Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN

Nama Mata Kuliah : Manajemen Investasi


Kode Mata Kuliah : EKMA 5312
Jumlah sks : 3
Nama Pengembang :
Nama Penelaah :
Status Pengembangan : Baru/Revisi* (coret yang tidak sesuai)
Tahun Pengembangan : 2020
Edisi Ke- : 1

No Tugas Tutorial Skor Sumber


Maksimal Tugas
Tutorial
Berbagai teori yang berseberangan dengan teori 50 BMP
efisiensi pasar. Teori noise menyatakan bahwa Modul 8
investor dipasar modal dipengaruhi oleh aspek
phikologis dan emosi yang tidak berkaitan dengan
nilai-nilai fundamental. Kemudian teori chaos
menyatakan bahwa harga saham bergerak secara
random (acak) dan praktis. Bagaimana menurut
pandangan Anda mengenai toeri tersebut bila dilihat
di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI)
Jelaskan penyebab kemungkinan terjadinya 25 BMP
asimetris informasi dalam pasar modal Modul 8
3. Jelaskan caranya meminimalkan asimetris informasi 25 BMP
yang terjadi dipasar bursa Modul 8

* coret yang tidak sesuai

Jawab
Nama : Suaib
NIM : 530043629

Nomor 1

Pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga turut dipengaruhi oleh teori noise dan teori chaos.

teori noise yang memasukkan aspek psikologi dan emosi investor. Faktor psikologi ini juga perlu

diperhitungkan apakah investor tersebut adalah risk seeker atau bukan, seorang spekulan yang

lebih menyukai perdagangan dengan cara gambling atau tidak karena seberapa efisien pasar tentu

bergantung dari faktor ini juga, bahkan anggapan investor yang percaya tentang ada atau

tidaknya pasar efisien juga akan memengaruhi strategi mereka dalam berinvestasi serta tingkatan

kepercayaan investor akan informasi yang beredar juga dapat menjadi masalah tersendiri yang

harus diperhitungkan dalam mencapai pasar yang efisien karena dengan teori noise ini

diasumsikan para investor menjadi tidak rasional. Berikutnya adalah adalah teori chaos, teori ini

mengatakan bahwa informasi tidak akan dicerna secepat yang dikatakan teori hipotesis pasar

efisien.

Fluktuasi harga dan volume yang tidak memberikan informasi ini membuat investor

Indonesia menjadi tidak tepat dalam melakukan penilaian terhadap nilai saham yang

sesungguhnya. Ketidaktepatan penilaian investor terhadap nilai saham yang sesungguhnya

membuktikan bahwa noise memegang peran penting dalam menciptakan harga suatu saham.

Noise trading adalah perdagangan saham yang membuat noise seakan-akan merupakan sebuah

kedatangan informasi. Jika semakin banyak yang melakukan noise trading, maka pasar di

Indonesia menjadi semakin tidak likuid. Nilai autokorelasi negatif menandakan adanya noise,
sedangkan nilai autokorelasi positif atau bernilai nol mengindikasikan tidak adanya noise

melainkan adanya kedatangan informasi.

Menurut hipotesis noise, pergerakan harga yang tidak disebabkan oleh perubahan

fundamental dari perusahan itu pasti menuju kembali ke harga semula di periode selanjutnya,

sehingga return berkorelasi negatif. Jika informasi hanya mempengaruhi pergerakan harga saham

selama satu periode akan berakibat nilai autokorelasinya menjadi bernilai nol. Jika pengaruhnya

dalam waktu yang lama atau lebih dari satu periode maka nilai autokorelasinya bernilai positif.

Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa harga saham di Indonesia yang ada tidak sepenuhnya

mencerminkan kedatangan informasi yang ada atau adanya noise. Ada penyimpangan dari pasar

yang biasanya efisien, ketergantungan positif dari perubahan harga imbal hasil saham biasa,

bertentangan dari model fair game, pasar yang efisien untuk perubahan harga yang periodenya

lebih dari satu hari. Penelitian membuktikan efek noise di Indonesia membuat perdagangan di

pasar keuangan menjadi mungkin dan dengan demikian memungkinkan kita untuk mengamati

harga aset keuangan. Noise menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Noise dan chaos membuat

sangat sulit untuk menguji teori-teori praktis atau akademis tentang pasar keuangan atau

ekonomi di Indonesia.

Nomor 2

Laporan keuangan menjadi salah satu media dalam mengkomunikasikan informasi tentang

perusahaan kepada berbagai pihak, terutama kepada pemilik. Melalui laporan keuangan,

manajemen mempertangungjawabkan pengelolaan perusahaan dan hasil yang dicapai kepada

pemilik. Pada sisi lain, asimetri informasi terjadi ketika investor memiliki informasi pribadi yang

rendah tentang perusahaan, ini menimbulkan masalah adverse selection Salah satu cara dimana
pengungkapan mempengaruhi asimetri informasi adalah dengan mengubah perilaku perdagangan

dari uninformed investors manjadi informed investors. Berdasarkan Investor Recognition

Hypothesis yang diuraikan bahwa investor lebih cenderung untuk berinvestasi dan perdagangan

di perusahaan yang sudah terkenal karena mereka nilai lebih menguntungkan, informasi lebih

lengkap. Kualitas pengungkapan yang lebih tinggi akan meningkatkan visibilitas perusahaan dan

akan mengurangi biaya pengolahan informasi publik. Berdasarkan hal tersebut, kualitas

pengungkapan yang lebih tinggi akan mendorong perdagangan lebih kepada arah pada saham

perusahaan yang melakukan tindakan pengungkapan yang lebih tinggi.

Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana terdapatnya satu pihak memiliki informasi

lebih dibandingkan dengan pihak lain. Pada linkungan pasar, maka ini terjadi ketika penjual

memiliki informasi lebih baik bila dibandingkan dengan pembeli atau sebaliknya. Penelitian

yang mencari hubungan antara asimetri informasi dan tingkat pengembalian saham menemukan

bahwa terdapat hubungan terbalik pada kedua variabel tersebut, pada investasi diportofolio

dengan asimetri informasi yang tinggi akan menghasilkan abnormal profits yang tinggi. Pada

saat asimetri informasi semakin rendah, didapati bahwa semakin tinggi harga saham,

pengembalian investasi saham semakin tinggi. Telah ditemukan bahwa entitas pada negara yang

menerapkan corporate governance lebih baik akan ditandai dengan tingkat asimetri informasi

yang lebih rendah.

Demikian juga bahwa entitas di negaranegara dengan pasar yang lebih maju juga ditandai

dengan tingkat asimetri informasi yang lebih rendah dengan return investasi yang lebih

mengungtungkan. Hasil studi menegaskan bahwa peningkatan asimetri informasi menyebabkan

peningkatan spread. Hal tersebut dikarenakan bahwa pasar melihat dengan asimetri informasi

yang tinggi akan berpotensi mengalami risiko investasi yang tinggi. Selanjutnya dikatakan
bahwa perubahan tingkat pengembalian saham dapat digambarkan sebagai fungsi dari asimetri

informasi. Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah terjadinya asimetri informasi yang

tinggi ditandai dengan bid ask spread saham yang melebar (kembali ini karena pasar memandang

adanya risiko investasi yang tinggi). Asimetri informasi yang tinggi biasanya juga ditandai

dengan volume transaksi pasar yang menurun dan cenderung rendah karena permintaan juga

rendah (Erwin & Miller, 1998). Pada pasar dengan permintaan rendah maka harga akan

cenderung turun sehingga berpengaruh negatif terhadap return saham.

Nomor 3

Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi

dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Dengan asumsi bahwa individu-individu

bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang

dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak

diketahui principal. Sehingga dengan adanya asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik

(principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings

management) dalam rangka memaksimumkan utilitynya.Salah satu cara yang di gunakan untuk

memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate

governance (Watts, 2003).

Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk

terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency),

akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility).Berkaitan

dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada

teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Dengan

kata lain corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal

dan agent yang pada akhirnya dapat menurunkan tindakan manajemen laba.

Referensi:

 Aboody, D & Lev, B 2000, ‘Information Informatics and Business Institute Darmajaya 51
Asymmetry, R&D, and Insider Gains’, The Journal of Finance, vol. 1, no. 55, pp. 2747-2766.
 Al-Htaybat, K & Napier, C 2006, ‘A Framework for Financial Disclosure Theories’,
Working Paper, School of Management University of Southampton, Inggris, 17-18 July.
 Easley, D & O’Hara, M 2004, ‘Information and the cost of capital’, The Journal of Finance,
vol. 59, no. 01, pp. 18-32. Elton, J, Edwin, MJ, Gruber S, Brown, & Informatics and
Business Institute Darmajaya 52
 Goetzmann, WN 2011, ‘Modern Portfolio Theory and Investment Analysis’, Eighth Edition,
John Wiley & Sons,Inc. America.
 Ertimur, Y 2007,’Discussion of How Disclosure Quality Affects the Level of Information
Asymmetry’, Review of Accounting Study, vol. 12, no. 03, pp. 479–485

Anda mungkin juga menyukai