Qdoc - Tips - Proyeksi Ekstra Oral
Qdoc - Tips - Proyeksi Ekstra Oral
Disusun Oleh :
Mochammad Aldy Sudarminto 021511133084
Rifda Raysyfa Anindita 021511133085
Sekar Firdhea Rizkifa Soetanto 021511133086
Erika Setyowati 021511133087
Ghina Anjani Faizahrizqitha 021511133088
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1
I.3 Tujuan........................................................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi....................................................................................................................
3
II.1.1 Pengertian
.....................................................................................................................
3
II.1.2 Klasifikasi
.....................................................................................................................
3
II.2 Skull Projection........................................................................................................
4
II.2.1 Cephalometric Projection
.....................................................................................................................
4
II.2.2 Waters Projection
.....................................................................................................................
9
II.2.3 Reverse Town Projection
.....................................................................................................................
11
iii
II.2.4 Submentovertex Projection
.....................................................................................................................
12
II.3 Manibular Lateral Oblique Projection/Eisler.........................................................
14
II.3.1 Mandibular Body Projection
.....................................................................................................................
14
II.3.2 Mandibular Ramus Projection
.....................................................................................................................
16
II.4 Panoramic Radiography..........................................................................................
18
II.5 Temporo Mandibular Joint Radiograph..................................................................
21
II.5.1 Transcranial View
.....................................................................................................................
21
II.5.2 Transpharyngeal View
.....................................................................................................................
22
II.5.3 Transorbital View
.....................................................................................................................
22
II.5.4 Tomography (CT)
.....................................................................................................................
22
BAB III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan............................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari proyeksi ekstra oral.
2. Mengetahui klasifikasi dari proyeksi ekstra oral.
1
3. Mengetahui fungsi dari proyeksi ekstra oral.
4. Memahami teknik-teknik dalam proyeksi ekstra oral.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
II.1.1 Pengertian
Radiografi ekstra oral adalah gambaran yang dihasilkan dari gigi geligi tetapi
fokusnya terletak pada rahang dan tengkorak. Sinar-x pada radiografi ekstraoral
tidak memberikan detail yang baik seperti pada radiografi intraoral. Hal ini
mengakibatkan radiografi ekstraoral tidak digunakan untuk mendeteksi masalah
pada gigi secara individual. Sebaliknya radiografi ekstraoral digunakan untuk
melihat gigi yang impaksi, memantau pertumbuhan dan perkembangan rahang
dan hubungannya dengan gigi, serta mengidentifikasi masalah antara gigi, rahang
dan sendi temporomandibular atau tulang wajah yang lain. (Arfianty, 2014)
Indikasi pembuatan radiograf ini adalah sebagai berikut :
- Kelainan yang mencakup daerah luas, lebih dari 4 gigi di
rahang atas atau bawah.
- Kelainan yang berhubungan dengan struktur anatomi
sekitarnya.
- Evaluasi pertumbuhan skeletal
- Pasien Khusus
- Perawatan Orthodonsia
II.1.2 Klasifikasi
Macam-macam proyeksi radiograf ekstraoral, antara lain :
1. SKULL PROJECTION
a. Cephalometric Projection :
Cephalometric Projection of Posteroanterior of skull/
Posteroanterior Projection
Lateral Cephalaometric of Facial Bones
b. Waters Projection
c. Reverse-Towne Projection
d. Submentovertex Projection
3
2. MANDIBULAR LATERAL OBLIQUE PROJECTION/EISLER
a. Lateral Oblique Projection of Body Mandible
b. Lateral Oblique Projection of Ramus Mandible
3. PANORAMIC RADIOGRAPHY = ROTATIONAL RADIOGRAPHY
4. TEMPORO MANDIBULAR JOINT RADIOGRAPHY
a. Transcranial Projection
b. Transorbital Projection
c. Transpharyngel Projection
d. Tomography
e. Panoramic Radiography
f. Reverse-Towne Projection
4
a) Pola pertumbuhan yang bervariasi
b) Pembentukan standar tengkorak
c) Perdiksi pertumbuhan di masa yang akan datang
2. Untuk mendiagnosa deformitas kraniofasial. Sefalogram membantu
dalam mengidentifikasi, menemukan dan merumuskan sumber dari
masalah, salah satu yang paling penting adalah membedakan antara
malrelasi skeletal dan dental.
3. Untuk membuat rencana perawatan. Sefalogram juga membantu
membedakan kasus yang dapat dirawat dengan piranti ortodonti
maupun yang harus dirawat dengan bedah ortognati.
4. Evaluasi perawatan yang sedang dilakukan.
5. Untuk mempelajari kasus relaps dalam kasus ortodonti. Sefalometri
memudahkan dokter gigi untuk mempelajari dan mengidentifikasi
penyebab relaps dan stabilitas setelah perbaikan maloklusi dilakukan.
6. Untuk menganalisis pertumbuhan atau prediksi pertumbuhan.
7. Sebagai sarana untuk penelitian.
Selain itu sefalometri juga berperan penting dalam hal bedah orthognatik,
yaitu digunakan untuk mengevaluasi pre-operasi dari tulang skeletal dan jaringan
lunak di sekitarnya, rencana perawatan untuk pembeda dengan perawatan
orthodonti, serta digunakan sebagai evaluasi post-operasi.
b. Jenis-Jenis Sefalogram
Sefalogram merupakan alat yang diperlukan untuk melakukan tracing.
Sefalogram dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Lateral Cephalometric of Facial
Bones dan Cephalometric Projection of Posteroanterior of Skull
Lateral Cephalometric of Facial Bones (Lateral Sefalogram)
Lateral sefalogram merupakan bagian dari sefalogram yang menggambarkan
struktur kepala dari sisi lateral yang berguna di bidang orthodontik. Lateral
sefalogram memberikan informasi tentang hubungan vertikal dan sagital kerangka
kraniofasial, profil jaringan lunak, gigi-geligi, faring dan tulang leher (Arfianty,
2014). Proyeksi ini memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk merencanakan
perawatan, mendukung diagnosa dari suatu penyakit, trauma, dan lesi dilihat dari
sisi lateral wajah, serta untuk mengevaluasi hasil perawatan dan titik-titik
referensi struktural pada radiografi ini yang merujuk pada pengukuran jarak dan
angular berguna untuk menaksir pola pertumbuhan (Arfianty, 2014). Proyeksi ini
digunakan untuk indikasi orthodontik, yaitu catatan pre dan post perawatan,
mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan, serta sebagai profil jaringan lunak
wajah. Selain itu lateral sefalogram juga dapat berfungsi untuk indikasi adanya
5
suatu penyakit dan kelainan, seperti adanya neoplasma, osteitis, tumor, sinusitis
sphenoid, serta kelainan rahang.
6
Gambar 2. Pemeriksaan lateral sefalogram
Cephalometric Projection of Posteroanterior of Skull
Sejak munculnya radiografi sefalometri, bidang orthodontik telah
memfokuskan pada sefalogram lateralis sebagai catatan utama untuk melihat
skeletal dan dentoalveolar. Namun, proyeksi sefalometri postero-anterior dan
pemeriksaan lain yang sifatnya relevan merupakan tambahan penting untuk
kualitatif dan evaluasi kuantitatif dari wilayah dentofasial (Kresnananda, 2014).
Postero-Anterior Sefalogram disebut juga proyek Caldwell. Disebut proyeksi
posteroanterior karena arah sinar-x dari posterior secara langsung menuju ke
anterior kepala. Frontal sefalogram menampilkan informasi-informasi yang
berhubungan dengan lebar, simetris, dan proporsi vertikal tengkorak, complex
kraniofasial, dan struktur oral. Sama halnya dengan lateral sefalogram, sefalogram
ini digunakan untuk melihat pola pertumbuhan yang abnormal dan juga trauma
yang ada, evaluasi dari asimetri wajah untuk penilaian pre operasi dan post
operasi ortognatik, pemeriksaan tulang kranium dalam arah medio lateral,
memperlihatkan adanya perubahan progresif pada beberapa struktur tulang di
bagian fasial, serta untuk rencana perawatan dalam ortodonti (Arfianty, 2014).
Posteroanterior sefalogram berguna dalam indikasi adanya kelainan tumor
atau kista, trauma (fraktur), pertumbuhan abnormal (acromegali, hydrocephalus)
dari tulang tengkorak, investigasi sinus frontalis, kalsifikasi intracranium, dan
kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi cranium, seperti paget’s disease of bone,
multiple myeloma, dan hyperparathyroidism
7
Gambar 3. Hasil pemeriksaan posteroanterior sefalogram
Dari hasil pemeriksaan, tampak bahwa:
a) Anterior korpus mandibula, ramus mandibula, processus coronoideus,
condular body, anterior maxilla dan sinus ethmoideus tampak jelas.
b) Condylar head, posterior maxilla, processus zygomaticus, nasal bones,
dan sinus maxilaris tampak tidak jelas.
c) Orbit, nasal cavity dan sinus frontalis sangat tampak jelas.
Teknik pemeriksaan posteroanterior sefalogram adalah sebagai
berikut:
a) Film ditempatkan di depan pasien, tegak lurus terhadap bidang
mediosagittal dan sejajar dengan bidang koronal
b) Pasien ditempatkan sehingga garis canthomeatal membentuk sudut 9
derajat dengan bidang horizontal dan bidang Frankfurt tegak lurus
terhadap film
c) Posisi Central X-Ray Beam tegak lurus terhadap film, diarahkan dari
posterior ke anterior, sejajar dengan bidang mediosagittal pasien, dan
berpusat di batang hidung.
8
Gambar 4. Pemeriksaan posteroanterior sefalogram
9
Dari hasil pemeriksaan, tampak bahwa:
a) Processus coronoideus, orbit, processus zygomaticu, dan sinus
maxillaris sangat tampak jelas.
b) Condylar head, anterior maxilla, posterior maxilla, dan sinus
sphenoid tampak tidak jelas
c) Arcus zygomatic, nasal bones, nasal cavity, sinus frontalis dan sinus
ethmoideus tampak jelas.
Teknik pemeriksaan water’s adalah sebagai berikut:
a) Film ditempatkan didepan pasien
b) Tegak lurus dengan midsagittal plane
c) Kepala pasien dimiringkan ke atas sehingga membentuk sudut 37o
antara garis canthomethal dan film
d) Sinar x-ray tegak lurus terhadap film dan terfokus di daerah sinus
maksilaris
10
Gambar 7. Hasil pemeriksaan reverse towne
Hasil pemeriksaan reverse towne menunjukkan hasil processus coronoideus
dan nasal cavity tampak tidak jelas dibandingkan daerah condylar neck dan
condylar head yang sangat tampak jelas. Teknik pemeriksaan reverse towne
adalah sebagai berikut:
a) Kepala pasien dimiringkan ke bawah sehingga terbentuk sudut 25-30
derajat terhadap horizontal
b) Tubehead diarahkan ke atas dari bawah occippital
c) Mulut pasien dibuka shg terlihat gambaran condylus lebih baik krn
letaknya inferior dari articular eminence
d) Sinar-x tegak lurus terhadap film dan terfokus pada condyles
11
ketebalan (mediolateral) bagian posterior mandibula sebelum osteotomy, serta
adanya fraktur arkus zygomatikus (Ahmad, 2009).
12
Gambar 10. Pemeriksaan submentovertex
13
Gambar 11. Posisi reseptor gambar dan arah central x-ray beam
1.2 Letak Central X-Ray Beam
Central beam diarahkan ke regio molar-premolar, mulai titik yang berada
2 cm di bawah sudut dari sisi mandibula yang berlawanan (Gambar 11). (White
and Pharoah, 2009).
1.3 Hasil Gambar
Sebuah gambar yang jelas dan terlihat gigi geligi , alveolar ridge,dan badan
dari mandibula harus didapatkan dari hasil radiografik ini (Gambar 12). Jika
kepala terlalu dimiringkan berlebih, distorsi yang signifikan dapat terjadi. Jika sisi
yang kontralateral dari mandibula tecetak lebih banyak dari area yang dinginkan
untuk dicetak, berarti kepala kurang dimiringkan(White and Pharoah, 2009).
14
II.3.2 Mandibular Ramus Projection
2.1. Penempatan reseptor gambar dan pasien
Reseptor gambar diletakkan pada ramus mandibula dan cukup jauh secara
posterior agar kondilus dapat terambil dalam gambar. Tepi bawah dari kaset
paralel dan setidaknya 2 cm di bawah tepi inferior dari mandibula. Kepala
dimiringkan ke arah area yang dilakukan pengambilan gambar agar kondilus dari
area tersebut dan sudut yang kontralateral dengan mandibula membentuk garis
horisontal. Mandibula dalam keadaan protusi (White and Pharoah, 2009).
2.2. Posisi Central X-Ray Beam
Central beam diarahkan pada bagian tengah dari ramus, mulai dari 2 cm di
bawah tepi inferior dari sisi mandibula yang berlawanan pada area M1 (White and
Pharoah, 2009). Central Ray disudutkan 25 derajat secara kranial (Gambar 13)
(Singer,2008).
15
Gambar 14. Hasil radiografik teknik mandibular ramus projection
Kriteria Gambaran (Singer, 2008):
• Ramus mandibula
• Kondilus mandibula
• Angulus mandibula
• Ramus mandibula kanan dan kiri tidak overlapping
16
- Dapat memperlihatkan struktur gigi dan jaringan
pendukungnya dalam satu lembar film
- Teknik pembuatan radiograf mudah
- Dosis radiasi lebih rendah dibandingkan menggunakan full
mouth periapical teknik
Prinsip kerja :
Radiografik panoramik merupakan suatu teknik pembuatan rafiograf yang
unik. Hal ini disebabkan fokus proyeksi pada dimensi vertikal tidak sama dengan
fokus proyeksi dalam dimensi horisontal. Fokus proyeksi pada dimensi vertikal
merupakan fokus fungsional sebagai hasil dari proyeksi radiografik konvensional
(Gambar 15). Sedangkan untuk dimensi horisontalnya, fokus proyeksi berupa
pusat rotasi berkas sinar sempit (Gambar 16). Obyek akan diproyeksikan secara
berturut-turut pada film oleh berkas sinar yang berotasi tersebut.
17
Gambar 16. Fokus Proyeksi Dimensi Horisontal
18
Gambar 17. Hasil dari Radiografi Panoramik
Foto ekstra oral sebaiknya diambil sebelum foto intra oral karena bibir dan
pipi pasien akan ditarik dan meregang saat pembuatan foto intra oral. Pada
pembuatan foto ekstra oral posisi pasien perlu diperhatikan. Apabila tinggi pasien
dan operator tidak seimbang, maka diperlukan upaya agar operator dapat
memposisikan tinggi sesuai dengan yang difoto (McKeown et al, 2005).
Untuk mendapatkan hasil fotografi yang baik, mungkin diperlukan pelatihan
dan pengalaman (Ahmad 2009b). Lebih baik klinisi sendiri yang membuat foto,
karena dia lebih tahu apa saja yang perlu dicatat atau apa saja yang menjadi fokus
perhatian.
Tujuan utama fotografi dental adalah dokumentasi. Ini berarti bahwa informasi
maksimum harus dapat dicatat dengan baik (Bengel 1985). Foto dapat
meningkatkan komunikasi dengan pasien, teman sejawat dan laboratorium (Ergin,
2012) serta dapat dipakai sebagai alat pembelajaran (Sandler & Murray, 2010).
Dokumentasi disertai penjelasan yang baik sebaiknya dituliskan dalam
persetujuan tindakan medis (informed consent). Persetujuan tindakan medis dibuat
setelah pasien mendapatkan informasi yang cukup tentang kesepakatan tindakan
medis yang akan dilakukan, sehingga mengurangi resiko tuntutan pasien yang
berhubungan dengan faktor miskomunikasi atara dokter dengan pasien. Surat
persetujuan ini termasuk dalam arsip rekam medis sehingga pencatatan yang baik,
termasuk pembuatan foto ekstra oral yang baik akan meminimalkan
kesalahpahaman antara dokter gigi dan pasien. (Council Of Clinical Affairs, 2005)
19
II.5 TEMPORO MANDIBULAR JOINT RADIOGRAPHY
Sendi temporomandibular atau temporo mandibular joint (TMJ) adalah sendi
yang paling komplek di tubuh manusia dan paling aktif bekerja karena
berhubungan dengan fungsi mastikasi, berbicara, menyedot, menggigit, dan
lainnya. Varietas penyakit yang dapat mempengaruhi TMJ antara lain: Malformasi
congenital dan pertumbuhan dari mandibula dan atau tulang cranial; penyakit
yang didapatkan seperti neoplasia, fraktur, dislokasi, ankylosis, dan dislokasi
disk; penyakit inflamasi yang menghasilkan sinovitis, kondisi pasca perawatan
(American Academy og Orofacial Pain, 1993). Perlu dicatat bahwa kondisi
patologis yang mempengaruhi TMJ sama dengan yang melibatkan sendi lainnya.
Kedua TMJs bagaimanapun, secara fungsional unik karena berperilaku sebagai
satu kesatuan. Diagnosis kondisi ini seringkali tidak bisa dilakukan dengan
pemeriksaan klinis saja. Kemajuan dalam pengelolaan penyakit sendi temporo
mandibular erat kaitannya dengan pemahaman etiologi yang lebih baik mengenai
berbagai kondisi yang mempengaruhi wilayah ini dan juga perbaikan diagnostik.
(Roberts C, 1991; Westesson P,1989; Paesani D, 1992; Larheim TA, 1995)
Ada banyak teknik Radiografi TMJ yaitu
Conventional radiography
Conventional tomography
Computed tomography
Arthrography
Arthro-tomography Arthroscopy
Nuclear medicine
MRI and USG.
II.5.1 Trans-cranial projection
Tampilan Transkranial memberikan proyeksi yang cukup benar melalui sumbu
panjang kondilus (pandangan Sagittal). Sudut vertikal positif 20-25 menunjukkan
fososa glenoid dan batas latero kepala kondom, Bagian tengah dan medial dari
sendi diproyeksikan ke bawah, adalah lazim untuk mengambil pandangan
transkranial baik terbuka maupun posisi mulut tertutup. Ini memberikan hubungan
antara kepala fossa kondilus & glenoid. Pandangan transkranial dapat digunakan
untuk memeriksa sendi untuk fraktur dengan dislokasi yang ditandai dan untuk
20
perubahan rematik yang parah, terutama pada bagian lateral sendi. (Sharon
L.Brooks, 1997)
II.5.2 Trans-pharyngeal projection
Juga disebut teknik parma / teknik Macquins / infra-cranial view. Pandangan
transpharyngeal memberikan pandangan saggital pada kutub medial kondilus.
Pada tampilan transfaringeal sinar X-ray diproyeksikan ke TMJ melalui cekungan
sigmoid yang berlawanan, pada sudut kira-kira 5 derajat dari bawah dan 7 sampai
8 derajat dari anterior. Mulut harus dibuka untuk menghindari superimposisi
struktur tetangga (Berret A,1973).
Pandangan ini efektif untuk menunjukkan perubahan kondilus yang rusak,
namun kurang bermanfaat untuk perubahan produktif, mungkin juga bernilai
untuk diagnosis fraktur leher condylar, namun informasi tentang komponen
temporal sendi tidak tersedia.
II.5.3 Trans-orbital projection
Disebut juga proyeksi Zimmer / Trans Maxillary adalah jenis radiograf
frontal yang menunjukkan aspek medial dan lateral kondilus dan permukaan
artikulasi kondilus. Proyeksi posterior anterior yang dimodifikasi ini mengarahkan
berkas kira-kira tegak lurus terhadap poros panjang kondilus. Rahang bawah
harus menonjol untuk menghindari superimposisi kondilus ke dasar tengkorak dan
membiarkan sinar-x bersinggungan dengan permukaan inferior dari keunggulan.
Permukaan yang superior dari kondilus (Sharon L.Brooks, 1997)
Hal ini memungkinkan evaluasi tiga dimensi sendi untuk fraktur yang lebih
jelas, neoplasma, anomali dan penyakit sendi degeneratif yang parah.
II.5.4 Tomography (CT)
Dalam studi film polos, ada superimposisi dari struktur yang berbeda; untuk
menghindari hal itu, beberapa teknik radiografi ini telah dikembangkan dengan
tujuan untuk menunjukkan area tubuh individu yang berbeda dari struktur anatomi
sekitarnya (Del Balso A M,1990) Metode tomografi yang biasa digunakan dalam
kedokteran gigi dapat dibagi menjadi tomografi konvensional dan computed
tomography. Teknik tomografi konvensional terdiri dari komponen umum seperti
tabung sinar-x, film x-ray, dan bar penghubung ridge, yang berputar di sekitar
21
titik tumpu tetap. Jenis gerak tabung mempengaruhi apakah suatu teknik disebut
linier.
Salah satu aplikasi utama untuk tomografi konvensional dalam kedokteran
gigi adalah proyeksi diagnostik kompleks temporomandibular joint (TMJ). Studi
tomografi di bidang lateral dan koronal menunjukkan komponen sendi osseous,
memberikan penilaian posisi condylar yang lebih akurat di dalam fosa daripada
pandangan transkranial (Knoemschild KL, 1991; Pullinger A, 1985’ Eckerdal O,
1986). Kelemahan utama tomografi adalah kurangnya visualisasi jaringan lunak
sendi seperti halnya radiografi film biasa.
Kebanyakan studi tomografi konvensional TMJ meliputi proyeksi lateral
pada posisi dekat dan terbuka, sehingga TMJ tegak lurus terhadap film selama
pemotongan tomografi lateral dan sejajar dengan tomogram frontal atau coronal.
Gambar tomografi koroner yang terkoreksi memberikan informasi tambahan
tentang kepala condylar dan fossa glenoid (Curry TS, 1990)
a. Computed Tomography (CT)
Computed Tomography: Computed tomography (CT) adalah teknik
radiografi yang memadukan konsep radiografi layer tipis (tomografi) dengan
sintesis gambar komputer (computed) dan dilihat dalam berbagai kondisi yang
menyoroti jaringan keras atau lunak. CT memecahkan masalah superimposisi
dengan membiarkan klinisi melihat serangkaian bagian tipis, tebal 1,5 sampai 10
mm tergantung pada daerah anatomis, sepenuhnya melalui area yang diminati.
Setiap lapisan dapat divisualisasikan tanpa terhalang oleh fitur anatomis lainnya
biasanya, semua lapisan dilihat secara berurutan sehingga klinisi dapat
menentukan patologi patologis secara keseluruhan (Preda L, 1997).
CT scan dapat membedakan antara kepadatan jaringan yang berbeda dari 1%
sampai 2% dimana paling sedikit 10% dibutuhkan untuk film pesawat untuk
membantu diagnosis dini. Gambar bisa diformat ulang ke rencana lain tanpa perlu
pemindaian lagi. Beberapa pemindai CT dapat memotret mandibula dan rahang
atas pada satu pemindaian. Hal ini juga memungkinkan untuk meningkatkan citra
yang diperoleh yang membuat interpretasi menjadi lebih mudah dan akurat.
Dengan bantuan CT, gambar aksial atau cross-sectional dibuat secara rutin, juga
dapat memberikan citra rekonstruksi tiga dimensi dari data asli. Pemeriksaan CT
22
cocok untuk diagnosis kelainan tulang termasuk fraktur, dislokasi, arthritides,
ankylosis dan neoplasia.
b. Cone Beam Computed Tomography
Peran Computed Beam Cone Tomography (CBCT), untuk tugas osseus
diagnostik dental dan maxilla facial telah berkembang pesat sebagai alternatif CT
konvensional untuk penilaian sendi temporomandibular, CBCT menghasilkan
gambar berkualitas seperti CT, namun Dibuat dengan peralatan dan komponen
yang lebih murah, waktu pemeriksaan pasien lebih pendek, dan dosis radiasi jauh
lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk CT konvensional (Cohnen M, 2002’
Danforth RA, 2003; Hashimoto K, 2003; Schulze D, 2004; Tasaki MM,1993).
Pengenalan teknologi CBCT yang dirancang khusus untuk penggunaan di
bidang kedokteran gigi telah membuka peluang baru dalam pencitraan TMJ.
CBCT telah diakui sebagai metode yang andal untuk pemeriksaan komponen
osseus TMJ (Arai Y, 1999; Farrar WB, 1979). CBCT menyediakan gambar yang
dapat direkonstruksi di bidang sejajar atau tegak lurus terhadap poros panjang
condyle, bukan bidang koronal anatomis sejati dan Sagital. Hal ini menghasilkan
gambar berkualitas tinggi dari komponen tulang di semua bidang. Karena pasien
diposisikan dalam posisi kepala yang relatif alami, hubungan posisi TMJ dapat
dievaluasi lebih akurat daripada pemeriksaan CT di mana pasien terlentang.
23
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Radiografi ekstra oral adalah gambaran yang dihasilkan dari gigi geligi tetapi
fokusnya terletak pada rahang dan tengkorak yang digunakan untuk melihat gigi
yang impaksi, memantau pertumbuhan dan perkembangan rahang dan
hubungannya dengan gigi, serta mengidentifikasi masalah antara gigi, rahang dan
sendi temporomandibular atau tulang wajah yang lain. Radiografi ekstra oral
dibagi menjadi 4, yaitu Skull Projection, Mandibular Lateral Oblique
Projection/Eisler, Panoramic Radiography, dan Temporo Mandibular Joint
Radiography.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Farrar WB, McCarty WL Jr. Inferior joint space Arthrography and characteristics
of condylar paths in internal derangements of the TMJ. J Pratet Dent
41:548-55,1979.
Hashimoto K, Arai Y, et al, A comparison of a new limited cone beam computed
tomography machine for dental use with a multidetector row helical CT
machine. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radio( Endod 95(3):371-7,
2003. Schulze D, Heiland M, et al, Radiation exposure during midfacial
imaging using 4- and 16-slice computed tomography, cone beam computed
tomography systems and conventional radiography. Dentomaxillofac
Radiol 33(2):83-6, 2004
Knoemschild KL, Aquilino SA, Ruprecht A. Transcranial radiography and linear
tomography: a comparative study. J Proaet Dent 66:239-50,1991.
Kresnananda, IB. Posisi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan foto
periapikal teknik tube shift pada RSGM FKG Universitas Mahasaraswati.
Denpasar. 2014. 10-11.
Laheim TA. Current trends in temporomandibular joint imaging. Oral Surg Med
Oral Path01 Oral Radio1 Endod 80:555-76,1995.
McKeown, H.F., Murray, A.M., Sandler, P.J. (2005). How to Avoid Common
Errors in
Paesani D, Westesson P-L, Hatala MP, Tallents RH, Brooks SL. Accuracy of
clinical diagnosis for TMJ internal derangement and arthrosis. Oral Surg
Oral Med Oral Path01 73:360-3,1992.
Preda L, Di Maggio EM, et al, Use of spiral computed tomography for
multiplanar dental reconstruction. Dentomaxillofac Radiol 26(6):327-
31,1997.
Pullinger A, Hollender L. Assessment of mandibular condyle position: a
comparison of transcranial radiographs and linear tomograms. Oral Surg
Oral Med Oral Path01 60:329-34,1985.
Roberts C, Katzberg RW, Tallents RH, Espeland MA, Handelman SL. The
Clinical Predictability Of Internal Derangements Of The Temporo
Mandibular Joint. Oral Surg Oral Med Oral Path01 71:412-4,1991.
26
Sandler, J., Murray, A. (2010). Clinical Photography in an Orthodontic Practice
Environment Part 1. Ortho Update, 3, 70-75.
Singer, Steven. 2008. Extraoral Radiology. Columbia:Repository of Columbia
University.
Tasaki MM Westesson PL, Temporomandibutar joint: diagnostic accuracy with
sagittal and corona( MR imaging. Radiology 186(3):723.9,1993.
Westesson P-L, Eriksson L, Kurita K. Reliability Of A Negative Clinical Temporo
Mandibular Joint Examination: Prevalence Of Disk Displacement In
Asymptomatic Temporo Mandibular Joints. Oral Surg Oral Med Oral
Path01 68:551-4,1989.
White, S.C. and Pharoah, M.J. 2009. Oral Radiology: Principles and
Interpretation 6th ed. St. Louis: Elsevier. Andy,C. 2011. Mandible Oblique.
Australia: Wiki Radiography.
Williamson EH, Wilson CW. Use of submental-vertex analysis for producing
quality temporomandibular joint laminagraphs. Am J Orthod 70:200-
7,1976.
27