Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL SUPERVISI KLINIS

“Makalah Ini ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Supervisi

Klinis”

Dosen Pengampuh :

Drs,Kudrat Dukalang, M,Pd

Di Susun Oleh :

Astry Matey : 17.2.4.003

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) MANADO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang, berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusuna makalah saya
yang berjudul”Model Supervisi Klinis”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “SUPERVISI KLINIS” makalah ini
mungkin masih banyak kekurangan, sehinggah kritik dan sarann yang bersifat membangun
sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalh ini.

Apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini saya minta maaf karena kami masiih
dalam proses pembelajaran, semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
serta pengetahuan baru untuk kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar, Tujuan Dan Ciri Khas Dari Supervisi


Klinis............................................
2. Proses Dan Pelaksanaan Dari Supervisi
Klinis.................................................................
3. Orientasi Perilaku Supervisi
Klinis...................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

    

1.  Latar Belakang

Supervisi klinis berbeda dengan supervisi akademik. Salah satu perbedaannya adalah


supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif awal dari supervisor, sedangkan supervisi
klinis dilakukan berdasarkan inisiatif guru. Pelaksanaan supervisi klinis bagi guru muncul
ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor, tetapi
atas kesadaran guru datang ke supervisor untuk meminta bantuan mengatasi maslahnya.
Konsep supervisi klinis ibarat seorang pasien yang sedang sakit dan dia ingin sembuh dari
sakitnya sehingga dia datang ke dokter untuk di obati. Jika guru memilki kesadaran seperti
pasien tersebut, jika dia mengalami kesulitan dalam tugasnya, maka guru tersebut dapat
dikatakan melakukan proses supervisi klinis[1]

Pada dasarnya kegiatan supervisi Pendidikan  merupakan rangkaian kegiatan dari


administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan yang dimaksud  adalah mencakup
kegiatanperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian serta evaluasi. Mengadakan
supervisi adalah mengadakan pengawasan danpenilaian dari apa yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dalamkegiatan Pendidikan dan pengajaran oleh guru. Tidak hanya melihat
hasilnya, tetapi bagaimana prosesnya. Orientasinya terletak pada ”mengapa” bukan

hanya pada ”apa”.

Ada beberapa persoalan yang cukup urgen untuk dijadikan alasan, mengapa supervisi
diperlukan dalam proses pendidikan .Pertama, perkembangan kurikulum Pendidikan  yang
merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangantersebut sering menimbulkan
perubahan-perubahan struktur maupunfungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut
memerlukanpenyesuaian terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan.Hal initerkait
dengan kondisi guru itu sendiri.Kedua, pengembangan profesi guruyang senantiasa
merupakan upaya terus-menerus dari suatuorganisasi profesi keguruan.Guru  memerlukan
peningkatankarir, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga, tuntutan pendidikan.Pendidikan
merupakan kebutuhan mutlak bagi kerberadaan manusia.Pendidikan pada hakekatnya adalah
menjadikan manusia sebagai individuyang beriman dan bertaqwa kepada al-Khâliq, beretika,
berakhlaklkarimah, berbudaya, berilmu pengetahuan, dan mempunyai kecakapanserta
keterampilan.Keempat, tuntutan masyarkat.Pendidika  pada dasarnyaharus dimiliki oleh
setiap manusia yang dilahirkan ke alam dunia.pendidikan dipandang sebagai fitrah dan
kebutuhan manusia. Fitrah manusia yang berupa pengetahuan,akan tetap melembaga pada
pribadi manusia bahkan menjadi karakterhidup dan kehidupannya, dan sangat tergantung
pada lingkungannyadimana manusia itu berada. Kelima, tuntutan sosiologis dan
kultural.Padaaspek ini, manusia dipandang sebagai individu yang mempunyaikecenderungan
untuk hidup bermasyarakat.Sebagai makhlukbermasyarakat, manusia harus memiliki rasa
tanggung jawab sosial dantanggungjawab kebudayaan. Sebagai individu berbudaya, manusia
harusmelakukan transformasi dan transmisi kebudayaan kepada generasipenerus yang akan
memerankan fungsi dan tanggung jawabnya padakehidupan yang akan datang.

Manusia sebagai individu sosial dan kultural, mempunyai peran dantanggungjawab


untuk melestarikan dan mengembangkan pendidikan sertamemindahkan kebudayaan pada
generasi berikutnya. Pendidikan dankebudayaan yang berlandaskan  pada penegetahuan,
hanya dapat dikembangkan dandisalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikan, baik formal,
informal maupun nonformal. Dari sinilah diperlukan adanya kegiatan supervise Pendidikan.

Dari paparan latar belakang masalah di atas tentu menarik rasanya bagi penulis untuk
mengakaji dan menganalisinya tentang supervisi klinis ini.

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a.    Apa konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis ?

b.    Bagaimana Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis ?

c.    Apa Oreantasi Perilaku Supervisi klinis ?

3.      Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan yang dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah:

a.    Untuk mengetahui konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis
b.    Untuk mengetahui Bagaimana Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis

c.    Untuk mengetahui Oreantasi Perilaku Supervisi klinis ?

BAB II

PEMBAHASAN

1.    Konsep Dasar, Tujuan dan Ciri Khas dari supervisi klinis

Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan olehMorrisL. Cogan,


Robert Goldhammer, dan Richart Weller diUniversitas Harvard pada akhir dasawarsa 50-an
dan awal dasawarsa60-an.[2]Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinis,
yaitu:pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yangmemerlukan
pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melaluipengamatan dan analisis ini, supervisor akan
mudah mengembangkankemampuan guru mengelola proses
pembelajaran. Kedua,  guruprofesional yang ingin dikembangkan lebih menghendaki cara
yangkolegial dari pada cara yang autoritarian.[3]

Konsep dasar supervisi klinis adalah kolegial, kolaboratif, memilikiketerampilan


layanan dan perilaku etis.[4]Supervisi klinis merupakansalah satu teknik
supervisi  model demokratik.[5]Menurut Bolla, superviseklinis merupakan suatu proses
bimbingan kepada guru yang bertujuanuntuk membantu pengembangan profesionalnya,
khususnya dalampenampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secarateliti
dan obyektif.[6]

Pada dasarnya, supervisi klinis merupakan pembinaan performanguru dalam mengelola


proses pembelajaran. Pelaksanaannya didesaindengan praktis dan rasional.Desain maupun
pelaksanaannya dilakukanatas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas.Data
danhubungan antara guru dengan supervisor merupakan dasar programprosedur dan strategi
pembinaaan perilaku mengajar guru dalammengembangkan belajar peserta didik. Menurut
Cogan aspek superviseklinis ditekankan pada lima hal, yaitu; proses supervisi klinis,
interaksiantara guru dengan murid, performan guru dalam mengajar,hubungan guru dengan
supervisor, dan analisis data berdasarkanperistiwa aktual di kelas.[7]
Tujuan supervisi klinis adalah untuk membantu memodifikasi model-
modelpembelajaran agar mencapai keefektifan.Sergiovanni menyatakanada dua sasaran
supervisi klinis, yaitu; pertama, untuk membangunmotivasi dan komitmen kerja
guru.Kedua, untuk menyediakanpengembangan staf bagi guru.7 Sedangkan menurut
Acheson dan Gall,tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan proses pembelajaran
yangdikelola guru di kelas. Tujuan ini dirinci ke dalam tujuan yang lebihspesifik, yaitu:

a.       Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenaipengajaran yang


dilaksanakan.

b.      Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalahpengajaran.

c.       Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakanstrategi pengajaran.

d.      Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dankeputusan lainnya.

e.       Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadappengembangan profesional


yang berkesinambungan.[8]

Dengan demikian, supervisi klinis memiliki pengertian; pertamasupervisi klinis


berlangsung dalam bentuk hubungan tatap muka antarasupervisor dengan guru.Kedua, tujuan
supervisi klinis untukmemperbaiki perilaku guru dalam proses pembelajaran secara
intensif,sehingga ia dapat menciptakan keefektifan pembelajaran. Ketiga,kegiatan supervisi
klinis ditekankan pada beberapa aspek yang menjadiperhatian guru serta pengamatan
kegiatan pembelajaran di kelas.

Keempat, kegiatan pengamatan harus dilakukan secara cermat, selektif,obyektif, dan


mendetail.Kelima, analisis terhadap hasil pengamatanharus dilakukan bersama antara
supervisor dan guru, dan kemudiandidiskusikan bersama untuk menyepakati rencana kegiatan
tindaklanjut apakah perlu diulang atau diteruskan pada aspek yang lain.Keenam,  hubungan
antara supervisor dengan guru harus bersifatkolegial bukan autoritarian.

Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannyadengan teknik


supervisi yang lain, Menurut Pidarta, ciri-ciri superviseklinis adalah sebagai berikut:

1).  Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akandisupervisi tentangaspek perilaku
yang akan diperbaiki.

2).  Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku gurudalam proses belajar
mengajar yang spesifik, misalnya caramenertibkan kelas, teknik bertanya, teknik
mengendalikan kelasdalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak yang nakal
dan sebagainya.

3).  Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesisbersama tentang bentuk


perbaikan perilaku atau cara mengajar yangbaik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori
dalam proses belajarmengajar.

4).  Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru
yang akan diperbaiki ketika sedangmengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau
direvisi

5).  Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutamayang sudah berhasil
diperbaiki.Agar muncul kesadaran betapapentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan
secaraberkelanjutan.

6).  Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasarsaling mempercayai dan
sama-sama bertanggung jawab.

7).  Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilakuitu satu persatu diperbaiki
sampai guru itu bisa bekerja denganbaik, atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak
menjadi jelek.[9]

2. Proses dan Pelaksanaan dari Supervisi klinis

Konsep supervisi klinis sebagai salah model dan  teknik pendekatan


dalammengembangkan pembelajaran guru merupakan suatu pola yangdidasarkan pada
asumsi dasar bahwa proses belajar guru untukberkembang dalam jabatannya tidak dapat
dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual,
olehkarena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu gurusecara tatap muka
dan individual. Supervisi klinis sebagai suatu teknikmemiliki langkah-langkah tertentu yang
perlu mendapat perhatianuntuk mengembangkan profesionalitas guru.

Menurut Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yangdinamainya dengan
siklus atau proses supervisi klinis.[10]

Delapan tahaptersebut mencakup tahap membangun dan memantapkan hubunganguru


dengan supervisor, tahap perencanaan bersama guru, tahapperencanaan strategi observasi,
tahap observasi pengajaran, tahapanalisis proses belajar mengajar, tahap perencanaan strategi
pertemuan,tahap pertemuan, dan tahap penjajakan rencana pertemuanberikutnya.[11]Menurut
Mosher dan Purpel, ada tiga aktivitas dalam prosessupervisi klinis, yaitu tahap perencanaan,
tahap observasi, dan tahapevaluasi dan analisis.[12]

Sedangkan menurut Oliva, ada tiga aktivitasesensial dalam proses supervisi klinis, yaitu
kontak dan komunikasidengan guru untuk merencanakan observasi kelas, observasi kelas,
dantindak lanjut observasi kelas.[13]Senada dengan pendapat di atas, Pidarta mengemukakan
bahwa adatiga langkah supervisi klinis, yaitu melakukan perencanaan secaramendetail
termasuk membuat hipotesis, melaksanakan pengamatsecara cermat, dan menganalisis hasil
pengamatan serta memberikanumpan balik.[14]Dengan demikian, walaupun deskripsi
pandangan para ahli di atastentang langkah-langkah proses supervisi klinis berbeda,
namunsebenarnya langkah-langkah itu bisa disarikan pada tiga tahap esensialyang berbentuk
proses, yaitu proses pertemuan awal atau perencanaan,proses pelaksanakan
pengamatan/observasi pembelajaran secaracermat, serta proses menganalisis hasil
pengamatan dan memberikanumpan balik.Berikut akan dikemukakan secara lebih rinci dari
ketiga tahaptersebut:

a.    Proses pertemuan awal atau perencanaan

Menurut Pidarta, langkah dalam pertemuan awal atauperencanaan ini meliputi kegiatan:
1).Menciptakan hubungan yangbaik dengan cara menjelaskan makna supervisi klinis
sehinggapartisipasi guru meningkat, 2).Menemukan aspek-aspek perilakuapa dalam proses
belajar mengajar yang perlu diperbaiki, 3).Membuat prioritas aspek-aspek perilaku yang akan
diperbaiki,4).Membuat hipotesis sebagai cara atau bentuk perbaikan pada subtopik bahan
pelajaran tertentu.[15]Pertemuan awaldimaksudkan untuk mengembangkanbersama antara
supervisor dengan guru tentang kerangka kerjapengamatan kelas yang akan dilakukan. Hasil
akhir pertemuan iniadalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dengan guru.Tujuan
ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini terciptakerja sama, hubungan kemanusiaan
dan komunikasi yang baikantara supervisor dengan guru. Selanjutnya kualitas hubungan
yangbaik antara supervisor dengan guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan
proses berikutnya dalam kegiatan modelsupervisi klinis.

Oleh sebab itu, para ahli banyak menyarankan agar pertemuanawal ini dilaksanakan
secara rileks dan terbuka. Perlu sekalidiciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor,
sebabkepercayaan guru akanmempengaruhi keefektifan pelaksanaanpertemuan awal ini.
Kepercayaan berkenaan dengan keyakinanguru bahwa supervisor memperhatikan potensi,
keinginan,kebutuhan, dan kemauan guru.Pertemuan awal tidak membutuhkan waktu yang
lama,supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai
permasalahan khusus yang membutuhkandiskusi panjang.

Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di saturuang yang netral, misalnya kafetaria,


atau bisa juga di kelas.Pertemuan di ruang supervisor atau kepala sekolah kemungkinanakan
membuat guru menjadi tidak bebas.Secara teknis, ada beberapa kegiatan yang harus
dilaksanakandalam pertemuan awal ini, yaitu; menciptakan suasana yang akrabdan terbuka,
mengidentifikasi aspek-aspek yang akandikembangkan guru dalam kegiatan pembelajaran,
menerjemahkanperhatian guru ke dalam tingkah laku yang bisa diamati,mengidentifikasi
prosedur untuk memperbaiki pembelajaran guru,membantu guru memperbaiki tujuannya
sendiri, menetapkan waktupengamatan pembelajaran di kelas, menyeleksi
instrumenpengamatan pembelajaran di kelas, dan memperjelas kontekspembelajaran dengan
melihat data yang akan direkam.

Goldhammer, mendeskripsikan satu agenda yang harusdihasilkan pada akhir


pertemuan awal ini, yaitu:

1). Menetapkan kontrak atau perjanjian antara supervisor denganguru tentang hal yang akan
diobservasi, meliputi: a). Tujuaninstruksional umum dan khusus pengajaran; b).
Hubungantujuan pengajaran dengan keseluruhan program pengajaranyang
diimplementasikan; c). Aktivitas yang akan diobservasi;d). Kemungkinan perubahan format
aktivitas, sistem, dan unsurunsurlain berdasarkan persetujuan interaktif antara
supervisordengan guru; e). Deskripsi spesifik butir-butir atau masalah-masalahyang
sebalikannya diinginkan guru.

2) Menetapkan mekanisme atau aturan-aturan observasi, meliputiwaktu (jadwal) observasi,


lamanya observasi, dan tempatobservasi.

3). Menetapkan rencana spesifik untuk melaksanakan observasi,meliputi: (a). Di mana supervisor
akan duduk selamaobservasi?;(b). Akankah supervisor menjelaskan kepada
muridmuridmengenai tujuan observasinya?. Jika demikian, kapan?Sebelum ataukah setelah
pelajaran?; (c). Akankah supervisormencari satu tindakan khusus?; (d). Akankah
supervisorberinteraksi dengan murid-murid?; (e).Perlukah adanya materialatau persiapan
khusus?; (f). Bagaimanakah supervisor akanmengakhiri observasi?.[16]

b. Proses melaksanakan pengamatan


Menurut Pidarta, proses melaksanakan pengamatan ada duakegiatan yaitu gurumengajar
dengan tekanan khusus pada aspekperilaku yang diperbaiki, dan supervisor mengobservasi.
Prosesmelaksanakan pengamatan secara cermat, sistematis, dan obyektifmerupakan proses
kedua dalam proses supervisi klinis.Perhatianobservasi ini ditujukan pada guru dalam
bertindak dan kegiatankegiatankelas sebagai hasil tindakan guru.Waktu dan
tempatpengamatan pembelajaran ini sesuai dengan kesepakatan bersamaantara supervisor
dengan guru pada waktu mengadakan pertemuanawal.[17]

Melaksanakan pengamatan pembelajaran secara cermat,mungkin akan terasa sangat


kompleks dan sulit, dan tidak jarangadanya supervisor yang mengalami kesulitan. Dengan
demikian,menuntut supervisor untuk menggunakan berbagai macamketerampilan. Ada dua
aspek yang harus diputuskan dandilaksanakan oleh supervisor sebelum dan sesudah
melaksanakanpengamatan pembelajaran, yaitu menentukan aspek yang akandiamati dan cara
mengamatinya. Mengenai aspek yang akandiamati harus sesuai dengan hasil diskusi bersama
antara supervisordengan guru pada waktu pertemuan awal.

Adapun mengenai bagaimana mengamati juga perlumendapatkan perhatian. Maksud


baik supervisor akan tidak berarti,apabila usaha-usaha kegiatan pengamatan tidak
memperoleh datayang seharusnya diperoleh. Tujuan utama pengumpulan dataadalah untuk
memperoleh informasi yang sebenarnya, yang akandigunakan untuk bertukar pikiran dengan
guru setelah kegiatanpengamatan berakhir, sehingga guru bisa menganalisis secaracermat
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya di kelas. Disinilah letak pentingnya teknik dan
instrumen pengamatan yangbisa digunakan untuk mengamati guru mengelola
prosespembelajaran.Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini,sebenarnya para
peneliti telah banyak mengembangkan bermacammacamteknik yang bisa digunakan dalam
mengamati kegiatanpembelajaran.

Acheson dan Gall, mereview beberapa teknik danmenganjurkan supervisor untuk


menggunakannya dalam prosessupervisi klinis sebagai berikut :[18]

1) Selective Verbatim. Pada teknik ini, supervisor membuatsemacam rekaman tertulis.Tentunya


tidak semua kejadianverbal harus direkam, tetapi sesuai dengan kesepakatan bersamaantara
supervisor dengan guru pada pertemuan awal.Hanyakejadian tertentu yang harus direkam
secara selektif. Transkipini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa
jugamenyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui taperecorder.
2).Rekaman observasional berupa a seating chart. Supervisormendokumentasikan perilaku
murid, bagaimana ia berinteraksidengan seorang guru selama pembelajaran
berlangsung.Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi dideskripsikansecara bergambar.
Melalui penggunaan a seating chart ini,supervisor bisa mendokumentasikan secara grafis
interaksi gurudengan murid, murid dengan murid, sehingga dengan mudahdiketahui apakah
guru hanya berinteraksi dengan semua muridatau hanya dengan sebagian murid yang terlibat
dalam prosespembelajaran.Wide-lens techniques.Supervisor membuat catatan yanglengkap
mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yangpanjang lebar.Teknik ini bisa juga
disebut dengan anecdotalrecord.

4).Checklists and time line coding. Supervisor mengamati danmengumpulkan data perilaku
pembelajaran yang sebelumnyatelah diklasifikasi atau dikatagorisasikan.Contoh yang
palingbaik dalam kegiatan pengamatan dengan model supervisi klinisadalah skala analisis
interaksi.Flanders berpendapat bahwadalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan
menjadi tigakategori besar, yaitu; pembicaraan guru, pembicaraan murid,dan tidak ada
pembicaraan (silence).

c. Proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik

Menurut Pidarta, pada tahap menganalisis hasil pengamatandan memberikan umpan


balik diarahkan pada menganalisis hasilmengajar secara terpisah dan pertemuan akhir seperti:
a). Gurumemberi tanggapan/penjelasan/pengakuan,b). Supervisor memberitanggapan/ulasan,
c). Menyimpulkan bersama hasil yang telahdicapai;hipotesis diterima, ditolak, atau direvisi,
d). menentukanrencana berikutnya: mengulangi memperbaiki aspek tadi, dan ataumeneruskan
untuk memperbaiki aspek aspek yang lain.[19]Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah
melaksanakanpengamatan pembelajaran, dengan terlebih dahulu dilakukananalisis terhadap
hasil pengamatan.

Tujuan utama menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik


adalahmenindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamatterhadap proses
pembelajaran. Pembicaraan dalam menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan
balik ini adalahditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan perbedaanantara
perilaku guru dan peserta didik yang direncanakan denganperilaku aktual guru dan peserta
didik, serta membuat keputusantentang apa dan bagaimana yang seharusnya
dilakukanberhubungan dengan perbedaan yang ada.
Proses ini merupakan proses yang penting untukmengembangkan perilaku guru dengan
cara memberikan balikantertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit,
bersifatmemotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaatbagi guru. Paling
tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagiguru, yaitu: (1) Guru bisa diberi penguatan dan
kepuasan sehinggabisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam pengajaran
biasdidefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat, (3)supervisor bila mungkin dan
perlu bisa berupaya mengintervensisecara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis
danbimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukansupervisi terhadap
dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberipengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat
analisisprofesional diri pada masa yang akan datang.22Sebelum mengadakan pertemuan
balikan ini, supervisor terlebihdahulu diharuskan menganalisis hasil pengamatan
danmerencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pulaguru diharapkan
menilai dirinya sendiri.Dalam pertemuan balikanini sangat diperlukan adanya keterbukaan
antara supervisor denganguru.Maka dari itu, supervisor sebaiknya menanamkan
kepercayaanpada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untukmenyalahkan guru,
melainkan untuk memberikan masukan balikan.Pertama kali yang harus dilakukan oleh
supervisor dalam setiappertemuan balikan adalah memberikan
penguatan (reinforcment)terhadap guru.Kemudian dilanjutkan dengan analisis
bersamaterhadap setiap aspek pembelajaran yang menjadi perhatian dalamkegiatan supervisi
klinis.

Ada beberapa langkah penting yang harusdilakukan selama pertemuan balikan ini, yaitu:

1). Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannyaterhadap pengajaran yang dilakukan,
kemudian supervisorberusaha memberikan penguatan (reinforcement).

2). Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersamaguru mengidentifikasi


perbedaan antara tujuan pengajaran yangdirencanakan dengan tujuan pengajaran yang
dicapai.

3). Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru.Supervisor bersama guru
mengidentifikasi target keterampilandan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum
dicapai.

4). Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis targetketerampilan dan perhatian


utamanya.
5). Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selamaproses supervisi klinis. Supervisor
memberikan kesempatankepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan danperhatian
utamanya yang telah dicapai selama proses superviseklinis.

6). Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus

menetapkan rencana berikutnya.[20]

Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerjayang baik dalam
pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakanpengamatan pembelajaran secara cermat,
maupun dalam menganalisishasil pengamatan dan memberikan umpan balik.Faktor yang
sangatmenentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan padaguru bahwa tugas
supervisor semata-mata untuk membantumengembangkan pembelajaran guru.Upaya
memperoleh kepercayaanguru ini memerlukan satu iklim kerja yang kolegial.

3. Oreantasi Perilaku Supervisi klinis

Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor menentukankeberhasilannya dalam


membantu mengembangkan guru. MenurutGlickman, perilaku supervisor dalam supervisi
klinis meliputi:mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan,memecahkan
masalah, bernegosiasi, mendemonstrasikan, memastikan,standardisasi, dan
menguatkan.Sedangkan orientasi perilakusupervisi klinis terdiri atas: [21]

a.       Orientasi Langsung

Supervisi klinis berorientasi langsung akan mencakup perilakuperilakupokok, berupa


klarifikasi, presentasi, demonstrasi,penegasan, standardisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari
perilakusupervisi ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalamsatu periode waktu
tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi inisama halnya dengan asumsi dasar psikologi
perilaku, bahwamengajar itu pada dasarnya merupakan penkondisian individumelalui
lingkungannya.Apabila supervisor akan menggunakan orientasi ini, makabentuk aplikasinya
dalam proses supervisi klinis adalah: pertama,pada saat pertemuan awal, supervisor
mengklarifikasi masalahmasalahyang dihadapi oleh guru dan barangkali sambil
bertanyakepada guru yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi danrevisi
seperlunya. Pada saat itu pula supervisor mempresentasikanide-idenya mengenai informasi
atau data apa saja yangdikumpulkan. Kedua, melaksanakan pengamatan kelas
secaracermat.Peran supervisor adalah sebagai pengamat untukmengetahui kondisi sebenarnya
dan bagaimana seharusnyadipecahkan.Ketiga, pada pertemuan balikan, setelah
datadikumpulkan dan dianalisis, supervisor menegaskan danmendemonstrasikan tindakan-
tindakan pembelajaran yang mungkinbisa dilakukan oleh guru.Pada saat itu pula, supervisor
menetapkanstandard pencapaian serta penguatan baik dalam bentuk insentifmaterial maupun
sosial.

b.      Orientasi Kolaboratif

Supervisi klinis yang berorientasi kolaboratif akan mencakupperilaku pokok, berupa


mendengarkan, mempresentasikan,pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil akhir dari
perilakusupervisi ini adalah kontrak kerja antara supervisor dengan guru.Asumsi yang
mendasari orientasi supervisi ini adalah sama halnyadengan asumsi yang mendasari psikologi
kognitif, bahwa belajar itumerupakan hasil perpaduan antara perilaku individu
denganlingkungan luarnya.Apabila supervisor akan menggunakan orientasi kolaboratif
ini,maka bentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis meliputikegiatan:

1). Pertemuan awal atau perencanaan

Pada pertemuan ini, supervisor mendengarkan apa yangdikeluhkan oleh guru, sehingga ia
benar-benar memahamimasalah-masalah yang dihadapi guru. Setelah itu, supervisorbersama
guru mengadakan negosiasi untuk menetapkan kapansupervisor melakukan observasi kelas.

2). Melaksanakan pengamatan

Setelah pertemuan awal, dilanjutkan dengan observasi kelas.Pada waktu observasi ini,
supervisor dengan menggunakaninstrumen tertentu mengamati pembelajaran guru dan
aktivitaspeserta didik.Kemudian hasil pengamatan tersebut dianalisis,dengan menyiapkan
beberapa pertanyaaan untuk mengarahkanpemahaman guru terhadap masalah yang
dihadapinya.

3). Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik

Pada tahap ini supervisor mengajukan beberapa pertanyaanyang telah dibuat sebelumnya.
Guru menjawab pertanyaanpertanyaanyang diajukan oleh supervisor. Kemudian
supervisorbersama guru mulai memecahkan masalah.Dalam pemecahanmasalah ini,
sebaiknya antara supervisor dengan guru berpisah,sehingga masing-masing pihak bisa
mengidentifikasi alternativepemecahan masalah menurut pikiran masing-masing
pihak.Kemudian pada hari berikutnya, kedua belah pihak berkumpulkembali untuk saling
membahas alternatif pemecahan yangtelah dibuatnya.Artinya, supervisor bersama guru
menentukanalternatif pemecahan terbaik dan membagi tugas untukmengimplementasikannya.

c.       Orientasi Tidak Langsung

Asumsi yang mendasari orientasi ini adalah sama halnyadengan asumsi yang mendasari
psikologi humanistik yangmenyatakan bahwa belajar merupakan hasil keinginan
individuuntuk menemukan rasionalitas dan dasar-dasar dalam dunia ini.Premis mayor yang
mendasari orientasi ini adalah bahwa gurumampu menganalisis dan memecahkan masalahnya
sendiri dalamproses pembelajaran. Peran supervisor hanya sebagai seorangfasilitator dengan
sedikit memberikan pengarahan kepada guru.Perilaku supervisi yang berorientasi tidak
langsung akanmencakup berupa kegiatan mendengarkan, mengklarifikasi,mendorong,
mempresentasikan, dan bernegosiasi. Hasil akhir darisupervisi ini adalah rencana guru
sendiri (teacher self-plan).

Apabila supervisor akan menggunakan orientasi tidak langsungdalam melaksanakan


supervisi, maka bentuk aplikasinya dalamproses supervisi klinis meliputi kegiatan:

(a). Pertemuan awal atau perencanaan

Dalam pertemuan awal ini supervisor mendengarkan keluhankeluhanguru.Kemudian


supervisor bertanya kepada guru perlutidaknya diadakan pengamatan kelas pada saat guru
mengajar.Apabila tidak diperlukan oleh guru berarti tidak ada masalahserius yang dihadapi
guru. Sebaliknya apabila guru memintasupervisor mengamati kelas, maka dilanjutkan
denganmengamati kelas, ketika proses pembelajaran berlangsung.

(b). Melaksanakan pengamatan

Supervisor memasuki kelas untuk mengamati pengajaran guru.Supervisor mengamati


bagaimana guru mengajar, bagaimanapeserta didik belajar, mendengarkan penjelasan,
berdiskusi, dansebagainya.Setelah itu, semua hasil pengamatan dianalisis
dandiinterpretasikan.Apabila dianggap perlu, supervisor menyusunpertanyaan untuk
mengklarifikasi hasil-hasil pengamatannyauntuk membantu mengarahkan guru memahami
kekurangan danmasalahnya sendiri.

(c). Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balikSetelah selesai menganalisis dan
menginterpretasikan,supervisor bersama guru mengadakan pertemuan akhir.Padasaat inilah
diidentifikasi kembali tindakan-tindakan yangdilakukan guru di kelas, serta membantu guru
memahamikekurangannya sendiri.Kemudian supervisor bertanya kepadaguru tentang banyak
hal yang menurut guru bisa dilakukanuntuk memecahkan beberapa kekurangannya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelaksanaan supervisi klinis dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pendidikan mandiri, sehinggah segala bentuk tujuan yang hendak dapat terwujud secara
efektif dan efisien, terutama bagi guru baik itu untuk mata pelajaran umum maupun
pendidikan agama islam. karena kedua kelompok guru tersebut dalam melaksanakan
tugasnya tidak bisa terlepas dari segala bentuk masalah yang dihadapi. Disinilah supervisi
klinis sangat dibutuhkan oleh guru agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya . Wa Allah A’lam bi al- Shawa

DAFTAR  PUSTAKA

Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik,Jakarta: Rajawali Pers, 2014.


Cogan, M.L.Clinical Supervision(Boston: Honghton Miffin, 1973) terjemahan  Muhammad
Iqbal, Supervisi Klinik,Yogyakarta: Diva Press, 2013

Harahap, Baharudin.Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, KepalaSekolah, Penilik dan
Pengawas Sekolah, Jakarta: Ciawi Jaya, 2014.

Krajewski, R.A.Clinical Supervision: A Conceptual Framework,” dalam Journalof Research and


Development in Education,15/ 3, 2011

Oliva,P .F.Supervision for Today’s School,1999(New York: Longman),Terjemahan  oleh  Ahmad


Baihaqi, Supervisi   Akademik  dan   Klinis, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Purwanto, M.Ngalim.Administrasi dan Supervisi Pendidikan ,Bandung: RemajaRosdakarya, 1999.

Prasojo, Lantip Diat. & Sudiyono,Supervisi Pendidikan,2011 Yogyakarta: Gava Media, 2001

Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Sergiovanni, Thomas J. and Robert J. Staarratt, Emerging Patterns of Supervision:Human


Perspective, New York: Mc Graw Hill Book Company, 2010.

Sahertian, Piet. A.  dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,Surabaya: Usaha
Nasional, 2012.

Anda mungkin juga menyukai