Disusun Oleh
UMI ISTIKOMAH, SST
NIP. 19700719 199102 2 002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ramat serta hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul : “Asuhan
Kebidanan pada Post Sectio Caesaria dengan Pre Eklampsia Berat (PEB) di
Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi Jember ”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai
salah satu persyaratan untuk memenuhi Persyaratan Ketentuan Angka Kredit
Pegawai Negeri Sipil.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia
biasa penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilapan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa.
Kami menyadari pentingnya kerja sama antara penulis dan beberapa rekan
kerja yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi
tersusunnya karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan karya tulis ilmiah ini .
Akhir kata semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi penulisan selanjutnya yang lebih baik dan lebih sempurna.
Penulis
Mengetahui
Direktur
ii
DAFTAR ISI
Halaman sampul....................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN
2.1.4 Klasifikasi............................................................................................. 8
2.1.5 Patologi................................................................................................. 9
iii
2.2.1 Definisi..................................................................................................13
2.4.1 Definisi.............................................................................................21
2.5 Konsep Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesaria dengan Pre Eklampsia Berat
2.5.1 Pengkajian........................................................................................26
iv
BAB III : ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengkajian...................................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 87
5.2 Saran...............................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA
v
vi
vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
diketahui secara khusus pada perempuan hamil. Bentuk sindrom ini ditandai
eklampsia bagi ibu antara lain terjadinya disfungsi sistem saraf pusat, sel hati
(DIC) akut, oligourua, abrupsi sirkulasi aotak dan plasenta. Selain berdampak
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding uterus.
sedangakan di provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 sebanyak 98 ribu jiwa
1
2
retensi garam dan air. Sedangkan kanaikan berta badan dan edema yang
belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air
abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada
janin atau jika telah terjadi distres pada janin. Sebagian kelainan yang sering
506 \l 1033 ].
masing 5 g pada bokong kanan dan kiri secara IM dalam, diberikan lagi 1
jam, selain itu juga diberikan obat anti hipertensi, anti hipertensi hanya kan
diberikan apabila tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg, diastolic
lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih dari 125 mmHg [ CITATION Set134 \p
35-36 \l 1033 ].
3
Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Post Sectio Caesarea Hari Ke-
pre-eklamsia berat ini dibatasi dengan pasien post sectio caesarea kesadaran
Jember.
1.4 Tujuan
1.4.1Tujuan Umum
Jember.
Soebandi Jember.
Soebandi Jember.
4
Soebandi Jember.
Soebandi Jember.
1.5 Manfaat
1.5.1Manfaat Teoritis
dengan PEB
1.5.2Manfaat Praktis
Hasil studi kasus ini dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan yang
standar asuhan keperawatan bagi pasien post sectio caesarea dengan pre-
eklamsia berat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi mencapai 160/100 mmHg atau
lebih, yang disertai adanya kadar protein di dalam urin (proteinurine) dan
1033 ].
yang tinggi dalam urin dan bengkak pada ekstremitas, wajah akibat
terjadi proteinuria, dan timbul edema pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebih.
2.1.2 Etiologi
teori yang menjelaskan tentang penyebab penyakit tersebut, tetapi tidak ada
berikut:
6
7
uterus.
berikut:
3. Hipertensi esensial
5. DM (diabetes mellitus)
6. Multipara
7. Polihiramnion
8. Obesitas
berikut:
8
5. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihatan,
2.1.4 Klasifikasi
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 Kg atau
3. Proteinuria yang dapat dihitung 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+
epigrastrum
2.1.5 Patofiologi
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel
timbul rasa nyeri, dampak dari nyeri tersebut menyakibatkan mobilisasi ibu
operasi timbul luka yang dapat menjadi media phatogen yang dapat
akan timbul masalah menyusui tidak efektif karena ibu takut bergerak dan
Phatway
Kehamilan Riwayat hipertensi
Obesitas ganda selama kehamilan
Pre-eklampsia berat
Fisiologis Psikologis
Jaringan terputus (taking in,
Media taking hold,
Penurunan
inflamasi Nyeri letting go)
progesterone
pathogen Merangsang pada luka
dan estrogen
area sensori bekas
Daya tahan operasi
tubuh menurun
Peningkatan hormone
Nyeri Takut bergerak prolaktin
Risiko
infeksi Hambatan mobilitas Merangsang laktasi
fisik oksitosin
Menyusui tidak
efektif
Gambar 2.1 Pre-eklamsia berat dengan tindakan sectio caerasea[ CITATION Har \l 1033 ][
CITATION Mit13 \l 1033 ][ CITATION Sar14 \l 1033 ]
12
2.1.6 Komplikasi
1. Pada ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
Platelet Count)
f. Ablasio retina
2. Pada janin
b. Premature
c. Asfiksia neonatorum
Mit13 \p 16 \l 1033 ]
1. Peneriksaan darah rutin serta kimia darah: urium, kratinin, SGOT, LDH,
bilirubin
13
142 \l 1033 ]
2.2.1 Difinisi
Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distress pada janin atau
jika telah trrjadi distress janin. Sebagi kelainan yang sering memicu
tindakan ini adalah letak janin yang abnormal seperti sungsang, plasenta
previa, diabetes mellitus pada ibu hamil, dan disproporsi sefalopelvis janin
antara lain:
normal (dystosia).
3. Komlpikasi pre-eklamsi.
8. Bayi besar.
hypertention).
1. Terjadi aspirasi.
2. Emboli pulmonal.
3. Perdarahan.
4. Infeksi urinary.
5. Thrombophlebitis.
injury.
caesarea adalah:
2. Perawatan Payudara
hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan waslap dingin selama 1 menit
kompres secara bergantian pada seluruh bagian payu dara kanan dan
kiri.
pasca operasi sectio caesarea, dengan cara ibu dianjurkan untuk batuk,
sampai kondisi ibu stabil untuk dapat berjalan setelah 24 jam [ CITATION
2.3.1 Definisi
Masa nifas adalah masa dimana plasenta keluar dan berakhir pada
Sul09 \p 1 \l 1033 ]
1. Puerperium Dini
Tahap ini merupakan tahap dimana dimulainya awal pulihan, pada tahap
Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
3. Remote Puerperium
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan dan
a. Uterus
b. Lochea
c. Serviks
otot-otot polos. Pasca melahirkan atau masa post partum, kadar hormone
1033 ]
mengalami kesulitan buang air kecil, selain cemas karena rasa nyeri pada
jahitan., tetapi ibu harus berusaha tetap berkemih secara teratur, karena
diafragma pada pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan,
a. Hormon plasenta
menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga jari ke-7 post partum dan
b. Hormone pituitary
d. Kadar estrogen
dua kali lipat dari persalinan pervaginam. Perubahan terdiri dari volume
decompensasio cordis pada pasien dengan vitum cardio. situasi ini dapat
hari pertama sampai hari kedua post partum. Pada tahap ini perhatian ibu
kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung
jawab dalam marawat bayi. Selain itu muncul perasaan yang sangat
3. Fase Letting Go
tanggung jawab akan peran barunya untuk menjadi orang tua yang
2.4.1 Definisi
Cairan tubuh merupakan larutan yang terdiri dari zat air dan zat
berada dalam larutan. Cairan tubuh dan cairan elektolit dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui beberapa hal yaitu, makanan, minuman dan
Has171 \p 26 \l 1033 ].
22
tubuh dan berfungsi sebagi media tempat aktivitas kimia sel berlangsung.
Cairan ini merupakan 70% dari total cairan tubuh (total body water).
Pada individu dewasa CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3
menyusun 30 % dari total body water. 20% dari berat tubuh merupakan
Has171 \p 27 \l 1033 ]
1. Difusi
gas, atau zat padat secara bebas dan acak. Proses ini dapat berlangsung
apabila dua zat bertemu dalam satu sel membrane. Dalam tubuh, proses
2. Osmosis
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Proses ini sangat
dalam tubuh.
3. Transport Aktif
3. Pola makan atau diet: jika terjadi kekurangan nutrisi, tubuh akan
5. Kondisi sakit: pada kondisi sakit terdapat beberapa sel yang rusak,
1033 ]
4. Transport hormone.
1. Urine (ginjal)
orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk
disaring dan memproduksi urine sekitar 40-80 ml/jam atau sekitar 1500
yang mana hormone ini mempengaruhi ekresi air dan natrium serta
2. Feses (gastrointestinal)
kehilangan cairan karena hal tersebut mencegah absorbs normal air dan
b. Pengeluaran atau kehilangan air melalui kulit diatur oleh system saraf
15-20 ml/hari.
BB > 10 Kg = 20 ml x sisa BB
2.5 Konsep Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea dengan Pre Eklampsia
Berat.
2.5.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 45 tahun [ CITATION
Muh15 \p 81 \l 1033 ]
27
penglihatan ganda (diplopia), nyeri pada ulu hati disertai mual dan
b. Keluhan utama
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstuasi
7. Riwayat Kesehatan
8. Riwayat Psikososial
a. Pola nutrisi
29
33 \l 1033 ].
b. Pola eliminasi
Har \p 86 \l 1033 ]
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
biasanya akan lebih cepat, denyut nadi akan naik melebihi 100 kali
c. Kepala
d. Mata
\l 1033 ]
54 \l 1033 ]
g. Pernapasan
Her10 \p 43 \l 1033 ]
h. Sirkulasi jantung
denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit hal ini mungkin
Har \p 85 \l 1033 ]
i. Abdomen
j. Ekstrimitas
Har \p 85 \l 1033 ]
k. Genetalia
32
500 ml. Pada awal post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Urinalisis
15-45 u/ml)
Mit13 \p 18 \l 1033 ]
13. Penatalaksanaan
33
tekanan darah tidak turun diberikan anti hipertensi parenteral atau oral.
1033 ]
pengawasan dan seterusnya bila keadaan umum baik bleh turun dari
rendah garam II, cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak, dan
1. Hipervolemia
intraseluler
Penyebab:
a. Subjektif
1) Ortopnea
2) Dispnea
b. Objektif
a. Objektif
3) Hepatomegali
5) Oliguria
7) Kongedti paru
35
b. Hipoalbuminemia
d. Kelianan hormone
Penyebab:
Fisiologis:
f. Payudara bengkak
h. Kelahiran kembar
Situsional
metode menyusui
d. Faktor budaya
a. Subjektif
1) Kelelahan maternal
2) Kecemasan maternal
b. Objektif
a. Objektif
menyusu
a. Abses payudara
b. Mastitis
37
3. Nyeri akut
dari 3 bulan.
Penyebab:
a. Subjektif
1) Mengeluh nyeri
b. Objektif
1) Tampak meringis
3) Gelisah
5) Sulit tidur
a. Objektif
5) Menarik diri
7) Diaforesis
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ektremitas
secara mandiri
Penyebab
d. kekakuan sendi
e. gangguan muskolosekeletal
f. nyeri
a. Subjektif
b. Objektif
a. Subjektif
b. Objektif
1) sendi kaku
3) gerakan terbatas
5. Risiko Infeksi
Factor Risiko
c. Malnutrisi
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leucopenia
a. Tindakan invasive
c. Gaga gunjal
d. Imunosupresi
1. Hipervolemia
Kriteria Hasil :
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
sirkulasi
yang diprogamkan
c. Aktivitas kolaboratif
d. Aktivitas lain
Kriteria Hasil:
pernapasan
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
dan keluar dalam mulut bayi, dan menggerakkan rahang bayi naik
dan turun)
c. Aktivitas kolaboratif
d. Aktivitas lain
3. Nyeri akut
berkurang
Kriteria hasil
Aktifitas keperawatan
a. Pengkajian:
2) Aktivitas kolaboratif
3) Aktifitas lain
1033 ]
melakukan mobilisasi
Kriteria Hasil
bantu
Aktivitas Keperawatan
tidur ke kursi)
pasien
1033 ]
5. Risiko infeksi
tidak terjadi.
Kriteria Hasil
Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian
lesi kulit)
46
labumin)
infeksi
c. Aktivitas kolaboratif
d. Aktivitas lain
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keahlian yang harus dimiliki
bidan pada tahap ini adalah kemampuan komunikasi yang efektif dan baik,
antara hasil akhir dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada taham
ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien yang mengalami Post Sectio Caesarea hari
ke-0 dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang Dahlia RSD dr
Soebandi Juli 2016
Identitas Keterangan Penanggung Jawab
Nama (Inisial) : Ny. S Tn. M
Umur : 37 tahun 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Suku Bangsa : Madura Madura
Agama : Islam Islam
Pekerjaan : IRT Pedagang
Pendidikan : SD SD
Status Pernikahan : Menikah Menikah
Alamat : Krajan-seputih, Mayang Krajan-seputih, Mayang
Jember Jember
Tgl MRS : 31 Juli 2016
Jam Masuk : 13.00 WIB
Diagnose : G5P3A1 Post SC H-0+
Medis/Kebidanan PEB+ Metode Operatif
Wanita (MOW)
Tabel 4.2 Status Kesehatan Saat Ini klien yang mengalami Post Sectio
Caesarea hari ke-0 dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang
Dahlia RSD dr Soebandi Jember Juli 2016
Status kesehatan saat ini Hasil
Alasan Periksa/MRS Pasien mengatkan pada tanggal 31 juli 2016
dijemput oleh bidan puskesmas Mayang
dikarenakan tekanan darah darahnya 220/160
mmHg. Setelah itu oleh puskesmas dirujuk ke
RSD dr. Soebandi Jember. Kemudian rawat inap
di ruang bersalin. Pada tanggal 2 Agustus 2016
dilakukan Sc dan dipindahkan di Ruang Dahlia
pada puku 13.00 WIB
Keluhan Utama Bengkak pada kedua kaki dan nyeri pada luka
bekas operasi
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
48
49
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Garis pernikahan
: Pasien
7. Riwayat Kesehatan
8. Riwayat Psikososial
Tabel 4.12 Pemeriksaan Fisik pada klien yang mengalami Post Sectio
Caesarea hari ke-0 dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang
Dahlia RSD dr Soebandi Jember Juli 2016
Head to Toe Hasil
Keadaan Umum Pasien tampak lemah
Kesadaran Composmentis GCS 4-5-6
Tekanan Darah 160/110 mmHg
Nadi 84 x/menit
Suhu 37,20 C
Respirasi 23x/menit
Berat badan Saat sakit 89 kg, sebelum sakit 83 kg
Tinggi badan 148 cm
Kepala bentuk kepala normal, kepala bersih, tidak ada
pembengkakan, wajah tampak menyeringai, tampak
menahan sakit.
Mata konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor
kanan dan kiri
Mulut & mulut kering, bau, gigi sedikit kuning, terdapat caries gigi,
Tenggorokan tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri telan
Dada dan Axila mamae membesar, ariole mamae hiperpigmentasi, papilla
mamae menonjol, colostrums keluar
P Payudara teraba lunak, tidak ada nyeri tekan, ASI keluar
Pernapassn I RR 23x/menit, tidak ada retraksi dinding dada.
P Tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus getarannya sama
P Sonor
A Suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
Sirkulasi I Ictus cordis tidak tampak
Jantung
P Nadi 84x/menit, ictus cordis teraba pada ICS V
midclavicula line sinistra
P Pekak
A Suara S1 S2 terdengar tunggal
Abdomen I Perut membesar, terdapat linea/strie, luka operasi melintang
± 20 cm luka tertutup kasa dan hepafik
A Bising usus 8x/menit
P Terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar luka post SC, TFU
setinggi pusat, kontraksi baik Sambungan …
P Timpani
54
Nifedipin 3x10 mg
Dopamed 3x250 mg
56
Tabel 4.15 Analisa Data klien yang mengalami Post Sectio Caesarea hari ke-0
dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang Dahlia RSD dr Soebandi Jember
Juli 2018
Edema anasarka
Hipervolemia
Nyeri Akut
Risiko Perdarahan
5 DS: - Risiko Infeksi
Persalinan sectio
DO:
caesarea
1. Terdapat luka bekas
operasi melintang ± 20 cm,
Luka post operasi
luka tertutup kasa kering
dan hepafik
media inflamasi oleh
2. Lekosit 11, 7 109/L
patogen
3. Personal Hygine pasien
belum diperbolehkan
daya tuhan tubuh
mandi
menurun
4. Pasien masih dipuasakan
5. Lokhea rubra 75 cc
Risiko Infeksi
6. TFU setinggi pusat
No Kelompok Data Etilogi Masalah
1. DS : pasien mengeluh kakinya PEB Hipervolemia
bengkak
DO: Spasme arteriola
7. Edema pada kedua tungkai
8. Urine 900cc/4 jam Kemampuan filtrasi
9. BB saat sakit 89 kg, ginjal menurun
sebelum sakit 83 kg
10. Protein Urin + 2 (tanggal Retensi natrium dan
30 Juni 2018) air
11. Keton + 2
12. Terdapat piting edema Kelebihan volume
cairan
Edema anasarka
Hipervolemia
Nyeri Akut
Risiko Perdarahan
5 DS: - Risiko Infeksi
Persalinan sectio
DO:
caesarea
58
59
Tabel 4.16 Diagnosa Kebidanan dan masalah klien yang mengalami Post
Sectio Caesarea hari ke-0 dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang
Dahlia RSD dr Soebandi Jember Agustus 2016
Tanggal Diagnose keperawatan
02 Agustus 2016 Hipervolemia berhubungan dengan retensi natrium dan air
ditandai dengan
DS: pasien mengatakan kakinya bengkak
DO:
1. Edema pada kedua tungkai
2. Urine 900cc/4 jam
3. BB saat sakit 89 kg, sebelum sakit 83 kg
4. Protein Urin + 2 (tanggal 30 Juni 2018)
5. Keton + 2
Terdapat piting edema
60
02 Agustus 2016 Nyeri akut berhubungan dengan luka post sectio caesarea
ditandai dengan
DS: pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi
DO:
1. Pasien tampak menyeringai
2. Skala nyeri 5
3. TD 160/110 mmHg
4. Nadi 84x/menit
6. Kolaborasi pemberian
terapi duiretik, jika
perlu
2. Nyeri akut berhubungan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui seberapa
dengan luka bekas operasi nyeri yang berat nyeri yang
Setelah dilakukan tindakan komprehensif meliputi dirasakan pasien
keperawatan selama 3x24 jam lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri berkurang frekuensi, kualitas. 2. Mengetahui seberapa
dengan criteria hasil : berat nyeri yang
Mampu menggunakan teknik 2. Mintalah pasien untik dirasakan jika
relaksasi untuk mengurangi menilai nyeri atau mencapai skala 8-10
nyeri, pasien tampak tenang, ketidaknyamanan pada merupakan nyeri
nyeri berkurang, TTV dalam skala 0 sampai 10 berat
batas normal (TD 120/80
mmHg, Nadi 60-100x/menit, 3. Observasi tanda-tanda 3. Nyeri dapat
RR 16-24 x/menit) vital meningkatkan TTV
(pemberian analgesic)
5. Dukungan positif
dapat membantu
pasien dalam
melakukan
mobilisasi
7. Dapat mematikan
mematikan pathogen
penyebab infeksi
64
3.4.1 Implementasi Asuhan Kebidanan
Tabel 4.18 Implementasi klien yang mengalami Post Sectio Caesarea hari ke-0 dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang Dahlia RSD dr
Soebandi Jember Agustus 2016
Diagnosa Keperawatan 02 Agustus 2016 03 Agustus 2016 04 Agustus 2016
1. Hipervolemia 13.00 Mengkaji ektremitas yang 07.00 Mengobservasi produksi urin 07.00 Mengkaji ektremitas yang
berhubungan dengan mengalami edema * R/urin kuning jernih 200cc/6 mengalami edema
retensi garam dan air R/ terdapat edema pada jam R/ kedua tungkai edema
tungkai kanan dan kiri, 07.00 Menyuntikkan terapi MgSO4 berkurang
terdapat piting * R/masuk bokong kiri dan tidak 08.00 Mengobservasi tanda-tanda
13.10 Mengobservasi produksi urin ada tanda-tanda syok * vital
* pasien anafilaktik R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
R/ produksi urin 900cc/4 jam 08.00 Mengkaji ektremitas yang 88x/menit, RR 20x/menit
Melakukan kolaborasi mengalami edema 08.30 Mengajarkan pasien
13.15 pemberian terapi MgSO4 40% R/ terdapat edema pada tungkai tentang penyebab dan cara
* R/ 4 gram dalam 10 cc bokong kanan dan kiri, terdapat piting mengatasi edema,
kanan/kiri tiap 6 jam sampai 09.00 Mengajarkan pasien tentang pembatasan diet, dan
dengan 24 jam post SC penyebab dan cara mengatasi penggunaan, dosis dan efek
dengan syarat produksi urin 65 edema, pembatasan diet, dan damping obat yang
150cc/6 jam, reflek patela+, penggunaan, dosis dan efek diprogamkan
pernafasan > damping obat yang R/ pasien dan keluarga
16x/menit. diprogamkan tampak memahami apa
19.00 Mengobservasi produksi urin R/ pasien dan keluarga tampak yang telah disampaikan
* pasien memahami apa yang telah 09.30 Melepas infuse pasien
R/ produksi urin 300 cc/6 jam disampaikan * R/tidak ada phlebitis
Menyuntikkan terapi MgSO4 10.00 Meninggikan kedua kaki untuk 09.45 Memberikan obat oral
R/masuk bokong kiri dan memaksimalkan aliran vena * untuk pasien dan
tidak ada tanda-tanda syok balik menjelaskan aturan
anafilaktik R/ kaki pasien ditinggikan minumnya
20.00 Memantau hasil laboratorium kurang lebih selama 30 menit R/ pasien mendapatkan
yang relevan 12.30 Melakukan kolaborasi dengan obat nifedipin 10 mg,
R/ mengalami penurunan * tim alhi gizi diet rendah garam dopamet 250 mg
Sambungan …
Tabel 4.18 Lanjutan
hematokrit 34.0 % R/ pasien mendapatkan nasi tim 12.00 Mengobservasi tanda-tanda
tinggi protein dan rendah * vital
21.00 Mengobservasi tanda-tanda garam R/ TD 140/80 mmHg, Nadi
* vital pasien 13.00 Memberikan obat oral pada 84x/menit, RR 18x/menit
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi * pasien 14.00 Memberikan KIE tentang
84x/menit, RR 23x/menit, R/ nifedipin 10 mg, dopamed * jadwal pemeriksaan pasca
suhu 37,20C 250 mg pulang dan apabila muncul
13.30 Melepas DC pasien gejala pusing atau muncul
* R/ warna urin kuning jernih, gejala lain untuk segera ke
produksi urin 100cc/6 jam bidan terdekat atau
puskesmas
20.00 Mengobservasi tanda-tanda R/ pasien mengerti apa
* vital pasien yang telah disampaikan
R/ TD 170/100 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 18x/menit, S
370C
2. Nyeri Akut berhubungan 13.00 Melakukan pengkajian nyeri 05.00 Menyuntikkan antrain 500 mg 07.00 Mengobservasi tanda-tanda
dengan luka bekas yang komprehensif meliputi secara IV vital
operasi lokasi, karakteristik, frekuensi, R/ obat masuk melalui IV dan R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
kualitas tidak ada tanda-tanda syok 88x/menit, RR 20x/menit
R/ pasien mengeluh nyeri 66 anafilaktik 08.00 Melakukan pengkajian
pada luka bekas operasi nyeri 07.00 Melakukan pengkajian nyeri nyeri yang komprehensif
bertambah pada saat yang komprehensif meliputi meliputi lokasi,
digunakan bergerak lokasi, karakteristik, frekuensi, karakteristik, frekuensi,
13.05 Mengobservasi tanda-tanda kualitas kualitas
vital pasien R/ pasien masih mengeluh R/ pasien mengatakan
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi nyeri pada luka bekas operasi sudah tidak nyeri
84x/menit, RR 23x/menit, nyeri bertambah pada saat 09.45 Memberikan obat oral
suhu 37,20C digunakan bergerak untuk pasien dan
13.10 Melakukan kolaborasi dengan 07.00 Mengobservasi tanda-tanda menjelaskan aturan
tim medis pemberian obat anti vital pasien minumnya
nyeri R/ TD 170/100 mmHg, Nadi R/ pasien mendapatkan
R/ antrain 500 mg secara IV 90x/menit, RR 20x/menit, suhu obat nifedipin 10 mg,
14.00 Meminta pasien untuk menilai 36,70C dopamet 250 mg
Sambungan …
Tabel 4.18 Lanjutan
nyeri pada skala 0-10 08.00 Meminta pasien untuk menilai 12.00 Mengobservasi tanda-tanda
R/ pasien mengatakan nyeri nyeri pada skala 0-10 vital
yang dirasakan dengan skala 5 R/ pasien mengatakan nyeri R/ TD 140/80 mmHg, Nadi
19.00 Mengobservasi tanda-tanda yang dirasakan dengan skala 4 84x/menit, RR 18x/menit
vital pasien 09.00 Mengajarkan teknik relaksasi 14.00 Memberikan obat oral saat
R/ TD 160/90 mmHg, Nadi nafas dalam saat merasakan * pasien akan pulang
104x/menit, RR 20x/menit, nyeri R/ Nifedipin 10 mg,
suhu 370C R/pasien melakukan apa yang dopamed 250 mg,
21.00 Menyuntikkan antrain 500 mg telah diajarkan cefotaxime 1000 mg
secara IV 10.00 Melakukan perubahan posisi
R/ obat masuk melalui IV dan dengan membantu pasien
tidak ada tanda-tanda syok duduk
anafilaktik R/ pasien tampak kuat duduk
dan nyeri sedikit berkurang
dengan posisi duduk.
13.00 Memberikan obat oral pada
* pasien
R/ nifedipin 10 mg, dopamed
250 mg
20.00 Mengobservasi tanda-tanda
67 vital pasien
R/ TD 170/90 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 18x/menit, S
370C
4. Hambatan mobilitas fisik 13.00 Membantu pasien dipindahkan 07.00 Memantau kemampuan dalam 07.00 Memantau kemampuan
berhubungan nyeri * ke tempat tidur mobilisasi dalam mobilisasi
R/pasien dipindahkan dengan R/ pasien hanya diam di tempat R/ pasien dapat melakukan
bantuan 4 orang karena masih tidur, mika miki dibantu mobilisasi secara mandiri
lemah 09.00 Mengobservasi tanda-tanda 08.00 Mengobservasi tanda-tanda
13.15 Membantu menyiapkan air * vital pasien * vital
* hangat dan menyeka pasien R/ TD 170/100 mmHg, Nadi R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
R/pasien mau diabntu dalam 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 88x/menit, RR 20x/menit
menyeka dan menggunakan 36,80C 09.30 Mengawasi seluruh upaya
Sambungan …
Tabel 4.18 Lanjutan
gurita dan baju 13.30 Mengajarkan dan memantu mobilitas pasien
14.00 Memantau keampuan dalam pasien dalam dalam mobilisasi R/ pasien tampak berjalan
mobilisasi R/ pasien mencoba duduk ke kamar mandi secara
R/ pasien hanya diam di dengan bantuan mandiri, dapat naik turun
tempat tidur. ke tempat tidur tanpa
bantuan
14.30 Mengobservasi tanda-tanda 14.00 Mengawasi seluruh upaya 12.00 Mengobservasi tanda-tanda
* vital pasien mobilitas pasien vital
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi R/ pasien tampak mika, miki R/ TD R/ TD 140/80
84x/menit, RR 23x/menit, tanpa bantuan, namun saat mmHg, Nadi 84x/menit,
suhu 37,20C posisi duduk pasien dibantu RR 18x/menit
19.00 Mengobservasi tanda-tanda kelurganya 15.00 Mendampingi dan
vital pasien 13.00 Mengajarkan dan membaantu membantu pasien dalam
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi pasien dalam proses berpindah menggunakan kursi roda
84x/menit, RR 23x/menit, dari tempat tidur ke kursi roda saat akan pulang
suhu 37,20C R/ ibu masih takut untuk R/ pasien dapat berpindah
20.00 Mengajarkan pasien untuk 14.30 perpindah dan dibantu pada ke kursi roda tanpa bantuan
melakukan mobilisasi dini saat berpindah ke kursi roda
R/ pasien mampu miring 14.45 Memindahkan pasien dari
kanan dan miring kiri dengan ruang observasi ke ruang nifas
bantuan 68 R/pasien dipindahkan
21.00 Menyuntikkan antrain 500 mg menggunakan kursi roda, pada
secara IV saat ambulasi ke tempat tidur
R/ obat masuk melalui IV dan pasien dibantu
tidak ada tanda-tanda syok 19.00 Mengobservasi tanda-tanda
anafilaktik vital pasien
R/ TD 170/90 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 18x/menit, suhu
370C
Sambungan …
Tabel 4.18 Lanjutan
5. Risiko 14.00 Melakukan pengukuran TFU 07.00 Mengobservasi tanda-tanda 07.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
Perdarahan R/ TFU setinggi pusat vital pasien R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
14.30 Mengobservasi tanda-tanda R/ TD 170/100 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit
vital pasien 90x/menit, RR 20x/menit, suhu Melakukan pengukuran TFU
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi 36,70C 09.00 R/ TFU dibawah pusat
84x/menit, RR 23x/menit, 08.00 Melakukan pengukuran TFU Mengamati lokhea pasien
suhu 37,20C R/ TFU setinggi pusat R/lokhea rubra satu pembalut tidak
15.00 Mengamati lokhea pasien 09.00 Mengamati lokhea pasien 10.00 penuh
R/lokhea yang keluar lokhea R/lokhea yang keluar lokhea Mengobservasi tanda-tanda vital
rubra berwarna merah keluar rubra berwarna merah keluar R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
15.05 Mengamati kontraksi uterus 10.00 Mengamati kontraksi uterus 12.00 88x/menit, RR 20x/menit
R/kontraksi uterus baik R/kontraksi uterus baik
15.10 Memberi tahu pasien dan 13.00 Membantu mengganti pembalut
keluarga tenatng tanda pasien
perdarahan dengan member R/ lochea rubra, perdarahan
tahu jika kontraksi uterus biasa ± 25 cc
lembek maka segera 14.00 Mengukur letak TFU
memanggil bidan/perawat R/ TFU dibawah pusat
R/pasien dan keluarga 20.00 Mengobservasi tanda-tanda
mengerti yang telah vital pasien
disampaikan 69
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi
19.00 Mengobservasi tanda-tanda 84x/menit, RR 23x/menit, suhu
vital pasien 37,20C
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi
84x/menit, RR 23x/menit,
suhu 37,20C
20.00 Memantau hasil laboratorium
R/hasil pemeriksaan
hemoglobin 11.8 gr/dL
Tabel 4.18 Lanjutan
6. Risiko Infeksi 13.00 Mempertahankan teknik 07.00 Mengobservasi tanda-tanda 07.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
Sambungan …
berhubungan isolasi * vital pasien R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
dengan luka R/pasien ditempatkan dirung R/ TD 170/100 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit
bekas operasi observasi dan dibatasi jumlah 90x/menit, RR 20x/menit, suhu 09.00 Melakukan perawatan luka post SC
pengunjungnya. 36,80C dengan teknik steril
13.15 Membantu pasien menyiapkan 08.00 Mengajarkan pasien dan R/ luka melintang ± 20 cm, luka
* air hangat untuk menyeka keluarga tentang teknik bagus, tidak ada pus, tidak bebau,
R/ pasien mau dibantu saat mencuci tangan yang benar tidak ada darah yang keluar, luka
diseka dan menggunakan dengan 6 langkah: ditutup menggunakan opsite anti air
gurita dan baju 1. Tuangkan cairan anti septik 09.00 Memantau tanda dan gejala infeksi
13.45 Melakukan kobalorasi atau sabun pada telapak (misalnya, suhu tubuh, denyut jantng,
pemberian antibiotic tangan kemudian gosok penampilan luka
R/ Cefotaxime 1 gram secara kedua telapak tangan secara R/luka melintang 20 cm tertutup kasa
IV lembut dengan arah kering, tidak ada cairan yang keluar
14.00 Mengobservasi tanda-tanda memutar. dari luka, tidak ada tanda-tanda
* vital pasien 2. Gosok kedua punggung infeksi, luka bagus, tidak berbau,
R/ TD 160/110 mmHg, Nadi tangan secara bergantian tidak memerah
84x/menit, RR 23x/menit, 3. Gosok sela-sela jari tangan 09.15 Memberitahukan kepada pasien
suhu 37,20C hingga bersih * bahwa balutan lukanya sudah diganti
14.30 Memantau tanda dan gejala 4. Bersihkan ujung jari-jari dengan yang anti air dan sudah
infeksi (misalnya, suhu tubuh, secara merata dan diperbolehkan mandi 1 kali sehari,
denyut jantng, penampilan bergantian dengan posisi dan area balutan jangan dikenakan
luka saling mengunci. sabun agar tidak lepas
R/luka melintang 20 cm 70
5. Gosok dengan memutar R/ pasien mnegerti yang telah
tertutup kasa kering, tidak ada kedua ibu jari secara disampaikan
cairan yang keluar dari luka bergantian 09.45 Memberikan obat oral untuk pasien
19.00 Mengamati penampilan 6. Letakkan ujung jari ke * dan menjelaskan aturan minumnya
hiegine personal untuk telapak tangan kemudian R/ pasien mendapatkan obat nifedipin
perlindungan terhadap infeksi gosok perlahan 10 mg, dopamet 250 mg
R/ tampak pengeluaran lokhea 09.00 Memberikan KIE tentang Mengobservasi tanda-tanda vital
rubra di underpad dan darah * Nutrisi selama nifas yang R/ TD 150/90 mmHg, Nadi
terkena selimut pasien meliputi: 88x/menit, RR 20x/menit
20.00 Memantau hasil laboratorium 1. Tidak ada pantangan untuk 12.00 Memberikan KIE tentang nutrisi
R/hasil pemeriksaan lekosit makanan * tinggi protein yang meliputi:
mengalami peningkatan 14.4 2. Untuk ibu setelah tindakan 1. Tidak ada pantangan makanan
109/L operasi wajib makan telor 6 apapun Sambungan …
21.00 Melakukan kobalorasi butir sehari dengan cara 2. Boleh makan ikan laut
Tabel 4.18 Lanjutan
pemberian antibiotic direbus dan putih telurnya 3. Wajib makan telor 6 butir setiap
R/ Cefotaxime 1 gram secara saja. hari agar proses penyembuhan
IV 3. Komposisi makanan harus lukanya cepat
lengkap terdiri dari lauk, 13.00 Memberitahukan kepada pasien
sayur, dan buah. * jadwal kontrol luka bekas operasinya
4. Semua kebutuhan protein, dilakukan 5 hari setelah pulang, dan
vitamin harus terpenui agar di poli hamil RSD dr. Soebandi
produksi ASI baik Jember, apabila sebelum tangal
10.00 Memantau tanda dan gejala control timbul gejala-gejala pada luka
infeksi (misalnya, suhu tubuh, segera puskesmas terdekat atau
denyut jantng, penampilan luka langsung ke poli hamil RSD dr.
R/luka melintang 20 cm Soebandi Jember
tertutup kasa kering, tidak ada R/pasien mengerti dan memahami apa
cairan yang keluar dari luka yang telah disampaikan
13.00 Memberikan obat oral pada 14.00 Menganjurkan pasien untuk
* pasien * meminum obat yang diberikan oleh
R/Nifedipin 10 mg, Dopamet RS secara teratur saat sudah di rumah
250 mg R/pasien memahami dan mengerti
19.00 Mengamati penampilan hiegine
* personal untuk perlindungan
71
terhadap infeksi
R/ pasien mengatakan sudah
diseka oleh keluarganya sore
tadi. Pengeluaran lokhea rubra
1 pembalut penuh.
20.00 Mengobservasi tanda-tanda
vital pasien
R/ TD 170/90 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 18x/menit, suhu
3.4.2 Evaluasi Asuhan Kebidanan
Tabel 4.19 Evaluasi Keperawatan klien yang mengalami Post Sectio Caesarea hari ke-0 dengan Pre-eklamsia Berat di Ruang
Dahlia RSD dr Soebandi Jember Agustus 2016
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Diagnose
21.00 21.00 15.00
DX 1 S: Klien mengatakan kakinya masih bengkak S: klien mengatakan kakinya masih bengkak S: Klien mengatakan sudah tidak bengkak
O: O: O:
1. Tampak edema pada kedua kaki 1. Tempak edema berkurang 1. Edema berkurang
2. Urin 300cc/6jam 2. Urin 200cc/6 jam 2. TD:140/90 mmHg
3. TD:160/90 mmHg 3. TD 170/90 mmHg 3. BB 89 kg
4. Hematokrit 34.0% 4. BB 89 kg A: Hipervolemia teratasi sebagian
5. BB 89 kg A: Hipervolemia teratasi sebagian P: Intervensi dihentikan, pasien pulang
A: Hipervolemia belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan 1. Kaji ekstremitas yang mengalami edema
1. Kaji ekstremitas yang mengalami edema 2. kaji hasil dari hasil pemeriksaan
2. kajii hasil dari pemeriksaan laboratorium laboratorium yang relevan terhadap retensi
yang relevan terhadap retensi cairan (mis, cairan (mis, peningkatan berat jenis urin,
peningkatan berat jenis urin, peningkatan peningkatan
72 BUN, penurunan hematokrit
BUN, penurunan hematokrit dan dan peningkatan osmolaritas urin)
peningkatan osmolaritas urin) 3. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara
3. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema, pembatasan diet, dan
mengatasi edema, pembatasan diet, dan penggunaan, dosis dan efek damping obat
penggunaan, dosis dan efek damping obat yang diprogamkan
yang diprogamkan
4. Tinggikan kedua kaki untuk
memaksimalkan aliran vena baik
5. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
6. Kolaborasi pemberian terapi duiretik, jika
perlu
Sambungan …
Tabel 4.19 Lanjutan
DX 2 S: pasien mengatakan nyeri pada luka bekas S: pasien mengatakan nyeri pada luka bekas S: pasien mengatakan sudah tidak nyeri
operasi operasi O:
O: O: 1. Luka bekas operasi melintang 20
1. Pasien mampu melakukan relaksasi 1. Pasien mampu melakukan relaksasi cm ditutup kasa kering dan hepafik
2. TD:160/90 mmHg 2. TD 170/90 mmHg 2. TD:140/90 mmHg
3. N : 104x/menit 3. N 90x/menit 3. N : 84x/menit
4. Skala nyeri 4 4. Skala nyeri 3 4. Skala nyeri 2
5. Pasien tampak menahan sakit 5. Pasien tampak tenang A: Nyeri teratasi
A: Nyeri belum teratasi A: Nyeri teratasi sebagian P: intervensi dihentikan pasien pulang
P: Intervensi dilanjutkan P: Intervensi dilanjutkan pada nomor
1. Lakukan pengkajian nyeri yang 1. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, komprehensif meliputi lokasi,
frekuensi, kualitas. karakteristik, frekuensi, kualitas.
2. Mintalah pasien untik menilai nyeri atau 2. Observasi tanda-tanda vital
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi (distraksi,
3. Observasi tanda-tanda vital relaksasi) untuk mengurangi rasa nyeri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi (distraksi, 4. Lakukan perubahan posisi, dan relaksasi
relaksasi) untuk mengurangi rasa nyeri
5. Lakukan perubahan posisi, dan relaksasi
6. Kolaborasi gunakan tindakan pengendalian
nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat 73
(pemberian analgesic)
DX 3 S: pasien mengatakan nyeri saat bergerak S: pasien mengatakan sudah tidak terlalu S: pasien mengatakan sudah bisa berjalan ke
O: nyeri saat bergerak kamar mandi sendiri
1. Pasien mika, miki dengan bantuan O: O:
2. Belum bisa berjalan 1. Pasien mika, miki secara mandiri 1. Melakukan aktivtas secara mandiri
3. Belum bisa berpindah dari tempat tidur 2. Pasien tampak berjalan dengan 2. Terlihat berjalan ke kamar mandi secara
A: Hambatan mobilitas fisik belum teratasi bantuan mandiri
P: Intervensi dilanjutkan 3. Pasien tampak berpindah dari tempat 3. Berpindah dari tempat tidur secara
1. Pantau kemampuan klien dalam mobilisasi tidur ke kursi roda dengan bantuan mandiri
2. Ajarkan pasien untuk mobilisasi dini keluarganya A: Hambatan mobilitas fisik teratasi
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses A: Hambatan mobilitas fisik teratasi P: Intervensi dihentikan pasien pulang
berpindah sebagian
Sambungan …
Tabel 4.19 Lanjutan
4. Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu P: Intervensi dilanjtkan
pasien, jika perlu 1. Pantau kemampuan klien dalam mobilisasi
5. Berikan penguatan positif selama aktivitas 2. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses
berpindah
3. Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu
pasien, jika perlu
4. Berikan penguatan positif selama aktivitas
DX 4 S: - S: - S: -
O: O: O:
1.TFU setinggi pusat 1.TFU setinggi pusat 4.TFU dibawah pusat
2.Lokhea yang keluar berwarna merah 2.Lokhea yang keluar berwarna 5.Lokhea yang keluar berwarna
normal tidak banyak merah normal tidak banyak merah normal tidak banyak
3. Kontraksi baik 3. Kontraksi baik 6. Kontraksi baik
4. Hb 11.8 gr/dL A: Risiko perdarahan belum terjadi A: Risiko perdarahan belum terjadi
A: Risiko perdarahan belum terjadi P: Intervensi dilanjutkan P: Intervensi dihentikan pasien pulang
P: Intervensi dilanjutkan 1. Pantau tanda-tanda vital, terutama
1. Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah
tekanan darah 2. Amati tinggi dan keteguhan fundus
2. Amati tinggi dan keteguhan fundus uteri uteri secara teratur
secara teratur
74
3. Amati lokia untuk perdarahan dan
3. Amati lokia untuk perdarahan dan bekuan darah yang berwarna merah
bekuan darah yang berwarna merah terang
terang 4. Beri tahu tanda perdarahan dan saran
4. Beri tahu tanda perdarahan dan saran untuk member tahu perawat ketida
untuk member tahu perawat ketida terjadi perdarahan
terjadi perdarahan
Sambungan …
Tabel 4.19 Lanjutan
DX 5 S: - S: - S: -
O: O: O:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 1.Terdapat luka operasi melintang 20
2. TD 160/110 mmHg 2. TD 170/90 mmHg cm, luka baik, tidak ada cairan yang
3. Leukosit 14,4 109/L 3. Pasien masih diseka keluar dari luka, tidak bau,
4. Pasien masih diseka 4. Pengeluran lokhea rubra ± 50 cc menurup dengan baik
5. Pengeluran lokhea rubra ± 75 cc 5. Anderpad diganti 2. Balutan diganti dengan opsite anti
6. Anderpad tidak diganti 6. Mengganti pembalut air
A: Risiko Infeksi belum terjadi 7. Keluarga dan pasien mampu 3. TD 140/90 mmHg
P: Intervensi dilanjutkan mencuci tangan dengan benar 4. Pasien masih diseka
1. Pantau tanda dan gejala infeksi A: Risiko Infeksi belum terjadi A: Risiko Infeksi belum terjadi
(misalnya, suhu tubuh, denyut jantng, P: Intervensi dilanjutkan P: Intervensi dihentikan pasien pulang
penampilan luka) 1. Pantau tanda dan gejala infeksi
2. Pantau hasil laboratorium (hitung (misalnya, suhu tubuh, denyut
darah lengkap) jantng, penampilan luka)
3. Amati penampilan hiegine personal 2. Amati penampilan hiegine personal
untuk perlindungan terhadap infeksi untuk perlindungan terhadap infeksi
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang 3. Lakukan perawatan luka dengan
teknik mencuci tangan yang benar teknik steril
5. Pertahakankan teknik isolasi
6. Lakukan perawatan luka dengan teknik 75
steril
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
76
78
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
pasien 37 tahun.
kg.
2. Alasan Masuk RS
dan juga sering terjadi pada ibu hamil. Hipertensi juga sering disebut
1299 \l 1033 ]
normal di dukun.
4. Riwayat Kesehatan
pecentus timbulnya asma pada ibu hamil antara lain disebabkan oleh
zat-zat alergi, infeksi saluran napas, pengaruh udara dan factor psikis.
asma tersebut.
5. Pola Nutisi
81
mual dan muntah. Normalnya, pasien tidak boleh minum dan makan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal dan hal ini
tubuh pasien.
b. Genetalia
7. Pemeriksaan Penunjang
83
menyusui tidak efektif, nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan risiko
adanya diagnose yang muncul pada kasus yaitu risiko perdarahan karena
atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi, pantau hasil
edema, pembatasan diet, dan penggunaan, dosis dan efek samping obat
yang diprogamkan, beri diuretic, jika perlu, ubah posisi pasien setiap 2 jam
cara mengatasi edema, pembatasan diet, dan penggunaan, dosis dan efek
samping obat yang diprogamkan, beri diuretic, jika perlu, ubah posisi
sebagian ditandai dengan edema tungkai berkurang. Pada hari ke-3 pasien
86
yang teramati dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada taham
140/90 mmHg
BAB 5
5.1 Kesimpulan
berikut:
5.1.1 Pengkajian
5.1.2 Diagnosa
87
88
5.1.3 Intervensi
5.1.4 Implementasi
5.1.5 Evaluasi
SOAP dan tidak ditemukan kesenjangan antara fakta dan teori. Pada
pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter pada perawatan hari ke-3
5.2 Saran
pengetahuan bagi pasien dan keluarga dari pasien dengan post sectio
eklampsia dan perawatan luka serta asupan nutrisi pada pasien pasca
cara menganjurkan pasien diet rendah garap dan cukup protein. Jika terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Afrilla, dkk. (2015). Efektifitas Kombinasi Terapi Slow Stroke Back Massage dan
Akupresur Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
JOM Vol 2 No 2. Oktober , 1299.
Andayasari, dkk;. (2015). Proposri Seksio Sesarea dan faktor yang Berhubungan
dengan Seksio Sesarea di Jakarta. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 43,
No 2 , 105-116.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bachri. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 10 1 April 2010 , 42-46.
Besral & Muhani. (2015). Pre-eklampsia Berat dan Kematian Ibu. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10 No. 2 November 2015 , 81.
Hartatik & Maryunani. (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Seksio
Sesarea. Jakarta: TIM.
Haswita & Sulistyiowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: TIM.
Heryani;. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Menyusui. Jakarta :
TIM.
Hidayat & Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi dan Proses
Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Imron & Munif. (2010). Metodologi Penelitan Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung
Seta.
Jatim, D. P. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. KementrianKesehatan
Republik Indonesia .
Jauhari, dkk. (2016). Efektifitas Mobilisasi Dini terhadap Kejadian Infeksi Luka
Operasi Pada klien Post Partum Dengan Sectio Caesarea di Ruang Nifas
dr.Soebandi Jember. The Indonesian Journal Of Health Science Vol 3 No.
2 , 111.
KEMENKES RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta: Menteri Kesehatan
RI.
Maryunani. (2016). Buku Praktis Kehamilan Dan Persalinan Patologis (Risiko
Tinggi Dan Komplikasi) dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin & Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengrus Pusat PPNI.
Pujari, dkk. (2012). Lactate Dehydrogenase Levels In Leukimias. International
Journal Of Pharma And Bio Sciences Vol 3. Issu 1 Jan-Mar 2012 , 455.
Riska & Ikhlasiah. (2017). Hubungan Antara Komplikasi Kehamilan dan Riwayat
Persalinan dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Fatimah
Serang. Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang Vo.2 Juli-
Desember Tahun 2017 , 1-2.
91
Rodiani & Desti. (2014). Multigravida Hamil 35 Minggu dengan Asma Pada
Kehamilan. J Agromed Unila Volume 3 No. 1 Februasi , 2.
Sari & Rimandini. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care).
Jakarta: TIM.
Setiyaningrum. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan maternitas (Asuhan
Kebidanan Patologi). Jakarta: In Media.
Sulistyawati. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebinanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI.
Sumulyo, d. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia Berat Tidak
Tergantung Proteinuria. CDK-255/ Vol. 44 No. 8 , 577.
Suryani, dkk. (2017). Analisis Faktor-Faktor aresiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Preeklampsia-EKlampsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kebupaten
Sukoharjo Periode Tahun 2015. Indonesian Journal On Medical Science
Volume 4 No 1 Januari , 134.
Wilkinon. (2016). Diagnosis Keperawatan NIC-NOC. Jakarta: EGC.
Yusuf. (2017). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
92
93
94