Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN TRIASE

BAB I

DEFINISI

Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu trier dan bahasa Inggris yaitu triage ,
diturukan dalam bahasa Indonesia yaitu triase yang berarti sortir. Kini istilah tersebut
lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap orang yang memerlukan
perawatan di UGD.

Triase adalah suatu sistem seleksi penderita sesuai dengan kegawatdaruratannya


sehingga menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas pelayanan Gawat Darurat
secara cepat dan akurat.

Penderita yang masuk dalam sistem triase, segera diserahkan keruang periksa sesuai
dengan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Dokter dan
perawat mempunyai batasan waktu (respon time ) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu dalam waktu 10 menit.
BAB II

RUANG LINGKUP

Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas. Pasien
darurat, sangat mendesak, atau pasien yang membutuhkan pertolongan segera
diidentifikasi menggunakan proses triase berbasis bukti untuk mempriortaskan
kebutuhan pasien yang mendesak dengan mendahulukan dari pasien yang lain.
Prioritas adalah penentuan atau penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi
pasien berdasarkan:

- Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.


- Dapat meninggal dalam hitungan jam.
- Trauma ringan.
- Sudah meninggal.

Berdasarkan Oman (2008) pengambilan keputusan triase didasarkan pada keluhan


utama, riwayat medis dan data objektif yang mencakup keadaan umum serta hasil
pengkajian fisik yang berfokus.

1. Spesifikasi Pasien
a. Pasien gawat darurat.
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat atau terancam jiwanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat
) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Pasien gawat tidak darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya kanker stadium lanjut atau fraktur tertutup ekstremitas.
c. Pasien darurat tidak gawat.
Pasien akibat musibah yang tiba tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
d. Pasien tidak gawat tidak darurat.
Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera seperti pasien dengan
Ulcus tropikum, Tbc kulit, dsb.
2. Prioritas dan Penanganan Pasien
Prioritas penanganan pasien di Instalasi Gawat Darurat berdasarkan
Triase.
Triase adalah pemilahan pasien sesuai dengan tingkat kegawatannya. Triase
di kategorikan dengan Australian Triage Scale (ATS) dengan kriteria
sebagai berikut :

Maksimum waktu
Kategori Diskripsi klinis
penanganan

I. Immediate/segera  Henti jantung


 Henti Nafas
(mengancam jiwa)  Sumbatan jalan Nafas
 Respirasi <10 x/menit
 Gangguan pernafasan ekstrim
 Tekanan darah < 80 (dewasa)
shok berat pada anak/bayi
 GCS < 9
 Kejang berkepanjangan
 Intra Vena over dosis tidak
respon atau hipoventilasi.
 Gangguan perilaku berat
dengan ancaman tindak
kekerasan/destruktif
II. 10 menit.  Distres pernafasan
 Kurangnya perfusi
(dekat mengancam jiwa)  HR < 50 atau >150 (dewasa)
 Hipotensi dengan gangguan
hemodinamik
 Kehilangan darah parah
 Nyeri dada karena jantung
 Nyeri parah oleh sebab
apapun
 Mengantuk, penurunan respon
oleh sebab apapun (GCS<13)
 BSL < 3mmol (GDS < 50
mg/dl)
 Hemiparase acut/dysphasia
 Demam dengan tanda-tanda
kelesuan
 Percikan asam atau basa pada
mata
 Multi trauma yang
membutuhkan respon tim
terorganisir
 Patah tulang besar, amputasi
 Riwayat resiko tinggi
 Keracunan sedatif atau
tertelan racun
 Nyeri berat karena kehamilan
ektopik
 Perilaku psikiatri :
¯ Kekerasan/agresif
¯ Ancaman langsung
terhadap diri sendiri atau
orang lain
¯ Membutuhkan restrain
¯ Agitasi berat
III. 30 menit  Hipertensi berat
 Kehilangan darah cukup parah
(Ada potensi untuk sebab apapun
merugikan hasil jika  Sesak nafas sedang
pengobatan waktu kritis tidak  SPO2 90 -95 %
dimulai dalam waktu 30  BSL > 16 mmol /GDS >
menit) 288mg/dl
 Kejang ( saat ini kejang)
 Muntah terus menerus
 Dehidrasi
 Cedera kepala dengan LOC
pendek
 Reaksi steroid
 Nyeri yang membutuhkan
analgesik
 Nyeri non jantung
 Pasien usia >65 tahun
 Cedera sedang pada
ekstremitas, deformitas, lecet
dan hancur
 Cedera dengan mati rasa dan
pulsasi menurun
 Neonatus stabil
 Anak dengan resiko
 Perilaku psikiatri :
- Sangat tertekan, resiko
menyakiti diri
- Acut psikotik atau
gangguan pola pikir
- Krisis situsional, sengaja
menyakiti diri
- Gelisah, menarik diri
- Berpotensi agresif

IV. 60 menit  Perdarahan ringan


 Cedera dada tanpa nyeri
(ada potensi untuk merugikan tulang rusuk, tanpa kesulitan
hasil jika pengobatan waktu benafas
kritis tidak dimulai dalam  Aspirasi benda asing tanpa
waktu 60 menit) gangguan pernafasan
 Kesulitan menelan, tidak ada
gangguan pernafasan
 Cedera kepala ringan, tidak
ada kehilangan kesadaran
 Muntah atau diare tanpa
dehidrasi
 Nyeri sedang
 Radang mata atau benda
asing, penglihatan normal
 Terkilir pergelangan
kaki/tangan, kemungkinan
fraktur, vital sign normal ,
nyeri sedikit/sedang
 Sakit perut non spesific
 Bengkak dan panas pada sendi
 Perilaku psikiatri :
Masalah kesehatan mental
semi mendesak, resiko
melukai diri sediri atau orang
lain diamati

V. 120 menit  Nyeri minimal tanpa resiko


 Luka ringan, lecet kecil, luka
(kondisi pasien kronis atau robek tidak memerlukan
hasil klinis tidak akan jahitan
signifikan terpengaruh jika  Kontrol luka
penilaian dan pengobatan  Imunisasi
tertunda hingga 2 jam)  Perilaku psikiatri ;
Pasien dengan gejala kronis
Krisis sosial secara klinis baik

3. Dalam kejadian bencana/disaster baik di dalam maupun diluar rumah


sakit, pemilahan pasien (triase) dilakukan dengan pegelompokan pasien
sebagai berikut :
1. MERAH = Pasien gawat darurat berat.
2. KUNING = Pasien gawat darurat ringan.
3. HIJAU = Pasien tak gawat dan tak darurat.
4. HITAM = Pasien meninggal

Prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan triase:


1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu.
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan adalah hal yang terpenting dalam unit gawat darurat.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat.
Intinya ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses
anamnesa.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan
bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dan kondisi pasien.
Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan triase adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan
tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien.
Petugas kesehatan yang melakukan triase seharusnya memenuhi semua yang
ada diatas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien dan
menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan
keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dalam keadaan kritis
serta memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya.
BAB III

TATALAKSANA

Triase dilakukan saat pasien datang di RS PKU Muhammadiyah Sampangan dan


merupakan awal dari penanganan pasien di rumah sakit. Triase merupakan suatu proses
yang berjalan berkelanjutan yang selalu diikuti dengan asesmen dan reasesmen.
Keputusan triase dibuat berdasar respon pasien, tanda dan gejala, bukan
berdasarkan diagnosis. Kategori / label dalam triase diberikan berdasarkan tingkat
kegawatan dan kebutuhan untuk mendapatkan penanganan segera. Untuk menentukan
triase petugas triase harus mempunyai parameter kondisi pasien dengan kegawatan.

I. Instalasi Gawat Darurat


Sistem Penanganan Gawat Darurat di instalasi gawat darurat pertama kali
dilakukan dengan mengelompokkan pasien sesuai derajat kegawatan (triase) dan
didokumentasi dilembar triase.

II. Unit Rawat Jalan


Pasien yang datang berkunjung ke rawat jalan diidentifikasi adakah
kegawatdaruratan. Bila didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan maka pasien
ditransfer ke IGD.
BAB IV
DOKUMENTASI

Triase merupakan langkah awal dalam skrining pasien yang mempunyai


kegawatdaruratan. Hasil akhir dari proses pelayanan pasien gawat darurat sangat
ditentukan oleh penanganan pertama paada pasien tersebut yang dimulai dari triase.
Oleh karena itu panduan triase ini sangat penting untuk dipahami dan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai