi Alkaloid Dalam
Daun Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.).
http://repository.unisba.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/4284
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis.

Anda mungkin juga menyukai