GC - Fraktur Tertutup Radius Ulna
GC - Fraktur Tertutup Radius Ulna
Oleh :
Oleh:
Deri Kurnia Illahi 2040312025
Nadhila Shafira Fitri 2040312108
PRESEPTOR:
dr. Hermansyah, Sp.OT(K)
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga referat ilmiah
Grand Case dengan judul “Fraktur Tertutup Radius Ulna” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis mengenai Fraktur Tertutup Radius Ulna, dan menjadi salah satu
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penulisan makalah ini, terkhusus kepada dr. Hermansyah, Sp.OT(K) yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan Grand Case ini.
Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Batasan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
Metode Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Radius-Ulna 3
Definisi Fraktur 7
Etiologi dan Patofisiologi Fraktur 9
Klasifikasi Fraktur Radius-Ulna 10
Diagnosis 14
Tatalaksana 16
Komplikasi 18
Prognosis 18
BAB III LAPORAN KASUS
Identitas Pasien 20
Anamnesis 20
Pemeriksaan Fisik 21
Resume 24
Diagnosis Kerja 24
Pemeriksaan Rutin 25
Diagnosis 26
iii
Tatalaksana 26
Prognosis 26
BAB IV DISKUSI 27
DAFTAR PUSTAKA 29
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sistem Otot Lengan Bawah 6
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Os. Radius 4
Gambar 2.2 Anatomi Os. Ulna 5
Gambar 2.3 Otot lengan tampak anterior dan posterior 8
Gambar 2.4 Mekanisme cedera 9
Gambar 2.5 Fraktur Monteggia 11
Gambar 2.6 Fraktur Galeazzi 12
Gambar 2.7 Fraktur Colles (Dinner Fork Deformity) 13
Gambar 2.8 Fraktur Smith 13
Gambar 2.9 Foto polos fraktur Monteggia post pemasangan Plate and Screw 17
Gambar 2.10 Foto polos fraktur Galeazzi post pemasangan Plate and Screw 17
Gambar 2.11 Reduksi 17
Gambar 3.1 Foto klinis lengan kanan pasien 24
Gambar 3.2 Foto rontgen pergelangan tangan kanan pasien 25
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
ataupun tidak menyatu (nonunion). Perawatan yang baik juga perlu untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada pasien fraktur.3
Penulisan Grand Case ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai
fraktur radius dan ulna.
Penulisan Grand Case ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk
beberapa literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1 Anatomi Os. Radius6
2.1.2 Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya
terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis,
menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri.
Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura
trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat
tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. Di bagian lateral dan incisura
trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di
sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris.5
Corpus ulna membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis,
margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut
4
caput ulna. Caput ulna berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal
terdapat processus styloideus serta silcusm.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal
ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.5
5
Tabel 2.1 Sistem Otot Lengan Bawah7
Fungsi Otot Origo Insersio Nerve Action
Flexors m. bicepsbrachii Caput longum: Bagian Musculocutaneus Flexi
tuberositas posterior (C5,C6) shoulder
supraglenoidalis tuberositas dan
radius elbow,
Caput brevis: supinasi
forearm
processus
coracoideus
Caput
ulnaris:
processus
coronoideus
6
epicondylus permukaan flexi
medialis lateral radius elbow
humeri
Caput
ulnaris:
processus
coronoideus
m. pronator Bagian bawah Bagian Median nerve (C7, Pronasi
quadratus dari permukaan bawah dari C8) forearm
permukaan
depan ulna
depan radius
Supinators m. supinator Epycondylus Facies Posterior Supinasi
lateralis humeri, anterior radii interosseousnerve forearm
ligcolaterale
(proximal dan (C6,C7)
radiale dan
anulare radii, distal dari
crista musculi tuberositas
supinatoriulna radii)
m. bicepsbrachii Caput longum: Bagian Musculocutaneus Flexi
tuberositas posterior (C5,C6) shoulder
supraglenoidalis
tuberositas dan
radius elbow,
Caput brevis:
supinasi
processus
forearm
coracoideus
7
Gambar 2.3 Otot lengan tampak anterior dan posterior8
2.2 Definisi Fraktur
Fraktur merupakan suatu patahan pada struktur jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung ataupun tidak langsung.1
Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan
dan arahnya trauma. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan, suatu
pengisutan atau perimpilan korteks. Biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser. Bila kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (fraktur
sederhana), namun bila kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini
disebut fraktur terbuka yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi.3
8
2.3 Etiologi dan Patofisiologi Fraktur
Fraktur umumnya terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan akibat trauma.
Trauma tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif ataupun transverse dan jaringan
lunak juga mengalami kerusakan. Sementara itu, pada trauma yang tidak langsung
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dan biasanya
jaringan lunak tetap utuh.4
Meskipun hampir sebagian besar fraktur disebabkan kombinasi beberapa gaya
(memutar, membengkok, kompresi, atau tegangan), pola garis fraktur pada hasil
pemeriksaan sinar X akan menunjukkan mekanisme yang dominan.4
Tekanan pada tulang dapat berupa:4
1. Berputar (twisting) yang menyebabkan fraktur bersifat spiral.
2. Kompresi yang menyebabkan fraktur oblik pendek.
3. Membengkok (bending) yang menyebabkan fraktur dengan fragmen segitiga
‘butterfly’.
4. Regangan (tension) cenderung menyebabkan patah tulang transversal di
beberapa situasi dapat menyebabkan avulsi sebuah fragmen kecil pada titik
insersi ligamen atau tendon.
Gambar 2.4 Mekanisme cedera: (a) spiral (twisting); (b) oblik pendek (compression); (c)
pola ‘butterfly’ segitga (bending); (d) transversal (tension). Pola spiral dan oblik panjang
biasanya disebabkan trauma indirek energi rendah; pola bending dan transversal
disebabkan oleh trauma direk energi tinggi.
9
Setelah terjadinya fraktur komplit, biasanya fragmen yang patah akan mengalami
perpindahan akibat kekuatan cedera, gravitasi, ataupun otot yang melekat pada tulang
tersebut. Perpindahan yang terjadi yaitu sebagai berikut:4
1. Translasi (shift) – fragmen bergeser ke samping, ke depan, atau ke belakang.
2. Angulasi (tilt) – fragmen mengalami angulasi dalam hubungannya dengan
yang lain.
3. Rotasi (twist) – Satu fragmen mungkin berbutar pada aksis longitudinal;
tulang terlihat lurus.
4. Memanjang atau memendek – fragmen dapat terpisah atau mengalami
overlap.
Daya rotasi menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang pada tingkat yang
berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya
pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu fragmen tulang dapt
menembus kulit, pada yang cedera langsung dapat merobek kulit diatas fraktur.
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab tersering.4
2.4 Klasifikasi Fraktur Radius-Ulna
2.4.1 Fraktur Monteggia
Fraktur monteggia adalah fraktur pada tulang ulna disertai dislokasi pada tulang
radius proksimal. Pada tahun 1814, Giovanni Battista Monteggia dari Milan,
mendiskripsikan kecederaan ini sebagai fraktur 1/3 proksimal ulna dengan
disokasi anterior caput radius.
Deskripsi ini dilakukan pada masa pre-Roentgen dengan hanya
berdasarkan riwayat kecederaan dan hasil pemeriksaan fisik. Pada tahun 1967,
Bado mengutip istilah lesi Monteggia dan mengklasifikasikan kecederaan ini
menjadi 4 tipe:9
a. Tipe I – Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dengan dislokasi anterior caput
radius.
b. Tipe II – Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna dengan dislokasi posterior
caput radius.
c. Tipe III – Fraktur metafisis ulna dengan dislokasi lateral caput radius.
10
d. Tipe IV – Fraktur proksimal atau 2/3 distal ulna radius dengan dislokasi
anterior caput radius
Gambar 2.5 Fraktur Monteggia (a) Tipe I; (b) Tipe II; (c) Tipe III; (d) Tipe IV
2.4.2 Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur pada bagian sepertiga tengah hingga distal
dari tulang radius yang juga berkaitan dengan dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar bagian distal (distal radioulnar joint/DRUJ).10 Mekanisme cedera
biasanya terjadi karena gaya yang membebani axial loading dengan torsi pada
lengan bawah.11 Fraktur Galeazzi paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden pada usia 9-12 tahun. Pada dewasa, fraktur ini
diperkirakan mencapai 7% dari seluruh kasus pada fraktur lengan bawah.12
Terdapat dua sistem klasifikasi yang membagi fraktur Galeazzi.
Klasifikasi yang pertama didasarkan oleh posisi dari radius distal, yaitu Tipe I
(dorsal displacement) dan Tipe II (volar displacement). Klasifikasi yang kedua
didasarkan oleh Retting ME dan Raskin KB yang mengkategorikan fraktur
Galeazzi berdasarkan stabilitasnya. Mereka menyatakan bahwa tingkat stabilitas
bergantung pada jarak antara fraktur radius dari permukaan artikular radius bagian
distal:10
11
a. Type I: Fraktur yang terjadi distal dari 7,5 cm demarkasi (lebih dekat ke arah
pergelangan tangan) dan berhubungan dengan instabilitas DRUJ yang
signifikan pada lebih dari 50% kasus.
b. Type II: Fraktur yang terjadi proksimal dari 7,5 cm demarkasi (lebih jauh dari
pergelangan tangan) dan berhubungan dengan instabilitas DRUJ hanya terjadi
pada sekitar 5% kasus.
12
Gambar 2.7 Fraktur Colles (Dinner Fork Deformity)
Penyebab tersering terjadinya fraktur Colles adalah trauma. Pada pasien
yang masih muda, paling sering ditemukan pada atlet atau pada kecelakaan
kendaraan bermotor. Pada populasi yang lebih tua, biasanya terjadi karena jatuh.13
2.4.4 Fraktur Smith
Fraktur ini biasanya akibat terjatuh pada punggung tangan atau pukulan keras
secara langsung pada punggung tangan. Pasien datang dengan nyeri dan bengkak
pada pergelangan tangan disertai dengan deformitas. Pada pemeriksaan radiologi
sering sekali disebut sebagai fraktur reverse colles. Proyeksi AP dan lateral
direkomendasikan karena gambarannya menyerupai fraktur colles jika hanya
proyeksi AP yang diperiksa. Fraktur transversal melalui bagian distal dari
metafisis radius yang di sertai dengan angulasi ke arah volar dan pergeseran ke
volar.4
13
2.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap dan
melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan dan
menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.
2.5.1 Anamnesis
Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fracture), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi di
tempat lain.
Trauma bisa terjadi akibat kecelakaan, jatuh dari ketinggian, atau jatuh
dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya
datang karena nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas,
kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.14
2.5.2 Pemeriksaan Fisik5,14
2.5.2.1 Inspeksi (Look)
Deformitas: angulasi (medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi
(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
Bengkak atau kebiruan.
Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas,tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).
2.5.2.2 Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Temperatur setempat yang meningkat.
Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
14
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan.
2.5.2.3 Pergerakan (Move)
Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf.
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium
Studi laboratorium diminta sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan ini juga berguna
sebagai pesiapan tatalaksana selanjutnya, seperti tindakan operatif.
2.5.3.2 Pencitraan
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view.
Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan,
serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi).
Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero- Posterior).15
Posisi AP bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius,
posisi lateral bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada
posisi normal volar (posisi anatomis).Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa
diambil untuk perbandingan.16
Pemeriksaan radiologis X-Ray posisi AP dan lateral dari regio antebrachii
sangat diperlukan dengan menampakkan secara jelas elbow joint dan wrist joint.
Pemeriksaan posisi oblique dapat membantu lebih jauh dalam mendiagnosis.
Untuk mendiagnosis dislokasi caput radii yang agak samar kita perlu mengetahui
15
terlebih dahulu bagaimana gambaran radiologis normal dari osradius. Pada
keadaan normal seharusnya garis khayal yang ditarikdari caput radii dan shaft
harus selalu sejajar dengan capitellum. Pada posisi supinasi lateral, garis khayal
tangensial terhadap caputradii anterior dan posterior harus menempel pada
capitellum.17
2.6 Tatalaksana
Terapi fraktur diperlukan konsep ”Empat R” yaitu: rekognisi, reduksi atau reposisi,
retensi atau fiksasi, dan rehabilitasi.4,18-21
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen- fragmen
fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau
keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.
Indikasi penanganan fraktur adalah berdasarkan dari pola fraktur yang spesifik
dan umur pasien. Sebagian besar pola fraktur pada anak- anak dapat diterapi
konservatif secara reduksi tertutup dan pemasangan long arm casting. Bagaimanapun,
sebagian besar fraktur pada dewasa harus dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi
internal.4,19,20
Reduksi tertutup dilakukan pada fraktur tertutup, fraktur yang stabil/fraktur
dengan pergeseran minimal dan biasanya dilakukan pada anak-anak. Sedangkan
reduksi terbuka dilakukan pada fraktur terbukam fraktur yang tidak stabil, jika ada
kerusakan neurovaskular dan jika reduksi tertutup gagal.22
Pada reduksi terbuka, fiksasi internal menggunakan metode plate dan screw
menjadi terapi pilihan pada fraktur radius ulnar. Pada fraktur colles yang bergeser
dilakukan reduksi yang dilanjutkan dengan pemasangan slab gips.
16
Gambar 2.9 Foto polos fraktur Monteggia post pemasangan Plate and Screw
Gambar 2.10 Foto polos fraktur Galeazzi post pemasangan Plate and Screw
Gambar 2.11 Reduksi: (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c)
deviasi ulnar. Pembebatan: (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang basah, (f)
slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras
17
2.7 Komplikasi
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan
untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion. Ini
mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal shortening untuk kasus-
kasus di mana gejala pemendekan dari radius mengakibatkan ulnocarpal
impaction.
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin
memerlukan bone grafting.
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan
tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai
sindrom kompartemen.
4. Cedera neurovaskuler:
Biasanya iatrogenik.
Cedera saraf radialis superfisial (di bawahnya brakioradialis) adalah
beresiko dengan pendekatan radius anterior.
Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah berisiko
dengan pendekatan radius proksimal.
Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian). Faktor
risiko meliputi:
Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
Closed head injury
Penundaan operasi >2 minggu.
Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw,
fragmen tulang, atau peralatan bedah.
2.8 Prognosis
Pada tahun 1991, Anderson dan Meyer menggunakan kriteria untuk mengevaluasi
fraktur lengan bawah dan prognosisnya:
18
1. Sempurna: Penyatuan dengan hilangnya fleksi/ekstensi siku dan pergelangan
tangan kurang dari 10° dan hilangnya rotasi lengan bawah kurang dari 25%.
2. Memuaskan: Penyatuan dengan hilangnya fleksi/ekstensi siku dan pergelangan
tangan kurang dari 20° dan hilangnya rotasi lengan bawah kurang dari 50%.
3. Kurang memuaskan: Penyatuan dengan hilangnya fleksi/ekstensi siku dan
pergelangan tangan lebih dari 30° dan hilangnya rotasi lengan bawah lebih dari
50%.
4. Gagal: Malunion, nonunion, atau osteomyelitis kronis.
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. N
Umur: 67 tahun
Pekerjaan: Pensiunan
Alamat: Jl. Prof M. Yamin Aur Kuning, Aur Birugo Tigo Baleh, Bukittinggi
Status: Menikah
Agama: Islam
Suku: Minang
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berusia 67 tahun datang ke IGD RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi, dengan:
Keluhan Utama
Nyeri di pergelangan tangan kanan sejak ±1 jam sebelum masuk RS. Nyeri
dirasakan sejak pasien terjatuh di depan rumah. Pasien sedang berjalan keluar
rumah menuju parak, ada jalan menurun yang dilewati. Pasien terpeleset dan
terjatuh di jalan menurun tersebut dengan tangan kanan menumpu badan pada saat
terjatuh. Nyeri dirasakan meningkat saat pergelangan tangan digerakkan.
20
Penurunan kesadaran (-)
Kejang (-)
Perdarahan luar (-)
Sakit kepala (-)
Pandangan kabur (-)
Mual (-), muntah (-)
Riwayat Pengobatan
- Tidak ada riwayat anggota keluarga pasien yang pernah memiliki keluhan sama
seperti pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
21
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 16 x/menit
Skala nyeri :2
Berat Badan : 60 kg
Paru :
22
Jantung:
Abdomen:
Status Lokalis
Look :
Deformitas (+)
Udem (-)
Luka lecet (-)
Feel :
Movement :
23
Foto Klinis
RESUME
Pada pemeriksaan fisik, GCS pasien 15. Ditemukan deformitas pada pergelangan
tangan kanan, nyeri tekan, krepitasi, dan pergerakan terbatas pada ekstremitas yang sakit.
Fungsi sensorik masih baik, pulsasi arteri teraba. Tidak ada udem, luka lecet dan
perdarahan luar.
DIAGNOSIS KERJA
24
PEMERIKSAAN RUTIN
Hb : 13,0 g/dL
Ht : 38,3%
Pemeriksaan Radiologi
25
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
PROGNOSIS
26
BAB IV
DISKUSI
Dari pemeriksaan fisik, pada pasien dengan GCS 15 dimana pasien dapat
membuka mata spontan (E4), dapat menggerakkan extremitas yang tidak sakit sesuai
perintah (M6), dan berbicara normal (V5) ditemukan adanya deformitas, nyeri tekan, dan
krepitasi. Sensibilitas dan pulsasi arteri masih baik. Dari pemeriksaan rutin, hasil darah
rutin dalam batas normal sementara pemeriksaan rontgen radius ulna dextra menunjukkan
adanya diskontinuitas tulang radius ulna 1/3 distal dengan garis fraktur transversal
(tension).
Trauma pada tulang terjadi saat tekanan eksternal lebih besar dari yang diserap
tulang sehingga terjadi kerusakan atau terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur tertutup,
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Fraktur radius distal ini biasanya disebabkan oleh karena jatuh dengan tangan
terbuka (fall on outstretched hand) dengan pergelangan tangan dorsofleksi, yang
menyebabkan tegangan pada bagian volar pergelangan tangan, yang mengakibatkan
fraktur bergerak ke arah dorsal.
Pasien didiagnosa dengan fraktur tertutup radius ulna 1/3 distal. Setelah dilakukan
primary survey, pada pasien dilakukan imobilisasi terhadap ekstremitasnya yang terluka
serta pemberian ibuprofen dan ranitidin dengan tujuan untuk mengurangi nyeri yang
dialami. Pada pasien juga diberikan metformin untuk mengontrol gula darahnya.
27
Imobilisasi yang dilakukan adalah pemasangan back slab sebelum pasien dirawat
di bangsal bedah paru untuk perencanaan tindakan ORIF yang merupakan tatalaksana
definitif dari fraktur yang dialami pasien. Selain untuk imobilisasi, pemasangan back slab
juga berguna untuk membantu penyembuhan tulang sesegera mungkin.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
14. American Collage of Surgeons Committe on Trauma. Advanced Trauma Life
Support Student Course Manual Edisi Bahasa Indonesia. 9th Ed. Jakarta: IKABI.
2014.
15. Begg James D., The Upper Limb in: Accident and Emergency X-Rays Made
Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.
16. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in: Fracture Management for Primary Care.
Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-119.
17. Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of fractures. Lippincott Williams
& Wilkins; 2010.
18. Heri’s. Fraktur dan Fraktur Radius Ulna. Jakarta. 2012.
19. Perron AD, Hersh RE, Brady WJ, et al. Orthopedic pitfalls in the ED: Galeazzi
and Monteggia fracture-dislocation. Am J Emerg Med. 2001;19(3):225-8.
20. Strauss EJ, Tejwani NC, Preston CF, et al. The posterior Monteggia lesion with
associated ulnohumeral instability. J Bone Joint Surg Br. 2006;88(1):84- 9.
21. Solomon L, Warwick D, NayagamS. Apley’s System of orthopeadics and
fracture.9th Ed. UK: Hodder Arnold.2010.
22. Koval K. J, Zuckerman J. D. Upper Extremity Fractures and Dislocations Distal
radius. In: (Koval K. J, Zuckerman J. D. eds) Handbook of Fractures. Third
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006; P.222-5.
30