Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN REPRODUKSI AIK

DibuatOleh:

Helison : 21117059

Hesti Yuniarti : 21117064

Indah Ayu Hoca : 21117068

Larisa : 21117073

Pariska Rahma Dia : 21117093

KELAS PSIK 3B

Dosen Pembimbing : M Sulaiman, S.Pd.I., M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PROGRAMSTUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019-2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kelancaran dalam
menyusun makalah ini sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis
ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Penulis mengakui penulis bahwa adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah selesaikan. Tidak semua hal dapat penulis
deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Penulis melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Di mana penulis juga memiliki keterbatasan
kemampuan.
Maka dari itu penulis bersedia menerima kritik dan saran. Penulis akan menerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis penulis di
masa mendatang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan
dengan hasil yang lebih baik.

Palembang 13 oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
PEMBAHASAN 3
A.Pengertian Reproduksi 3
B.Ayat-ayat dan Hadits Mengenai Reproduksi 3
C.Pengetian Kontrasepsi 8
D.Jenis Kontrasepsi 8
E.Hukum Kontrasepsi dalam Islam 9
F. Adab Al Firasy (Etika Ranjang) 11
G. Pemaksaan Seksual dalam Keluarga 13
Kesimpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
PEMBAHASAN

A. Pengertian Reproduksi

Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi.
Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk
kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh
pendahulunya.
Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual adalah reproduksi dengan penggabungan sel kelamin jantan dan betina.
Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme
yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual Pembahasan reproduksi dalam ilmu
kedokteran cukup luas, pembahasan tersebut antara lain mencakup anatomi fisiologi, proses
pembuahan dan perkembangan janin, hormon-hormon yang berkaitan dan lain-lain.
Proses reproduksi manusia erat kaitannya dengan proses kejadian manusia itu sendiri
sebagai keturunan atau generasi selanjutnya. Dalam al-Quran dan hadis telah disebutkan hal-hal
yang berhubungan dengan reproduksi. Pada dasarnya manusia adalah makhluk biologis sehingga
kecenderungan untuk bereproduksi tidak dapat dipungkiri karena hal tersebut telah diberikan
Allah kepada manusia.
Berbicara mengenai reproduksi tentu tidak dapat dihindari adanya keterlibatan antara
dua jenis kelamin yang berbeda atau antara suami dan istri. Dalam hal reproduksi masing-masing
orang harus mengetahui cara dan ketentuannya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat,
karena jika seseorang mengabaikan hal tersebut maka akan mendatangkan mudharat bagi dirinya
sendiri.

B. Ayat-ayat dan Hadits Mengenai Reproduksi

 Ayat-ayat Mengenai Reproduksi


Reproduksi  disebutkan  dalam beberapa puluh ayat, namun ayat yang berkaitan dengan
reproduksi tidak berurutan dengan  jelas,  tetapi  dengan   beberapa   penjelasan mengenai   soal-
soal  khusus.
Surat Al-Infitar (82) ayat 6 dan 7.
Artinya:  " Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.”

Surat Nuh (71) ayat 1 3 dan 14


Artinya:  "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."
 
Di samping ayat-ayat tersebut di atas, dalam Al-Qur’an juga menjelaskan mengenai
reproduksi, yang dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
1.      Pembuahan (fecondation) terjadi karena kadar yang sangat sedikit daripada cair
2.      Watak dan zat cair yang membuahi
3.      Menetapnya telor yang sudah dibuahi
4.      Perkembangan embrio
 
Penjelasan dari hal tersebut, yaitu:
1. Pembuahan Terjadi Karena Kadar Yang Sangat Sedikit Dari Pada Cair
Qur-an menyebutkan soal  ini  sebelas  kali  dengan  memakai kata-kata yang
kita dapatkan dalam surat An-Nahl (16) ayat 4.
Artinya:     "Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah
                    yang nyata."

Surat Al-Qiyamah (75) ayat 37.


Artinya:     "Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan?"

Kita harus menterjemahkan kata  bahasa  Arab  Nutfah  dengan kata  "setetes 
sperma,"  Perlu diterangkan  bahwa  "Nutfah" berasal  dan akar kata yang berarti:
mengalir; kata tersebut dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam  wadah,
sesudah  wadah  itu  dikosongkan.  Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil, dan  di  sini 
berarti  setetes  air  sperma, karena  dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah
setetes sperma. Dalam bahasa Arab Mani juga berarti Sperma.
Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setetes air itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar)
yang berarti alat kelamin.
Surat Al-Mu’minun (23) ayat 13.
Artinya:           "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
                          tempat yang kokoh (rahim)."

Kata  tersebut menunjukkan  tempat  yang  terhormat,  tinggi   dan   kokoh yaitu
rahim. Bagaimanapun,  maksudnya  adalah  tempat membesarnya manusia dalam
organisme ibu. Tetapi yang lebih penting  ialah  bahwa ide  tentang  setitik  cair yang
diperlukan untuk pembuahan, sesuai tepat dengan Sains yang kita ketahui sekarang.

2. Watak Zat Cair Yang Membuahi

Qur-an menyebutkan cair yang memungkinkan  pembuahan  dengan sifat-sifat


yang perlu kita selidiki.
1) Sperma, seperti yang baru saja kita terangkan (surat Al-Qiyamah/75
ayat 37).
2)     Cairan terpancar, (Q.S At-Tariq/86 ayat 6).
Artinya:     "Ia diciptakan dari air yang terpancar."
3) Cairan yang hina (surat Al-Mursalat/77 ayat 20).
Artinya:     "Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina."
Sifat "hina" (mahin) dapat diartikan, bukannya sifatnya cairan itu sendiri,
akan tetapi karena hubungannya dengan fakta bahwa cairan itu
dikeluarkan dari tempat keluarnya air kencing dan memakai saluran yang
dilewati air kencing.
4) Campuran atau dicampur (Surat Al-Insan/76 ayat 2)
Artinya:     "Sesunggahnya Kami telah menciptakan manusia dan setetes
mani yang bercampur..."

Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah mengira bahwa campuran itu  adalah 
campuran  unsur  lelaki.  Begitu juga ahli-ahli tafsir kuno  yang  tidak  memiliki  ide 
sedikitpun  tentang fisiologi   pembuahan,   khususnya  kondisi-kondisi  biologi wanita-
wanita. Mereka  itu  mengira  bahwa  kata  "campuran" hanya menunjukkan bertemunya
unsur lelaki dan wanita.
Tetapi  ahli  tafsir  modern  seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan oleh
Majlis Tertinggi Soal-soal Islam  di  Cairo mengoreksi  cara para ahli tafsir kuno dan
menerangkan bahwa setetes  sperma  mengandung  banyak  unsur-unsur.
Al-Qur-an juga berbicara tentang cairan yang membuahi dan yang terdiri dari
bermacam-macam unsur, ia  memberi  tahu  kepada  kita  bahwa terjadinya   manusia  
adalah   karena  sesuatu  yang  dapat dikeluarkan dari cairan tersebut. Ini adalah arti  surat
As-Sajadah (32) ayat 8.
Artinya:     "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina
                    (air mani)."

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan  di  sini  sebagai  sari (Quint  essence) 
berarti  suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan lain dan  merupakan  bagian 
yang  terbaik daripada  bahan  itu.  Bagaimanapun  cara menterjemahkannya, maksudnya
adalah satu bagian daripada suatu keseluruhan.
Yang   menyebabkan   pembuahan   telur   atau   memungkinkan reproduksi 
adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000 (sepersepuluh ribu) milimeter. Satu
daripada  beberapa  juta sel yang dikeluarkan oleh manusia dalam keadaan normal dapat
masuk dalam telor wanita (ovule). Sejumlah yang sangat besar tetap dijalan dan tidak
sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke telor  (ovule)  di  dalam 
rendahan rahim  (uterus  dan trompe). Dengan begitu maka hanya bagian sangat kecil 
daripada  cairan  yang  menunjukkan  aktivitas sangat komplit.
3. Nidasi Sel Telur di Dalam Rahim

Telur yang sudah dibuahkan dalam Tuba fallopi turun bersarang di dalam
Rahim  (uterus).  Inilah  yang dinamakan "bersarangnya telur."
Qur-an menamakan uterus tempat  telur dibuahkan  itu  Rahim.
Surat Al-Hajj (22) ayat 5.
Artinya:           "…Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai
                          waktu yang sudah ditentukan..."

Menetapnya  telur  dalam  rahim  terjadi  karena   tumbuhnya (villis) yakni 


perpanjangan  telur yang akan mengisap dari dinding  rahim,  zat  yang  perlu  bagi 
membesarnya  telur, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan
semacam ini  mengokohkan  telor  dalam  Rahim.  Pengetahuan tentang hal ini baru
diperoleh manusia pada zaman modern.
Pelekatan  ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali.
Mula-mula dua ayat pertama yaitu surat Al-Alaq (96) ayat 2.
Artinya:           "Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat."

"Sesuatu yang melekat" adalah terjemahan kata  bahasa  Arab: 'alaq.   Ini  adalah  arti 
yang  pokok. Arti  lain  adalah "gumpalan darah" yang  sering  disebutkan  dalam 
terjemahan Qur-an. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi.
Manusia tidak pernah melewati tahap  "gumpalan  darah."  Ada lagi terjemahan 'alaq
dengan "lekatan" (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok 
yakni  "sesuatu yang melekat" sesuai sekali dengan penemuan Sains modern.
Ide  tentang  "sesuatu yang melekat" disebutkan dalam 4 ayat lain yang membicarakan 
transformasi  urut-urutan  semenjak tahap "setetes sperma" sampai sempurna.

Surat Al-Hajj (22) ayat 5 .


Artinya:           "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dan
                           kabur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah menjadikan kamu

C. Pengetian Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah pencegahan kehamilan dengan mencegah terjadinya konsepsi.
Terdapat berbagai cara kontrasepsi, antara lain kontrasepsi suntikan, kontrasepsi
oral, kontrasepsi intravaginal, kondom, dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
atau intrauterine device (I.U.D), operasi tubektomi atau vasektomi) atau cara
konvensional
D. Jenis Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Hormonal Oral
Kontrasepsi ini mengandung estrogen atau progestin atau gabungan estrogen dan
progestin.Kontrasepsi hormonal oral dewasa ini banyak tersedia untuk penggunaan
klinik
2. Kontrasepsi Hormonal Jangka Panjang
Suntikan KB. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi duamacam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan
kombinasi
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intra Uterine Device (IUD) Alat ini terdiri
dari plastik dan tembaga kecil yang dimasukkan ke dalam Rahim. Alat ini akan
menghentikan proses pembuahan sel telur di Rahim.
4. Metode Kontap (Kontrasepsi Mantap)
1) Metode Operasi Wanita (Tubektomi) Tuba falopi adalah struktur
berbentuk pipa yang menjadi jalur perjalanan telur setelah dilepaskan
dari indung telur (ovarium).
2) Metode Operasi Pria (Vasektomi) Vasektomi adalah prosedur bedah
sederhana yang menutup tabung penyalur sperma (vas deferens) yang
terletak di skrotum sehingga sperma tidak bercampur dengan cairan
mani (semen) yang diejakulasi

E. Hukum Kontrasepsi dalam Islam


Sebelum munculnya alat kontrasepsi di masa Rasulullah saw telah terjadi suatu
tindakan menghindari kehamilan dengan cara alami yang dilakukan para sahabat dan
biasa disebut ‘azl sebagaimana disebutkan dalam hadis, Rasulullah saw bersabda:
Dari Jabir berkata: ”Kami melakukan ‘azl di masa Nabi saw sedang Al-Qur’an
turun. (HR Bukhari dan Muslim). Dari Jabir berkata: ”Kami melakukan ’azl di masa
Rasulullah saw, dan Rasul mendengarnya tetapi tidak melarangnya” (HR muslim).
Sesuai dengan hadis ini maka tindakan menghindari kehamilan hukumnya boleh
sesuai dengan analogi hukum ‘azl. Tindakan seperti itu misalnya menggunakan sistem
kalender sehingga tidak terjadi pembuahan saat berhubungan suami-istri, menggunakan
kondom dan lain-lain. Menggunakan alat-alat kontrasepsi lain jika menurut medis tidak
membahayakan, baik fisik maupun kejiwaan maka dibolehkan. Adapun menggunakan
alat-alat kontrasepsi atau sarana lain yang mengakibatkan alat-alat reproduksi tidak
berfungsi dan mengakibatkan tidak dapat menghasilkan keturunan, baik pada pria
maupun wanita, dengan persetujuan ataupun tidak, dengan motivasi agama atau lainnya,
maka hukumnya haram, dan para ulama sepakat mengharamkannya. Contoh yang
diharamkan adalah fasektomi (pemutusan saluran sperma) dan tubektomi (pemutusan
saluran telur).
Allah SWT berfirman: Terjemahan: Yang dila'nati Allah dan syaitan itu
mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian
yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan
akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan
akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya".
Barang siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Pada tiap-tiap manusia ada persediaan
untuk baik dan ada persediaan untuk jahat, syaitan akan mempergunakan persediaan
untuk jahat untuk mencelakakan manusia. Menurut kepercayaan Arab jahiliyah,
binatang-binatang yang akan dipersembahkan kepada patung-patung berhala, haruslah
dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti ini tidak boleh dikendarai
dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja. Meubah ciptaan Allah dapat
berarti, mengubah yang diciptakan Allah seperti mengebiri binatang. ada yang
mengartikannya dengan meubah agama Allah.(QS an-Nisaa 118-119). Merubah ciptaan
Allah yang dilarang di antaranya merubah sesuatu dari anggota badannya atau mematikan
fungsinya dari fitrah dan penciptaan yang asli. Syari’ah Islam tidak melarang seseorang
untuk melakukan KB jika dilakukan berdasarkan motivasi-motivasi pribadi dengan
syarat-syarat yang sesuai syar’i, seperti: daf’ul haraj (menolak kesempitan), ad-dharar
yuzaal (bahaya harus di hilangkan). Sebagaimana ciri khas ajaran Islam dalam al-
Qur’an surah al-Hajj:
Terjemahannya: Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan”.(Q.S. al-Hajj: 78)
Anjuran Rasulullah saw untuk memperbanyak keturunan tidak berarti agar
keluarga muslim mendapatkan anak setiap tahun. Karena kalau kita konsekwen terhadap
pengajaran Islam maka minimal seorang muslim mendapatkan anak setiap tiga tahun,
karena setiap bayi yang melahirkan ada hak untuk menyusui dua tahun. Dan begitu juga
seorang ibu punya hak untuk istirahat. Jika dipahami secara baik, maka Islam
mengajarkan perencanaan yang matang dalam mengelola keluarga dan mengaturnya
dengan baik. Dalam konteks inilah KB dibolehkan. Sedangkan upaya pembatasan
keturunan secara masal dalam skala sebuah umat, maka hal tersebut diharamkan,
diharamkan untuk mempromosikannya, apalagi memaksanya dan diharamkan
menerimanya.

F. Adab Al Firasy (Etika Ranjang)


1. Penalaran Ulama Hadits tentang AlWalad Li Al-Firasy
1) Asbab Wurud al-Hadits Dalam kajian asbab al wurud ini difokuskan pada dua
peristiwa, yaitu peristiwa fath Makkah yang menyangkut kasus Zam’ah dan
‘Utbah ibnu Abi Waqqas di mana dalam matan hadits terdapat perintah hijab dan
peristiwa haji wada’ dalam matan hadits terdapat ketetapan bahwa anak tidak
dapat diakui selain ayah atau sayyid (tuan seorang hamba).
a) Peristiwa Fath Makkah
Bentuk penetapan nasab anak pada masa Jahiliyah jika dikaitkan dengan peristiwa
‘Abd ibnu Zam’ah dan Sa’ad ibnu Abi Waqqas- agar anak yang lahir
dinisbahkan kepada saudaranya’ Utbah ibnu Abi Waqqas atas pertimbangan
adanya keserupaan di antara mereka adalah sesuai dengan bentuk penetapan
nasab anak dalam nikah baqhayah pada zaman Jahiliyah. Satu hal yang perlu
dilihat, pendapat al-Qurtubi yang mengatakan bahwa Abd ibnu Zam’ah telah
mendengar syara’ menegaskan al-walad li al-firasy,29 alZarqani dalam kitab
Syara al-Muwatta’ menyebutkan bahwa ‘Abd ibnu Zam’ah masuk Islam pada
hari fath Makkah.30 Ibnu Hajaral-Aqalani dalam kitabnya Fath al-Bari
mengatakan: Pendapat al-Qurtubi mengenai ‘Abd ibnu Zam’ah telah
mendengarkan syara’ menegaskan al-walad li al-firasy, perlu ditinjau
kembali, karena pada saat Abd Allah ibnu Zam’ah berada di Makkah sebelum
fath al-Makkah ia belum Islam tentunya untuk mendengar ketentuan syara’
masih jauh. Di samping itu, Saad ibnu Abi Waqqas yang termaksud al-
sabiquna al-awwalun tidak mendengar ketentuan tersebut dari Rasulullah,
mulai dari masa Islam sampai masa penaklukan Makkah sekitar 20 tahun.
Oleh Karenr itu dapat dikatakan bahwa syara’ mengeluarkan ketentuan
tersebut pada tahun penaklukan Makkah. Telah nyata bagi saya, ketentuan
syara ‘mengenai penetapan nasab anak diketahui dari penjelasan Nabi
terhadap kisah “al-walad li al-firasy”. Seandainya Sa’ad mengetahui
sebelumnya,maka dia akan mengambil keputusan berdasarkan ketentuan
Islam. Melihat secara keseluruhan dari kisah Sa’ad dan Utbah maka dapat
dikatakan bahwa keputusan keduanya dalam menetapkan nasab anak
berpegang pada qaedah “al-bara’ah al-ashliyah”
Berdasarkan kenyataan ini, dapat dikatakan hadits al-walad li al-firasy yang
diucapkan Rasulullah pada masa fath almakkah merupakan peristiwa awal
ditetapkannya nasab anak berdasarkan syarah dan menghapus penetapan
nasab anak pada masa jahiliyah.
b) Peristiwa Haji Wada
Latar belakang lahirnya hadits ini diturunkan oleh al-Turmudhi, ibnu Majah dan
Ahmad ibnu Hanbal dari Abi Umamah al-Bahli berkata: saya mendengar
Rasulullah saw berkata: disampaikan dalam khutbahnya pada masa haji
wada’32 “sesungguhnya Allah swt berfirman berikanlah haknya kepada
setiap orang, tidak ada wasiat bagi ahli waris dan anak adalah pemilik firasy
sedangkan pezina adalah hajar. Barang siapa yang menisbahkan seorang anak
kepada selain ayahnya atau selain mawalinya maka baginya laknat Allah
sampai hari kiamat dan janganlah seorang istri mengeluarkan nafkah dari
suaminya tanpa seizin suami.33 Hadits yang diucapkan Nabi pada haji wada’,
tidak terdapat peristiwa yang melatar belakangi di keluarkannya hadits, tapi
hanya berupa penegasan kembali terhadap ucapan Nabi sebelumnya
mengenai hadits al-walad li al-firasy wa li al-ahir al-hajar, maka seorang
suami mempunyai hak untuk dinisbahkan kepadanya nasab atas anak yang
lahir dari rahim istrinya (jika anak itu tidak dinafikan oleh suami)
Berdasarkan kenyataan ini yang dapat dikatakan bahwa hadits yang
diucapkan Nabi pada haji wada’ termaksud hadits al-walad li al-firasy yang
diucapkan di akhir masa kerasulan Muhammad

Hadits Terkait:
‫د بن‬PP‫رة وزي‬PP‫ة عن اىب هري‬PP‫د عتب‬PP‫ل بن عب‬PP‫ اهل‬P‫د‬P‫حدثنا عبد اهلل بن مسلمه عن مالك عن ابن شهاب عن عبي‬
‫ ان زنت‬:‫ال‬P‫ ق‬.‫ن‬P‫ل حتص‬P‫ة اذا زنت وم‬P‫ئل عن األم‬P‫لم س‬P‫ه وس‬P‫خالد اجلهيىن "ان رسول اهلل صلى اهلل علي‬
‫ مث "ان زنت فالدوها مث ان زنت فبيعوها ولو بضفري‬,‫ مث ان زنت فاجلدوها‬,‫فاجلدوها‬.

Artinya: Dan Abi Hurayyah dan Zaid Ibnu Khalid al-Juhayni, bahwasanya
Rasulullah saw. berkata jika seorang budak wanita berzina dan tidak muhsan
maka jilidlah, kemudian jika dia berzina, maka jilidlah jika dia berzina lagi maka
juallah dia meskipun dengan harga murah.

2. Penalaran Ulama Fiqh tentang hadits Al-Walad Li Al-Firasy


Bahwa dalam menetapkan nasab anak menurut Syafi’i dan Malik anak yang lahir kurang
dari 6 bulan usia kandungan sangat ditentukan oleh pengakuan suami, sekiranya
suami menolak anak tersebut maka harus ditempuh dengan cara li’an. Dari sini
jelas bahwa Islam sangat memperhatikan kemashlahatan anak yang lahir dari
rahim istri dan keberadaannya diingkari oleh suaminya Dengan demikian
diharapkan adanya pengakuan terhadap anak tersebut untuk memberi kejelasan
status keberadaan seorang anak. Hal ini bertujuan untuk mengkonstatir bahwa
setiap manusia yang lahir di dunia ini adalah ciptaan Allah yang mempunyai hak
asasi untuk hidup, untuk dihormati, untuk memiliki dan untuk mendapatkan
penghargaan yang sama seperti manusia lainnya. Oleh karena itu dengan
ditetapkannya al-walad li al-firasy wa li al-ahir al-hajar maka anak yang lahir dari
rahim istri dinisbahkan kepada suaminya. Sekiranya ada laki-laki lain yang
mengakui anak yang lahir dari rahim istri orang lain, maka pengakuannya tidak
mempengaruhi hukum yang telah ditetapkan (ketetapan al-walad li al-firasy) dan
tidak dipertimbangkandemikemaslahatan rumah tangga, kemaslahatan anak dan
martabat wanita.

G. Pemaksaan Seksual dalam Keluarga


Dalam Islam, perkawinan memiliki tujuan yang agung, dan saling hubungan yang saling
menghormati. Dalam Al-Baqarah ayat 187, suami-istri digambarkan seperti baju yang
melindungi badan, dan memiliki hak berhubungan secara ma'ruf atau baik. Dasar hukum
Al-Baqarah ayat 223 yang menerangkan bahwa istri diibaratkan sebagai ladang dan
suami sebagai pemilik ladang. Apabila mempertimbangkan konteks saat itu, masyarakat
pada masa tersebut hidup dalam kondisi geografis yang sangat tandus sehingga taman
menjadi sesuatu yang sangat berharga. Disebutkan pula bahwa petani yang baik akan
memperlakukan ladangnya dengan baik, melindungi ladangnya dan saat yang tepat.
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, hubungan suami-istri merupakan pahala
apabila dilakukan dengan cara-cara ma'ruf dan bukan merupakan hal yang tabu
dibicarakan oleh suami- istri mengenai apa yang disukai atau tidak. Selain itu, relasi
suami-istri didefinisikan mengacu pada prinsip "muasyarah bi al ma'ruf" dalam Al-Nisa
ayat 19. Maka, relasi suami-istri akan berada dalam pola interaksi yang positif, harmonis,
dengan suasana hati yang damai, yang ditandai pula oleh keseimbangan hak dan
kewajiban keduanya. Al Syirazi yang menyatakan meskipun ada kewajiban istri
melayani permintaan suami ketika dia telah terangsang, dia dapat menawarnya dan dapat
tidak melayani suaminya apabila sedang sakit. Ketika suaminya memaksa, pada
hakikatnya maka suami telah melanggar musyawarah bil ma'ruf dengan berbuat aniaya
kepada pihak yang justru harusnya dia lindungi. Sebagian mazhab termasuk Hanafi,
Imam Maliki, dan Hambali juga melihat bahwa contius interruptus (azl) tanpa
persetujuan istri sebagai kekerasan seksual karena merusak hak istri untuk mendapatkan
kenikmatan.
BAB III
Penutup

Kesimpulan
hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan ketergantungan korban yang seharusnya
dilindungi sebab kekerasan seksual dengan kekerasan fisik menimbulkan sakit, luka, atau
cedera. Kita menyimpulkan bahwa sebagian ulama madzhab memandang azl sebagai
kekerasan seksual dan apabila dilakukan dengan persetujuan istri, azl sendiri belum
dianggap sebagai tindak pidana
Saran
banyaknya praktik-praktik pelecehan perempuan yang dilakukan oleh suami kepada istri belum
atau kurang disadari perempuan itu sendiri karena kuatnya pranata sosial dalam
masyarakat yang membuatnya tidak sadar bahwa hal tersebut perlu ditinjau kembali.
Islam mengajarkan nilai-nilai persamaan hak dan kewajiban antara suami istri sesuai tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Pola relasi yang harmonis antara suami dan istri dalam
rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah adalah pola relasi yang diharapkan
oleh Islam.

DAFTAR PUSTAKA
✔ HAK-HAK REPRODUKSI DALAM PANDANGAN ISLAM, Evra Willya STAIN MANADO, 2012
✔ PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI PEREMPUAN: Sebuah Strategi Mencegah
Berbagai Resiko Masalah Reproduksi Remaja, Hasyim Hasanah, 2016
✔ KONTRASEPSI DALAM KAJIAN ISLAM, Gemy Nastity Handayany,2013
✔ HADITS AL-WALAD LI AL-FIRASY SEBAGAI PENETAPAN NASAB ANAK, Asriaty, 2010
✔ Bentuk-bentuk pemaksaan hubungan seksual suami terhadap istri UU No 23 Tahun
2004 dan fikih islam, Kurniawan, Farid. 2010

Anda mungkin juga menyukai