MONOGRAFI TUMBUHAN OBAT

DAUN SAMBILOTO SEBAGAI ANTIDIARE

KELOMPOK 6
1. Siti Athiyah Umaiyah 2107062041

2. Claudia Pravikasari 2107062042

3. Suhartini 2107062043

4. Kinanti Alifitian M 2107062044

5. Achmad Rizaldy 2107062045

6. Iftita Nuratika R 2107062050

7. Danang Yudha P 2107062053

PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
 MONOGRAFI SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm. F))

A. TAKSONOMI
Kingdom : Plantae Sub
kingdom : Viridiplantae
Infra kingdom : Streptophyta
Super divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super ordo : Asteranae
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis Wall. ex Nees
Spesies : Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall ex Nees

B. NAMA LAIN
Nama lain Daun sambiloto dengan nama latin andrograpis paniculata dikenal dengan
berbagai nama lokal atau nama daerah, diantaranya: Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda); bidara,
sadilata, sambilata, takila (Jawa); pepaitan (Sumatra); chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian
(China); xuyen tam lien, cong cong (Vietnam); kirata, mahatitka (India/Pakistan); creat, green
chiretta, halviva, kariyat (Inggris). (Azzamy, 2017)
C. MORFOLOGI TANAMAN (DESKRIPSI TANAMAN)
Daun berupa lembaran, melekuk bentung lonjong sampai lanset, rapuh, tipis, tidak
berambut, pangkal daun runcing, tepi runcing, ujung runcing sampai meruncing, daun
berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan (FI Ed.II, 2017).
Morfologi sambiloto Tanaman sambiloto merupakan tanaman terna semusim dengan
tinggi 50-90 cm. Memiliki batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi empat
dengan nodus yang membesar. Bentuk daun tunggal dengan tangkainya yang pendek,
letaknya berhadapan bersilang, berbentuk lanset, pangkal dan ujungnya meruncing namun
tepinya rata. Berwarna hijau tua pada permukaan atas, hijau muda pada bagian bawah.
Panjang daun 2-8cm dengan lebar 1-3 cm. Bunga berbentuk tabung, berukuran kecil,
warnanya putih bernoda ungu. Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai dan
keluar dari ujung batang. Buah berbentuk jorong, mempunyai panjang sekitar 1,5cm dan
lebar 0,5 cm, pangkal dan ujungnya tajam. Bila sudah masak akan pecah menjadi 4 keping.
(Azzamy, 2017).

D. HABITAT & PENYEBARAN

Habitat dan Distribusi Geografis Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)
adalah tumbuhan yang banyak tumbuh dan ditemui di kebun, tepi sungai, di pekarangan,
tanah terbuka yang lembab dan tempat-tempat terbuka lainnya. Tumbuhan terna 8 (perdu)
sambiloto mudah ditemukan pada dataran rendah sampai dataran dengan ketinggian 1600
mdpl (meter diatas permukaan laut). Tanaman sambiloto ini berasal dari daerah Asia dan
kemudian tersebar di berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. (Azzamy, 2017)
Tanaman sambiloto dapat hidup diantara rimbunan hutan, yang artinya tanaman
sambiloto dapat hidup dengan naungan. Batas toleransi naungan tanaman sambiloto yang
baik diperoleh pada naungan 20%. Sehingga sambiloto dapat ditanam dengan pola tumpang
sari dengan tanaman pangan seperti jagung.

E. BAGIAN YANG DIGUNAKAN

Daun

F. KANDUNGAN KIMIA DAUN SAMBILOTO

Kandungan kimia daun sambiloto memiliki kandungan senyawa kimia aktif diantaranya
andrographolide, flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid. Diantara senyawa kimia aktif yang
terkadung dalam daun sambiloto, andrographolide memiliki prosentasi paling tinggi. (Royani,
Hardianto, & Wahyuni, 2014).

G. SIMPLISIA DAN EKSTRAK DAUN SAMBILOTO

 Indikasi : Antidiare
Penggunaan sebagai Obat : Daun
sambiloto dapat bermanfaat sebagai
antidiare dengan mekanisme
menahan pergerakan
usus/menghambat motilitas dan
sekresi pendorong usus
(Andrographolid), menghambat motilitas intestinal dan sekresi air-elektrolit
(Flavonoid), dan astringen dengan mekanisme dapat menciutkan permukaan usus
atau memproteksi usus (Tanin) (Wulandari, 2011). Selain itu, dapat bermanfaat
sebagai antijamur dengan mekanisme meningkatkan permeabilitas sel yang
menyebabkan cairan intraseluler lebih pekat tertarik keluar sel sehingga nutrisi, zat-zat
metabolisme, enzim, protein dalam sel keluar, sel jamur lisis dan jamur mengalami
kematian (Yanti & Samingan, 2016). Selain antidiare dan antijamur, daun sabiloto
dapat digunakan untuk antidiabetes dengan mekanisme peningkatan penggunaan
glukosa otot pada tikus yang diinduksi streptozotosin (STZ) oleh zat andrografolid
melalui stimulasi glucose transporter-4 (GLUT-4) sehingga dapat menurunkan kadar
glukosa plasma tikus (Yulinah, 2011).

Aktivitas Farmakologi : Penelitian ekstrak daun sambiloto sebagai terapi antidiare

telah dilakukan secara praklinik terhadap hewan uji. Hasil penelitian Ekstrak Metanol
Herba Sambiloto dengan control positif Loperamid dan Tween 80 0,1% digunakan
sebagai kontrol negatif. Dosis ekstrak metanol herba sambiloto yang digunakan adalah
150 mg/kg BB; 250 mg/kg BB; 500 mg/kg BB; dan 1000 mg/kg BB. Semua dosis
diberikan secara per oral. Satu jam setelah perlakuan, semua mencit diberi 0,5 ml
minyak jarak dengan cara per oral kemudian diamati respon yang terjadi pada selang
waktu 30 menit selama 5 jam. Berdasarkan hasil uji One Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95% ekstrak metanol herba sambiloto dengan dosis 150 mg/kg BB, 250
mg/kg BB, dan 500 mg/kg BB memiliki aktivitas antidiare yang tidak berbeda
siginifikan dengan kontrol positif, sedangkan ekstrak metanol herba sambiloto dengan
dosis 1000 mg/kg BB memiliki aktivitas antidiare yang relatif sama dengan kontrol
positif (Wulandari, 2011).
Dosis : Dosis ekstrak sambiloto sebagai antidiare yaitu :
 3 kali sehari 2 tablet (500 mg ekstrak) setelah makan (FHI, 2016).
 1000 mg/kg BB (Wulandari, 2011).
 2000 mg/kg BB (Nuruzzakiyah, 2013).
Kontraindikasi : Kehamilan dan laktasi
Peringatan : air perasan dapat menimbulkan bengkak pada mata
Efek samping : Alergi gangguan gastrointestinal, gangguan sistem kulit dan
subkutan (Worakunphanich, W, et al. 2021).
Interaksi : Efek sinergis dengan isoniazide (Siripong, 2003). Ekstrak sambiloto
memiliki efek antagonis dengan doksorubisin pada perbandingan konsentrasi besar
karena seiring peningkatan konsentrasi keduanya justru bersifat saling menghambat
(Anggriawan, 2014). Hindari penggunaan jangka panjang bersamaan obat
imunosupresan. Hati-hati pada pasien kardiovaskular, bila dikonsumsi bersamaan obat
antiplatelet atau antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet.
Dengan daun salam dapat menurunkan kadar gula darah lebih stabil (FHI, 2016).
 DAFTAR PUSTAKA
Anggriawan, R. P. (2014). Potensi Aktivitas Antikanker Kombinasi Fraksi Etil Asetat Herba
Sambiloto (Andrographidis paniculate Ness) Dengan Doxorubicin Terhadap Sel
Kanker Hela, Sel Kanker T47D, dan Sel Kanker WIDR Secara In Vitro (Doctoral
Dissertation, Universitas Airlangga).
Azzamy. (2017). Efek Samping, Khasiat dan Cara Pemakaian Daun Sambiloto untuk
Pengobatan. Mitalom Tanaman Obat.
Depkes RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia, Edisi II. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. (2016). Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Nuruzzakiyah. K. (2013). Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Sambiloto
(Andrographis Paniculata) Pada Mencit Jantan Galur BALB-C yang Diinduksi
Oleum Ricini.
Royani, J. I., Hardianto, D., Wahyuni, S. 2014. Analisa Kandungan Andrographolide pada
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata) dari 12 Lokasi di Pulau Jawa. Jurnal
Bioteknologi & Biosains Indonesia. Vol 1(1) ; 15-20.
Worakunphanich, W., Montarat, T., Sitaporn, Y., Kunlawat, T., Ammarin, T. 2021. Safety of
Andrographis paniculata: A systematic review and meta-analysis.
Pharmacoepidemiology & Drug Safety. Vol.30 (727-739).
Wulandari, Y. (2011). UJI Aktivitas Antidiare Ekstrak Metanol Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness) pada Mencit Jantan yang Diinduksi Oleum Ricini.
Yanti N, Samingan, Mudatsir. 2016. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol GAL Manjakani
(Quercus infectoria) terhadap Candida albicans. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Biologi 1 (1) : 1-9.
Yulinah, E., Sukrasno, Fitri, M.A., 2011, Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees(Acanthaceae)), JMS ITB Vol. 6.