Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK

Keparawatan Gawat Darurat II


(Emergency Nursing II)

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DAN PENATALAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN ASIDOSIS
RESPIRATORIY

Dosen Pengampu

Ns. Lukmanulhakim, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

Ahmad Harun Nur


1018031005
Almi Albiyana Mawaddah 1019031008
Elisya Eka Rohmawati 1018031034
Ferdy Yusuf 1018031040
Mariska Dewi Afiyanti 1018031070
Nanda Putri Duiyanti 1018031086
Nurul Arifin 1018031089
Risha Agnesya 1018031101
Rima Melinda Putri 1018031098
Wiwin Nur Indah Sari 1018031131
Yudi Ismail 1018031134

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DAN PENATALAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN ASFIKSIA ”. Adapun
maksud dan tujuan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen pengajar juga untuk memperluas pengetahuan dan menambah
wawasan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis dapat sekali menemukan
hambatan dan kesulitan, namun berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak,
maka hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Pada kesempatan ini kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca. Kritik dan saran penulis harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Serang, 04 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
a) Definisi Asfiksia....................................................................................3
b) Etiologi asfiksia.....................................................................................4
c) Klasifikasi Asfiksia................................................................................4
BAB III....................................................................................................................6
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................6
A. Ilustrasi kasus.................................................................................................6
B. Pengkajian.......................................................................................................6
C. Data Penunjang / Diagnostik...........................................................................8
D. Analisa Data....................................................................................................8
E. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul...............................................9
F. Rencana Keperawatan......................................................................................9
G. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait.......................................................11
BAB IV..................................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................12
Kesimpulan........................................................................................................12
Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian yang sering ditemukan


dalam kasus kedokteran forensik di dunia. Menurut data dari Centers for
Disease Control (CDC) tahun 1999-2004 di Amerika Serikat didapatkan
sekitar 20.000 kasus kematian disengaja maupun tidak disengaja.

Di Pakistan, menunjukkan bahwa jumlah total kematian akibat asfiksia


sebanyak 130 kasus kematian dari total 3.265 kasus kematian. Kematian
akibat gantung diri merupakan yang paling banyak terjadi.5 Studi yang
dilakukan di India mendapatkan hasil kematian akibat asfiksia sebanyak 3960
kasus (21,23%) dari total kematian 18.648 pada tahun 2009-2011.

Di Indonesia sendiri kematian akibat asfiksia berada pada urutan ke-3


sesudah kecelakaan lalu lintas (KLL) dan trauma mekanik. Berdasarkan data
yang dilaporkan di Bagian Kedokteran Forensik FK UI RSUP Cipto
Mangunkusumo tahun 1995- 2004, angka bunuh diri di Jakarta mencapai
5,8%. Dari 1.119 korban bunuh diri, 41% di antaranya gantung diri, 23%
bunuh diri dengan minum obat serangga, dan sisanya 356 tewas karena
overdosis obat-obatan terlarang. Kasus bunuh diri tersebut disebabkan karena
masalah psikologis, sosial, dan ekonomi. [ CITATION Rey17 \l 1057 ]

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari asfiksia ?


2. Apa etiologi dari asidosis asfiksia?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari aspfiksia?
4. Bagaimana patofisiologi dari asfiksia?
5. Bagaimna pemeriksaan penunjang dari asfiksi ?
6. Bagaimana penatalaksanan dari asfiksia ?
7. Bagaimana konsep askep dari asfiksia?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan gawat darurat
pada kasus asfiksia
2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui definisi dari asfiksia
2) Untuk mengetahui etiologi asidosis asfiksia
3) Untuk mengetahui patofisiologi dari asfiksia
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari asfiksia
5) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari asfiksia
6) Untuk mengetahui penatalakasanaan asidosis asfiksia
7) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari asfiksia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Anatomi Fisiologi


A. Anatomi Fisiologi
Menurut Mubarak (2015) sistem pernapasan di bagi menjadi dua yaitu:
a. Sistem pernapasan atas. Sistem pernapasan atas terdiri atas mulut, hidung,
faring dan laring.
1) Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi, dan penghangatan.
2) Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
patogen yang masuk bersama udara.
3) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa
disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring juga
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem pernapasan bawah. Sistem pernapasan bawah terdiri dari trakea dan
paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru, dan membran pleura.
1) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin
kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan
dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi atas bronkus – bronkus
yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan
napas tersebut membentuk pohon bronkus.
2) Paru

3
Paru-paru ada dua buah, terletak di sebelah kanan dan kiri, masing –
masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dann
paru kiri dua lobus) dan di pasok oleh satu bronkus. Jaringan paru
sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang,
yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis. 8
Permukaan paru luar dilapisi oleh kantung tertutup bersanding ganda
yang di sebut pleura.

B. Konsep Penyakit
a) Definisi Asfiksia
Asfiksia merupakan keadaan yang terjadi dimana kondisi tubuh
kekurangan oksigen yang disebabkan tergaggunya saluran pernapasan
sehingga terjadinya gangguan aliran udara di dalam alveoli paru dalam
kapiler yang menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi oksigen (O2)
dan karbondioksida (CO2), konsentrasi oksigen menurun dan karbon
dioksida meningkat. Hal ini dapat menimbulkan kematian bila persediaan
oksigen pada jaringan tubuh sangat berkurang sampai di bawah batas
minimun. [ CITATION Pra13 \l 1057 ]

Secara umum, terdapat dua jenis asfiksia yaitu internal dan eksternal.
Asfiksia internal dapat terjadi dikarenakan gangguan ikatan oksigen-
hemoglobin maupun keracunan dikarenakan karbon monoksia atau
sianida. Asfiksia eksternal mengacu terutama pada terganggunya suplai
oksigen dari luar, baik terjadinya obstruksi dikarenakan tekanan dari luar
pada saluran pernapasan maupun kekurangan oksigen di dalam ruangan
yang kecil.

Pada mayoritas kasus, asfiksia dikaitkan dengan sensasi tidak nyaman


yaitu dispnea yang ditandai dengan kesulitan bernapas, takikardia yang
berlangsung sementara, peningkatan pelepasan katekolamin dan perasaan
takut akan kekurangan napas. [ CITATION Rey17 \l 1057 ]

4
b) Etiologi asfiksia
Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia, yang
merupakan kegagalan oksigen mencapai sel-sel tubuh, Berdasarkan
penyebabnya hipoksia terbagi menjadi :

1. Hipoksik-hipoksia
Oksigen tidak dapat masuk aliran darah atau tidak cukup bisa mencapai
aliran darah, misalnya pada tempat yang tinggi dimana kadar oksigen
berkurang
2. Stagnan-hipoksia
Ganggua dari sirkulasi darah, misal adanya embolism udara, trombosis
dan jerat pada pembuluh darah.
3. Anemik-hipoksia
Darah tidak mampu mengangkut oksigen yang cukup. Bisa kareana
volume darah yang berkurang atapun karena kadar hemoglobin yang
rendah.
4. Histotoksik-hipoksia
Sel-sel tidak dapat mempergunakan oksigen dengan baik, hal ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor seperti extra celuler sistim oksigen enzim
terganggu, intra celuler terjadi karena permabilitas sel membran
menurun, metabolit yaitu sisa-sia metabolisme tidak bisa dibuang
missal uremia dan keracunan O2, sbstrat bahan-bahan yang diperlukan
untuk metabolisme kurang. [ CITATION Yud20 \l 1057 ]

c) Klasifikasi Asfiksia
5. Mekanis: hal ini mengganggu kelancaran udara dalam traktus
respiratorius melalui berbagai mekanisme. Terjadi penutupan jalur
udara oleh tekanan eksternal pada leher dalam kasus penggantungan
diri, strangulasi, dan pencekikan. Tekanan eksternal pada dada dapat

5
terjadi pada kasus asfiksia traumatika. Penyumbatan saluran napas
dapat terjadi dikarenakan adanya benda asing pada kasus tersedak
maupun oleh cairan pada kasus penenggelaman.

6. Patologis: terjadi apa bila masuknya oksigen ke dalam paru dihalangi


oleh suatu penyakit saluran pernapasan atas seperti edema laryngeal,
spasme, tumor, dan abses.

7. Toksik atau kimia: terhentinya pergerakan saluran pernapasan


dikarenakan keracunan dengan morfin atau barbiturat. Dapat pula
terjadi dikarenakan terhalangnya penggunaan oksigen oleh darah pada
keracunan sianida.

8. Lingkungan: terjadi apabila berada pada suatu tempat dengan kadar


oksigen yang rendah atau inhalasi karbon monoksida.

9. Traumatik: adanya trauma tumpul pada dada yang terjadi dalam


pneumothorax, hemathorax, atau emboli pulmonal dapat mengganggu
oksigenasi dan ventilasi

10. Postural : dikarenakan posisi tubuh yang menghalangi pertukaran


udara secara adekuat. [ CITATION Rey17 \l 1057 ]

Asifkisa juga di bagi dalam beberapa stadium :

1. Stadium Dispneu
Menurunya kadar O2 serta meningkatnya kadar CO2 di tubuh,
merangsang pusat pernapasan, gerak pernapasan (inspirasi dan
ekspirasi) bertmbah dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan
tambahan. Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut

6
nadi dan tekanan darah meningkat, jika beranjut maka masuk ke
stadium kejang/konvusi
2. Setadium kjang/konvusi
Gerakan klonk yang kuat hampir pada seluruh tubuh, kesadaran hilang
dengan cepat, spingkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urine
dapat keluar secara spontan. Denyut nadi dan tekanan masih tinggi,
sianosis semakin jelas. Bila kekurangan O2 terus berlanjut, maka
penderita akan masuk ke stadium apneu.
3. stadium apneu
kehabisan napas karena depresi pusat pernapasan, apnea atau henti
napas merupakan suatu kondisi berhentinya proses pernapasan dalam
waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau dua menit) tetapi dapat
juga terjadi dalam jangka panjang.
4. Fase Akhir
Terjadi paralisis pusat pemapasan yang lengkap. Pemapasan berhenti
setelah kontraksi otomatis otot pemapasan kecil pada leher. Jantung
masih berdenyut beberapa saat setelah pemapasan berhenti
[ CITATION Yud20 \l 1057 ]

B. Patofisiologi Asfiksia
Primer (akibat langsug dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada
tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan
demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.
Pembahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebnim, serebellum,
dan basal ganglia.
Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial,
sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, pam-pam, hati,
ginjal dan yang lainnya pembahan akibat kekurangan oksigen langsung
atau primer tidak jelas.

7
Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari
tubuh) Jantug berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang
rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup
untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
dengan cepat. Keadaan ini didapati pada:
1. Penutupan mulut dan hidung (pembekapan)
2. Obstruksi jalan napas karena benda asing yang mengalangi jalan napas
dan korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena
cairan menghaiangi udara masuk ke paru-paru.
3. Gangguan gerakan pemafasan karena terhimpit atau berdesakan
(traumatic asphyxia).
4. Penghentian primer dari pemafasan akibat kegagalan pada pusat
pemafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracuna.
[ CITATION Nov14 \l 1057 ]

C. Manifestasi Klinis Asfiksia


1. Stridor
2. denyut nadi cepat (takikardia)
3. Tekanan darah meningkat
4. pembengkakan dan pembengkakan pembuluh darah di kepala dan
leher, kejang.
5. Lemas, kelumpuhan
6. Sulit bicara, penurunan kesadaran
7. Napas menjadi cepat
8. Sesak napas
9. Detak jantung menjadi cepat atau sebaliknya menjadi lamban
10. Kulit, kuku, dan bibir berwarna kebiruan (sianosis) atau justru
berwarna merah seperti ceri
11. Linglung atau bingung
12. Batuk

8
13. koma, bahkan kematian

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes oksimetri, untuk memantau kadar oksigen di dalam darah


2. Tes darah lengkap, untuk melihat tanda-tanda anemia atau infeksi
3. Tes fungsi paru, untuk memeriksa apakah paru berfungsi dengan normal
4. Analisis gas darah, untuk mengevaluasi metabolisme dan pernapasan, serta
kemungkinan adanya keracunan
5. Elektrokardiogram  (EKG), untuk melihat tanda kerusakan jantung atau
detak jantung tidak beraturan
6. Foto Rontgen atau CT scan pada dada, untuk melihat kelainan pada paru-
paru, seperti pneumothorax atau infeksi paru
7. CT scan atau MRI pada kepala, untuk melihat kelainan pada otak, seperti
tumor, stroke, atau perdarahan
8. Echo jantung, untuk memantau struktur dan kondisi jantung, sehingga
kerusakan atau kelainan di jantung atau katup jantung dapat terdeteks.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi / Medis
Pengobatan asfiksia/hipoksia bertujuan untuk mengembalikan pasokan
oksigen ke sel dan jaringan, sehingga organ-organ tubuh dapat bekerja
dengan baik dan tidak terjadi kematian jaringan. Pengobatan hipoksia juga
ditujukan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipoksia antara lain:
a. Oksigen
Pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen di
dalam tubuh pasien. Terapi tambahan oksigen bisa diberikan melalui:

9
a) Masker atau selang hidung (nasal kanul), yang pemilihannya akan
disesuaikan dengan kondisi pasien dan kadar oksigen yang ingin
dicapai
b) Terapi hiperbarik, untuk hipoksia jaringan yang parah atau pasien
yang keracunan karbon monoksida.
c) Alat bantu napas (ventilator), untuk hipoksia yang parah dengan
kesulitan bernapas

b. Obat-obatan
Selain obat, penanganan asfiksia/hipoksia juga dilakukan untuk mengobati
penyebab hipoksia. Beberapa obat-obatan yang mungkin akan diberikan
oleh dokter adalah:
a) Inhaler atau obat asma, untuk mengobati serangan asma
b) Obat golongan kortikosteroid, untuk meredakan peradangan di paru-
paru
c) Antibiotik, untuk mengobati infeksi bakteri
d) Obat antikejang, untuk meredakan kejang

2. Penatalaksanaan Non Farmakologi


1) Airway
Pada pasien asfiksia biasanya di dapati napas mnejadi cepat, sanosis,
dispnea, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernapas,
penurunan kesadaran.
2) Breathing
Biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang dengan
mendengkur, napas bibir, penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi
napas mungkin redup dengan ekspirasi mengi, menyebar, lembut atau
krekels lembab kasar, ronkhi, mengi sepanjang area paru pada
ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan
atau tidak adanya bunyi napas abnormal. Pastikan pernafasan adekuat
dengan : Pemberian oksigen.Terapi oksigen awal: nasal kanula  2-

10
6L/menit atau simple mask 5-10 L/menit; ubah ke masker
dengan reservoir jika target saturasi yang diinginkan tidak dapat dicapai
dengan nasal kanula atau simple mask.
Terapi hiperbarik, untuk hipoksia jaringan yang parah atau pasien yang
keracunan karbon monoksida, Alat bantu napas (ventilator), untuk
hipoksia yang parah dengan kesulitan bernapas.
3) Circulation
Peningkatan tekanan darah, nadi, peningkatan frekuensi jantung, Detak
jantung menjadi cepat atau sebaliknya menjadi lamban, distensi vena
leher, edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung,
bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter
AP dada ).
4) Disability
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari, dispnea saat
istirahat, keletihan, gelisah, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Ilustrasi kasus

B. Pengkajian

1. Biodata Klien
a. Nama :
2. Umur : Pengkajian Primary dan Secondary
1. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda-tanda vital
Nadi : Tekanan Darah :

Respirasi : Suhu :

2. Pengkajian Primer
1) Airway
2) Breathing
3) Circulation
 Nadi :
 Akral :
 Kesadaran:

12
 Data lain yang mendukung:
4) Disability :
5) Eksposure
6) Folley Chateter
7) Gastric Tube
3. Pengkajian Sekunder
1. Tanda – Tanda Vital
Nadi : Tekanan Darah : mmHg

Respirasi : Suhu :

BB: TB
2. Pemeriksaan Fisik head to toe / Fokus

4) Kepala dan leher


- Kepala :
5) Leher : Dada
- Inspeksi :
- Auskultasi :
- Perkusi :
6) Palpasi : Abdomen :
7) Pelvis dan ekstremitas
a) Ekstremitas :

3. Anamnesik K-O-M-P-A-K

KELUHAN : Pasien mengeluh sesak napas


OBAT :-
MAKAN : Gizi kesan kurang baik
PENYAKIT :-
ALERGI :-
KEJADIAN :

13
C. Data Penunjang / Diagnostik

Terapy

D. Analisa Data

DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


KEPERAWATAN

DS :
Bersihan jalan napas tidak
Perokok
efektif
DO :
Reaksi antigen dan
antibody

Subtansi vasoaktif
DS :
(histamine, bradikinin)
Dipsnea
DO:
PPOK

Permeabilitas kapiler
meningkat

Hypertrophy dan
hyperplasia kelenjar
mucus serta metaplasia
sel goblet

Secret terakumulasi pada


jalan nafas

Bersihan jalan nafas

14
tidak efektif

Gangguan pertukaran gas


PPOK

Permeabilitas kapiler

Kotraksi otot polos,


edema mukosa,
hipersekresi

Obstruksi saluran nafas

Hipoventilasi distribusi
ventilasi tidak merata
dengan sirkulasi darah
perlu gangguan difusi gs
dialveoli

Gangguan pertukaran
gas

E. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hipersekresi


jalan napas
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
F. Rencana Keperawatan

Dx. Kep SLKI SIKI Rasional


Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas
tidak efektif keperawatan selama 1 x 24 Observasi

15
bd hipersekresi dd jam, maka diharapkan bersihan - Monitor pola nafas
Pasien mengeluhkan jalan napas meningkat dengan (frekueni kedalaman usaha
sesak nafas berat kriteria hasil : nafas)
sejak 2 hari sebelum • Batuk efektif - Monitor bunyi nafas
masuk rumah sakit, meningkat tambahan (gurgling,
batuk berdahak • Produksi sputum mengi, whezzing, ronchi
kental dan banyak. menurun kering)
Klien mengeluhkan • Mengi menurun - Monitor sputum jumlah
sesak bertambah warna aroma
• Whezzing menuru
saat berjalan/ Terapeutik
• Frekuensi nafas
beraktifias, Sputum - Peretahankan kepatenan
membaik
berlebih, Whezzing Jalan nafas dengan head-
• Pola nafas membaik
dan ronchi, Gelisah, thilt dan chin-lift(jawtrus
Respirasi : 30x jika curiga trauma servikal)
/menit - Posisikan semi fowler
- Berikan minum air hangat
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Lakukan pengisapan lender
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakial
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontra indikasi
Ajarkan tekhnik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
ekspektoran mukolitik

16
Gangguan
pertukaran gas b.d Setelah dilakukan intervensi Dukungan Ventilasi
ketidakseimbangan keperawatan selama 1 jam, Observasi

ventilasi-perfusi d.d maka di harapkan pertukaran - Monitor adanya

dipsneu, AGD: pH gas meningkat dengan kriteria kelelahan otot bantu


hasil : pernafasan
7,24, pCO2 70
• Dipsnea menurun - Monitor stats
mmHg, BE 1 mEq/L
• Bunyi nafas tambahan oksigenasi dan
dan HCO3- 24
menurun respirasi
mEq/L, Suara paru
• Gelisah menurun Terapeutik
ronchi dan wheezing
• Nafas cuping hidung - Pertahankan kepatenan
pada kedua paru,
jalan napas
Ada pernafasan menurun
- Berikan posisi semi
cuping idung, • PCo2 membaik
fowler
Gelisah, Warna kulit • Po2 membaik
- Analisis efek
pucat, Konjungtiva • PHarteri membaik
perubahan posisi pada
anemis, frekuensi • Pola nafas membaik
pernafasan (AGD)
nafas 30 x/mnt, • Warna kulit membaik
- Lakukan auskultasi
nadi 92x/mnt, TD bunyi nafas secara
160/90 mmHg teratur
- Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat, jika perlu.

G. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait

Dibawah ini adalah Evidance based Practice yang ditemukan terkait dalam
menunjang penanganan dan pengelolaan pada kasus luka bakar:

17
No SUB EBP Deskripsi
1 ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN PADA
TN. A.S DENGAN GAMBARAN
EKG T INVERTID V1-V2 PADA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK) DI RUANG
ICCU RSUD Prof. Dr. W.Z.
JOHANNES KUPANG

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

18
Asidosis Respiratorik adalah gangguan asam basah primer berupa
asidosis (penurunan abnormal pH darah) disertai peningkatan PaCO2
arterial dari nilai normal yang diharapkan. Terjadinya pengeluaran CO2
oleh paru-paru yang lebih rendah dari normalnya atau lebih rendah dari
produksinya oleh jaringan tubuh, sehingga terjadi hipoventilasi.
Meningkatnya kadar pCO2 dalam darah disebabkan oleh beberapa
mekanisme yaitu diantaranya: Terdapat kelebihan co2 didalam udara
inspirasi paru-paru (misalnya: pemakaian masker rebreathing).Terjadi
penurunan ventilasi alveolar (disini asidosis respiratorik amat banyak
ditemukan). Terjadinya peningkatan produksi CO2 dijaringan tubuh.

Pada kasus Tn. s 67 tahun, dibawa ke IGD pada tanggal 25


Agustus 2021 pukul 06.00 pagi dengan diagnosis medis PPOK dengan
eksaserbasi karena pneumonia. Saat ini klien masuk RS dengan keluhan
sesak nafas berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak
kental dan banyak. Klien mengeluhkan sesak bertambah saat
berjalan/beraktifitas. Ddidapatkan diqgnosa keperawatan yang mungkin
muncul adalah: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hipersekresi jalan napasdan Gangguan Pertukaran Gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi

Saran

Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan dalam usaha


keperawatan pada pasien gawat darurat dengan luka bakar ini adalah:
c. Untuk perawat
Bagi teman sejawat, diharapkan benar-benar memahami konsep
dasar penyakit pernafasan, karena berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan itulah maka perawat dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang komprehensif.

d. Untuk Pendidikan

19
Untuk institusi diharapkan lebih melengkapi literatur yang
berkaitan dengan masalah ini, sehingga dalam penyusunan
makalah ini lebih mempermudah penulis sehingga makalah yang
dihasilkan lebih bernilai.

DAFTAR PUSTAKA
Bibliography

20
Novita, G. (2014). TANDA KARDINAL ASFIKSIA YANG DITEMUKAN
PADA VISUM ETREPERTUMKASVS GANTUNG DIRI DI
DEPARTEMEN FORENSIK RSUP DR.MUHAMMAD HOESIN
PALEMBANG PADA TAHUN 2011-2012 . Skripsi, 1-56.

Prawesitingtias, E. (2013). Pedoman Diagnosa Dan Tindakan Pemeriksaan


Kasusu Forensik. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Rey, N. E., Mallo, J. F., & Kristanto, E. G. (2017). Gambaran Kasus Kematian
Dengan Asfiksia Di Bagian Kedokteran Forensik Dan Medikolegal RSUP
Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Health Journal, 200-205.

Yudianto, A. (2020). Ilmu Kedokteran Forensik. Surabaya: Scopindo Media


Pustaka.

Mubarak, Wahid Iqbal, Dkk (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1)
)Jakarta: Salemba Medika.

Viswanatha, P. A. (2017). Keseimbangan Asam Basa. 60-71.

Wahyuningsih, H. P. (2017). Anatomi Fisiologi. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia

Kirantoro, H., & Maryana. (2019). ANATOMI FISIOLOGI. Yogyakatra: Penerbit


PUSTAKA BARU PRESS.

Setyohadi, B., Arsana , P. M., Soeroto, A. Y., Suryanto, A., & Abdullah , M.
(2012). EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam Emergency In
Internal Medicine. Jakarta Pusat : Interna Publishing

21

Anda mungkin juga menyukai