Selain iru, Ibn Rusyd juga berjasa dalam mempertemukan antara agan1a
dan filsafar. Berbeda dengan Al-Farabi yang memperremukan dua hal rersebur
pada aspek merafisikanya dan Jbn Sina pada aspek fungsionalnya, Ibn Rusyd
mempertemukannya lewat aspek-aspek yang lain: {I) pada aspek bidang garapan,
yairu bidang garapan wahyu berkaitan dengan persoalan merafisik dan rnasalah
informasi hidup sesudah mari, sedangkan rasio arau intelek berkaitan dengan
persoalan fisik dan kehidupan sekarang, (2) pada aspek rnetode yang digunakan.
Menurut Ibn Rusyd, metode rasional burhani (demonstrarif) yang digunakan
pada ilmu-ilmu filosofis tidak hanya monopoli rnilik filsafat, rerapi juga dapar
digunakan unruk menganalisis ilmu-ilmu keagamaan. Begiru juga prernis-
premis pasri ridak hanya dapat dihasilkan dari analisis rasional, retapi juga dapat
dicapai nalar retapi tidak bisa dijelaskan secara logika burhani, seperti soal warna,
bau, rasa atau bayangan; (3) prinsip burhani yang menyatakan bahwa atribut
sesuacu harus didefinisikan oleh arribur yang lain akan menggiring pada proses
ranpa akhir, ad i11finit11m, yang icu berarri tidak akan ada absurdiras yang bisa
dikerahui.: Jelasnya, penalaran rasional bm·hlini tidak bisa menyingkap seluruh
kebenaran clan realitas yang mendasari semesta.
Pada wakru-waktu berikumya, kririk rerhadap nalar rasional-burhani juga
disampaikan para tokoh, baik dalam Islam sendiri maupun di Barat. Menurur
Osman Bakar, kririk-kririk yang dirujukan kepada sistem penalaran rasional
burhani rersebur bukan karena ia berusaha mengekpresikan segala sesuatu secara
rasional, sejauh iru mungkin, melainkan karena ia berupaya unruk merangkul
seluruh realitas ke dalarn alarn rasio, seakan-akan rasio sesuai dengan prinsip
segala sesuaru, padahal kenyataannya tidak dernikian.
Akan retapi, konsep-konsep filsafar isyraqi (iluminatif) Suhrawardi di atas
rernyara tidak mudah uncuk dipahami masyarakat, cermasuk kalangan ahli fiqh
yang terbiasa berpikir formal-legal. Karena itu, pada 1191 M, Suhrawardi harus
mati di tiang gantungan dalam usia yang relatif rnuda, 38 rahun, karena pikiran-
pikirannya dianggap aneh, menyimpang, dan berbahaya oleh ulama ahli fiqh
yang berkuasa saar itu.
Meski dernikian, perkembangan filsafat sufi atau konsep sufi yang filosofis
ini cidak berhenti. Pada kurun yang hampir bersamaan, di belahan bumi Islam
bagian barar, di Andalus rempat Jbn Rusyd hidup, muncul rokoh besar yang
sangat kontroversial, yaicu Ibn Arabi (1165-1240 M). Tokoh ini dikenal lewar
filsafatnya cencang wab_dat al-wttjiid (kesaruan realiras), salah sacu pernikiran yang
paling konrroversial dalam merafisika, khususnya mecafisika casawuf. lbn Arabi
sendiri diberi gelar m11!J.y al-din (penghidup agarna) clan syaikh al-akbar (Dokcor
Maxim us), karena pikiran-pikirannya yang besar rerutarna dalarn bidang rasawuf
Menurur Arbery, belum ada cokoh muslim yang mencapai posisi sebagaimana
kedudukannya, sehingga ia menjuluki Jbn Arabi sebagai The greatest mystical
genius ofArab.
Secelah lbn Arabi, lahir Muhammad ibn Hasan Al-Thusi yang dikenal juga
dengan nama Nasir A-Din Al-Thusi (1201-1274 M). Dalam bidang filsafut,
cokoh yang bermazhab Syiah Itsna Asyariyah ini berusaha unruk menghidupkan
kernbali ajaran filsafat Ibn Sina yang renggelam karena serangan Al-Chazali, lewac
komenrar-komencarnya (syarab.) aras karya-karya lbn Sina, khususnya al-lsylir/it
wa al-Tanbtbdt: Bersamaan dengan iru, muncul juga Qurb Al-Din AI-Syirazi
(1236-1311 M), yang dikenal lewat dua karya besarnya, yaitu Durra: al-Ttij
setebal 25.000 halaman dan Syark Hikmah al-Isyraq karya Suhrawardi. Dalam
karya yang disebutkan pertama, Al-Syirazi mendiskusikan ilmu dan membaginya
dalam dua bagian: 11lftm al-fl.ikmah (filosofis) clan 11/11111 ghair al-fl.ikmah (non-
filosofis). Menurut Osman Bakar, klasifikasi ilmu yang dibuat Al-Syirazi ini
digunakan unruk mengangkat kembali nilai penting filsafat dalam masyarakat
Muslim serelah menurun karena serangan Al-Ghazali.
Pada abad-abad berikutnya, abad ke-14 sarnpai 16 M, pernikiran filsafat
Islam masih terus berkembang. Pada masa-rnasa ini lahir para filosof andal, seperti
Ibn Mahmud Al-Amuli {w. 1385 M), kornentaror Ibn Sina dan juga penulis
klasifikasi ilmu yang berjudul Nafii' is al-Funtin Ji J'lra'is al- 'Uykn: Ibn Turkah
(w. 1432 M) penulis Syar/J. Qawd'id al-TauflJd, sebuah buku yang menjelaskan
dokuin tauhid dalam perspekrif rnerafisik-filosofis, Jalal Al-Din Ibn Asad AI-
Dawani (1425-1503 M) yang dianggap sebagai perintis awal berdirinya the school
ofIsfahan yang dibangun oleh M. Baqir Astarabadi yang juga dikenal dengan
nama Mir Damad (w. 1631 M).
Selanjurnya, pada perrengahan paro kedua abad ke-16 M lahir filosof
besar bernama Shadr Al-Din Al-Syirazi yang juga dikenal dengan Mulla Sadra
(1571-1640 M), pendiri filsafat transenden (kikmah al-muta'aliyah). Secara
episrernologi, filsafat ini tidak hanya menggunakan kekuatan nalar (burhdm) dan
kernarnpuan inruitif (irjlim), tetapi juga mendasarkan diri pada eeks suci (baydm).
Dengan metode ini, potensi-porensi psikologis dan spiritual manusia dapat
difungsikan secara maksimal, dan dapar dihasilkan pengetahuan atau hikmah
yang besar yang tidak tergapai oleh merode biasa, rerapi tetap rersaji dalam
bentuk rasional dan tidak bertentangan dengan tekssuci. Bagi kaum Muraaliyah,
pengetahuan arau hikmah tidak hanya untuk memberikan pencerahan kognisi
terapi juga realisasi; mengubah wujud penerima pencerahan iru sendiri dan
merealisasikan pengetahuan yang diperoleh sehingga rerjadi transformasi wujud.
Semua itu tidak bisa dicapai kecuali dengan menglkuri syariat sehingga sebuah
pemikiran harus menggaet merode bayani dalam sisrernnya.
Menurut Muthahhari, dengan mengambil dan memadukan berbagai sumber
episrernologi seperti di aras, bikmah al-muta· aliyah dapat menyelesaikan secara
baik persoalan yang rerjadi antara filsafat, sufi, dan fiqh. Meski dernikian, b.ikmah
al-muta 'aliyah bukan merupakan sinkretisme dari epistemologi sebelumnya,