Anda di halaman 1dari 23

PERILAKU KONSUMEN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Managerial

Dosen Pengampu :

Yunesia Pramesthi, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Rahayu Setiyaningrum (12402193306)


2. Melin Nuranisa (12402193309)
3. Rizky Zidsan Dwi M (12402193315)
4. Naila Luthfia Ramadani (12402193321)
5. Wiwik Pramudya A (12402193324)

SEMESTER V
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran mengerjakan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Perilaku Konsumen” program mata kuliah Ekonomi
Managerial dapat selesai tepat waktu dalam bentuk makalah, sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
semoga kita mendapat syafaatnya di hari kiamat.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan izin kepada kami untuk
melanjutkan studi.
2. Yunesia Pramesthi, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah “Ekonomi
Managerial” yang telah memberikan pengarahan kepada kami atas pembuatan
tugas makalah ini.
3. Serta teman-teman yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran akan dinantikan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 14 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Pendekatan Utilitas........................................................................................3

B. Pendekatan Kurva Indiferens ........................................................................5

C. Garis Anggaran .............................................................................................9

D. Pilihan Konsumen .......................................................................................12

E. Penurunan Kurva Permintaan......................................................................14

BAB III: PENUTUP.............................................................................................18

A. Kesimpulan..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku konsumen yaitu dinamis yang memilikiarti bahwa perilaku
seseorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap
studi perilaku konsumen, demikian pada pengembangan strategi pemasara n,
dalam hal studi salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku
konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk dan individu
atau grup tertentu. Teori konsumsi digunakan untuk menjelaskan dan
meramalkan produk-produk yang akan dipilih oleh konsumen (rumah tangga)
pada tingkat pendapatan dan harga tertentu. Teori ini juga digunakan untuk
mendapatkan kurva permintaan. Pendekatan yang digunakan dalam
menganalisis penentuan pilihan konsumen ini ada 3 yaitu pendekatan utilitas
(utility approach), pendekatan kurva indiferens (indifference curve), dan
pendekatan atribut (attribute approach). Pendekatan terakhir merupakan
pendekatan yang paling baru. Namun demikian, pendekatan kurva indiferens
sekarang ini lebih sering digunakan. Pendekatan utilitas menganggap bahwa
kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengkonsumsian barang-barang dan
jasa dapat diukur denganan cara yang sama seperti untuk berat atau tinggi
badan seseorang. Oleh karena itu pendekatan ini disebut juga pengukuran
kardinal. Pendekatan kurva indiferens menganggap bahwa tingkat kepuasan
atau utilitas yang diperoleh konsumen dari pengkonsumsian barang-barang
dan jasa hanya bisa dihitung dengan pengukuran ordinal. Pendekatan atribut
merupakan pendekatan yang relatif baru, pendekatan ini menganggap bahwa
yang diperhatikan konsumen bukanlah produk secara fisik, tetapi atribut yang
terkandung di dalam produksi tersebut. Yang dimaksud dengan atribut suatu
barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau
pemilikan barang tersebut. Atribut sebuah mobil antara lain meliputi jasa
pengangkutan, prestise, privacy, keamanan, dan sebagainya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan utilitas dalam perilaku
konsumen?
2. Bagaimana Pendekatan kurva indiferens dalam perilaku konsumen ?
3. Apa yang dimaksud dengan Garis Anggaran dalam perilaku konsumen?
4. Apa yang dimaksud dengan pilihan konsumen dalam perilaku
konsumen?
5. Bagaimana penurunan kurva indiferens dalam perilaku konsumen?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendekatan utilitas
2. Untuk mengetahui pendekatan kurva indiferens
3. Untuk mengetahui garis anggaran
4. Untuk mengetahui pilihan konsumen
5. Untuk mengetahui penurunan kurva indiferens

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Utilitas
Pendekatan Utility menganggap bahwa kepuasan konsumen yang
diperoleh dari pengkonsumsian barang-barang dan jasa dapat diukur dengan
cara yang sama (seperti untuk berat atau tinggi badan seseorang). Seorang
ekonomi Inggris bernama William Stanley Jevons (1835-1882) menjelaskan
bahwa hubungan antara utilitas dan harga (nilai tukar). Dalam tulisannya ,
pada tahun 1862, Dia memperkenalkan konsep utilitas marginal (marginal
utility), Ia mengatakan bahwa, utilitas marginallah yang menghubungkan
suatu produk dengan harga.
Marginal Utility (MU) adalah perubahan Total Utiliti (TU) yang
disebabkan oleh tambahan satu unit barang yang dikonsumsi (ceteris paribus),
dan Marginal Utility (MU) di setiap unit tamabahan barang yang dikonsumsi
akan menurun.
Asumsi-asumsi pendekatan utilitas :
a) Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi
dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya.
b) Konsumen akan memaksimalkan utilitasnya dengan tunduk kepada
kendala anggaran.
c) Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi
akan semakin menurun. 1
Adam Smith (1723-1790) membedakan nilai guna (value in use) dengan
nilai tukar (value in exchange) dan memberikan contoh yang sangat terkenal
yakni antara berlian dan air. Berlian mempunyai harga yang tinggi (nilai
tukar), tetapi tidak begitu penting bagi kehidupan (nilai gunanya rendah). Air
mempunyai harga yang rendah (nilai tukar), tetapi sangat penting bagi
kehidupan (nilai gunannya tinggi).

1
Usep Sudrajat dan Suwaji, Ekonomi Manajerial, (Sleman : Grup Penerbitan CV BUDI
UTAMA,2018), hal. 64

3
David Ricardo (1722-1823) dan kemudian Karl Marx (1818-1883)
menganggap konsep nilai ini didasarkan pada nilai kerja (congealed labor).
Menurut Marx, jika kita membutuhkan 2 tenaga kerja untuk menghasilkan
barang X dan hanya membutuhkan 1 tenaga kerja untuk menghasilkan barang
Y, maka nilai barang X adalah dua kali nilai barang Y. namun de mikian,
banyak ekonom yang tidak “menyukai” pendapat ini.
Pendekatan utilitas ini bisa juga digunakan untuk menunjukkan bahwa harga
dan kuantitas yang diminta berhubungan terbalik.
1. Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi
dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya.
Utilitas = U (barang X, barang Y, barang Z…..)
2. Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada
kendala anggaranya.
3. Utilitas dapat diukur secara kardinal
4. Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi
akan menurun. MU adalah perubahan Total Utility (TU) yang disebabkan
oleh tambahan satu unit barang yang dikonsumsi, cereris paribus.
Dibawah ini menunjukkan skedul Total Utility dan Marginal Utility untuk
rokok. Skedul MU mempunyai ciri yang menurun. Setiap tambahan rokok
yang dihisap akan menghasilkan tambahan TU yang semakin kecil.

a) Perbandingan antara MU dan P


Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang dapat
memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada kendala anggaran
(budget)- nya. Utilitas tersebut akan maksimum jika perbandingan antara

4
MU dan harga adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsi,
misalnya barang X, Y dan Z :
𝑀𝑈𝑥 𝑀𝑈𝑦 𝑀𝑈𝑧
= =
𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝑃𝑧

Contoh : jika kaidah diatas tidak terpenuhi, maka konsumen bisa


“mengatur” lagi alokasi pengeluarannya untuk menaikkan tingkat utilitas
yang diperolehnya.
𝑀𝑈𝑥 10 𝑀𝑈𝑦 5
= = 2,5 = =5
𝑃𝑥 4 𝑃𝑦 1

Jika konsumen mengurangi konsumsi barang X sebesar 1 unit,


maka konsumsi barang Y akan naik sebesar 4 unit dengan jumlah
pengeluaran yang sama. Utilitas akan turun sebesar 10 utils (unit utilitas)
untuk penurunan 1 unit barang X tersebut. Utilitas akan naik sampai 20
utils jika tambahan konsumsi barang X sebesar 4 unit. Total utility
konsumen akan naik. Jika rasio antara MU dan P sama, maka konsumen
tidak perlu mengatur kembali pengalokasian pembelian untuk menaikkan
Total Utility- nya.
b) Slope Marginal Utility (MU)
Asumsi bahwa MU semakin menurun (diminishing marginal
utility) mencerminkan bahwa kurva permintaan akan berslope negatif.
Konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dibelinya jika harga
barang tersebut naik, sesuai dengan kaidah rasio di atas, ceteris paribus. 2

B. Pendekatan Kurva Indiferens


Pendekatan kurva indiferens (ordinal utility) menggunakan pengukuran
ordinal dalam menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi
permintaan. Tingkat-tingkat utilitas yang ditetapkan pada beberapa kelompok
barang menunjukkan peringkat dari barang-barang tersebut. Sekelompok

2
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, (Yogyakarta : BPFE-YOGYA KARTA, 2019),
hal. 99-101

5
barang terdiri dari sejumlah barang dengan kuantitas tertentu. Misalnya
sebuah rumah, dua mobil, atau 3 sepeda motor.
Asumsi-asumi pendekatan kurva indiferens :
Terdapat dua asumsi pertama yang digunakan dalam pendekatan kurva
indiferens ini sama dengan asumsi pada pendekatan utilitas (kardinal). Dua
asumsi yang terakhir berbeda karena disini menganggap utilitas bersifat
ordinal. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Konsumen mendapatkan kepuasan atau utilitas lewat barang-barang yang
dikonsumsinya
U = U (barang X, barang Y, barang Z…..)
2. Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada
kendala anggaran yang ada.
3. Konsumen mempunyai suatu skala preferensi
4. Marginal Rate of Substitusion (MRS) akan menurun setelah melampaui
suatu tingkat utilitas tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa
diganti oleh suatu unit barang X, pada tingkat kepuasan yang sama.
a) Skala atau Fungsi Preferensi
Fungsi preferensi adalah suatu sistem atau serangkaian kaidah
dalam menentukan pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi
preferensi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Untuk setiap 2 kelompok barang, A dan B misalnya konsumen bisa
membuat peringkat sebagai berikut : A lebih disukai daripada B : B
lebih disukai daripada A : maka A indiferens terhadap B.
2. Peringkat tersebut bersifat transitif yaitu jika A lebih disukai
daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai
daripada C.
3. Konsumen selalu ingin mengkonsumsi jumlah barang yang lebih
banyak, karena konsumen tidak pernah “terpuaskan”.
b) Kurva Indifere ns mencerminkan Preferensi Kons umen
Kurva indiferens adalah kurva yang menunjukkan kombinasi
konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat

6
kepuasan yang sama. Artinya konsumsi tidak akan lebih suka (prefer)
kepada suatu titik banding titik-titik lain yang terletak pada kurva
tersebut. Kumpulan kurva indiferens tersebut indifference maps dari
setiap konsumen.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut yaitu skedul
indiferens dan kurva indiferens yang ditunjukkan oleh Tabel 4.2 dan
Gambar 4.1 tampak bahwa jika kuantitas suatu barang turun, maka
kuantitas untuk barang lain naik agar konsumen dapat
“mempertahankan” tingkat kepuasan yang sama.

c) Ciri-ciri Kurva Indiferens


1. Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), semakin tinggi tingkat
kepuasannya.
2. Kurva indiferens tidak berpotongan satu sama lain.
3. Kurva indiferens berslope negatif
4. Kurva indiferens cembung ke arah origin.
d) Marginal Rate of Substitusion (MRS) pada Kurva Indiferens
MRS akan menurun sepanjang suatu kurva indiferens. Jumlah
barang Y yang bisa diganti oleh 1 unit barang X, pada kurva indiferens
yang sama, akan menurun jika rasio antara barang X dan Y naik. Hal

7
tersebut menunjukkan bahwa kurva tersebut akan ce mbung ke arah
origin, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.1. nilai absolut slope
kurva indiferens tersebut akan menurun jika jumlah barang X yang
dikonsumsi meningkat.
e) Hubungan antara MRS dengan Sloper Kurva Indife rens
Besarnya MRS sama dengan nilai negatif dari slope kurva
indiferens. Karena slope kurva indiferens selalu negatif, maka MRS akan
selalu positif.
−∆𝑌 − 𝑑𝑌
MRS = - slope = =
∆𝑋 𝑑𝑋

Contoh : Semua kelompok barang yang disajikan pada contoh di muka


menunjukkan tingkat kepuasan yan dengan sama. Oleh karena itu kita
dapat menghitung MRS dari tongseng untuk sate dengan cara
menghitung berapa banyak sate yang akan dikorbankan untuk setiap 1
piring tambahan tongseng (Lihat Gambar 4.2). MRS sama dengan 5
tuduk sate antara titik A dan B karena konsumen bersedia untuk
mengorbankan 5 tusuk sate (20-15) untuk setiap tambahan 1 piring
tongseng. MRS turun menjadi 4 tusuk sate antara titik B dan C.
konsumen tersebut hanya bersedia untuk mengorbankan 4 tusuk sate (15-
11) untuk setiap tambahan 1 piring tongseng. MRS terus menurun
menjadi 3 (antara titik C dan D) dan menjadi 1 (antara titik D dan E) jika
perubahan jumlah tusuk sate semakin kecil. 3

3
Ibid..., hal. 101-105

8
C. Garis Anggaran
Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukkan jumlah
barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran kertentu,
pada tingkat harga tertentu. Konsumen hanya mampu membeli Sejumlah
barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis anggaran. Titik-titik pada
sebelah kiri garis anggaran tersebut menunjukkan tingkat Pe ngeluaran yang
4
lebih rendah.
Contoh: Jika anggaran (I) sebesar Rp 100 ribu dan harga barang X dan Y
masing- masing Rp 5 ribu dan Rp 10 ribu, maka garis anggarannya
ditunjukkan oleh garis BB (Gambar 4.3).Daerah anggarannya (budget set)
melukiskan semua kombinasi (X,Y) yang dapat dibeli dengan anggaran
sebesar Rp 100 ribu atau kurang.

a) Persamaan Garis Anggaran


Persamaan garis anggaran (dimana I = pendapatan atau anggaran
konsumen) bisa dituliskan dengan dua cara :

4
Ibid., hal. 105.

9
Contoh persamaan Anggaran dari gambar kurva 4.3 adalah:

b) Ciri-Ciri Garis Anggaran


Garis anggaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bersilope negative
2. Berbentuk linier selama harga tidak berubah
3. Nilai dari garis anggaran semakin ke kanan semakin besar
4. Garis anggaran akan bergeser jika terjadi perubahan anggaran atau
harga.
c) Slope Garis Anggaran sama dengan -Px/Py
Slope garis anggaran sama dengan nilai negatif dari rasio antara
harga barang pada sumbu X (Px) dengan harga barang pada sumbu Y
(Py). Kita dapat menghitung slope garis tersebut dengan mencari titik-
titik potongnya dengan sumbu X dan Y dan dengan menggunakan
pengertian slope.
Titik-titik potong tersebut akan diperoleh dengan menganggap
bahwa seluruh anggaran dibelanjakan untuk suatu barang tertentu.
Oleh karena itu, pada anggaran dan harga tertentu seperti pada
contoh di muka, perpotongan pada sumbu Y akan terjadi pada I/Py -
100/10 = 10. Sedangkan perpotongan Pada sumbu X terjadi pada /Px -
100/5 - 20.

10
Selain itu, ada juga cara lain untuk mendapatkan slope tersebut.
Persamaan (2) garis anggaran di atas disebut rumus point-slope. Bagian
Pertama (I/Py) pada persamaan kedua tersebut menunjukkan titik potong
dengan sumbu Y. Koefisien hubungan kedua (-Px/Py) merupakan
slopenya. Oleh karena itu, kita tahu bahwa slope tersebut adalah negatif
(-1/2). 5
d) Pergeseran Garis Anggaran
Garis anggaran akan bergeser jika anggaran dan atau harga berubah
Kenaikan jumlah anggaran akan menggeser garis anggaran ke kanan
(menjauhi titik origin). Sementara itu, kenaikan harga barang X akan
menyebabkan garis anggaran berputar mendekati titik asal (origin),
Sepanjang sumbu X.

Contoh: Jika anggaran naik dari Rp 100 ribu menjadi Rp200 ribu
garis anggaran BB akan bergeser ke B'B', seperti ditunjukkan Gambar 4.4
(a). Jika harga barang X turun menjadi Rp 4 ribu, garis anggaran tersebut
akan berputar kearah luar pada sumbu X yakni ke B' seperti ditunjukkan
oleh Gambar 4.4 (b). Suatu metoda sederhana untuk menentukan
kedudukan titik-titik pada garis anggaran yang baru tersebut (B'B')
adalah mencari perpotongannya dengan sumbu X dan Y yang baru.

5
Ibid., hal. 107.

11
Perpotongan dengan sumbu X adalah 200/5 = 40. Perpotongan dengan
sumbu Y adalah 200/10 = 20. 6

D. Pilihan Konsume n
Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang
memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kenda la anggaran yang
ada. Sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi
tersebut harus memenuhi 2 syarat:
1. Keadaan tersebut terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi
bersinggungan dengan garis anggaran.
2. Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indiferens
tertinggi dengan garis anggaran.
Sekelompok barang yang memaksimumkan kepuasan konsumen tersebut
ditunjukkan oleh titik C pada Gambar 4.5. Titik E juga terletak di dalam
daerah anggaran tetapi di bawah kurva indiferens. Sedangkan titik F di atas
kurva indiferens tetapi tidak di dalam daerah anggaran.
a) Syarat Keseimbangan: MRS = Px/Py
Titik C pada Gambar 4.5 merupakan titik singgung antara kurva
ndiferens dengan garis anggaran. Oleh karena itu, slope kedua kurva
tersebut harus sama pada titik tersebut.
Slope kurva indiferens = (-∆Y/∆X) = - MRS
Slope garis anggaran = - Px/Py

6
Ibid., hal. 109.

12
Oleh karena itu, pada titik C
-MRS = -Px/Py
MRS = Px/Py
Titik C merupakan titik keseimbangan di dalam contoh tersebut.
Konsumen tidak mempunyai rangsangan (insentif) untuk mengubah
kombinasi barang-barang yang dipilihnya. Dengan kata lain, tidak ada
kombinasi lain yang bisa dicapai yang memberikan tingkat kepuasan
yang sama dengan kendala anggaran yang ada.
Contoh: Jika MRS = 4 pada titik E (Gambar 4.5), dan rasio Px/Py
= 2, maka kelompok barang tersebut tidak memaksimumkan tingkat
kepuasan, karena MRS > Px/Py.
Apakah konsumen akan membeli barang X yang lebih banyak dan
barang Y yang lebih sedikit untuk memaksimumkan tingkat
kepuasannya, ataukah sebaliknya? Kurva indiferens tersebut lebih curam
daripada garis anggaran, oleh karena itu, MRS lebih besar dari rasio
Px/Py. Konsumen tersebut dapat mencapai tingkat kepuasan yang lebih
tinggi dengan mengkonsumsikan barang X yang lebih banyak dan barang
Y yang lebih sedikit, karena MRS akan turun jika konsumsi barang X
naik.
MRS sebesar 4 mempunyai arti bahwa konsumen bersedia untuk
nukarkan 4 unit barang Y untuk 1 unit barang X. Rasio harga sebesar 2
tersebut mempunyai arti bahwa masyarakat bersedia untuk
mempertukarkan 2 unit barang Y untuk 1 unit barang X. Jika konsumen
tersebut mengurangi konsumsi barang Y sebesar 4 unit dia dapat
menaikkan konsumsinya akan barang X sebesar 2 unit. 4 unit barang Y
yang bisa digantikan oleh 1 unit barang X dan konsumen tetap pada
kurva indiferens yang sama. Oleh karena itu 2 unit barang X akan
menempatkan konsumen pada suatu kurva indiferens yang lebih tinggi.
b) Pengaruh Pe rubahan Pendapatan dan Harga
Pergeseran garis anggaran akan mengubah keseimbangan jumlah
barang X dan Y yang dikonsumsi. Jika harga barang Y naik, garis

13
anggaran Yan berputar dari BB ke B'B. Tingkat konsumsi barang-barang
yang memaksimumkan kepuasan akan bergeser dari C menjadi C'
(Gambar 4.6).

E. Penurunan Kurva Permintaan


Kurva indiferens dapat digunakan untuk menurunkan permintaan baik
secara geografis maupun matematis. Penurunan tersebut dilakukan dengan
dua tahap. Tahap pertama. Gambarkan kurva konsumsi harga (price-
consumption curve = PCC). Tahap kedua, Gambarkan kembali kombinasi-
kombinasi harga kuantitas dari PCC tersebut. Perhatikan hubungan antara
kurva indiferens dengan kurva permintaan. Kuantitas-kuantitas pada kurva
permintaan adalah jumlah barang yang dibeli (dikonsumsi) yang
memaksimumkan kepuasan konsumen pada berbagai tingkat harga, ceteris
paribus.
a) Kuantitas yang dipilih te rgantung pada Tingakat Harga
Kurva konsumsi- harga (PCC) merupakan kumpulan barang
(barang X dan Y) yang memaksimumkan kepuasan konsumen pada
berbagai tingkat harga barang X, dengan menganggap pendapatan dan
harga barang lainnya (barang Y) tidak berubah.
Untuk menggambarkan PCC barang X, pertama kali kita tentukan
kelompok barang yang optimal jika harga barang X tersebut berubah-

14
ubah. Kemudian kita hubungkan kelompok barang-barang yang optimal
tersebut melalui garis. Garis ini adalah kurva konsumsi-harga (PCC).
Perhatikan bahwa semua garis anggaran pada Gambar 4.7 berputar
melalui titik A karena kita menganggap bahwa pendapatan dan harga
barang Y tidak berubah.
b) Penggambaran kembali Harga dan Kuantitas
Kombinasi-kombinasi antara harga dan kuantitas pada PCC dapat
digambarkan pada sumbu harga dan kuantitas untuk mendapatkan kurva
permintaan (gambar 4.8 ). Kurva tersebut akan menunjukkan berbagai
kuantitas suatu barang yang akan dibeli konsumen pada berbagai tingkat
harga, ceteris paribus ini merupakan pengertian dari kurva permintaan.

15
c) PCC dan Elastisitas Harga
Slope kurva konsumsi- harga (PCC) menunjukkan nilai elastisitas
harga (lihat Gambar 4.9).
1. Jika PCC horisontal, elastisitas harga sama dengan satu (unitary).
Tidak ada perubahan untuk barang X atau Y karena jumlah barang Y
yang dibeli, harga barang Y, dan pendapatan tidak berubah.
2. Jika PCC berslope positif, elastisitas harga lebih kecil dari satu
(inelastis); jika harga barang X turun, kontes untuk barang Y naik
dan kompetisi untuk barang X turun.

16
3. Jika PCC berslope negatif, elastisitas harga lebih besar dari satu
(elastis); jika harga barang X turun, kontes untuk barang Y turun
dan kontes untuk barang X naik. 7

7
Ibid., hal. 115

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendekatan Utility menganggap bahwa kepuasan konsumen yang
diperoleh dari pengkonsumsian barang-barang dan jasa dapat diukur
dengan cara yang sama (seperti untuk berat atau tinggi badan seseorang).
Asumsi-asumsi pendekatan utilitas :
a) Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan
fungsi dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya.
b) Konsumen akan memaksimalkan utilitasnya dengan tunduk kepada
kendala anggaran.
c) Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang
dikonsumsi akan semakin menurun.
2. Pendekatan kurva indiferens (ordinal utility) menggunakan pengukuran
ordinal dalam menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi
permintaan. Tingkat-tingkat utilitas yang ditetapkan pada beberapa
kelompok barang menunjukkan peringkat dari barang-barang tersebut.
Sekelompok barang terdiri dari sejumlah barang dengan kuantitas
tertentu. Misalnya sebuah rumah, dua mobil, atau 3 sepeda motor.
3. Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukkan jumlah
barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran
kertentu, pada tingkat harga tertentu. Konsumen hanya mampu membeli
Sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis anggaran.
Titik-titik pada sebelah kiri garis anggaran tersebut menunjukkan tingkat
Pengeluaran yang lebih rendah.
4. Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang
memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kenda la anggaran
yang ada. Sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan
tertinggi tersebut harus memenuhi 2 syarat:

18
a) Keadaan tersebut terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi
bersinggungan dengan garis anggaran.
b) Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva
indiferens tertinggi dengan garis anggaran.
5. Kurva indiferens dapat digunakan untuk menurunkan permintaan baik
secara geografis maupun matematis. Penurunan tersebut dilakukan
dengan dua tahap. Tahap pertama. Gambarkan kurva konsumsi harga
(price- consumption curve = PCC). Tahap kedua, Gambarkan kembali
kombinasi-kombinasi harga kuantitas dari PCC tersebut. Perhatikan
hubungan antara kurva indiferens dengan kurva permintaan. Kuantitas-
kuantitas pada kurva permintaan adalah jumlah barang yang dibeli
(dikonsumsi) yang memaksimumkan kepuasan konsumen pada berbagai
tingkat harga, ceteris paribus.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat Usep dan Suwaji. 2018. Ekonomi Manajerial. Sleman : Grup


Penerbitan CV BUDI UTAMA
Arsyad Lincolin. Ekonomi Manajerial. 2019. Yogyakarta : BPFE
YOGYAKARTA

20

Anda mungkin juga menyukai