Anda di halaman 1dari 36

Grand Case

Fraktur Tertutup Radius Ulna

Oleh :

Oleh:
Deri Kurnia Illahi 2040312025
Nadhila Shafira Fitri 2040312108

PRESEPTOR:
dr. Hermansyah, Sp.OT(K)

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUP DR. M. DJAMIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga referat ilmiah
Grand Case dengan judul “Fraktur Tertutup Radius Ulna” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis mengenai Fraktur Tertutup Radius Ulna, dan menjadi salah satu
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penulisan makalah ini, terkhusus kepada dr. Hermansyah, Sp.OT(K) yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan Grand Case ini.

Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Terimakasih.

Padang, 7 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Batasan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
Metode Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Radius-Ulna 3
Definisi Fraktur 7
Etiologi dan Patofisiologi Fraktur 9
Klasifikasi Fraktur Radius-Ulna 10
Diagnosis 14
Tatalaksana 16
Komplikasi 18
Prognosis 18
BAB III LAPORAN KASUS
Identitas Pasien 20
Anamnesis 20
Pemeriksaan Fisik 21
Resume 24
Diagnosis Kerja 24
Pemeriksaan Rutin 25
Diagnosis 26

iii
Tatalaksana 26
Prognosis 26
BAB IV DISKUSI 27
DAFTAR PUSTAKA 29

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sistem Otot Lengan Bawah 6

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Os. Radius 4
Gambar 2.2 Anatomi Os. Ulna 5
Gambar 2.3 Otot lengan tampak anterior dan posterior 8
Gambar 2.4 Mekanisme cedera 9
Gambar 2.5 Fraktur Monteggia 11
Gambar 2.6 Fraktur Galeazzi 12
Gambar 2.7 Fraktur Colles (Dinner Fork Deformity) 13
Gambar 2.8 Fraktur Smith 13
Gambar 2.9 Foto polos fraktur Monteggia post pemasangan Plate and Screw 17
Gambar 2.10 Foto polos fraktur Galeazzi post pemasangan Plate and Screw 17
Gambar 2.11 Reduksi 17
Gambar 3.1 Foto klinis lengan kanan pasien 24
Gambar 3.2 Foto rontgen pergelangan tangan kanan pasien 25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah suatu diskontinuitas struktur tulang yang sebagian besar disebabkan
oleh trauma.1 Secara umum, fraktur diklasifikasikan menjadi fraktur terbuka dan
fraktur tertutup. Fraktur dikatakan tertutup (simple) jika jaringan kulit di atasnya
masih utuh, sehingga tidak ada kontak antara fragmen tulang yang patah dengan
lingkungan luar. Namun jika kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus yang
mengakibatkan fragmen tulang fraktur terekspos ke luar, maka disebut fraktur terbuka
(compound). Fraktur terbuka cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
dibandingkan fraktur tertutup.1,2 Jenis fraktur biasanya berhubungan dengan
mekanisme trauma, misalnya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe
transversal oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe
spiral.3

Fraktur radius-ulna merupakan fraktur yang paling sering ditemukan dalam


bidang kegawatdaruratan ortopedik yang melibatkan ekstremitas atas. Fraktur ini
dapat terjadi di setiap kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja, hingga lansia.
Tetapi secara umum fraktur radius-ulna lebih sering terjadi pada usia dewasa muda
dan usia pertengahan daripada anak-anak dan orang tua. Hasil penelitian di Amerika
Serikat menyatakan, fraktur radius-ulna merupakan kasus fraktur ekstrimitas atas
terbanyak yaitu 16,2 kejadian per 10.000 kasus.3

Penatalaksanaan yang tepat pada pasien fraktur menentukan hasil akhirnya.


Sebagai petugas di layanan primer, prinsip dasar penatalaksanaannya tetap dilakukan
dengan primary survey untuk menilai ada atau tidaknya kondisi yang mengancam
nyawa pada pasien. Dengan penatalaksanaan dan perawatan tepat, tulang yang patah
dapat menyatu kembali dengan sempurna. Namun bila tidak tepat, maka fraktur dapat
menyatu dengan tidak sempurna (malunion), terlambat menyatu (delayed union),

1
ataupun tidak menyatu (nonunion). Perawatan yang baik juga perlu untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada pasien fraktur.3

1.2 Batasan Masalah

Penulisan Grand Case ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,


patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis fraktur, yang terutama dikhususkan pada kasus os. radius dan os. ulna.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Grand Case ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai
fraktur radius dan ulna.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan Grand Case ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk
beberapa literatur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Radius-Ulna


Lengan (antebrachium) merupakan segmen kedua terpanjang dari anggota tubuh,
memanjang dan menghubungkan antara siku dan pergelangan tangan dan termasuk
regio anterior dan posterior diatas radius dan ulna. Kedua tulang ini bersama
membentuk unit kedua dari penyangga gerak artikulasio (unit pertama adalah
humerus), dengan basis gerak dibentuk oleh bahu, yang akan memposisikan tangan.
Namun, karena unit ini dibentuk oleh dua tulang paralel, salah satunya (radius) dapat
berputar dengan yang lain (ulna), supinasi dan pronasi dimungkinkan. Ini
memungkinkan untuk memutar tangan ketika siku difleksikan.4
2.1.1 Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii, berbentuk roda, letak melintang.
Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis yang serasi dengan
capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut
circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. Caput
radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada
sisi medial terdapat tuberositas radii.5
Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo/crista
interossea, margo anterior, dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke
arah lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk
incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati
oleh tendon. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi.5

3
Gambar 2.1 Anatomi Os. Radius6
2.1.2 Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya
terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis,
menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri.
Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura
trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat
tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. Di bagian lateral dan incisura
trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di
sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris.5
Corpus ulna membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis,
margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut

4
caput ulna. Caput ulna berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal
terdapat processus styloideus serta silcusm.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal
ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.5

Gambar 2.2 Anatomi Os. Ulna6


2.1.3 Sistem Sendi dan Otot
Kedua tulang ini dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius dan di distal oleh sendi
radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung
fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patah tersebut.

5
Tabel 2.1 Sistem Otot Lengan Bawah7
Fungsi Otot Origo Insersio Nerve Action
Flexors m. bicepsbrachii Caput longum: Bagian Musculocutaneus Flexi
tuberositas posterior (C5,C6) shoulder
supraglenoidalis tuberositas dan
radius elbow,
Caput brevis: supinasi
forearm
processus
coracoideus

m. brachialis Setengah bawah Processus Musculocutaneus Flexi


permukaan coronoideus (C5,C6), radial elbow
depan dari dan nerve (C7)
humerus, tuberositas
intermuscular ulna
septum

m. Di atas 2/3lateral Sisi lateral Radial nerve Flexi


brachioradialis supracondylus dari radius (C5,C6) elbow
humerus, lateral di atas
intermuscular processus
septum styloideus

m. pronator Caput Pertengahan Median nerve Pronasi


teres humerus: dari (C6,C7) fore
epicondylus permukaan arm,
medialis lateral flexi
humeri radius elbow

Caput
ulnaris:
processus
coronoideus

Extensors m. triceps Long head: Permukaan Radial nerve (C6- Extensi


brachii Infraglenoid atas C8) elbow
tubercle scapula olecranon dan
shoulder
m. anconeus Permukaan Permukaan Radial nerve (C6- Extensi
belakang lateral C8) elbow
olecranon,
epicondylus
seperempat
lateral humerus atas
permukaan
belakang
ulna
Pronators m. pronatorteres Caput Pertengahan Median nerve (C6, Pronasi
humerus: dari C7) forearm,

6
epicondylus permukaan flexi
medialis lateral radius elbow
humeri

Caput
ulnaris:
processus
coronoideus
m. pronator Bagian bawah Bagian Median nerve (C7, Pronasi
quadratus dari permukaan bawah dari C8) forearm
permukaan
depan ulna
depan radius
Supinators m. supinator Epycondylus Facies Posterior Supinasi
lateralis humeri, anterior radii interosseousnerve forearm
ligcolaterale
(proximal dan (C6,C7)
radiale dan
anulare radii, distal dari
crista musculi tuberositas
supinatoriulna radii)
m. bicepsbrachii Caput longum: Bagian Musculocutaneus Flexi
tuberositas posterior (C5,C6) shoulder
supraglenoidalis
tuberositas dan
radius elbow,
Caput brevis:
supinasi
processus
forearm
coracoideus

7
Gambar 2.3 Otot lengan tampak anterior dan posterior8
2.2 Definisi Fraktur
Fraktur merupakan suatu patahan pada struktur jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung ataupun tidak langsung.1
Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan
dan arahnya trauma. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan, suatu
pengisutan atau perimpilan korteks. Biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser. Bila kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (fraktur
sederhana), namun bila kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini
disebut fraktur terbuka yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi.3

8
2.3 Etiologi dan Patofisiologi Fraktur
Fraktur umumnya terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan akibat trauma.
Trauma tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif ataupun transverse dan jaringan
lunak juga mengalami kerusakan. Sementara itu, pada trauma yang tidak langsung
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dan biasanya
jaringan lunak tetap utuh.4
Meskipun hampir sebagian besar fraktur disebabkan kombinasi beberapa gaya
(memutar, membengkok, kompresi, atau tegangan), pola garis fraktur pada hasil
pemeriksaan sinar X akan menunjukkan mekanisme yang dominan.4
Tekanan pada tulang dapat berupa:4
1. Berputar (twisting) yang menyebabkan fraktur bersifat spiral.
2. Kompresi yang menyebabkan fraktur oblik pendek.
3. Membengkok (bending) yang menyebabkan fraktur dengan fragmen segitiga
‘butterfly’.
4. Regangan (tension) cenderung menyebabkan patah tulang transversal di
beberapa situasi dapat menyebabkan avulsi sebuah fragmen kecil pada titik
insersi ligamen atau tendon.

Gambar 2.4 Mekanisme cedera: (a) spiral (twisting); (b) oblik pendek (compression); (c)
pola ‘butterfly’ segitga (bending); (d) transversal (tension). Pola spiral dan oblik panjang
biasanya disebabkan trauma indirek energi rendah; pola bending dan transversal
disebabkan oleh trauma direk energi tinggi.

9
Setelah terjadinya fraktur komplit, biasanya fragmen yang patah akan mengalami
perpindahan akibat kekuatan cedera, gravitasi, ataupun otot yang melekat pada tulang
tersebut. Perpindahan yang terjadi yaitu sebagai berikut:4
1. Translasi (shift) – fragmen bergeser ke samping, ke depan, atau ke belakang.
2. Angulasi (tilt) – fragmen mengalami angulasi dalam hubungannya dengan
yang lain.
3. Rotasi (twist) – Satu fragmen mungkin berbutar pada aksis longitudinal;
tulang terlihat lurus.
4. Memanjang atau memendek – fragmen dapat terpisah atau mengalami
overlap.
Daya rotasi menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang pada tingkat yang
berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya
pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu fragmen tulang dapt
menembus kulit, pada yang cedera langsung dapat merobek kulit diatas fraktur.
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab tersering.4
2.4 Klasifikasi Fraktur Radius-Ulna
2.4.1 Fraktur Monteggia
Fraktur monteggia adalah fraktur pada tulang ulna disertai dislokasi pada tulang
radius proksimal. Pada tahun 1814, Giovanni Battista Monteggia dari Milan,
mendiskripsikan kecederaan ini sebagai fraktur 1/3 proksimal ulna dengan
disokasi anterior caput radius.
Deskripsi ini dilakukan pada masa pre-Roentgen dengan hanya
berdasarkan riwayat kecederaan dan hasil pemeriksaan fisik. Pada tahun 1967,
Bado mengutip istilah lesi Monteggia dan mengklasifikasikan kecederaan ini
menjadi 4 tipe:9
a. Tipe I – Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dengan dislokasi anterior caput
radius.
b. Tipe II – Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dengan dislokasi posterior
caput radius.
c. Tipe III – Fraktur metafisis ulna dengan dislokasi lateral caput radius.

10
d. Tipe IV – Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna radius dengan dislokasi
anterior caput radius

Gambar 2.5 Fraktur Monteggia (a) Tipe I; (b) Tipe II; (c) Tipe III; (d) Tipe IV
2.4.2 Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur pada bagian sepertiga tengah hingga distal
dari tulang radius yang juga berkaitan dengan dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar bagian distal (distal radioulnar joint/DRUJ).10 Mekanisme cedera
biasanya terjadi karena gaya yang membebani axial loading dengan torsi pada
lengan bawah.11 Fraktur Galeazzi paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden pada usia 9-12 tahun. Pada dewasa, fraktur ini
diperkirakan mencapai 7% dari seluruh kasus pada fraktur lengan bawah.12
Terdapat dua sistem klasifikasi yang membagi fraktur Galeazzi.
Klasifikasi yang pertama didasarkan oleh posisi dari radius distal, yaitu Tipe I
(dorsal displacement) dan Tipe II (volar displacement). Klasifikasi yang kedua
didasarkan oleh Retting ME dan Raskin KB yang mengkategorikan fraktur
Galeazzi berdasarkan stabilitasnya. Mereka menyatakan bahwa tingkat stabilitas
bergantung pada jarak antara fraktur radius dari permukaan artikular radius bagian
distal:10

11
a. Type I: Fraktur yang terjadi distal dari 7,5 cm demarkasi (lebih dekat ke arah
pergelangan tangan) dan berhubungan dengan instabilitas DRUJ yang
signifikan pada lebih dari 50% kasus.
b. Type II: Fraktur yang terjadi proksimal dari 7,5 cm demarkasi (lebih jauh dari
pergelangan tangan) dan berhubungan dengan instabilitas DRUJ hanya terjadi
pada sekitar 5% kasus.

Gambar 2.6 Fraktur Galeazzi


2.4.3 Fraktur Colles
Fraktur Colles didefinisikan sebagai fraktur yang terjadi pada radius bagian distal
dengan dordal comminution, dorsal angulation, dorsal displacement,
pemendekan radius dan fraktur terkait pada ulnar styloid. Namun istilah fraktur
colles biasanya digunakan untuk menyatakan fraktur pada bagian distal dengan
angulasi dorsal. Fraktur radius distal ini biasanya disebabkan oleh karena jatuh
dengan tangan terbuka (fall on outstretched hand) dengan pergelangan tangan
dorsofleksi, yang menyebabkan tegangan pada bagian volar pergelangan tangan,
yang mengakibatkan fraktur bergerak ke arah dorsal.13

12
Gambar 2.7 Fraktur Colles (Dinner Fork Deformity)
Penyebab tersering terjadinya fraktur Colles adalah trauma. Pada pasien
yang masih muda, paling sering ditemukan pada atlet atau pada kecelakaan
kendaraan bermotor. Pada populasi yang lebih tua, biasanya terjadi karena jatuh.13
2.4.4 Fraktur Smith
Fraktur ini biasanya akibat terjatuh pada punggung tangan atau pukulan keras
secara langsung pada punggung tangan. Pasien datang dengan nyeri dan bengkak
pada pergelangan tangan disertai dengan deformitas. Pada pemeriksaan radiologi
sering sekali disebut sebagai fraktur reverse colles. Proyeksi AP dan lateral
direkomendasikan karena gambarannya menyerupai fraktur colles jika hanya
proyeksi AP yang diperiksa. Fraktur transversal melalui bagian distal dari
metafisis radius yang di sertai dengan angulasi ke arah volar dan pergeseran ke
volar.4

Gambar 2.8 Fraktur Smith

13
2.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.
2.5.1 Anamnesis
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fracture), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi di
tempat lain.
Trauma bisa terjadi akibat kecelakaan, jatuh dari ketinggian, atau jatuh
dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya
datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas,
kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.14
2.5.2 Pemeriksaan Fisik5,14
2.5.2.1 Inspeksi (Look)
 Deformitas: angulasi (medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi
(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
 Bengkak atau kebiruan.
 Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
 Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas,tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).
2.5.2.2 Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Temperatur setempat yang meningkat.
 Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

14
 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati.
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.
 Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan.
2.5.2.3 Pergerakan (Move)
 Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
 Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf.
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium
Studi laboratorium diminta sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan ini juga berguna
sebagai pesiapan tatalaksana selanjutnya, seperti tindakan operatif.
2.5.3.2 Pencitraan
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view.
Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan,
serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi).
Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero- Posterior).15
Posisi AP bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius,
posisi lateral bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada
posisi normal volar (posisi anatomis).Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa
diambil untuk perbandingan.16
Pemeriksaan radiologis X-Ray posisi AP dan lateral dari regio antebrachii
sangat diperlukan dengan menampakkan secara jelas elbow joint dan wrist joint.
Pemeriksaan posisi oblique dapat membantu lebih jauh dalam mendiagnosis.
Untuk mendiagnosis dislokasi caput radii yang agak samar kita perlu mengetahui

15
terlebih dahulu bagaimana gambaran radiologis normal dari osradius. Pada
keadaan normal seharusnya garis khayal yang ditarikdari caput radii dan shaft
harus selalu sejajar dengan capitellum. Pada posisi supinasi lateral, garis khayal
tangensial terhadap caputradii anterior dan posterior harus menempel pada
capitellum.17
2.6 Tatalaksana
Terapi fraktur diperlukan konsep ”Empat R” yaitu: rekognisi, reduksi atau reposisi,
retensi atau fiksasi, dan rehabilitasi.4,18-21
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen- fragmen
fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau
keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.
Indikasi penanganan fraktur adalah berdasarkan dari pola fraktur yang spesifik
dan umur pasien. Sebagian besar pola fraktur pada anak- anak dapat diterapi
konservatif secara reduksi tertutup dan pemasangan long arm casting. Bagaimanapun,
sebagian besar fraktur pada dewasa harus dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi
internal.4,19,20
Reduksi tertutup dilakukan pada fraktur tertutup, fraktur yang stabil/fraktur
dengan pergeseran minimal dan biasanya dilakukan pada anak-anak. Sedangkan
reduksi terbuka dilakukan pada fraktur terbukam fraktur yang tidak stabil, jika ada
kerusakan neurovaskular dan jika reduksi tertutup gagal.22
Pada reduksi terbuka, fiksasi internal menggunakan metode plate dan screw
menjadi terapi pilihan pada fraktur radius ulnar. Pada fraktur colles yang bergeser
dilakukan reduksi yang dilanjutkan dengan pemasangan slab gips.

16
Gambar 2.9 Foto polos fraktur Monteggia post pemasangan Plate and Screw

Gambar 2.10 Foto polos fraktur Galeazzi post pemasangan Plate and Screw

Gambar 2.11 Reduksi: (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c)
deviasi ulnar. Pembebatan: (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang basah, (f)
slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras

17
2.7 Komplikasi
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan
untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion. Ini
mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal shortening untuk kasus-
kasus di mana gejala pemendekan dari radius mengakibatkan ulnocarpal
impaction.
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin
memerlukan bone grafting.
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan
tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai
sindrom kompartemen.
4. Cedera neurovaskuler:
 Biasanya iatrogenik.
 Cedera saraf radialis superfisial (di bawahnya brakioradialis) adalah
beresiko dengan pendekatan radius anterior.
 Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah berisiko
dengan pendekatan radius proksimal.
 Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian). Faktor
risiko meliputi:
 Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
 Closed head injury
 Penundaan operasi >2 minggu.
 Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
 Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw,
fragmen tulang, atau peralatan bedah.
2.8 Prognosis
Pada tahun 1991, Anderson dan Meyer menggunakan kriteria untuk mengevaluasi
fraktur lengan bawah dan prognosisnya:

18
1. Sempurna: Penyatuan dengan hilangnya fleksi/ekstensi siku dan pergelangan
tangan kurang dari 10° dan hilangnya rotasi lengan bawah kurang dari 25%.
2. Memuaskan: Penyatuan dengan hilangnya fleksi/ekstensi siku dan pergelangan
tangan kurang dari 20° dan hilangnya rotasi lengan bawah kurang dari 50%.
3. Kurang memuaskan: Penyatuan dengan hilangnya fleksi/ekstensi siku dan
pergelangan tangan lebih dari 30° dan hilangnya rotasi lengan bawah lebih dari
50%.
4. Gagal: Malunion, nonunion, atau osteomyelitis kronis.

19
BAB 3

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny. N

Umur: 67 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Pekerjaan: Pensiunan

Alamat: Jl. Prof M. Yamin Aur Kuning, Aur Birugo Tigo Baleh, Bukittinggi

Status: Menikah

Agama: Islam

Suku: Minang

Negeri Asal: Indonesia

ANAMNESIS

Seorang pasien perempuan berusia 67 tahun datang ke IGD RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi, dengan:

Keluhan Utama

Nyeri pergelangan tangan kanan sejak ±1 jam sebelum masuk RS.

Riwayat Penyakit Sekarang

 Nyeri di pergelangan tangan kanan sejak ±1 jam sebelum masuk RS. Nyeri
dirasakan sejak pasien terjatuh di depan rumah. Pasien sedang berjalan keluar
rumah menuju parak, ada jalan menurun yang dilewati. Pasien terpeleset dan
terjatuh di jalan menurun tersebut dengan tangan kanan menumpu badan pada saat
terjatuh. Nyeri dirasakan meningkat saat pergelangan tangan digerakkan.

20
 Penurunan kesadaran (-)
 Kejang (-)
 Perdarahan luar (-)
 Sakit kepala (-)
 Pandangan kabur (-)
 Mual (-), muntah (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat patah tulang sebelumnya (-)


- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat DM (+)

Riwayat Pengobatan

- Pasien rutin meminum obat hipertensi dan DM.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada riwayat anggota keluarga pasien yang pernah memiliki keluhan sama
seperti pasien.

Riwayat pekerjaan, sosial, dan ekonomi

- Pasien sekarang sehari-hari banyak beraktivitas di kebun.

Riwayat Penyakit Atopi

- Riwayat atopi pada pasien (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan Umum : Sakit Ringan

Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

Tekanan Darah : 150/110

21
Nadi : 80 x/menit

Nafas : 16 x/menit

Skala nyeri :2

Berat Badan : 60 kg

Tinggi badan : 155 cm

IMT : 24,97 kg/m2

Status gizi : Kelebihan berat badan tingkat ringan

Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

Kulit : Turgor kulit baik

Kepala : Normocephal, hematom (-), luka (-), fraktur (-)

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Telinga : Perdarahan (-), tidak ditemukan kelainan

Hidung : Perdarahan (-), tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan : Hiperemis (-), T1-T1

Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan

Leher : Tidak ada pembesaran KGB

Dinding dada : Tidak ditemukan kelainan

Paru :

 Inspeksi : Normochest, simetris kiri = kanan, jejas (-)


 Palpasi : Fremitus kiri = kanan
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler pada semua lapang paru, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)

22
Jantung:

 Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat


 Palpasi : Iktus kordis teraba di LMCS
 Perkusi : Pinggang jantung (+)
 Auskultasi : Reguler, bising (-)

Abdomen:

 Inspeksi : Distensi (-), jejas (-)


 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
 Perkusi : Timpani, hepatomegali (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : status lokalis

Status Lokalis

Look :

 Deformitas (+)
 Udem (-)
 Luka lecet (-)

Feel :

 Nyeri tekan (+)


 Krepitasi (+)
 CRT <2s
 Fungsi sensorik baik
 Pulsasi arteri (+)

Movement :

 Pergerakan terbatas pada tangan yang sakit

23
Foto Klinis

Gambar 3.1 Foto Lengan Pasien

RESUME

Seorang perempuan berusia 67 tahun datang dengan keluhan nyeri di pergelangan


tangan kanan sejak ±1 jam sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan sejak tangan kanan
menumpu badan pasien ketika pasien terjatuh. Tidak ada penurunan kesadaran, kejang,
perdarahan luar, sakit kepala, pandangan kabur, ataupun mual dan muntah. Pasien tidak
ada riwayat patah tulang sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik, GCS pasien 15. Ditemukan deformitas pada pergelangan
tangan kanan, nyeri tekan, krepitasi, dan pergerakan terbatas pada ekstremitas yang sakit.
Fungsi sensorik masih baik, pulsasi arteri teraba. Tidak ada udem, luka lecet dan
perdarahan luar.

DIAGNOSIS KERJA

Fraktur tertutup radius ulna 1/3 distal

24
PEMERIKSAAN RUTIN

Laboratorium Darah Rutin

Hb : 13,0 g/dL

Ht : 38,3%

Leukosit : 7.550 /uL

Diff count : 0,4 / 2,0 / 70,7 / 20,5 / 6,4

Trombosit : 227.000 /uL

PT/APTT : 10,2 s / 37,9 s

Pemeriksaan Radiologi

Rontgen pergelangan tangan kanan AP-Lateral

Gambar 3.2 Foto Rontgen Pergelangan Tangan Pasien

Kesan : Fraktur radius ulna 1/3 distal

25
DIAGNOSIS

Fraktur tertutup radius ulna 1/3 distal

TATALAKSANA

 Pasang back slab


 Ibuprofen 3x400 mg
 Ranitidin 2x150 mg
 Metformin 3x500 mg (sesudah makan)
 Rawat, rencana ORIF

PROGNOSIS

 Quo ad Vitam : Bonam


 Quo ad Sanactionam : Dubia ad Bonam
 Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam

26
BAB IV
DISKUSI

Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke IGD RS Achmad Mochtar


Bukittinggi dengan keluhan nyeri di pergelangan tangan kanan sejak ±1 jam sebelum
masuk RS. Pasien terpeleset dan terjatuh di jalan menurun depan rumah dengan tangan
kanan menumpu badan pada saat terjatuh. Nyeri dirasakan meningkat saat pergelangan
tangan digerakkan. Pasien masih tersadar saat jatuh, tidak ada keluhan sakit kepala,
kejang, pandangan kabur, mual muntah, ataupun perdarahan luar. Hal ini menandakan
kemungkinan tidak adanya komplikasi serius terhadap sistem neurovaskular.

Dari pemeriksaan fisik, pada pasien dengan GCS 15 dimana pasien dapat
membuka mata spontan (E4), dapat menggerakkan extremitas yang tidak sakit sesuai
perintah (M6), dan berbicara normal (V5) ditemukan adanya deformitas, nyeri tekan, dan
krepitasi. Sensibilitas dan pulsasi arteri masih baik. Dari pemeriksaan rutin, hasil darah
rutin dalam batas normal sementara pemeriksaan rontgen radius ulna dextra menunjukkan
adanya diskontinuitas tulang radius ulna 1/3 distal dengan garis fraktur transversal
(tension).

Trauma pada tulang terjadi saat tekanan eksternal lebih besar dari yang diserap
tulang sehingga terjadi kerusakan atau terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur tertutup,
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

Fraktur radius distal ini biasanya disebabkan oleh karena jatuh dengan tangan
terbuka (fall on outstretched hand) dengan pergelangan tangan dorsofleksi, yang
menyebabkan tegangan pada bagian volar pergelangan tangan, yang mengakibatkan
fraktur bergerak ke arah dorsal.

Pasien didiagnosa dengan fraktur tertutup radius ulna 1/3 distal. Setelah dilakukan
primary survey, pada pasien dilakukan imobilisasi terhadap ekstremitasnya yang terluka
serta pemberian ibuprofen dan ranitidin dengan tujuan untuk mengurangi nyeri yang
dialami. Pada pasien juga diberikan metformin untuk mengontrol gula darahnya.

27
Imobilisasi yang dilakukan adalah pemasangan back slab sebelum pasien dirawat
di bangsal bedah paru untuk perencanaan tindakan ORIF yang merupakan tatalaksana
definitif dari fraktur yang dialami pasien. Selain untuk imobilisasi, pemasangan back slab
juga berguna untuk membantu penyembuhan tulang sesegera mungkin.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Apley AG, Solomon Luis. Apley’s System of Orthopaedics and Fracture.7th


Edition. Jakarta: Widya Medika.
2. Bailey and Love’s short practice of surgery 26th edition. 2013.
3. Thomas M. S., Jason H.C. Fractures. Mescape Reference Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview#aw2aab6b3.
Accessed January 18, 2019.
4. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green.
Fractures in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p.
2081-93.
5. Rasjad, C. Prngantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta:PT. Yarsif Watampone.2007
6. Putz, R and Pabst, R. 2005. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher,
Ekstermitas Atas Edisi ke 22. Jakarta: EGC.
7. Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh
Sugarto L. Jakarta: EGC.
8. Paulsen, F dan Waschake J. 2013. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia, Anatomi
Umum dan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
9. Nakamura K, Hirachi K, Uchiyama S, Takahara M, Minami A, Imaeda T, et al.
Long-term clinical and radiographic outcomes after open reduction for missed
Monteggia fracture-dislocations in children. J Bone Joint Surg Am.
2009;91(6):1394-404.
10. Johnson NP, Smolensky A. Galeazzi Fractures. StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2020.
11. Atesok KI, Jupiter JB, Weiss A-PC. Galeazzi fracture. J Am Acad Orthop Surg.
2011 Oct;19(10):623–33.
12. Gaillard F. Galeazzi fracture-dislocation | Radiology Reference Article |
Radiopaedia.org.
13. Summers K, Fowles SM. Colles’ Fracture. StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2020.

29
14. American Collage of Surgeons Committe on Trauma. Advanced Trauma Life
Support Student Course Manual Edisi Bahasa Indonesia. 9th Ed. Jakarta: IKABI.
2014.
15. Begg James D., The Upper Limb in: Accident and Emergency X-Rays Made
Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.
16. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in: Fracture Management for Primary Care.
Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-119.
17. Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of fractures. Lippincott Williams
& Wilkins; 2010.
18. Heri’s. Fraktur dan Fraktur Radius Ulna. Jakarta. 2012.
19. Perron AD, Hersh RE, Brady WJ, et al. Orthopedic pitfalls in the ED: Galeazzi
and Monteggia fracture-dislocation. Am J Emerg Med. 2001;19(3):225-8.
20. Strauss EJ, Tejwani NC, Preston CF, et al. The posterior Monteggia lesion with
associated ulnohumeral instability. J Bone Joint Surg Br. 2006;88(1):84- 9.
21. Solomon L, Warwick D, NayagamS. Apley’s System of orthopeadics and
fracture.9th Ed. UK: Hodder Arnold.2010.
22. Koval K. J, Zuckerman J. D. Upper Extremity Fractures and Dislocations Distal
radius. In: (Koval K. J, Zuckerman J. D. eds) Handbook of Fractures. Third
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006; P.222-5.

30

Anda mungkin juga menyukai