Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEARIFAN LOKAL BUDAYA TEGAL

BUDAYA ORANG TEGAL SEBUAH KEARIFAN KEBUDAYAAN LOKAL

Disusun oleh :

Ainil Fitriyah (042131259)


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi dan melengkapi tugas
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang bertema BUDAYA DI INDONESIA dengan judul
“BUDAYA ORANG TEGAL SEBUAH KEARIFAN KEBUDAYAAN LOKAL”

Dalam proses penulisan makalah ini penyusun banyak menemui kesulitan dalam mencari
sumber-sumber bahan penulisan yang dijadikan literatur dalam penulisan makalah ini, hal
ini dikarenakan minimnya koleksi pustaka yang menjabarkan tentang sejarah, serta
sejarah munculnya kebudayaan lokal di kota ini dari kebudayaan induknya yaitu budaya
jawa. penyusun menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
khususnya kepada pihak Kantor Arpusda “Mr.Besar Martokoesoemo” Kota Tegal serta
umumnya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik berupa pinjaman buku,
sumber informasi serta bermacam-macam bahan penulisan sehingga makalah ini dapat
terwujud. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Dengan demikian, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan pembaca mengenai asal-usul, sejarah serta kekhasan kebudayaan di kota dan
kabupaten tegal yang kita banggakan ini.

Tegal, 10 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... i

Daftar isi............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2

C. Tujuan Makalah................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 16

Kesimpulan......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan Daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan
melalui kesenian, melainkan segala bentuk dan cara berperilaku, bertindak dan pola
pikiran yang berada jauh di belakang apa yang tampak tersebut (Judistira K, Garna,ibid,
hlm 13)*)

Kiranya sedikit gambaran dari makna kebudayaan daerah, yang dalam hal ini akan diulas
kebudayaan daerah/lokal daerah Tegal yang khas dan unik.

Tentunya, jika ingin mengulas kebudayaan maka akan ada keterkaitan dengan sejarah,
untuk itu penyusun suguhkan pula sedikit sejarah tentang daerah ini (Tegal_red). Aspek
lainnya yang perlu diketahui dari kekhasan budaya tegal adalah mengenai Kesenian (tari-
tarian, upacara adat, arsitektur bangunan, kepercayaan dll), perilaku, watak khas orang
tegal serta bahasa jawa tegalan dengan dialek yang unik bahkan terkenal sampai keluar
daerah dan kerap dijadikan bahan lawakan di acara-acara televisi nasional.

Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa (etnis) berkembang menjadi ratusan sub-
etnis yang memiliki budaya dan tradisi masing-masing. Budaya dan tradisi itulah yang kita
sebut budaya lokal. Dalam budaya lokal terkandung nilai-nilai, gagasan dan perilaku yang
pas, sesuai dan berguna bagi kehidupan masyarakatnya.

Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki masyarakat yang menempati lokalitas atau
daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat di tempat lain.
Inilah yang kemudian kita kenal sebagai kearifan lokal.

Kearifan lokal dalam budaya Tegal sesungguhnya dapat ditelusuri melalui pelbagai kajian
misalnya bahasa, kesenian tradisional, peninggalan sejarah (situs),cerita rakyat, tatacara
dan upacara,bahkan makanan dan busana.. Masih banyak kearifan lokal lainnya yang perlu
diadakan kajian dan inventarisasi guna menemukan nilai-nilai luhur dan filosofi.

Sayangnya jarang sekali kepustakaan yang bisa dijadikan rujukan mengingat selama ini
budaya Tegal tidak memiliki tradisi literasi.Bahkan tradisi lisan-pun sudah sangat sulit kita
temukan,mengingat para pelakunya tidak pernah mewariskan kepada generasi
penerusnya. **)
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Asal-Usul dan sejarah daerah Tegal ?

2. Apa saja corak macam kebudayaan orang Tegal ?

3. Bagaimana bisa dikatan budaya orang Tegal sebagai sebuah kearifan budaya lokal ?

C. Tujuan Makalah

Melihat rumusan masalah di atas, penyusun merumuskan tujuan makalah ini adalah untuk,

1. Mendeskripsikan Sejarah Tegal.

2. Mendeskripsikan macam-macam jenis produk budaya tegalan.

3. Mendeskripsikan budaya orang tegal sebagai sebuah kearifan budaya lokal.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Tegal hingga masa Mataram

Tegal merupakan penjelmaan dari sebuah desa yang bernama “Teteguall” yang pada tahun
1530 telah nampak kemajuannya dan termasuk wilayah Kabupaten Pemalang yang
mengakui Trah (Kerajaan) Pajang. Ada beberapa sumber mengatakan sebutan “teteguall”
ini diberikan oleh seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pieres yang pernah singgah
di pelabuhan Tegal sekitar tahun 1500-an. Tome Pieres adalah penjelajah sekaligus
saudagar yang menjual hasil-hasil pertanian dan gula. Menurut catatan Tome Pieres, pada
waktu itu perdagangan di Tegal didominasi oleh orang-orang India dan Tionghoa.
(Soepoetro, 1955)1 yang memiliki arti tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman
pertanian (Soemarno,Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984).

Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi sejarah Tegal tidak lepas dari ketokohan Ki
Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit, karena sang ayah Ki Gede Tepus
Rumput (kelak bernama Pangeran Onje) ialah keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo
yang masih punya kaitan dengan keturunan Kerajaan Majapahit .

Penekanan pada bidang pertanian, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar
kesejarahan Tegal yang mengembangkan kapasitasnya selaku wilayah agraris. Tradisi
keagrarisan dimulai dari ketokohan Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bangsawan
ini (Ki Gede Sebayu) adalah saudara dari Raden Benowo. Bahkan kalau dirunut keagrarisan
itu dimulai semenjak Mataram Kuno. Selain berhasil memajukan pertanian, beliau juga
merupakan ahli agama yang telah membimbing warga masyarakat dalam menanamkan
rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas keberhasilan usahanya memajukan
pertanian dan membimbing warga masyarakat dalam menanamkan rasa keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, beliau diangkat menjadi pemimpin dan panutan masyarakat.

1 Soepoetro, Tegal dari masa ke masa. 1955


Ki Gede Sebayu, yang masih keturunan trah Majapahit. Beliau memilih diam cegah dhahar
lawan guling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin kacau karena perang
saudara, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan
Pajang. Namun, Sebayu menolak. Karena tidak merasa tega melihat penderitaan manusia
akibat perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda. Beliau melepas atribut
kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup. Sampailah dia di sebuah
daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai yang dialiri air yang bening
sampai muara laut. Sungai itu adalah sungai Gung (Kali Gung). Sungai ini dinamakan Kali
Gung sebab bersinggungan dengan mata air yang berasal dari Gunung Agung yakni sebuah
nama kuno dari Gunung Slamet dan bermuara ke utara hingga laut jawa.

Beliau terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni
itu. Ditengah- tengah hamparan padang rumput luas itu, Ki Gede Sebayu temukan
Persinggahan disana hanya ada beberapa bangunan semi permanen yang dihuni sejumlah
santri dan sebuah makam keramat.

Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung
dikebumikan (sekarang bernama Kelurahan Panggung). Mbah Panggung yang bernama asli
As sayid al habib Abdurrohman Assegaf putra dari Sunan Drajat dan Dewi Condrowati yang
merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang).

Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam. Dia
merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan
pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi tegalan.
Selain itu, dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan
sumber air irigasi.Kesaksian ini diperkuat denga ditemukannya artefak kuno dan candi di
desa Pedagangan. Ditambah tlatah Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan
Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris ( De Graaf, 1986)2.

2 De Graff, awal kebangkitan Mataram sampai runtuhya istana Mataram. 1986

Sementara itu, setelah perang panjang antar saudara mulai dingin Pangeran Benowo
diangkat menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya. Sebayu, untuk menjadi patih.
Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Sebayu. Di Desa Teteguall, tempat
Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak mungkin
meninggalkan rakyat Teteguall, karena alasan tersebut Pangeran Benowo melantik dia
menjadi juru demang atau sesepuh Desa Teteguall. Anugerah sebagai sesepuh desa
diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE.
Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.

Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Pemimpin pertama Tegal dilaksanakan pada


perayaan tradisional setelah menikmati hasil panen padi dan hasil pertanian lainnya.
Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran dan budaya agama islam yang hingga sekarang
masih berpengaruh pada kehidupan masyarakat.

Antara abad ke 10 sampai 16 kemungkinan di wilayah tegal ada sistem pemerintahan atau
dikuasai kerajaan kecil, sebab menurut catatan Rijklof Van Goens dan data di buku W.Fruin
Mees, disebut kalau sekitar tahun 1575 daerah itu termasuk daerah merdeka yang
dipimpin oleh raja kecil atau pangeran. Pendapat ini juga di dukung di buku “The History of
Java” karya Raffles yang menyatakan kalau ada kerajaan kecil yang benama kerajaan
Mandaraka (ada juga yang menyebut kerajaan Salya) di sekitar wilayah Tegal.3

Kerajaan Mataram mulai menguasai Tegal setelah penyerangan pasukan yang dipimpin
oleh Pangeran Seda Krapyak. Sebagai bagian dari kerajaan Mataram , wilayah Tegal
mendapat status Kadipaten dan Ki Gede Sebayu diangkan oleh Panembahan Senopati (Raja
Mataram) menjadi Juru Demung (Setingkat Tumenggung).

Menurut riwayat daerah, pada zaman mataram tiap-tiap kadipaten mempunyai “lambang”
yang menggambarkan tabiat penduduknya atau sifat daerahnya. Maka, Kadipaten Tegal
memiliki lambang “BANTENG LORENG BINONCENGAN” yang berarti “seekor banteng
berwarna belang-belang yang dinaiki oleh seorang anak kecil”. Lambang ini
menggambarkan tabiat penduduk tegal yang gagah

berani (banteng) dan agak kasar (loreng), akan tetapi pada hakekatnya dapat dituntun oleh
orang/pemimpin yang lemah lembut dan ramah tamah yang ak mempunyai maksud buruk.
Dan Adipati Tumenggung Martoloyo dapat dianggap sebagai penjelmaan yang tepat dari
lambang tegal “banteng loreng binoncengan” itu.

Selanjutnya tegal menjadi wilayah belanda ditandai dengan adanya pembangunan benteng-
benteng VOC di Semarang, Jepara, Pekalongan dan Tegal tahun 1746. Pada tahun 1729
Paku Buwono II raja kesultanan Surakarta (eks mataram) dipaksa menanda tangani
perjanjian bahwa kerajaan mataram diserahkan tanpa syarat kepada belanda dengan
demikian tegal yang merupakan bagian dari mataram diserahkan pula kepada pemerintah
hindia belanda. (G.G Van Imhoff.1749)

Demikian Sejarah Tegal sampai masa penjajahan kolonial Belanda hingga berakhirnya dan
Jepang masuk menguasai Indonesia tahun 1940’an.dan era kemerdekaan Republik
Indonesia tahun 1945.

2 . Ragam Kebudayaan Orang Tegal


Seperti yang diungkapkan pada pengantar makalah ini bahwa hakekatnya kebudayaan
lokal tegal adalah menginduk ke budaya induknya yaitu budaya/suku jawa, hanya saja ada
sedikit perbedaan yang timbul dan menimbulkan kekhasan budaya tegal sendiri. Baik
dilihat dari dialek bahasa, tutur kata, kesenian, filosofi dan pandangan hidup serta aspek
lainnya.

Dalam bagian bab ini penyusun menyajikan sedikit gambaran budaya tegalan dilihat dari
sisi filosofi sifat watak orang tegal, kebiasaan dan adat istiadat, kesenian serta bahasa jawa
berdialek tegal yang khas.

Filosofi dan watak orang Tegal

Menurut Prof.Dr. Suparman Sumamiharja, filosofi watak dan sifat orang Tegal terkandung
dalam masing-masing Huruf sehingga membentuk kata “T.E.G.A.L”. berikut penjabarannya:

T : Tatag/Teteg yang berarti penuh percaya diri, tidak mengenal takut atau pakewuh.
Mereka (orang tegal) tidak pernah merasa rendah diri bagaimanapun penampilannya.
Bahkan kebanyakan mereka merasa tidak perlu menggunakan bahasa kromo (kasta bahasa
tertinggi dalam bahasa jawa) dalam komunikasi sehari-hari.

E : Eling yang artinya ingat atau sadar, orang tegal memiliki kesadaran tinggi dalam setiap
tingkah lakunya. Mereka mengetahui dalam posisi mana mereka dan akan melakukan
tindakan yang sesuai (watak wiraswastawan).

G : Gesit menunjukan sifat orang tegal yang gesit dalam memandang lingkungan. Barang-
barang rongsokan yang dianggap tak berguna bagi mereka akan dipandang sebagai barang
berpotensi bisnis, sehingga di sepanjang jalan raya Tegal-Slawi berserakan onggokan
barang-barang bekas yang diperjual belikan (contoh, pasar loak jalan jati, pasar ireng,
pasar loak banjaran dll) maupun yang akan di daur ulang untuk dimanfaatkan kembali
menjadi barang yang berguna. Misalnya olahan besi yang dicetak dan di proses dengan
mesin akan menjadi barang baru khas produksi home industri, sebabnya tegal di juluki
“jepangnya jawa/indonesia”.

A : Alim, berarti taat menjalankan agama. Ada asosiasi bahwa orang tegal itu identik
dengan santri. Tegal juga merupakan basis massa dari ormas-ormas keagamaan yang ada
di Indonesia, seperti : NU, Muhammadiyyah, Persis, Makin, dll

L : Lugas yang bisa diartikan orang Tegal itu biasa tampil apa adanya, tanpa banyak
formalitas. Mereka tidak biasa berbasa-basi, bahkan kadangkala terkesan kasar, primitif
dan naif. Sebagai tanda keakraban mereka biasa bersapa dengan makian atau umpatan
dengan menyebut nama-nama binatang contoh : (maaf), Kunyuk Raimu, dll. hal tersebut
seperti yang kerap di ungkapkan seniman Sudjiwo Tedjo yang tenar dengan kata (maaf)
Jancuk’nya. Penampilan dalang wayang golek tegalan Ki Enthus Susmono misalnya
merupakan prototipe keramahtamahan orang tegal yang sepintas barangkali terkesan liar.

Adat Kebiasaan pemberian Nama orang Tegal

Adat istiadat yang akhirnya melahirkan kebiasaan yang mengakar yang terkesan primitif.
Hal ini pula yang terjadi pada lingkungan masyarakat tegal. Bagi suku jawa umumnya,
Nama mermpunyai makna yang penting dan dianggap mempunyai pengaruh pada orang
yang menyandang nama tersebut (Kartohadikusumo,Sutardjo, Buku Desa)

Orang tegal pun mempunyai pandangan dan filosofi dalam masalah nama yang tidak jauh
berbeda dengan orang jawa pada umumnya, hanya saja terdapat sedikit perbedaan dimana
masuknya unsur-unsur mistis, primbon yang berkaitan dengan perhitungan nasib baik dan
buruk yang lazim dikenal dengan istilah Petungan.

Berikut adalah cara orang tegal memberikan nama kepada anaknya yang didasarkan pada
hari lahir :

Lahir hari Ahad/Minggu : diawali dengan huruf Ka, contoh: Karsid, Karsem,
Kasman, Kartono, Kariyah dll

Lahir Hari Senin :diawali huruf Ra, contoh: Rasbun, Raswad, Rasuti
Rakijan, Rasmali dll

Lahir Hari Selasa :diawali huruf Ca, contoh: Carmun, Caridah,Casem


Carmad dll

Lahir Hari Rabu :diawali huruf Ta, contoh: Taswad, Tanyem, Taridi
Tarno, Tareni dll

Lahir Hari Kamis :diawali huruf Sa, contoh: Sayem,Sarjum dll

Lahir Hari Jum’at :diawali huruf Da, contoh: Darmad,Dasman, Darno


Danisah, Daslam, Danipah dll

Lahir Hari Sabtu :diawali huruf Wa, contoh: Wasmad, Warsiti, Warjo
Wastap, Wasni dll

Pakaian dan Rumah Adat Khas Tegal

Dilihat dari segi wilayah, meskipun tegal masuk ke dalam wilayah mataram namun
letaknya jauh dari pusat kerajaan mataram sehingga mendapat pengaruh budaya dari tatar
sunda dan etnik pesisir yang identik dengan kesederhanaan rakyat jelata.
Di buku Tegal Stad: Evolusi Sebuah Kota pada halaman 16 terdapat gambar pasangan
berbusana pakaian adat khas tegal pada laki-laki menggunakan ikat kepala wulung, celana
komprang, dan ikat pinggang sarung. Sedangkan bagi wanita menggunakan kebaya hitam
dengan bawahan jarit batik khas Tegal. Namun sekarang ini, pakaian tersebut mengalami
beberapa perubahan, pada laki-laki tidak menggunakan sarung, namun batik khas Tegal
yang dililitkan ke pinggang. Untuk wanitanya sendiri penggunaan jarik tidak sampai ke
bawah, hanya sampai di bawah lutut, tidak sampai menutup mata kaki.

Motif batik yang digunakan pun salah satunya menggunakan motif Parang Akik. Seperti
yang kita ketahui bersama bahwa motif Batik Tegalan didominasi oleh motif flora dan
fauna.

Dan rumah adat khas Tegal adalah model potong inten (limasan kilen) (Yono
Daryono.2008)4

Gambar Ilustrasi Pakaian Adat & Rumah khas Tegal

(sumber: infotegal.com)

4 Yono Daryono, Tegal Stad: Elovusi sebuah kota. Hlm 16. 2008

Ragam Kesenian Tegal


Kesenian merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan. (Parsudi Suparlan:2005)

Berikut adalah berbagai jenis kesenian yang hidup dan berkembang di daerah tegal.
Seperti; seni tari, seni wayang golek tegalan, Seni musik balo-balo seni sastra, seni batik
tegalan, bahasa tegalan, ritual dan upacara adat dll.

Tari Topeng merupakan salah satu warisan seni budaya yang ada di tegal.

Dulu ada sekitar 12 jenis Tari Topeng yang ada di tegal, namun hanya ada 6 yang berhasil
di identifikasi yaitu :

Tari Topeng Endhel, Hanya bisa ditarikan oleh perempuan sebab tari ini mempunyai
karakteristik lenjeh, gemulai & terampil.

Tari Topeng Panji, menggambarkan tokoh panji gagah berani dan berwatak halus

Tari Topeng Kresna, menggambarkan karakter tokoh pewayangan Kresna yang bersifat
cerdik, sakti, berwibawa, tidak sombong, arif dan bijaksana.

Tari Topeng Layapan Alus, menggambarkan tokoh Bambangan seorang ksatria yang gagah
berani, cerdik, tangkas, berwatak halus dan berbudi luhur.

Tari Topeng Patih/Ponggawa, menggambarkan seorang patih/ksatria yang gagah berani,


cerdik dan berbudi luhur.

Tari Topeng Kelana, mengganbarkan karakter tokoh kelana yang gagah berani, cerdik,
tangkas dan baik hati, gerakannya tegap dan lincah.5
Gambar pementasan tari Topeng endhel khas Tegal (budayaindonesia.org)

5 Sumber: Tari Topeng Khas Tegal yang disusun oleh Dra. Wuninggar, Pembayun
Sulistyorini, S.S., Yusuf Efendi, M. Hum. Disparbud Kab. Tegal

Tari Kunthulan, tari ini memadukan unsur beladiri, ralat musik rebana dan syair
sholawatan.

Serta masih banyak lagi ragam seni tari tegal yang kemungkinan masih belum tercatat dan
diketahui khalayak, disamping itu tegal mempunyai upacara dan ritual adat yang kerap
digelar secara periodik. Diantaranya yaitu, Sedekah Laut nelayan pesisir, Sedekah bumi,
rebo kasan/pungkasan, mantu poci, methikan (manten tebu), ruwat bhumi guci, jamasan
pusaka astana amangkurat II dan lain sebagainya.

Bahasa Tegal

Bahasa Tegal adalah alat tutur dan sarana komunikasi yang berakar dari entitas
masyarakat Kabupaten/Kota Tegal serta sebagian masyarakat Kab.Brebes dan Pemalang.
Bahasa ini hidup dan berkembang selama berabad-abad sebagai turunan dari bahasa Jawa
Kuno,sebagaimana bahasa-bahasa Jawa yang lain, yang berada di wilayah Jogyakarta,
Surakarta,Semarang,Kedu Rembang, Surabaya, Malang, Banyumas, Cirebon dan Banten
(Poerwadarminta 1953/Uhlenbeck 1964).
Bahasa-bahasa tersebut memiliki derajat kerumitan dan keunikan masing-masing.Halus
dan kasar sebuah bahasa sebenarnya tergantung siapa penuturnya dan dalam kontek atau
suasana apa si penutur berkomunikasi

Wilayah pengguna Bahasa Tegal karena posisinya yang jauh dari pusat budaya kraton
nyaris tidak tersentuh dengan apa yang disebut “budaya adiluhung”.Masyarakat Tegal
memiliki bahasa dan budaya Jawa tersendiri yang lebih demokratis dan a-
feodalistik.Bahasa Tegal tidak mengenal strata (tingkatan) ketiga yang disebut “kromo
inggil”,tetapi hanya mengenal “ngoko” dan “bebasa”. Bahasa Tegal menjadi bahasa yang
terbuka dan mudah menerima serapan bahasa asing.Bahasa Tegal juga tidak pernah
diajarkan di sekolah,sehingga bahasa ini berkembang dengan liar,tanpa memiliki
paramasastra dan ejaan yang baku.

Strata bahasa yang diikuti dengan diskriminasi strata sosial, yakni adanya masyarakat
golongan “priyayi” dan golongan “rendah” menyebabkan Bahasa Tegal mengidap beban
budaya dengan stigmatisasi sebagai bahasa yang kasar,tidak punya unggah-ungguh dan
tatakrama.Padahal setiap etnis dan bahasa ibu memiliki karakter masing-masing,
bagaimana bahasa tersebut memiliki ungkapan-ungkapan honorifik,sebagai penghormatan
kepada lawan bicara.Bahasa Tegalpun memiliki ungkapan honorifik,yang khas dan
spesifik,tidak sama dengan bahasa Jawa baku.

3 . Budaya Orang Tegal Sebagai Sebuah Kearifan Lokal

Dalam subtema ini penyusun mencoba menjelaskan dan memberi gambaran tentang posisi
budaya tegal sebagai suatu kearifan budaya lokal yang juga menjadi aset kekayaan budaya
bangsa Indonesia. Ada beberapa pengertian kearifan budaya lokal yang dicetuskan oleh
beberapa pemikir dan ahli sosial.

Pakar ilmu-ilmu sosial menangkap perilaku pola hidup masyarakat tradisional dengan
mendefinisikannya menjadi kearifan budaya lokal. Mereka mengatakan, kearifan budaya
lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat, yang
berasal dari pemahaman dan interaksi mendalam akan lingkungan tempat tinggalnya.
Kearifan budaya lokal berasal dari masyarakat untuk masyarakat yang dikembangkan dari
generasi ke generasi, menyebar, menjadi milik kolektif, dan tertanam di dalam cara hidup
masyarakat setempat. Masyarakat memanfaatkan tata atur kearifan lokal untuk
menegaskan jatidiri dan bertahan hidup.

Kearifan budaya lokal adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis,


berkembang dan diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman
mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya. (Caroline nyamai-kisia. 2010)

Kearifan budaya lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg
dalam suatu daerah. Kearifan budaya lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci
firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan budaya lokal terbentuk sebagai
keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas.
Kearifan budaya lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-
menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung
didalamnya dianggap sangat universal. (Gobyah. 2003)

Kearifan lokal dalam budaya Tegal dapat ditelusuri melalui pelbagai kajian misalnya
bahasa, kesenian tradisional, peninggalan sejarah (situs),cerita rakyat, tatacara dan
upacara,bahkan makanan dan busana.. Masih banyak kearifan lokal lainnya yang perlu
diadakan kajian dan inventarisasi guna menemukan nilai-nilai luhur dan filosofi yang
terkandung di dalamnya. (M Hadi Utomo. 2011).6
BAB III

KESIMPULAN

Demikianlah sedikit informasi gambaran tentang budaya tegal sebagai sebuah kearifan
budaya lokal. Dari penjabaran yang ada di makalah ini maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa memang benar bahwa budaya orang tegal adalah sebuah kearifan lokal dan menjadi
bagian budaya nasional yang perlu tetap dilestarikan keberadaannya agar tidak hilang di
telan perubahan zaman.

Patut kita apresiasi berbagai upaya yang dilakukan para seniman budaya tegal dan
pemerintah daerah untuk tetap mempertahankan eksistensi budaya tegal sebagai kearifan
lokal dan menjadikannya modal sebagai modal dalam membangun daerah tegal. Baik
upaya konkret seperti; keberadaan gedung kesenian tegal, taman budaya tegal, upacara
dengan menggunakan bahasa tegal, peluncuran kamus tegal, penebitan buku-buku sejarah
dan budaya tegal dan bahkan upaya ini tak berakhir disitu saja, sejumlah sastrawan dan
seniman tegal mengusulkan adanya Perda Kearifan Lokal Tegal. Seperti yang disampaikan
Ketua Kampung Budaya Sakila Kerti Dr. Yusqon,MPd “Perda kearifan lokal saya kira itu
penting untuk menghindari dari ancaman kepunahan” (Radar Tegal, 1 Desember 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Abidin ZA & Saebani AB. 2013. Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Bandung: CV
Pustaka Setia.

Daryono, Yono dkk. 2008. Tegal Stad Evolusi Sebuah Kota. Tegal: Kantor Informasi dan
Humas Kota Tegal

Graff, HJ. De. 1986, 1987. Awal Kebangkitan Mataram sampai Runtuhnya Istana Mataran (5
jilid) dan Terbunuhnya Kapten Tack. (terjemahan dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Grafiti
Press dan KITVL

Harian Pagi Radar Tegal. edisi 1 Desember 2014

Judistira K Garna. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung:
Lemlit Unpad

Raffles, Thomas Stamford. 2008, The History of Java. Yogyakarta: Narasi

Soemarno. 1984. Tegal Sepanjang Sejarah. Tegal: Kantor Debdikbud Kabupaten Tegal

Soepoetro. 1959. Tegal dari masa ke masa. Jakarta: Bagian Bahasa Djawatan Kebudajaan
Kementrian PP dan K

Su’ud Abu, 2003. Semangat Orang-orang Tegal. Tegal: Pemerintah Kota Tegal dan Masscom
Media.

Dan sejumlah sumber visualisasi gambar dari internet (infotegal.com.google dll)

Anda mungkin juga menyukai