Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

B DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TUMOR PARU DI SISTEM PERNAPASAN
RSUD dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

OLEH :

Aditya Dwi Saputra

( 2018.C.10a.0923 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :
Nama : Aditya Dwi Saputra
NIM : 2018.C.10a.0923
Progam Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. B dengan Diagnosa Medis
Tumor Paru dalam Di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Progam Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria, S.Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M. Kep


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan laporan tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B DENGAN KASUS TUMOR
PARU” ini dengan baik. Asuhan keperawatan ini disusun sebagai penugasan dan
pelaporan asuhan keperawatan di ruang Gardenia.
Adapun asuhan keperawatan ini saya susun berdasarkan pengamatan saya
dari buku yang ada kaitannya dengan asuhan keperawatan yang saya buat dan
berdasarakan kasus yang didapat. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini
tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu saya
tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua saya, dosen
pembimbing saya, dan teman-teman satu tim yang saling mendukung dan
membantu hingga selesainya asuhan keperawatan ini.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini saya menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat.

Palangka Raya, 12 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa......................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.........................................................3
1.4.3 Untuk Institusi...........................................................................3
1.4.4 Untuk IPTEK.............................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4


2.1 Konsep Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Definisi......................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi......................................................................4
2.1.3 Etiologi......................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi (Patway)................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis....................................................................10
2.1.7 Komplikasi...............................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan......................................................15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..........................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................18
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................19
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................22
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................23
3.1 Pengkajian...................................................................................23
3.2 Diagnosa.....................................................................................41
3.3 Intervensi.....................................................................................42
3.4 Implementasi...............................................................................44
3.5 Evaluasi.......................................................................................44

PENUTUP....................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................49

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) ...............................50


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan kanker terbanyak di dunia dengan angka kejadian
mencapai 1,8 juta kasus dan menjadi kanker terbanyak kedua pada laki-laki
dan perempuan berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2012. Angka ini mencakup 13% kejadian dari semua kanker didunia selama tahun
2012.
Menurut data WHO tahun 2000, setiap tahun di seluruh dunia terdapat 1,2
juta penderita karsinoma paru baru, atau 12,3% dari seluruh tumor ganas,
meninggal dunia 1,2 juta, atau 17,8% dari mortalitas total tumor. Yang lebih
serius adalah, di semua negara pemakai tembakau, kasus baru karsinoma paru
terus meningkat, menjadi penyakit umum yang semakin mengancam jiwa dan
kesehatan penduduk.
Dari data WHO tersebut, terlihat bahwa kanker paru adalah jenis penyakit
keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian
akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan.
Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya
penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal
penyakit.
Penyakit kanker paru merupakan penyakit yang memiliki tingkat
morbiditas yang tinggi hampir di seluruh dunia. Kasus kanker paru pada
tahun 2010 menurut National Cancer Institute (NCI) dilaporkan sebanyak
1,61 juta angka kasus baru serta 1,38juta angka kematian karena kanker
paru. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Eropa dan Amerika Utara.
Menurut data dari RS Kanker Dharmais pada tahun 2013, kanker paru
menempati urutan ke 3 untuk angka kematian dan angka kasus baru
(Departemen Kesehatan Indonesia,2015).
Menurut penelitian yang telah dilakukan di kalimantan tengah prevalensi
kanker paru sebesar 3,84% (badan penelitian dan pengembangan kesehatan,
2011).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah penatalaksaan proses Asuhan Keperawatan Tumor Paru.
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Agar penulis mampu berpikir secara logis dan ilmiah dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Tumor Paru dengan menggunakan pendekatan
manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standart
keperawatan secara professional
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar Tumor Paru.
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Tumor Paru.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Sebagai bahan acuan untuk menambah pengetahuan serta mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Tumor Paru.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit Tumor Paru,
terutama tentang cara pencegahan dan penanggulangannya.
1.4.3 Untuk Institusi ( Pendidikan dan Rumah Sakit)
1.4.3.1 Institusi
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literature atau referensi
untuk kelengkapan perkuliahan.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan Tumor Paru.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk menambah atau memperkaya pengetahuan di penyakit dalam, dan
memperoleh informasi tentang Tumor Paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Dispnea atau sesak napas merupakan suatu istilah yang menggambarkan
suatu persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari
berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya. Sesak napas merupakan hasil
interaksi berbagai faktor baik fisiologi, psikologi, social maupun lingkungan dan
dapat menginduksi respons fisiologi dan perilaku sekunder. Sesak napas
merupakan suatu gejala yang memiliki banyak kemungkinan etiologi dibaliknya.
Dispnea atau breathlessness atau sesak napas biasa dikenal awam dalam
bentuk tidak bisa menghirup cukup udara, udara tidak masuk sempurna, rasa
penuh didada, dada terasa berat/sempit, napas pendek ataupun napas berat. Salah
satu penyakit yang memiliki gejala sesak napas adalah tumor paru. Sesak napas
yang diakibatkan oleh tumor paru terjadi akibat adanya penekanan oleh massa
pada rongga paru tersebut.
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari
bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut
Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant)
atau jinak (benign). (Muhammad sidik hasanuddin, 2011)
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka
pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi
SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer) atau
Karsinoma Skuamosa, adeno-karsinoma, karsinoma sel besar. (Astried Indasari,
2003)
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar
kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian
tubuh lain yang terkena kanker. Keganasan yang terjadi 90% di epithelium
bronkus yang tumbuh lambat memakan waktu 8-10 tahun dan tumor mencapai
ukuran 1 cm, dimana lesi terkecil dapat dideteksi dengan X-Ray. Kanker paru atau
disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer sistem pernapasan
bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkus. (Astried Indasari, 2003).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Sistem respirasi adalah menyediakan darah yang mengandung banyak
oksigen ({\rm O}_2) untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Ketika bernapas, kita
menghirup {\rm O}_2 dan mengeluarkan karbondioksida ({\rm CO}_2).
Pertukaran gas inilah yang memungkinkan sistem respirasi mendapatkan oksigen.
Berdasarkan fungsinya, sistem respirasi dibagi menjadi zona konduksi dan
zona respirasi. Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
dan sebagian bronkiolus. Sistem ini memungkinkan udara keluar masuk paru-paru
(proses ventilasi). Sementara itu, zona respirasi dibentuk oleh bagian paru yang
lebih dalam lagi, termasuk alveolus. Selain membutuhkan sebuah struktur yang
tipis, proses pertukaran juga membutuhkan luas area yang cukup besar yang
memungkinkan {\rm O}_2 berdifusi ke kapiler paru dan bertukar dengan {\rm
CO}_2. Alveolus memenuhi persyaratan tersebut. Proses pertukaran gas di
alveolus ini disebut proses difusi, yang merupakan inti dari respirasi.
2.1.2.1 Hidung
Hidung merupakan pintu masuknya {\rm O}_2 dan keluarnya {\rm
CO}_2. Udara yang dihirup akan disiapkan atau dikondisikan sedemikian
rupa sehingga aman untuk masuk ke saluran pernapasan selanjutnya. Panas
yang dihasilkan dari pembuluh darah di dalam mukosa hidung akan
menghangatkan udara sehingga suhu udara akan mendekati suhu tubuh.
Dengan suhu tersebut, udara dari atmosfer tidak akan menyebabkan iritasi
saluran pernapasan. Pada saat bersamaan, mukus dihasilkan oleh sel-sel
goblet di dalam mukosa hidung yang berguna untuk melembapkan dan
menangkap benda asing. Keberadaan silia atau rambut getar yang bergerak
seperti gelombang akan menggerakkan dan menyapu mukus yang masih
berisi debris atau benda asing ke kerongkongan untuk ditelan. Semua
proses tersebut merupakan upaya untuk membersihkan dan melembapkan
udara yang kita hirup agar aman masuk ke saluran pernapasan yang lebih
dalam.
Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
2.1.2.1.1Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk.
2.1.2.1.2Mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau).
2.1.2.1.3Modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan
bergema.
Ruangan-ruangan terbuka di sekitar hidung yang berisi udara (disebut
sinus) akan menghasilkan mukus yang kemudian dikeluarkan ke hidung.
Sinusitis bisa terjadi karena infeksi, alergi, atau adanya iritan yang
menyebabkan mukosa sinus meradang. Udara yang terperangkap di sinus
akan diserap oleh pembuluh darah.
2.1.2.2 Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan
panjang 13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh
membrane mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam
posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi
proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan
makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan
tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing).
2.1.2.3 Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan
3 bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago
arytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang
paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan
membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk menghasilkan suara.
3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan
cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan
minuman agar melewati esofagus.

2.1.2.4 Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang
dilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh
epitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang
masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus untuk ditelan atau
dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan
yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali
keatas.
2.1.2.5 Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus
kanan dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan
kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan
semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti
percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan
bronchiole.
2.1.2.6 Paru – paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga
lobus di paru sebelah kanan dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua
paru terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi
jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang
disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura.
2.1.2.7 Alveolus
Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu
bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal.
Di bagian akhir bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara
kecil tempat dimana terjadi pertukaran gas. Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel
epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa yang membentuk
sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe II jumlahnya lebih
sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah
tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel dengan
permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang mensekresi cairan alveolar.
Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan
antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan
merupakan campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein. Pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi secara difusi melewati
dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran respiratori.

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses
metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah
serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh.

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:

2.1.2.7.1Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru


2.1.2.7.2Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi
darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
2.1.2.7.3Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru
ke jaringan tubuh atau sebaliknya
2.1.2.7.4Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan
karbondioksida diambil dari sel tubuh

2.1.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru:
2.1.3.1 Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari
dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).
Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari
pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya
dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
2.1.3.2 Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

2.1.3.3 Kanker paru akibat kerja.


Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
2.1.3.4 Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
2.1.3.5 Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
2.1.3.5.1Proton oncogen.
2.1.3.5.2Tumor suppressor gene.
2.1.3.5.3Gene encoding enzyme.
2.1.3.6 Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru.
Faktor Predisposisi
2.1.3.6.1Perokok aktif
2.1.3.6.2Wanita lebih suseptible terhadap carsinogen tobacco.
2.1.3.6.3Perokok pasif
2.1.3.6.4Pekerja radioaktif
2.1.3.6.5Asbestos worker
2.1.3.6.6Pekerja yang terpapar debu yang mengandung : arsen, chromium,
uranium, nikel, vinyl clorida, dan gas mustard.

2.1.4 Klasifikasi
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma
bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel
bronkus.
2.1.4.1 Adenokarsinoma. Memperlihatkan susunan karsinoma seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mucus.
2.1.4.2 Karsinoma sel bronchial alveolar merupakan sub tipe adenokarsinoma
yang jarang ditemukan dan berasal dari epitel alveolus/bronkiolus
terminalis.
2.1.4.3 Karsinoma sel besar: sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
2.1.4.4 Karsinoma sel kecil: seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah
disekitar percabangan utama bronki.
2.1.5 Patofisiologi (Pathway) WOC
WOC TUMOR PARU

Rokok Serat-serat asbes Radon gas  Genetik

 Penyakit paru
kronis
Bahan karsinogen (nitrosamines Mengendap di paru
Masuk saluran  Sejarah kanker
dan polycyclic aromatic
nafas sampai ke paru
hydrocarbons
Makrofag mencerna broncus
serat asbes  Diet tidak sehat
Iritasi Bronkial  Polusi udara
Enzim yang diproduksi Terjadi peluruhan gas
 Polusi industry
Inflamasi mukosa makrofag menyebabkan radon yang
bronkial fibrosis massif pada paru memancarkan  Kekurangan Vit
partikel-α A& C

Menghilangnya cilia Migrasi ke pleura


Perubahan/ kerusakan genetik
Inflamasi pleura dan
Pengendapan penebalan plak
karsinogen

CA PARU
Kerusakan bronkial Perubahan/ kerusakan genetik
12

CA PARU

B1 (Breath) B2 ( Blood ) B3 ( Brain ) B5 ( Bowel ) B6 ( Bone)

Batuk terus
Sakit kepala Nafsu makan turun Metastasis
menerus, sesak, Batuk darah
tulang

Berat badan
Metastase MK: MK: Nyeri
Batuk produktif, menurun, kebutuhan
Intoleransi
(Pathway)
sekret purulen Pecah pembuluh nutrisi kurang dari
aktifitas
darah normal

MK: Perlukaan pada Ca.


MK: gangguan
ketidakefetifan
nutrisi kurang dari
bersihan jalan
kebutuhan
napas MK: Ansietas

MK: gangguan
pertukaran gas
2.1.6 Manisfestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu :
2.1.6.1 Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan.
2.1.6.2 Napas pendek-pendek dan suara parau.
2.1.6.3 Batuk berdarah dan berdahak.
2.1.6.4 Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam.
2.1.6.5 Hilang nafsu makan dan berat badan.

2.1.7 Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu :
2.1.8.1 Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
2.1.8.2 Syok kardiogenik
Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah
jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan vital (jantung dan
otak).
2.1.8.3 Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
2.1.8.4 Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurunkan dan aliran balik
vena kejantung menuju tomponade.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


2.1.9.1 Radiologi
2.1.8.1.1Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2.1.8.1.2Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
14

2.1.8.2 Laboratorium
2.1.8.2.1Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2.1.8.2.2Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
2.1.8.2.3Tes kulit, jumlah absolute limfosit
2.1.8.2.4Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
2.1.8.3 Histopatologi.
2.1.8.4.1Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2.1.8.4.2Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
2.1.8.4.3Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
2.1.8.4.4Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
2.1.8.4 Pencitraan
2.1.8.4.1CT-Scanning untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
2.1.8.4.2MRI untuk menunjukkan keadaan mediastinum

2.1.9 Penatalaksaan Medis


Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya <
25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus
15

) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3%


pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi.
2.1.9.1 Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang
bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
2.1.9.2 Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local
2.1.9.3 Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan
Tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi
pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
2.1.9.4 Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent
dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit
endobronkial yang signifikan
2.1.9.5 Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan
Dyspnea Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan
memperbaiki selera makan.
2.1.9.6
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1 Pernafasan (B1: Breathing).
2.2.2.1 Inspeksi.
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta
penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara
yang tertangkap) atau bisa juga normo chest, penipisan massa otot, dan
pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak fektif
dan penggunaan otot- otot bantu nafas (sternocleidomastoideus). Pada
tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk
produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasikan
adanya tanda pertama infeksi pernafasan.
2.2.2.2 Palpasi.
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
2.2.2.3 Perkusi.
16

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan


diafrgama menurun.
2.2.2.4 Auskultasi.
Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan
kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang
tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya,
bahkan gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikat
tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersorial).
Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan
bronkiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yang
dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami mengi
yang berkepanjangan saat ekspirasi.
2.2.2 Kardiovaskuler (B2:Blood).
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi
takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami
pergeseran. Vena jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.
Kepala dan wajah jarang dilihat adanya sianosis.
2.2.3 Persyarafan (B3: Brain).
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit
yang serius.
2.2.4 Perkemihan (B4: Bladder).
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.
2.2.5 Pencernaan (B5: Bowel).
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu
makan. Kadang disertai penurunan berat badan.
2.2.6 Tulang, otot dan integument (B6: Bone).
17

Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan,
sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL
(Activity Day Living).
Pengkajian merupakan tahap awal pada proses asuhan keperawatan dimana
pengkajian mencakup data-data pasien sehingga dapat mengidentifikasi,
menganalisa masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Doenges, 2000).
2.3.1.1 Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri
dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat atau aktifitas.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya letargi, tanda-tanda
vital berubah pada aktivitas.
2.3.1.2 Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septik,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : TD : mungkin rendah (gagal pemompaan),
tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume sekuncup,
irama jantung : disritmia, misal fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardia, blok jantung,
frekuensi jantung : takikardia,
nadi apikal : PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior
ke kiri,
bunyi jantung : S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan
adanya stenosis katup atau insufisiensi,
nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat
terjadi nadi sentral mungkin kuat, misal nadi jugularis, karotis, abdominal
terlihat,
warna : kebiruan, pucat, atau sianotik, punggung kuku pucat atau sianotik
dengan pengisian kapiler lambat,
hepar : pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis,
18

bunyi napas : krekels, ronkhi, edema mungkin dependen, umum atau


pitting khususnya pada ekstremitas.
2.3.1.3 Integritas Ego
Gejala : Ansietas, khawatir dan takut, stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
2.3.1.4 Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
Tanda : Abdomen keras, asites.
2.3.1.5 Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa
sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula dan
kafein, penggunaan diuretik.
Tanda : Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites) serta
edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
2.3.1.6 Hygiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
2.3.1.7 Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah
tersinggung.
2.3.1.8 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas,
sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri.
2.3.1.9 Pernapasan
19

Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan bantal,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen.
Tanda :
Pernapasan : takipnea, napas dangkal, penggunaan otot aksesori
pernapasan,
batuk : kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pembentukan sputum,
sputum : mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal),
bunyi napas : mungkin tidak terdengar,
fungsi mental : mungkin menurun, kegelisahan, letargi, warna kulit : pucat
atau sianosis.
2.3.1.10 Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
Tanda : Kehilangan keseimbangan.
2.3.1.11 Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
Tanda : Tidak mau bergaul, mengurung diri di rumah.
2.3.1.12 Pembelajaran/pengajaran
Gejala : Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya:
penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan
yang mana didukung oleh penyebab serta tanda-tanda dan gejalanya. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien dengan Tumor Paru yaitu :
2.3.2.1 Ketidak efektifan pola nafas peningkatan produksi cairan paru
2.3.2.2 Intoleransi aktifitas penurunan suplay O2 jaringan
2.3.3 Intervensi Keperawatan
20

Merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang ditujukan untuk


memenuhi kebutuhan klien berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu prioritas
masalah, menetapkan tujuan, menetapkan kriteria hasil, mengidentifikasi tindakan
keperawatan yang tetap untuk mencapai tujuan.
2.3.3.1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam Ketidakefektifan pola nafas pada
klien dapat teratasi
Kriteria hasil :
2.3.3.1.1Mendemonstrasikan batuk efektif dengan suara nafas yang besih, tidak
ada sianosis dan dyspneu ( mamou mengeluarkan septum,mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.3.3.1.2Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
abnormal)
2.3.3.1.3Tanda- tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Intervensi :
2.3.3.2.1Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal
menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
2.3.3.2.2Observasi penurunan ekspansi dinding dada.
Rasional : Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan
akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
2.3.3.2.3Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga
produksi dan karakteristik sputum.
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/
etiologi gagal pernafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental,
berdarah, dan/ atau purulen.
2.3.3.2.4Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas
sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan
nafas pasein dipengaruhi.
21

2.3.3.2.5Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, salbuterol dll.


Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi,
hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,
menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan
pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
2.3.3.2.6Ajarkan batuk efektif pada pasien.
Rasional : Batuk efektif dapat mengeluarkan sekret sehingga mengurangi
tahanan pada jalan nafas.
2.3.3.2 Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai
oksigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas yang di inginkan
Kriteria hasil : Berpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan, memenuhi
perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi :
2.3.3.2.1Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila
klien menggunakan vasodilator, diuretik dan penyekat beta.
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi
jantung.
2.3.3.2.2Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan
segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.
22

2.3.3 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 2002). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi,
dan tindakan rujukan/ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering
implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
di rasakan, itu yang dilaksanakan.
Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan
juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dan di butuhkan klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga
menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual,
teknik sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.

2.3.4 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil
atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 2008). Perawat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah di berikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari rencana keperawatan dapat di terima. Perencanaan merupakan dasar
yang mendukung suatu evaluasi.
Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk
mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi
keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988). Evaluasi
berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi
memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan. Termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan,
23

respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan


konsep dalam teladan dari keperawatan.
Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu
tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan evaluasi terdiri dari :
a. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan
standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan sebagai
sebagian sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tidak : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
tercapai kemajuan sama sekali.
24

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Aditya Dwi Saputra

NIM :2018.C.10a.0923

Ruang Praktek : Ruang Gardenia

Tanggal praktek :12 April 2020

Jam pengkasjian :07:00 wib

Berdasarkan pengkajian di ruang Gardenia didapatkan hasil :

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai

Pendidikan : S1

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl. Mendawai

Tgl MRS : 15 September 2020

Diagnosa Medis : Tumor Paru

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


3.1.3.1 Keluhan Utama :
Klien merasakan sesak nafas.
3.1.3.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
25

Pasien datang dengan keluhan sesak napas. Pasien mengaku sesak napas yang
dirasakan sudah sejak ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, sesak semakin kuat
sejak sekitar 4 hari yang lalu atau tepatnya tanggal 11 September 2020. Keluhan
sesak napas kadang diikuti dengan dada terasa nyeri. Pasien juga mengeluhkan
adanya batuk sudah sejak ± 1 tahun, batuk berdahak, berwarna putih dan kadang
ada bercak berwarna merah. Saat ini pasien mengeluhkan batuknya semakin
memberat. Pasien juga mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu makan
menurun, dan badan dirasakan semakin kurus.

Demam hilang timbul, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kebiasaan
merokok sejak muda sekitar 1 bungkus perhari, namun sudah berhenti sejak 2
tahun yang lalu.

3.1.3.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Hipertensi
3.1.3.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama dengan pasien.

GENOGRAM KELUARGA :

KETERANGAN:

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Garis Keturunan
26

= Tinggal serumah

= Klien ( Tn. B)

3.1.3 PEMERIKASAAN FISIK


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Pasien kesadaran penuh Compos menthis, terpasang Terapi infus Terapi cairan
RL, Dextrose 5%, O2 3lpm nasal kanul, posisi terbaring diatas ranjang.

3.1.3.2 Status Mental :


Tingkat Kesadaran composmentis, Ekspresi wajah cukup tenang, Bentuk badan
simetris, Cara berbaring/bergerak fowler, Berbicara cukup jelas, Suasana hati
baik, Penampilan cukup rapi. Fungsi kognitif, Orientasi waktu pasien mengetahui
pagi, siang dan malam, Orientasi Orang pasien mengetahui perawat dan dokter,
Orientasi Tempat pasien dapat membedakan tempat, Insight Baik, Mekanisme
pertahanan diri Adaptif
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Suhu/T 37,2 0C, Nadi/HR 124 x/mt, Pernapasan/RR, 28 x/mt, Tekanan Darah/BP,
150/90 mmHg.

3.1.4 PERNAPASAN (BREATHING)

Bentuk Dada simetris, Kebiasaan merokok 1 Bungkus/hari, Batuk, sejak kurang


lebih 1 tahun, Batuk bercak darah terkadang Sputum warna putih, Nyeri dada,
Sesak nafas saat beraktivitas, Type Pernafasan Dada, Irama Pernafasan Tidak
teratur, Suara Nafas Vesukuler, Suara Nafas tambahan Ronchi.

Keluhan lainnya : Pasien mengeluh sesak nafas

Masalah Keperawatan : Bersihan jalan napas

3.1.5 CARDIOVASCULER (BLEEDING)

Klien tidak merasa Nyeri dada, Kram kaki, Pucat, Pusing/sinkop, Clubing finger,
Sianosis, Sakit Kepala, Palpitasi, Pingsan, Capillary refill < 2 detik, tidak ada
27

Oedema, tidak ada Asites dengan lingkar perut 80 cm, Ictus Cordis Tidak
melihat, Vena jugularis Tidak meningkat, Suara jantung lub-dub

Keluhan lainnya : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

3.1.6 PERSYARAFAN (BRAIN)


Nilai GCS E : 4 ( membuka mata spontan), V : 5 ( komunikasi verbal baik ), M :
6 ( mengikuti perintah ), Total Nilai GCS :15 normal Kesadaran : Compos
Menthis, Pupil : Isokor, Refleks Cahaya : Kanan Positif, Kiri Positif, Uji Syaraf
Kranial : Nervus Kranial I : pasien dapat membedakan bau, Nervus Kranial II :
penglihatan baik, Nervus Kranial III : pasien dapat memejamkan dan membuka
mata, Nervus Kranial IV : pasien dapat menggerakkan otot mata, Nervus Kranial
V : pasien dapat mengunyah makanan, Nervus Kranial VI : pasien menoleh
kearah samping, Nervus Kranial VII : pasien dapat mengekspresikan wajah,
Nervus Kranial VIII : pasien dapat mendengar perintah perawat dan dokter ,
Nervus Kranial IX : pasien dapat menelan makanan dengan baik, Nervus Kranial
X : pasien dapat berbicara dengan baik dan lancar, Nervus Kranial XI : pasien
dapat menggerakan lehernya ke kiri dan kanan, Nervus Kranial XII : pasien
menggerakkan lidah, Uji Koordinasi : Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif, Jari
ke hidung Positif, Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif, Refleks
bisep kanan dan kiri positif dengan skala 4, trisep kanan dan kiri positif dengan
skala 4, brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 4, patella kanan dan kiri
positif dengan skala 4, akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 4, reflek
babinski kanan dan kiri positif dengan skala 4.
Keluhan lainnya : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada

3.1.7 ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urine 1000 ml 1x/hr, Warna jernih, Bau khas, Tidak ada masalah/lancer
Keluhan Lainnya : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada

3.1.8 ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


28

Mulut dan Faring, Bibir lembab, Gigi lengkap, Gusi tidak ada peradangan, Lidah
lembab dan pucat, Mukosa lembab, Tonsil tidak ada peradangan, Rectum tidak
ada peradangan, Haemoroid tidak ada, BAB 2 x/hr Tidak ada masalah, Bising
usus normal, Nyeri tekan tidak ada, Benjolan tidak ada
Keluhan lainnya : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada

3.1.9 TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Kemampuan pergerakkan sendi bebas, ukuran otot simetris, kekuatan uji otot
ekstremitas atas 5/5, kekuatan uji otot ekstremitas bawah 5/5, dan tulang belakan
normal

Masalah keperawatan: tidak ada

3.1.10 KULIT-KULIT RAMBUT


Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, kosmetik, suhu kulit klien
hangat, warna kulit normal, turgor kulit baik, tekstur kuli halus, tidak ada lesi,
tekstur rambut halus, distribusi rambut sedikit, dan bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.11 SISTEM PENGINDERAAN :
Fungsi penglihatan baik, gerakkan bola mata normal, tidak ada visus, scelera
norma/putih, kornea bening, tidak ada nyeri. Dan tidak ada keluhan lain, klien
dapat mendengar dengan baik. bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, patensi,
obstruksi, nyeri tekan sinus, trensluminasi. Cavum nasal berwarna merah muda
dengan integritas baik, dan septum nasal baik.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.12 LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, dan mobilitas leher bebas.
3.1.13 SISTEM REPRODUKSI
Reproduksi Pria : Kemerahan Tidak ada, Gatal-gatal Tidak ada, Gland Penis Ada,
Maetus Uretra Ada, Srotum Ada, Hernia Tidak ada, Kelainan Tidak ada,
Keluhan lain Tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada


29

3.1.14 POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

Pasien mengatakan ingin lekas sembuh, cepat pulang, kembali berkumpul dengan
keluarga dan normal seperti biasanya

2. Nutrisida Metabolisme :

Tinggi badan klien 170 cm, BB sekarang 45 Kg, dan BB sebelum sakit 65 Kg,

45 Kg
IMT= =15,5 (15,5 menunjukkan kategori kurus kerena normal
1,70 cmx 1,70 cm
IMT 18-25) , tidak ada kesukaran untuk menelan.
Keluhan lainnya : Pasien juga mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu
makan menurun, dan badan dirasakan semakin kurus.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 2 x sehari 3 x sehari

Porsi 1/2 porsi 1 porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Bubur Ikan dan Tempe Nasi lauk, sayur dan sambal

Jenis Minuman Air putih dan the Air putih dan the

Jumlah minuman/cc/24 jam 1,000 cc 1,500 cc

Kebiasaan makan siang , malam Pagi, siang, malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

Masalah Keperawatan : defisit nutrisi

3. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit siang = 1-2 jam, Malam = 8 jam

Sesudah sakit siang = 1 jam, malam = 6 jam

Masalah Keperawatan : Tidak ada

4. Kognitif :
30

Pasien mengatakan tahu tentang penyakit yang dideritanya saat ini, dan tindakan
keperawatan pasien mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambar diri : Pasien dapat menerima kondisi nya sekarang

identitas diri : laki laki

peran : pegawai

harga diri :pasien menerima keadaannya sekarang

Masalah Keperawatan : Tidak ada

6. Aktivitas Sehari-hari

Sebelum sakit Sesudah sakit


Mengerjakan perkerjaan sebagai Membatasi kegiatan seperti berjalan kaki
pegawai jauh atau menaiiki tangga dan lebih
Skala aktivitas : 1 (mandiri) banyak beristirahat
skala aktivitas : 3 (memerlukan bantuan/
pengewasan/ bimbingan sederhana)

Keluhan lainnya: klien mengatakan bahwa dirinya tidak bisa terlalu banyak
melakukan aktivitas
Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien selalu berdiskusi dengan keluarga di setiap permasalahan dalam pelayanan
kesehatan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien beragama kristen dan selama sakit klien sering berdoa dan beribadah.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
31

3.1.15 SOSIAL - SPIRITUAL


1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Dayak dan indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik, pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan. Hubungan dengan Teman dan orang lain juga baik.
5. Orang berarti/terdekat
Keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Ibu rumah tangga dan kumpul bersama keluarga
7 . Kegiatan beribadah

Sebelum sakit pasien sering beribadah ke masjid dan kegiatan masjid


lainnya.Selama sakit pasien jarang beribadah dan berdoa

3.1.16 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
1) Rontgen dengan hasil Cor tak membesar. Opasitas inhomogen pada
parakardial kanan suspek massa.

2) Lab darah
Pemeriksaan Hasil Normal
Eritrosit 4,22 4,3 – 5,6
Hematokrit 31,8% 35,0-55,0%
Trombosit 250.000 100.000-400.000
Hb 12,2 g/dL 11,5-16,5 g/dL
Leukosit 13,9 3,5-10
Kolesterol 141 mg/dl ≤800
Trigliserid 75 mg/dl ≤200
HDL 67 mg/dl ≥45
LDL 59 mg/dl ≤155
Ureum 22,6 mg/dl 15-45
32

Kreatinin 0,7 mg/dl ≤1.13


SGOT 13,9 ≤37
SGPT 17,3 ≤31

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Terapi infus cairan RL, Dextrose 5%
2) O2 3lpm nasal kanul

Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam i.v Mengobati dan mencegah


infeksi bakteri
Inj. Dexamethason 1 ampul/8 jam i.v Mengatasi peradangan,
reaksi alergi, dan
penyakit autoimun
Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam i.v Menurunkan sekresi
asam lambung berlebih
Inj. Kalnex 1 ampul/8 jam i.v Mengatasi perdarahan
pasca operasi
Aminofilin 3x1 p.o Mengobati berbagai
gangguan pernapasan,
seperti asma, emfisema,
dan penyakit paru
obsruktif kronis.
Salbutamol 3x1 p.o Mengatasi sesak napas
akibat penyempitannya
saluran pernapasan,
Ulsafat 1cth/8 jam i.v Mengobati luka pada uss,
gastritis kronis dan
pencegahan
gastrointestinal akibat
ulserasi.s

Palangkaraya 12 April 2020

Mahasiswa

Aditya Dwi Saputra


33

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN


MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Adanya Secret Bersihan jalan


klien mengatakan sesak nafas saat napas tidak
beraktivitas efektif
DO :
- Kebiasaan merokok 1 Adanya bercak darah di Secret
Bungkus/hari,
- Batuk, sejak kurang lebih 1
tahun dan bercak darah
Kuman berkelainan di bronkus
terkadang
- Sputum warna putih,
- Nyeri dada,
- Sesak nafas saat beraktivitas Proses peradangan di bronkus
- Type Pernafasan Dada,
- Irama Pernafasan Tidak teratur
- Suara Nafas Vesukuler
- Suara Nafas tambahan Ronchi. Bersihan jalan napas tidak
Suhu : 37,2 0 efektif
N : 124 x/mt
RR : 28 x/mt
TD, 150/90 mmHg.

DS : Pasien juga mengeluhkan Produksi glukosa dari simpanan Defisit Nutrisi


bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu protein dan lemak
makan menurun, dan badan
dirasakan semakin kurus.
Kadar keton dan asidosis
DO :
- Pasien tampak lemah
- Nafsu makan menurun Nafas berbau keton
- Pasien tampak kurus
Suhu : 37,2 0
Anoreksia
N : 124 x/mt
RR : 28 x/mt
Defisit nutrisi
TD, 150/90 mmHg.

DS: efusi pleura Intoleransi


klien merasakan lemas aktifitas
34

DO :
Klien tidak mampu beraktifitas gannguan pemenuhan suplai o2
normal, energy berkurang, lemas
 

penurunan proses metabolisme


 

suplay energi turun


 

lemas

intoleransi aktifitas
35

PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses peradangan


2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan
oksigen
42

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B

Ruang Rawat : Sistem Pernapasan

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Diagnosa 1 Setelah dilakukan tindakan ₋ Kaji keluhan yang dialami ₋ Untuk mengetahui keluhan
keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien yang dialami pasien
Bersihan jalan napas
tidak efektif b.d ₋ Observasi TTV ₋ Untuk mengetahui TTV pasien
₋ bersihan jalan napas kembali efektif
proses peradangan ₋ Observasi jalan napas ₋ Untuk mengetahui jalan napas
₋ bunyi napas bersihan tidak ada
pasien pasien
secret
₋ Berikan penkes kepada ₋ Agar keluarga dapat
₋ tidak adanya ronchi
keluarga tentang mengetahui dan
penyakitnya memahami/mengerti tentang
₋ Kolaborasi dalam penyakitnya
pemberian obat dengan ₋ Untuk mempercepat
resep doker dan farmasi penyembuhan pasien
₋ Untuk mengetahui jalan napas
pasien
43

₋ Untuk menghindari penekanan


pada jalan nafas untuk
meminimalkan penyempitan
jalan nafas.
₋ Meningkatkan pengetahuan dan
menstabilkan pola nafas.
₋ Mengetahui perkembangan
pasien.
Diagnosa 2 Setelah dilakukan tindakan ₋ identifikasi status nutrisi - Untuk mengetahui status
keperawatan selama 1x4 jam ₋ identifikasi kebutuhan kalori nutrisi pasien
Defisit nutrisi diharapkan nutrisi klien bias terpenuhi dan jenis nutrien
berhubungan dengan - Untuk mengetahui kebutuhan
₋ monitor hasil pemeriksaan
kurangnya asupan Kriteria hasil laboratorium kalori dan jenis nutrien
makanan ₋ Menentukan target berat badn ₋ kaloborasi dengan ahli gizi - Untuk mengetahui kadar keton
dalam rentan normal untuk menentukan jumlah kalori
dan asidosis
₋ Mengontrol porsi makan dan jenis nutrient yang
dibutuhkan jika perlu - kaloborasi dengan ahli gizi
₋ Memilih makanan dan minuman
bergizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
Diagnosa 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya pembatasan 1. Untuk mengetahui aktivitas
keperawatan selama 2x24 jam pasien klien dalam melakukan pasien
44

Intoleransi aktifitas bertoleransi terhadap aktivitas dengan aktivitas 2. Mengkaji untuk menghindari
b.d kriteria hasil: 2. Kaji adanya faktor yang faktor kelelahan
ketidakseimbangan 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik menyebabkan kelelahan 3. Nutrisi pasien termonitor
antara suplay dan tanpa disertai peningkatan tekanan 3. Monitor nutrisi dan sumber 4. Pola tidur dan istirahat pasien
kebutuhan oksigen darah, nadi dan RR energi yang adekuat termonitor
d.d frekuensi 2. Mampu melakukan aktivitas sehari 4. Monitor pola tidur dan 5. Untuk mengembangkan
jantung meningkat hari (ADLs) secara mandiri lamanya tidur/istirahat pasien motivasi diri dan penguatan
>20% dari kondisi 3. Keseimbangan aktivitas dan 5. Bantu pasien untuk 6. Klien berusaha mengikuti
istirahat istirahat mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
6. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
45

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B

Ruang Rawat : Sistem Pernapasan

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan


Jam dan Nama
Perawat
17 september 1) Memonitor indikasi TTV, Hasil S:pasien mengatakan badan lemas dan merasakan sesak
2020 rongten dan Laboratorium napas sudah mulai menurun
2) Memantau tanda-tanda vital O:
- Tekanan darah, suhu, ₋ k/u. pasien lemah
pernafasan, nadi pasien ₋ kes composmentis
kembali normal ₋ stopper(+),
3) Jalan napas belum normal Suhu : 37,2 0
sepenuhnya N : 124 x/mt
4) Berikan penkes kepada RR : 28 x/mt
keluarganya tentang penyakitnya TD, 150/90 mmHg.
5) kolaborasi A : masalah belum teratasi
Melakukan kolaborasi dengan dokter P : observasi k/u dan TTV
untuk pemberian terapi ₋kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapy
46

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B

Ruang Rawat : Sistem Pernapasan

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat
18 september - Memonitor status nutrisi pasien S: Keluarga pasien mengatakan
2020 - Memonitor kebutuhan kalori dan jenis nutrien bahwa akan memonitoring dan
mengontrol nutrisi pasien
- Memonitor kadar keton dan asidosis
O:
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah - memenuhi nutrisi pasien
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan jika perlu - pemberian penambah nafsu
makan
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan evaluasi
47

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B

Ruang Rawat : Sistem Pernapasan

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan


Jam dan Nama
Perawat
20 september 1. Mengobservasi adanya pembatasan klien S : Klien mengatakan masih lemas
2020 dalam melakukan aktivitas O:
2. Mengkaji adanya faktor yang Klien tidak mampu beraktifitas normal, energy
menyebabkan kelelahan berkurang, lemas
3. Memonitor pola tidur dan lamanya Indicator
tidur/istirahat pasien Toleransi aktivitas ( masih intoleransi )
4. Membantu pasien untuk Konservasi eneergi ( sedikit mengalami peningkatan)
mengembangkan motivasi diri dan A : Masalah klien belum teratasi
penguatan P: Observasi terjadi keparahan,pertahankan kondisi
5. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan klien sekarang usahakan terjadi peningkatan kondisi
spiritual dengan melanjutkan intervensi
BAB 4

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di
paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan
metastasis tumor di paru. Gejala yang menjadi tanda-tanda adanya
kanker paru terdiri dari gejala awal yaitu stridor lokal dan dispnea
ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
Kemudian gejala umum yang sering muncul yaitu batuk yang tidak
kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu), kemungkinan akibat iritasi yang
disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa
membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk
sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder.

3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami laporan ini, diharapkan kita
sebagai perawat dapat melakukan asuhan keperawatan kepada Tn. B
dengan medis tumor paru dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
oksigenasi RSUD dr.Doris Sylvanus palangka raya.

46
47

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges E Mailyn,1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta, EGC

Mansjoer, A,.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Klinis Proses- Proses Penyakit . Jakarta :EGC
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
KETERAMPILAN PRAKTIK LABORATORIUM
(Prosedur Operasional Tetap)

Judul SOP : Oksigenasi


No. Dokumen :
No. Revisi : 002
Tanggal Mulai Berlaku :
Halaman : 5 (Lima)

1. Definisi oksigenasi
Inhalasi oksigen adalah memasukan oksigen kedalam paru – paru melalui
saluran pernapasan dengan menggunakan alat – alat khusus. Oksigenasi
merupakan suatu tindakan yang memberikan tambahan oksigen kepada pasien
yang membutuhkan.

2. Tujuan
1) Kanul
- Memberikan oksigen dengan kosentrasi relatif rendah saat kebutuhan
ksigen minimal
- Memberikan oksigen yang tak terputus saat pasien makan atau minum.
2) Masker wajah
- Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan kosentrasi
dan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
3) Tenda wajah/Face tent
- Memberikan oksigen bila masker tidak bertoleransi
- Memberikan oksigen aliran tinggi saat di hubungkan dengan sistem
venture

3. Ruang Lingkup
Semua pasien dengan kondisi yang memerlukan bantuan pernapasan
menggunakan oksigen tambahan

4. Kriteria Pencapaian
Inhalasi oksigen memberikan oksigen dengan konsentrasi tertentu.
Konsentrasi oksigen yang di berikan ini sesuai dengan alat yang digunakan
yaitu nasal kanul, masker, atau tenda wajah(face tent).

5. Standar Tenaga
Perawat, Bidan, dan tenaga medis lainnya.

48
49

6. Standar Alat dan Bahan


1. Sarana Non Medis :
1) Ruang istirahat pasien dengan standart minimal 4 x 3 m
2) Tempat tidur 1 buah dengan standart minimal
a) Tinggi : 70 cm
b) Lebar : 70 cm
c) Panjang : 2 m
3) Bantal besar 1 buah
4) Tissue
5) Alat tulis 1 buah
6) Perlak / pengalas 1 buah
7) Selimut pasien 1 buah
2. Alat inhalasi oksigen
1) Kanul
a) Tabung oksigen dengan floemeter
b) Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang
sesuai dengan peraturan RS.
c) Nasal kanul dan selang.
d) Kasa jika perlu
2) Masker wajah
a) Tabung oksigen dengan flowmeter
b) Humidifier dengan cairan
c) Masker wajah dengan ukuran yang sesuai
d) Karet pengikat
7. SOP Terkait
a. SOP Mencuci tangan
b. SOP Memasang sarung tangan
c. SOP Melepas sarung tangan

8. Prosedur Tetap
1) Memeriksa kelengkapan alat yang akan digunakan.
2) Menyapa dan mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga
3) Memperkenalkan diri
4) Menjelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
5) Meminta persetujuan kepada pasien
6) Mendekatkan alat disamping tempat tidur pasien
7) Menjaga privasi pasien
8) Mencuci tangan
9) Memakai sarung tangan
10) Mengatur posisi pasien
11) Memberitahukan pasien bahwa tindakan akan di mulai
12) Memasang inhalasi oksigen
50

13) Kaji respon pasien


14) Merapikan pasien dan Membereskan peralatan
15) Beritahu pasien tindakan sudah selesai
16) Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok yang berisi lisol

NO KEGIATAN/TINDAKAN

A FASE ORIENTASI
1 Mempersiapkan alat
Memeriksa kelengkapan dan fungsi peralatan yang akan digunakan tersedia serta berfungsi
dengan baik. Di antaranya peralatan yang disiapkan yaitu tabung oksigen dengan flowmeter,
humidifier menggunakan cairan steril, nasal canula sesuai ukuran, selang oksigen , kasa, bak
instrumen di dalamnya terdapat handscoon dan kasa, serta baki.
2 Memberi salam dan menyapa nama pasien
Menyapa : Dengan suara lembut dan ramah sambil menatap mata pasien mengucapkan
“Selamat pagi/siang/sore/malam ……”
3 Memperkenalkan diri
Memperkenalkan diri pemeriksa : “Perkenalkan ibu/bapak nama saya…….” (jika sudah
berkenalan tanyakan: “ibu/bapak masih ingat sama saya?”
4 Menjelaskan prosedur kepada pasien
a. Membawa alat ke dekat pasien
b. Menjelaskan tujuan dari pemasangan oksigen
“Bapak/Ibu tindakan pemberian oksigen ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksige
tubuh dan mengurangi sesak napas yang Bapak/Ibu rasakan”. Prosedur tindakan in
nanti saya akan memasangkan masker/slang canula ke bagian hidung yang aka
dihubungkan dengan tabung oksigen.
c. Menjelaskan langkah – langkah kegiatan pemasangan oksigen
 Memberitahukan tujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan yang aka
dilakukan: “Bapak/Ibu saya akan memasang alat bantuan pernapasan pada bapak/ib
yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan oksigen bapak/ibu”.
 Tahapan yang nanti akan dilakukan :
Saya akan memasang selang/kanul/masker pada hidung dan bagian muka bapak/ibu.
5 Melakukan Kontrak Waktu
“Bagaimana ibu/bapak apakah bersedia? Baiklah ibu/bapak akan kita mulai pemeriksaa
waktu pelaksaan kurang lebih 15 menit “(jika bersedia)
(Jika pasien tidak bersedia maka jelaskan kembali kepada pasien dan tujuan lebih ditegaskan
“Bapak/ibu tindakan pemberian oksigen ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksige
tubuh dan mengurangi sesak napas yang bapak/ibu rasakan”. Prosedur tindakan ini nan
saya akan memasangkan masker/slang canula ke bagian hidung yang akan dihubungka
dengan tabung oksigen.

FASE KERJA
51

6 Mendekatkan alat di samping tempat tidur pasien


1) Memegang troli dengan kedua tangan di tempat pegagangannya dengan ca
menggenggam pengangan pada troli dan mendorong troli secara perlahan – lahan aga
alat – alat yang ada di troli tidak jatuh. Troli di dorong menuju ke arah kamar pasien
2) Petugas meletakkan troli disisi kanan petugas sehingga dapat memudahkan dalam
memberikan tindakan oksigenasi.
7 Menutup privasi pasien
1) Tarik sketsel (gorden) untuk menjaga privasi pasien. Caranya adalah dengan memegan
gorden dari tepi kanan/kiri kemudian tarik perlahan – lahan ke arah kanan/kiri tergantun
dengan arah dari gorden pengait/rell gorgen.
2) Apabila di kamar pasien tidak terdapat sketsel, maka dapat menggunakan sampiran. Tari
sampiran yang ada di ruangan. Letakkan disamping tempat tidur pasien dan sampira
dibuka disesuaikan dengan panjang tempat tidur untuk menjaga privasi pasien denga
pasien lainnya.
3) Apabila ruangan tidak mengguanakan AC maka jendela dibuka agar dapat terjadi sirkula
udara yang berada di dalam dengan udara yang berada diluar, dan ini dilakukan agar pasie
merasa nyaman. Cara membuka jendela adalah dengan cara tangan dominan (kanan/kir
menarik grendel dan tangan yang nondominan (kanan/kiri) mendorong jendela kearah lua
Kemudian kaitkan pengait yang ada fi bingkai jendela ke jendela
4) Apabila ruangan menggunakan AC maka jendela tidak perlu diuka, hanya cukup membuk
gorden , agar pencahayaan kedalam ruanan tetap baik. Caranya adalah dengan memegan
gorden dari tepi kanan/kiri kemudian tarik perlahan – lahan kearah kanan/kiri tergantun
dengan arah penai/rell gorden.
8 Mencuci tangan bersih (Lihat SOP Terkait)
9 Memasang sarung tangan bersih (Lihat SOP Terkait)
10 Mengatur posisi pasien
Bapak/ibu sebelum saya memberikan tindakan pemberian oksigen ini terlebih dahul
bapak/ibu berbaring di tempat tidur dengan posisi setengah duduk ya”.
Petugas mensetting posisi tempat tidur pasien dengan cara :
1) Jika tempat pasien masih menggunakan model lama (brankar), bantu pasien untuk posi
duduk, kemudian angkat bagian tempat tidur pasien bagian kepala setelah di angk
pasang penyangga dan posisikan pada sudut 45o.
2) Jika tempat tidur pasien menggunakan model baru, posisi petugas kesehatan berada
bawah kaki pasien, kemudian tarik tuas yang ada di bwah kaki pasien setelah itu puta
searah jarum jam di sesuaikan dengan sudut yang di inginkan.
11 Memberitahukan pasien bahwa tindakan pemberian oksigen akan di mulai
“bapak/ibu tindakan akan segera dilakukan mohon kerjasamanya ya selama tindakan”.
12 Memasang inhalasi oksigen
a. Mengatur posisi pasien semi-fowler jika memungkinkan. Posisi ini memungkinka
ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan pasien untuk bernapas.
b. Mengatur peralatan oksigen
c. Memutar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi.
d. Cek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang. Seharusnya tidak ada sua
52

pada slang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya terdapat gelembung udara pad
humidifier saat oksigen mengalir lewat air. Perawat merasakan oksigen keluar dari kanu
masker, atau tenda.
e. Atur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan perintah, misalnya 2 – 6 L/min
f. Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai
1) Kanul
 Meletakkan kanul pada wajah pasien, dengan lubang kanul masuk kehidung, da
karet pengikat melingkar ke kepala. Beberapa model yang lain, karet pengik
ditarik ke bawah dagu.
 Jika kanul ingin tetap berada di tematnya, plester pada bagian wajah.
 Alasi slang dengan kasa pada karet pengikat pada telinga dan tulang pipi jik
dibutuhkan.
“maaf Bapak/Ibu saya akan memasangkan nasal kanul ini di hidung bapak/ibu”.
2) Masker wajah
 Tempatkan masker kearah wajah pasien dan letakkan dari hidung kebawah
 Mengatur masker sesuai dengan bentuk wajah, masker harus menutup waja
sehingga sedikit sekali oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi dan dagu
 Mengikatkan karet pengikat melingkar kepala pasien sehingga masker teras
nyaman.
 Mengalasi karet dibelakang telinga dan di atas tulang yang menonjol, alas aka
mencegah irirtasi karena masker.

C FASE TERMINASI
13 Merapikan pasien, Mengevaluasi Respon Pasien & Mengucapkan salam penutup
(komunikasi bahwa tindakan telah selesai sambil memberi reward)
“Ibu/bapak pemeriksaan telah selesai dilakukan, bagaimana ibu atau bapak keadaanny
setelah saya lakukan pemeriksaan? Nanti saya akan bekerjasama dengan dokter dalam
menyampaikan hasil pemeriksaan ini ya….senang bekerja sama dengan bapak/ibu…(seray
tersenyum)
14 Beritahu prosedur tindakan telah selesai
“bapak/ibu prosedur tindakan telah selesai, terimas kasih atas kerjasamanya, dan saya akan
kembali ke ruangan jika bapak/ibu membutuhkan kami bisa mendatangi kami di ruang
keperawatan, selamat pagi/siang/sore/malam”.
15 Merapikan alat
a. Merapikan alat yang sudah dipakai, kemudian dicuci dan dikembalikan ke tempat asalnya.
b. Bahan linen yang kotor diletakkan dikeranjang tempat linen kotor, di bawa ke dapur atau
laundry untuk di cuci dan untuk di pakai kembali
c. Membuang sampah sesuai dengan kategorinya, sampah medis atau sampah non medis.
16 Melepas sarung tangan & mencuci tangan
17 Mendokumentasikan dalam catatan perawatan
Mencatat pada status pasien dan buku laporan:
1. Nama, No RM, Kamar/ruang, Diagnosa Medis
2. Tanggal dan jam pemasangan pemeriksaan fisik sistem pencernaan
53

3. Hambatan dalam pemeriksaan fisik


4. Keadaan pasien (kerjasama)
5. Hasil pemeriksaan fisik
6. Tanda tangan perawat pelaksana
17) Merapikan alat
18) Mencuci tangan
19) Dokumentasi tindakan
54

SAP KEGIATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN BAHAYA MEROKOK DI SISTEM


PERNAPASAN RSUD dr DORIS SYVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH

Aditya Dwi Saputra (2018.C.10a.0923)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2019
55

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Bahaya merokok

Sub Pokok Pembahasan : Bahaya merokok

Hari/Tanggal : 21 September 2020

Waktu : 07:00 WIB - Selesai

Sasaran : Pasien , Keluaga Pasien berserta bapak,


ibu dan remaja yang berada di tempat

Tempat : di ruang sistem pernapasan

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan
mengetahui atau mengenal serta paham tentang bahaya merokok.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang bahaya merokok, diharapkan peserta
dapat:
1. Mengetahui tentang apa itu rokok.
2. Mengetahui bahaya merokok.
3. Mengetahui tipe-tipe perokok.
4. Mengetahui zat kimia yang terdapat di dalam rokok.
5. Mengetahui penyakit yang dapat ditimbulkan dari rokok
6.
D. Materi Penyuluhan (Terlampir)
1. Menjelaskan pengertian rokok
2. Menjelaskan bahaya rokok
3. Menjelaskan tipe tipe perokok.
4. Menjelaskan bahan kimia pada rokok
5. Menjelaskan penyakit yang di sebabkan oleh rokok
56

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah : Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode
ini digunakan pada kelompok yang besar (lebih dari 2 orang). Pada
hakikatnya ceramah adalah proses transfer informasi dari pengajar ke
sasaran belajar.
2. Tanya Jawab : Tanya jawab adalah proses dimana peserta bertanya
tentang materi yang belum dipahaminya dan pemateri yang menjawab
pertanyaan peserta tersebut.
3. Demonstrasi : Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah
sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda
dan sebagainya.

F. Struktur Organisasi
Moderator :
Penyaji :
Notulen :
Observer :
Fasilitator :
Dokumentasi :

G. Media
1. Poster
2. leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan

1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab


57

b. Memperkenalkan diri salam


c. Menyebutkan b. Mendenga
materi/pokok bahasan rkan dan
yang akan menyimak
disampaikan
d. Kontrak waktu

2 Pelaksanaan 20 menit a. Penyampaian materi a. Mendenga


b. Menjelaskan rkan dan
pengertian rokok menyimak
c. Menjelaskan bahaya b. Bertanya
rokok mengenai
d. Menjelaskan tipe tipe hal-hal
perokok. yang
e. Menjelaskan bahan belum
kimia pada rokok jelas dan
f. Menjelaskan penyakit dimengert
yang di sebabkan i
oleh rokok
3 Penutup 5 menit a. Melakukan evaluasi a. Sasaran
b. Menyampaikan dapat
kesimpulan materi menjawab
c. Mengakhiri tentang
pertemuan dan pertanyaa
mengucap salam n yang
diajukan
b. Mendenga
r
memperha
tikan
c. Menjawab
salam
58

I. Evaluasi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mencuci tangan, diharapkan
peserta dapat :
 Peserta penyuluhan mampu menyebutkan pengertian rokok
 Peserta penyuluhan mampu menyebutkan bahaya merokok
 Peserta penyuluhan mampu menyebutkan tipe-tipe perokok
 Peserta penyuluhan mampu menyebutkan zat kimia yang terdapat
pada rokok
 Peserta penyuluhan mampu menyebutkan penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh rokok
59

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus termasuk cerutu
/bentuk lain nya yang di hasilkan dari nicotiana tambacum,nikotiana
Rustica,  dan spesies lainya yang mengandung NIKOTIN dan TAR atau tampa
bahan tambahan
 

B. Bahaya Rokok
Kerugian yang di timbulkan oleh rokok sangat banyak bagi kesehatan.
Tapi sayang nya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk
menikmatinya. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya
untuk kesehatan, dua diantara nya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan Tar 
yang bersifat karsinogenik (Bahar ,2002). Racun dan kasinogen yang  timbul
akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya
rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk
kedalam sirkulasi darah hanya 25%. Walaupun demikian jumlah kecil tersebut
memiliki waktu hanya 15 detik sampai ke otak manusia .
 

C. Tipe-Tipe  Perokok

1. Sangat berat Mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang sehari


2. Berat Mengkonsumsi rokok sekitar 21-30 batang per hari
3. Sedang Menghabiskan rokok  sekitar 11-21 batang per hari

D. Bahan Kimia Pada Rokok


1. Karbon Monoksida Adalah sejenis gas yang tidak berbau. Unsure ini
dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau
karbon. Zat ini sangat beracun, racun carbon monoksida akan membuat
seseorang gampang cape dan gerogi
60

2. Nikotin Adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat


membuat rasa perih yang sangat. Nikotin ini menghalangi kontraksi rasa
lapar, itu sebabnya seseorang bisa merasakan tidak lapar karena merokok
3. Ammonia Adalah merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari
nitrogen dan hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat
merangsang.begitu kerasnya racun yang terdapat pada amoniaitu, sehingga
kalau disuntikkan sedikitpun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan
seseorang pingsan atau koma.
4. Hydrogen Cianida Adalah sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa.zat ini sangat efisien untuk menghalangi
pernapasan. Cianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang
sangat berbahaya. Sedkit saja cianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh
dapat mengakibatkan kematian.
5. Formaldehyde Adalah sejenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang
tajam. Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama.
Formaldehyde ini sangat beracun keras terhadap semua organism hidup.
6. Tar Bahasa indonesianya disebut ter. Zat ni sejenis cairan kental berwarna
coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan cara distilasi dari kayu
atau arang.ter terdapat dalam rokok yang terdir dari ratusan bahan kimia
yang dapat menyebabkan kanke paru-paru.
7. Methanol Adalah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan
mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan
kebutaan, bahkan kematian.
 

E. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Rokok


1. Penyakit kanker
a. Kanker mulut, bibir, kerongkongan dan usus
Kanker mulut dan bibir lebih banyak diderita perokok dibanding
dengan mereka yang tidak merokok.ini disebabkan oleh panas dari asap
rokok itu, dan disebabkan karena adanya ter pada asap rokok yang
merupakan zat penyebab kanker. Perokok juga dapat menderita kanker
61

kerongkongan dan usus Karena unsur carsinogenik, arsenic dan


bengopirene yang terdapat pada rokok.
b. Kanker paru-paru
Penyakit kanker paru-paru telah menyebabkan kematian 40.000
orang per tahun di inggris. Penelitian menunjukkan bahwa yang
meninggal karna kanker paru-paru ini hamper semuanya perokok atau
bekas perokok.
2. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah merupaka penyebab kematian yang umum di
Negara-negara yang sudah maju. Karena penyakit ini terdapat dua kali lebih
banyak pada orang-orang perokok dibandingkan pada orang yang tidak
merokok.
3. Emphysema
Salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan rokok alah empisema.
Emphysema adalah sejeis penyakit paru-paru di mana si penderita sukar
bernafas, sering penderita itu batuk-batuk, kerongkongan berlendir banyak,
pencernaan yang kurang beres serta nafas yang pendek.
62

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis sampaikan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa merokok merupakan kegiatan bodoh yang dilakukan manusia hanya
untuk mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala, persepsi
positif dan sebagainya. Banyak penyakit yang muncul akibat dari rokok dan
kebiasaan merokok. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan sebagian dari
penyakit ini, tetapi obat yang ada hanya untuk meringankan gejalanya saja.
Oleh karena itu,terdapat upaya untuk penanggulangan bahaya rokok ini antara
lain dengan upaya penerangan dan penyuluhan khususnya bagi generasi muda,
upaya prevensi dan motivasi untuk menghentikan kebiasaan merokok, dan
menguyah permen bagi perokok yang susah mengentikan kebiasaan
merokoknya.
 
 
B. Saran
Kita telah mengetahui bagaimana dampak apabila seeorang itu merokok. Jika
seseorang menawarkan rokok, maka tolak dengan baik. Merasa kasihanlah
pada mereka yang merokok karena mereka hanya ingin menambah koleksi
penyakit yang ada dalam tubuh. Jangan dengarkan mereka yang menganggap
anda lebih rendah dari mereka jika tidak ikut – ikutan merokok,karena dalam
hati dan pikiran mereka yang waras, mereka sebenarnya ingin berhenti
merokok. Beruntunglah bagi orang yang belum merokok karena mereka
termasuk orang yang smart dan sangat mencintai kesehatan.
63

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Sue. 2005. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan . Jakarta : Arcan

Mandagi, Jeanne. 2010. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya serta

Penanggulangannya. Jakarta : Bina Darma Pemuda Printing


64
Apakah itu rokok ? Bahaya merokok

Bahaya merokok sudah terbukti


NAMA : ADITYA DWI SAPUTRA menyebabkan berbagai penyakit
NIM : 2018.C.10A.0923 kronis.

YAYASAN EKA HARAP


Rokok adalah hasil olahan
PALANGKA RAYA
tembakau yang terbungkus
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
termasuk cerutu /bentuk lain nya

BAHAYA
yang di hasilkan dari nicotiana
tambacum,nikotiana Rustica, dan
spesies lainya yang mengandung

MEROKOK NIKOTIN dan TAR atau tampa


bahan tambahan
penyakit-penyakit tersebut baru
sebagian dari bahaya merokok bagi
  kesehatan. Pasalnya, ada banyak
bahaya merokok lainnya yang tidak
disadari seorang perokok.

65
Bahan Kimia Pada Penyakit Yang
66

Rokok Disebabkan Oleh


Rokok
Penyakit kanker

Kanker mulut, bibir, kerongkongan


dan usus
Tipe-tipe perokok Karbon Monoksida Kanker paru-paru
SANGAT BERAT Nikotin
Penyakit Jantung
Mengkonsumsi rokok lebih dari 31 Amonin
batang sehari Emphysema
Hydrogen Cianida
BERAT
Mengkonsumsi rokok sekitar 21-30
Formaldehyde
batang per hari Tar
SEDANG
Mengkonsumsi rokok sekitar 11-21
batang per hari

Anda mungkin juga menyukai