Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DESKRIPSI LANGKAH-LANGKAH POKOK PENGEMBANGAN


DESAIN PEMBELAJARAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran Sejarah

Dosen Pengampu : Bobi Hidayat, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nama :

Gita Pratiwi (19220006)


Arum Ningtias (19220005)

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan makalah “Deskripsi Langkah-Langkah Pokok
Pengembangan Desain Pembelajaran”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Metro, November 2020


Disusun Oleh,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi...........................................3
2.2 Penentuan Materi Pembelajaran.....................................................................5
2.3 Pemilihan Strategi Pembelajaran....................................................................6
2.4 Memilih Media Pembelajaran........................................................................7
2.5 Pengembangan Prosedur dan Instrument Evaluasi......................................10
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misahwa sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan
pelaksanaannya. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas
tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi
yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan
kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk
sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Dalam penyusunan
rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan
diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan ke dalaman cakupan kemempuan
dasar, dapat digunakan jaringan topic/tema/konsep. Kompetensi dasar yang
terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu
pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin
dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran. Desain pembelajaran sebagai
proses, merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran
dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin
mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di
dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba
dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana penetuan KI dan KD ?
2) Bagaimana mementukan materi pelajaran ?
3) Bagaimana memilih strategi pembelajaran ?
4) Bagaimana memilih media pembelajaran ?
5) Bagaimana pengembangan prosedur dan instrument evaluasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui penentuan KI dan KD.
2) Untuk mengetahui bagaimana menentukan materi pelajaran.
3) Untuk mengetahui bagaimana memilih strategi pembelajaran.
4) Untuk mengetahui bagaimana memilih media pembelajaran.
5) Untuk mengetahui pengembangan prosedur dan instrument evaluasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi


1. Konsep Standar Kompetensi Pembelajaran

Dalam berbagai model desain pembelajaran, penentuan Standar

kompetensi pembelajaran merupakan langkah pertama yang harus

dilakukan oleh pengembang desain pembelajaran. Agar dapat menentukan

kompetensi pembelajaran dengan baik, maka pertama-tama perlu dipahami

tentang konsep standar kompetensi pembelajaran. Standar kompetensi

(SK) pembelajaran merupakan suatu kebulatan pengetahuan, keterampilan

dan sikap minimal yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran. Standar kompetensi meliputi dua dimensi, yaitu

standarisi content stondard dan standar penamplan/pencapaian.

2. ISI

Dimensi standar isi menggambarkan ruang lingkup atau cakupan

materiyang harus dikuasai. Misalnyajika siswa menguasal kompetensi

materi operasi bilangan, berarti siswa tersebut mampu menguasai

penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Penguasaan materi

Pancasila berarti mencakup sila pertama sampai dengan sila kelima.

3. Standar Penampilan/ Tujuan Umum

Dimensi standar penampilan menggambarkan tingkat menjawab

pertanyaan seberapa tinggi, seberapa luas, seberapa besar, dan seberapa

dalam. Sebagai contoh, sama-sama mempelajari topik Pancasila, maka

tingkat kedalaman dan keluasan antara siswa SD, SMP. dan SMA berbeda-

beda. Operasi bilangan untuk siswa SD, SMP, dan SMA tentu berbeda-

3
beda pula tingkat keluasan dan kedalamannya. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam menentukan penguasaan. Tingkat penampilan

ada kalanya harus dicapai 100%. Hal ini berlaku untuk kompetensi-

kompetensi yang bersifat penting atau kritis dalam kehidupan seharihari.

Seorang dokter ahli bedah, seorang pilot, dan bengkel atau mekanik, harus

menguasai kompetensi 100%. Sebab kalau tidak, maka mereka akan

menemui kesulitan dalam menjalankan profesinya. Seorang pilat harus

kompeten menerbangkan dan mendaratkar pesawat terbang, tidak boleh

hanya bisa take off tetapi tidak bisa landing.

Istilah lain kompetensi pembelajaran yang pernah digunakan pada

pengembangan pembelajaran di Indonesia adalah tujuan pembelajaran

umum. Singkatnya, kompetensi pembelajaran merupakan petunjuk yang

jelas dalam penentuan materi, sumber, alat/media, kegiatan belajar

mengajar, dan evaluasi. Demikian pentingnya kompetensi tersebut sampai-

sampai Merill (1971:1) mengatakan: "Without this information, it is

difficult, if not impossible, to outline a zourse that has attained desired

level competence". Juga Hall memandang begitu penting kompetensi

tersebut sampai-sampai ia berkata: "The curriculum without aims was

compared to a journey without a destination" (1975: 22). Dikatakan juga

bahwa "tiadanya tujuan pembelajaran dapat membawa frustasi kepada

mahasiswa sebab mereka tak tahu tentang apa sebenarnya yang dipelajari

dari suatu matakuliah tertentu". Tanpa perumusan yang tegas, kuliah akan

hanya didasarkan atas isi semata-mata, sedang isi pelajaran sebenarnya

adalah sekadar alat (tool) untuk mencapai tujuan.

4
4. Prosedur Penyusunan dan Perumusan Kompetensi

Pemerincian dan pengurutan (sequencing) kompetensi

pembelajaran. Dalam merencanakan pembelajaran sering kita dihadapkan

pada tugas untuk menyampaikan kompetensi pembelajaran yang luas

cakupan atau ruang lingkupnya. Untuk memudahkan cara

mengajarkannya, kompetensi tersebut perlu dirinci menjadi bagian-bagian

yang manajebel untuk diajarkan dalam rentang waktu tertentu. Teknik

memerinci dan mengurutkan atau menyusun kompetensi adalah dengan

melakukan analisis kompetensi (dalam buku-buku teks lazim disebut

analisis instruksional/ instructional analysis). Analisis instruksional adalah

kegiatan memerinci tugas dan subtugas yang harus dipelajari siswa

kemudian mengurutkannya. Dari rincian dan urutaan tersebut akan

menjadi jelas bagi siswa tentang materi yang harus dipelajari dan urutan

mempelajarinya. Ditinjau dari pihak guru, hasil analisis instruksional akan

memberi pedoman bagi guru tentang materi yang harus diajarkan dan

urutan mengajarkannya.

2.2 Penentuan Materi Pembelajaran


Problem yang sering dihadapi oleh para guru dan dosen adalah "begitu

banyaknya materi yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas" (Kozma,

1978:2).

Selain problem tersebut, para guru dan dosen juga sering mengalami

kesulitan di dalam mengorganisasikan materi elajaran yang akan diajarkan.

Dalam proses penyusunan desain pembelajaran pemilihan kompetensi

5
pembelajaran mencapai kompetensi. Ketepatan pemilihan materi dan sumber

pemilhanmya sangat penting dikuasal oleh para tenaga pendidik.

2.3 Pemilihan Strategi Pembelajaran


1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Banyak model dan

strategi yang dapat digunakan untuk kegiatan permbelajaran. Namun tidak

semua strategi tersebut cocok untuk mengajarkan semua materi pelajaran

dan untuk semua siswa. Strategi tersebut harus dipilih dengan cermat agar

dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran. Dalam

rangka pengembangan pembelajaran, salah satu tugas pendidik adalah

memilih strategi pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa

mencapai kompetensi yang diinginkan. Berhubung dengan itu, para guru

harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berkenaan dengan

strategi pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan memilih strategi

pembelajaran yang tepat, para guru akan dapat melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang efektif. Untuk memahami konsep strategi

pembelajaran, terlebih dahulu Anda perlu meninjau latar belakang

pentingnya strategi pembelajaran. Setelah topik, siswa, tujuan, dan materi

pelajaran ditentukan, pertanyaan s selanjutnya ialah kegiatan pembelajaran

apakah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara

umum, strategi pembelajaran dapat diartikan "setiap kegiatan yang dipilih,

yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju

tercapainya tujuan pembelajaran tertentu" (Kozma,1978, p. 97). Selain

6
"kegiatan", termasuk dalam strategi pembelajaran adalah "materi dan paket

pembelajaran Strategi pembelajaran diartikan sebagai "Semua komponen

materi, paket pengajaran, dan prosedur yang digunakan untuk membantu

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu" (Dick & Carey, 1978,

p. 106). Istilah strategi pembelajaran sering digunakan untuk menyebut

metode pembelajaran. Memperhatikan definisi tersebut di atas, jelas

strategi pembelajaran lebih luas daripada metode mengajar seperti diskusi,

ceramah, debat, seminar, dsb. Istilah metode lebih menunjuk kepada

teknik atau cara mengajar. Sedangkan strategi mengandung makna

berbagai alternatif kegiatan dan pendekatan yang dapat dipilih untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2. Komponen Strategi Pembelajaran Komponen strategi pembelajaran

meliputi lima butir kegiatan, yaitu:

(1) Kegiatan pembelajaran pendahuluan,

(2) Penyampaian informasi,

(3) Partisipasi siswa,

(4) Tes, dan

(5) Kegiatan lanjutan.

2.4 Memilih Media Pembelajaran


Sebelum memillih media pembelajaran terdapat beberapa tips yang
harus diperhatikan sebagai berikut :
1) Perhatikan materi maupun mata pelajaran yang akan dibuat media
pembelajaran. Apakah materi maupun mata pelajaran tersebut berupa
pemahaman secara kognitif maupun berupa praktik/psikomotorik.
2) Buatlah sebuah peta konsep maupun mind mapping sesuai dengan materi
yang akan dijelaskan. Peta konsep tidak boleh terlalu meluas maknanya

7
(secara kompleks), namun lebih spesifik agar mudah dipahami oleh
siswa.
3) Pilih media yang tepat. Jadi harus ada kesesuaian antara media yang
digunakan dengan materi maupun mata pelajaran. Media digunakan
sebagai alat, dengan pemilihan alat yang tepat maka pesan ataupun
materi akan tersampaikan dengan baik dan lancar.
Dalam bukunya Azhar Arsyad (2015: 74) juga dijelaskan bahwa
kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran
merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Maka
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut :
1. Sesuai dengan tujuan
Media pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan
instruksional dimana akan lebih baik jika mengacu setidaknya dua dari
tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan agar
media pembelajaran sesuai dengan arahan dan tidak melenceng dari
tujuan. Media pembelajaran juga bukan hanya mampu mempengaruhi
aspek intelegensi siswa, namun juga aspek lain yaitu sikap dan
perbuatan.
Tepat Mendukung Materi yang Bersifat Fakta, Konsep, Prinsip,
dan Generalisasi. Tidak semua materi dapat disajikan secara gamblang
melalui media pembelajaran, terkadang harus disajikan dalam konsep
atau simbol atau sesuatu yang lebih umum baru kemudian disertakan
penjelasan. Ini memerlukan proses dan keterampilan khusus dari siswa
untuk memahami hingga menganalisis materi yang disajikan. Media
pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu diselaraskan menurut
kemampuan dan kebutuhan siswa dalam mendalami isi materi.
2. Praktik, Luwes, dan Bertahan
Media pembelajaran yang dipilih tidak harus mahal dan selalu
berbasis teknologi. Pemanfaatan lingkungan dan sesuatu yang sederhana
namun secara tepat guna akan lebih efektif dibandingkan media
pembelajaran yang mahal dan rumit. Simpel dan mudah dalam

8
penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama serta dapat
digunakan secara terus menerus patut menjadi salah satu pertimbangan
utama dalam memilih media pembelajaran.
3. Mampu dan Terampil Menggunakan
Apapun media yang dipilih. guru harus mampu menggunakan
media tersebut. Nilai dan manfaat media pembelajaran sangat ditentukan
oleh bagaimana keterampilan guru menggunakan media pembelajaran
tersebut. Keterampilan penggunaan media pembelajaran ini juga nantinya
dapat diturunkan kepada siswa sehingga siswa juga mampu terampil
menggunakan media pembelajaran yang dipilih.
4. Pengelompokan Sasaran
Siswa terdiri dari banyak kelompok belajar yang heterogen.
Antara kelompok satu dengan yang lain tentu tidak akan sama. Untuk itu
pemilihan media pembelajaran tidak dapat disama ratakan, memang
untuk media pembelajaran tertentu yang bersifat universal masih dapat
digunakan, namun untuk yang lebih khusus masing-masing kelompok
belajar harus dipertimbangkan pemilihan media pembelajaran untuk
masing-masing kelompok.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai kelompok belajar siswa
sebagai sasaran ini misalnya besar kecil kelompok yang bisa digolongkan
menjadi 4 yaitu kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan
perorangan. Latar belakang secara umum tiap kelompok perli
diperhatikan seperti latar belakang ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.
Kemampuan belajar masing-masing siswa dalam kelompok juga wajib
diperhatikan untuk memilih mana media pembelajaran yang tepat untuk
dipilih.
5. Mutu Teknis
Pemilihan media yang akan digunakan harum memenuhi
persyaratan teknis tertentu. Guru tidak bisa asal begitu saja menentukan
media pembelajaran meskipun sudah memenuhi kriteria sebelumnya.
Tiap produk yang dijadikan media pembelajaran tentu memiliki standar
tertentu agar produk tersebut laik digunakan, jika produk tersebut belum

9
memiliki standar khusus guru harus mampu menentukan standar untuk
produk tersebut agar dapat digunakan untuk media pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran yang memperhatikan kriteria-kriteria tersebut akan
menghasilkan atau menemukan media pembelajaran yang berkualitas dan
sesuai atau tepat digunakan untuk masing-masing materi pembelajaran.
Media pembelajaran yang dipilih juga mampu dengan mudah membantu
guru menyampaikan materi kepada siswa, siswa juga dapat lebih mudah
menerima dan memahami materi pembelajaran dengan bantuan media
pembelajaran yang sudah dipilih berdasarkan kriteria diatas.
Beberapa nilai tambah lain juga bisa didapat jika tepat dalam
pemilihan media pembelajaran. Misalnya saja siswa mampu menambah
atau meningkatkan keterampilan tertentu seperti mendengarkan dan
konsentrasi. Dari segi keekonomisan pemilihan media pembelajaran yang
mampu digunakan berkali-kali juga sangat dapat menekan biaya atau
anggaran untuk pengadaan dan produksi media pembelajaran.

2.5 Pengembangan Prosedur dan Instrument Evaluasi

a. Perencanaan Evaluasi

Perencanaan evaluasi dimaksudkan agar hasil yang diperoleh


dari evaluasi dapat lebih maksimal. Perencanaan ini penting bahkan
mempengaruhi prosedur evaluasi secara menyeluruh. Perencanaan
evaluasi dilakukan untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga
memungkinkan membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh sebuah
efek atau yang muncul di luar program, praktik, atau kebijakan yang di
teliti. Kegunaan dari perencanaan evaluasi adalah :
Perencanaan evaluasi membantu untuk mengetahui apakah
standar dalam menyatakan sikap atau perilaku  telah mencapai sasaran atau
tidak, jika demikian sasaran akan dinyatakan ambigu dan akan kesulitan
merancang tes untuk mengukur prestasi siswa; Perencanaan evaluasi
adalah proses awal yang dipersiapkan untuk mengumpulkan informasi 

10
yang  tersedia; Rencana evaluasi menyediakan waktu yang cukup untuk
mendesain tes.
Untuk merancang sebuah tes yang baik memerlukan persiapan
yang cermat dan kualitas tes biasanya lebih baik jika dirancang dengan
cara tidak tergesa-gesa; Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus
dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif sehingga
perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya dalam menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral
objective) atau indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dapat
menggunakan waktu yang tepat.
Dalam melakukan perencanaan evaluasi, hal-hal yang patut
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1)   Analisis Kebutuhan
Adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas
pemecahannya. Analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari
sistem pembelajaran secara keseluruhan, yang dapat digunakan untuk
menyelesaiakan masalah-masalah pembelajaran. langkah-langkah
yang dilakukan adalah mengindentifikasi dan mengklarifikasi
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisa data dan
kesimpulan.

2). Menentukan Tujuan Penilaian.


Tujuan penilaian merupakan dasar untuk menentukan arah, ruang
lingkup materi, jenis/model dan karakter alat penilaian. Ada empat
kemungkinan tujuan penialain : (1) penilaian formatif, yaitu untuk
memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran; (2) penialian sumatif,
yaitu untuk menentukan keberhasilan peserta didik; (3) penialian
diagnostik, yaitu untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran; (4) penilaian penempatan, yaitu
untuk menenpatkan posisi peserta didik sesuai dengan
kemampuannya.

11
3) Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
Bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi yang akan diuji sesuai
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator yang terbagi dalam tiga domain:
a. Domain kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sisnteis dan evaluasi;
b. Domain afektif meliputi: penerimaan, respons, penilaian,
organisasi, kakaterisasi;
c. Domain psikomotor meliputi: persepsi, kesiapan melakukan
pekerjaan, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan orijinasi.

4). Menyusun Kisi-Kisi


Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi
item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu yang berfungsi sebagai pedoman untuk menulis
soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi yang baik akan
memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun penulis
soalnya berbeda. Kisi-kisi penting dalam perencanaan penilaian hasil
belajar karena di dalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan
dalam mengembangkan instrumen (soal) dengan persyaratan

a. Representatif, yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum


sebagai sampel perilaku yang akan di nilai;
b. Komponen-komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan mudah
dipahami;
c. Soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
diterapkan.

Manfaat dari indikator dalam kisi-kisi adalah :


a. Dapat memilih materi, metode, media dan sumber belajar yang
tepat, sesuai dengan kompetensi yang telah di tetapkan;

12
b. Sebagai pedoman dan pegangan untuk menyusun soal atau
isntrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan.
Dalam menyusun kisi-kisi harus memperhatikan domain hasil
belajar yang akan diukur dengan sistematika : (1) aspek recall,
yang berkenaan dengan aspek-aspek pengetahuan tentang istilah-
istilah, definisi, fakta, konsep, metode dan prinsip-prinsip; (2)
aspek komprehensif, yaitu berkenaan dengan kemampuan-
kemampuan antara lain: menjelaskan, menyimpulkan suatu
informasi, menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel, dan lain-lain),
mentransfer pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain
(pernyataan verbal ke non-verbal atau dari verbal ke dalam bentuk
rumus), memprakirakan akibat atau konsekuensi logis dari suatu
situasi; (3) aspek aplikasi yang meliputi kemampuan-kemampuan
antara lain: menerapkan hukum/prinsip/teori dalam suasana
sesungguhnya, memecahkan masalah, membuat (grafik, diagram
dan lain-lain), mendemonstrasikan penggunaan suatu metode,
prosedur dan lain-lain.

5). Mengembangkan Draft


Draft instrumen merupakan penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan
pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta
menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun
bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes
secara keseluruhan. Dengan prosedur soal yang disusun di telaah
oleh tim ahli yang terdiri dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli
kurikulum dan ahli evaluasi. Untuk draft dalam bentuk nontes dapat
dibuat dalam bentuk angket, pedoman observasi, pedoman
wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat, minat 
dan sebagainya.

6). Uji Coba dan Analisis Soal

13
Bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana yang baik
untuk diperguankan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang
sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi yang didasarkan
atas: (1) analisis empiris, yang dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan setiap soal yang digunakan. Informasi empiris
pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat memengaruhi
validitas soal meliputi: aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat
kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda soal, pengaruh
kultur, dan sebagainya; (2) analisis rasional, yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal. Kedua
analisis tersebut dilakukan pula terhadap instrumen evaluasi dalam
bentuk nontes.

7). Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru)


Soal yang sudah di uji coba dan di analisis, direvisi kembali sesuai
dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan
demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa,
atau direvisi total, baik menyangkut pokok soal (stem) maupun
alternatif jawaban (option) yang kemudian dilakukan perakitan soal
menjadi suatu instrumen yang terpadu dengan memperhatikan
validitas skor tes, nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal,
penataan soal dan sebagainya.

b. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu
evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Artinya tujuan evaluasi,
model dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instrumen evaluasi, sumber data,
semuanya sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan evaluasi yang
pelaksanaannya bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis
evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator dalam

14
menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data
dan sebagainya, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Non-tes yang dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap
dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
pendapat terhadap kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar, minat belajar,
motivasi belajar dan mengajar dan sebagainya. Instrumen yang digunakan
(1) angket; (2) pedoman observasi; (3) pedoman wawancara; (4) skala
sikap; (5) skala minat; (6) daftar chek; (7) rating scale; (8) anecdotal
records; (9) sosiometri; (10) home visit
Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi menggunakan
bentuk tes pensil dan kertas (paper and pencil test) dan bentuk penilaian
kinerja (performance), memberikan tugas atau proyek dan menganalisis
hasil kerja dalam bentuk portofolio.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik
yang meliputi (1) data pribadi (personal) yang meliputi nama, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, alamat dan lain-lain; (2) data
tentang kesehatan yang meliputi pengelihatan, pendengaran, penyakit yang
sering diderita dan kondisi fisik; (3) data tentang prestasi belajar
(achievement) di sekolah; (4) data tentang sikap (attitude) meliputi sikap
terhadap teman sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran, sikap
terhadap pendidik dan lembaga pendidikan dan sikap terhadap lingkungan
sosial; (5) data tentang bakat (aptitude) yang meliputi data tentang bakat di
bidang olahraga, keterampilan mekanis, keterampilan manajemen,
kesenian dan keguruan; (6) persoalan penyesuaian (adjustment) meliputi
kegiatan dalam organisasi di sekolah, forum ilmiah, olahraga dan
kepanduan; (7) data tentang minat (interest); (8) data tentang rencana masa
depan yang dibantu oleh pendidik, orang tua sesuai dengan kesanggupan
peserta didik; (9) data tentang latar belakang yang meliputi latar belakang
keluarga, pekerjaan orang tua, penghasilan tiap bulan, kondisi lingkungan,
serta hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

15
Sedangkan kecenderungan evaluasi yang tidak memuaskan dapat ditinjau
dari beberapa segi :
1) Proses dan hasil evaluasi kurang memberi keuntungan bagi peserta
didik, baik secara langsung maupun tidak langsung;
2) Penggunaan teknik dan prosedur evaluasi kurang tepat berdasarkan apa
yang sudah dipelajari peserta didik;
3) Prinsip-prinsip umum evaluasi kurang dipertimbangkan dan pemberian
skor cenderung tidak adil;
4) Cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek penting dari
pembelajaran.

c. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi


Monitoring dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi
pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah
ditetapkan atau belum, dengan tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan
meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua
fungsi pokok (1) melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencaan
evaluasi; (2) melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi
dengan mencatat, melaporkan dan menganalisis faktor-faktor
penyebabnya. Dalam pelaksanaannya dapat digunakan teknik (1) observasi
partisipatif; (2) wawancara bebas atau terstruktur; (3) studi dekumentasi.
Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan acuan untuk
memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya.

d. Pengolahan Data
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah
dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna.
Data hasil evaluasi yang berbentuk kualitatif diolah dan dianalisis secara
kualitatif, sedangkan data hasil evaluasi yang berbentuk kuantitatif diolah
dan dianalisis dengan bantuan statistika deskriptif maupun statistika
inferensial. Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penelitian :

16
 Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai
oleh perserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan
tiga jenis alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman
konversi
 Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu
 Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau
angka
 Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui derajad
validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola (difficulty index) 
dan daya pembeda
Mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil
pengolahan itu. Memberikan interpretasi maksudnya adalah memberikan
pernyataan (statement) mengenai hasil pengolahan data. Interpretasi
terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang
ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan
evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil
yang diperoleh dalam melaksanakan evaluasi. Sebaliknya jika penafsiran
data tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu, maka ini termasuk
kesalahan besar dan ada dua jenis penafsiran data :

d. Penafsiran kelompok
Penafsiran kelompok yaitu penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang
meliputi prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap
pendidik dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok.
Tujuannya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran
kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok dan
untuk menggandakan perbandingan  antarkelompok.

f. Penafsiran individual
Penafsiran individual adalah yaitu penafsiran yang hanya
dilakukan secara perseorangan diantaranya bimbingan dan penyluhan atau

17
situasi klinis lainnya. Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan
peserta didik (readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dengan penafsiran ini dapat
diputuskan bahwa peserta didik mencapai taraf  kesiapan yang memadai
atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak.
g. Pelaporan Hasil Evaluasi
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana
komunikasi antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya
mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis, oleh
karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (1) konsisten dengan
pelaksanaan nilai di sekolah; (2) memuat perincian hasil belajar peserta
didik beradasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan
penilaian yang bermanfaat bagi perkembangan peserta didik; (3) menjamin
orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar; (4)
mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi; (5) memberikan
informasi yang benar, jelas, komprehensif dan akurat. Laporan kemajuan
dapat dikategorikan menjadi dua jenis (1) laporan prestasi mata pelajaran,
yang berisi informasi tentang pencapaian komptensi dasar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi peserta didik dilaporkan dalam
bentuk angka yang menunjukkan penguasaan komptensi dan tingkat
penguasaannya; (2) laporan pencapaian, yang menggambarkan kualitas
pribadi peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta
didik belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra, ekstra dan ko kurikuler.
h. Penggunaan Hasil Evaluasi
Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan
yang dimaksudkan untuk memberikan feedbackkepada semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Remmer (1967) mengatakan “kita bahas di sini penggunaan hasil untuk
membantu siswa memahami diri mereka lebih baik, menjelaskan
pertumbuhan dan perkembangan murid kepada orang tua dan membantu
guru dalam perencanaan instruksi”, selanjutnya Julian C. Stanley dalam
Dimyati dan Mudjiono (1994) mengemukakan ”hanya apa yang harus

18
dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan program”. Secara umum
terdapat lima penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan sebagai berikut
 Laporan Pertanggungjawaban, dengan asumsi banyak pihak yang
berkepentingan terhadap hasil evaluasi, oleh karena itu laporan ke
berbagai pihak sebagai bentuk akuntabilitas publik
 Seleksi, dengan asumsi setiap awal dan akhir tahun terdapat peserta
didik yang masuk sekolah dan menamatkan sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dimana hasil evaluasi dapat digunakan untuk
menyeleksi baik ketika masuk sekolah/jenjang atau jenis pendidikan
tertentu, selama mengikuti program pendidikan, pada saat mau
menyelesaikan jenjang pendidikan, maupun ketika masuk dunia kerja
 Promosi, dengan asumsi prestasi yang diperoleh akan diberikan ijazah
atau sertifikat sebagai bukti fisik setelah dilakukan kegiatan evaluasi
dengan kriteria tertentu baik aspek ketercapaian komptensi dasar,
perilaku dan kinerja peserta didik.
 Diagnosis, dengan asumsi hasil evaluasi menunjukkan ada peserta didik
yang kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang
yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan diagnosis untuk mencari
faktor-faktor penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam
menguasai komptensi tertentu sehingga diberikan bimbingan atau
pembelajaran remedial. Bagi yang telah menguasai kompetensi lebih
cepat dari peserta didik yang lain, mereka juga berhak mendapatkan
pelayanan tindak lanjut untuk mengoptimalkan laju perkembangan
mereka.
 Memprediksi Masa Depan Peserta Didik, tujuannya adalah untuk
mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya
dari peserta didik, serta dalam hal apa peserta didik diangap paling
menonjol sesuai dengan indikator keunggulan, agar dapat dianalisis dan
dijadikan dasar untuk pengembangan peserta didik dalam memilih
jenjang pendidikan atau karier pada masa yang akan datang.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desain pembelajaran sebagai proses, merupakan pengembangan
sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori
pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di
dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba
dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
Beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
pengembangan desain pembelajaran antara lain :
1) Penetuan KI dan KD.
2) Mementukan materi pelajaran.
3) Memilih strategi pembelajaran.
4) Memilih media pembelajaran.
5) Pengembangan prosedur dan instrument evaluasi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah yang berjudul
“Deskripsi Langkah-Langkah Pokok Pengembangan Desain Pembelajaran”
ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari
masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Gofur, Abdul. 2012. Desain Pembelajaran. Yogyakarta, Ombak.

Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press

21

Anda mungkin juga menyukai