TINJAUAN PUSTAKA
masalah yang diteliti. Hal berikut dapat kita lihat dalam tabel dibawah :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Kinerja Dinas Sosial Kota
Implementasi Program
Bandung Dalam Penanganan
Pembinaan Anak Jalanan Di
Judul Gelandangan dan Pengemis Di
Dinas Sosial Kota Bandung
Kota Bandung (Maulana Riza
(Heppy Pratiwi, 2014)
Hidayat, 2013)
Teori Pengukuran Kinerja
Teori Implementasi Kebijakan
Dwiyanto :
Charles O. Jones:
1. Produktivitas
1. Organisasi
Variabel Teori 2. Kualitas Layanan
2. Interpretasi
3. Responsibilitas
3. Aplikasi
4. Responsivitas
5. Akuntabilitas
Metode
Metode Kualitatif Metode Kualitatif
Penelitian
1. Fokus Penelitian yang 1. Metode penelitian yang
Persamaan digunakan sama yaitu digunakan sama, yaitu
Dengan mengenai implementasi metode penelitian
Penelitian kebijakan. kuanlitatif
Penulis 2. Metode penelitian yang 2. Fokus permasalahan
digunakan sama, yaitu sama yaitu mengenai
mengenai metode gelandangan dan
penelitian kualitatif. pengemis.
3. Fokus permasalahan
sama yaitu mengenai
anak jalanan.
Teori implementasi kebijakan
Teori implementasi kebijakan yang digunakan penelitian
yang digunakan penelitiantersebut mengacu kepada teori
tersebut mengacu kepada teori Pengukuran Kinerja Dwiyanto :
implementasi Charles O. Jones : 1. Produktivitas
1. Organisasi 2. Kualitas Layanan
2. Interpretasi 3. Responsibilitas
3. Aplikasi 4. Responsivitas
Sedangkan penelitian penulis 5. Akuntabilitas
Perbedaan mengacu kepada teoriSedangkan penelitian penulis
Dengan implementasi kebijakan Soren C mengacu kepada teori
Penelitian Winter dengan variabel: implementasi kebijakan Soren C
Penulis 1. Perilaku hubungan antar Winter dengan variabel:
organisasi, 1. Perilaku hubungan antar
2. Perilaku implementor, organisasi,
3. Perilaku kelompok 2. Perilaku implementor,
sasaran 3. Perilaku kelompok
Selain itu lokus penelitian sasaran
tersebut di Kota Bandung Selain itu lokus penelitian
sedangkan penelitian penulis di tersebut di Kota Bandung
Kota Tangerang. sedangkan penelitian penulis di
Kota Tangerang.
(Sumber : Diolah dari Heppy Pratiwi, 2014 dan Maulana Riza Hidayat, 2013)
Administrasi Publik
yang tidak sedikit, seperti permasalahan yang selalu datang dan berkembang sampai
publik sebagai contoh kenyataan bahwa sumber dafisit terbesar di setiap negara
administrasi publik biasa kita kenal dengan nama administrasi negara. Chandler dan
Plano yang dikutip oleh Habani Pasolong mengatakan administrasi publik sebagai
bahwa kebijakan publik merupakan bidang kajian dari administrasi publik. Riant
mengatakan bahwa :
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan
publik merupakan bagian dari ilmu administrasi publik, karena persolan yang di
hadapi oleh administrasi negara berasal dari permasalahan yang muncul dari
masyarakat dan kebijakan publik merupakan pilihan dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.
(publik policy).
Sebagai suatu konsep, kebijakan memiliki makna yang luas dan multi
perilaku aktor dalam bidang kegiatan tertentu (dalam Wahab, 1997) pengertian
diatas sangat luas dan bisa bermacam-macam, misal, sang “aktor” dapat berupa
individu atau organisasi, dapat pemerintah maupun non pemerintah. Demikian pula
dan lain-lain. Di samping itu, bentuk kegiatanya pun luas dan multi interpretasi
Dengan demikian studi kebijakan adalah studi tentang prilaku berbagai aktor dalam
beberapa ahli. Misalnya yang dikemukakan oleh Lester dan Stewart yang dikutip
maupun objek dari kebijakan itu sendiri. Kebijakan public dibaca dalam lingkar
otoritas Negara, persoalan yang muncul selama ini disebabkan oleh kompetensi
aparat yang tidak memadai atau juga pilihan agenda pengaturan yang kurang tepat.
Atau dengan kata lain, kompleksitas sosok arena kebijakan turut mewarnai proses
Individu. Proses pertukaran dan peraturan antar Individu dapat menciptakan sebuah
mekanisme sendiri, yaitu yang merupakan sebuah proses panjang dari transformasi
di dunia politik.
Dengan demikian, kebijakan publik merupakan rangkaian keputusan yang
kepentingan rakyat banyak dan keterikatan terhadap tanah air atau tempat di mana
yang bersangkutan berada. Dan hal ini seyogyanya direfleksikan dalam perilaku
aparat sebagai penyelenggara, dan adanya interaksi antara penguasa dengan rakyat.
pertanggungjawaban religius.
Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa dengan adanya tujuan
yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang harus diatasi, maka
dan administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas pertimbangan etika dan
tindakan pemerintah.
publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan
menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro. Sedangkan formulasi kebijakan
mengandung logika bottom-up, dalam arti proses ini diawali dengan pemetaan
ditetapkan.
Studi mengenai kebijakan publik dapat dipahami dari dua prespektif. Pertama,
prespektif politik, bahwa kebijakan publik di dalam perumusan, implementasi,
(resources) sesuai dengan visi, harapan dan prioritas yang ingin diwujudka. Kedua,
dengan sistem, prosedur, dan mekanisme, serta kemempauan para pejabat publik
sehingga visi dan harapan yang ingin dicapai dapat di wujudkan dalam realitas.
politik, bagaimana organisasi diluar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan
mereka dan berinteraksi satu sama lain, apa motivasi-motivasi mereka bertindak
seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara
berbeda.
tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. dari uraian konsep
publik yang dibuat hanya akan menjadi sia-sia apabila tidak berhasil di laksanakan.
benar dapat berfungsi sebagai alat untuk merealisasikan harapan yang diinginkan.
sebelumnya.
Berdasarkan uraian para ahli diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaaan sudah dianggap baik. Berikut disini ada sedikit info tentang
Dan yang terakhir adalah Menurut George Edward III dalam Widodo
1. Komunikasi
komunikasi kebijakan memiliki beberapa dimensi, antara lain dimensi
transmisi (trasmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi (consistency).
2. Sumber daya
sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran,
dan sumberdaya peralatan dan sumberdaya kewenangan.
3. Disposisi
Faktor-faktor yang menjadi perhatian mengenai disposisi dalam
implementasi kebijakan terdiri dari pengangkatan birokrasi, dan insentif.
4. Struktur Birokrasi
terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yaitu : Standard Operational
Procedure (SOP) dan fragmentasi.
(George Edward III dalam Widodo. 2010:96)
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari
tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari hasil
proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai dan
aparatur Negara sangatlah kompeten untuk dikaji secara seksama, karena ini
menyangkut output dari kebijakan yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat.
pengevaluasiaan. Maka dari itu akan dipaparkan beberapa konsep sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan, untuk itu penulis akan mengutip pendapat ahli yang
dan pengamen di Kota Tangerang Sampai Saat ini Belum berjalan secara optimal
sebagaimana diharapkan oleh pihak terkait. Hal tersebut terjadi karena beberapa
hal, diantaranya yaitu : belum tegasnya para pelaksana kebijakan dalam menegakan
Gelandangan, Pengemis dan Pengamen. Pada pasal 16 ayat 1 Perda No.5 Tahun
2012 berisi pelarangan untuk setiap orang dilarang memberi uang atau/
Untuk melaksanakan kebijakan dalam penelitian ini, alat ukur yang penulis
terdapat dua dimensi yaitu dimensi komitmen dan kordinasi antar organisasi,
komitmen dalam hal ini adalah bagaimana komitmen dinas sosial dalam
Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005) menjelaskan dalam berbagai kasus,
terhadap aktifitas yang dilakukan oleh staf, baik diluar maupun didalam lingkungan
kerja sehingga staf dapat menjalankan tugas dengan baik sesuai tugas pokok dan
oleh pimpinan kepada staf. Dalam setiap tugas yang dilakukan staf selau
berjalan dengan baik, dan profesionalisme aparat dalam hal ini faktor sumber daya
manusia menjadi sangat penting dalam proses implementasi kebijakan, sebab jika
SDM lemah maka sudah barang tentu kebijakan tidak akan terimplementasi dengan
baik. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk
mengalami kendala karena faktor profesionalisme aparat yang masih kurang, hasil
penelitian menunjukan bahwa etos kerja staf sangat baik akan tetapi tidak ditunjang
hanya memberi pengaruh pada dampak kebijakan tetapi juga mempengaruhi kinerja
aparat tingkat bawah, jika dampak yang ditimbulkan baik maka kinerja aparat
tingkat bawah juga baik demikian dengan sebaliknya. Perilaku kelompok sasaran
meliputi respon positif atau negatif masyarakat dan kelompok PMKS di Kota
Tangerang dalam mendukung atau tidak mendukung suatu kebijakan yang disertai
adanya umpan balik berupa tanggapan kelompok sasaran terhadap kebijakan yang
dibuat.
dan sesuai dengan penelitian yang akan diteliti. Maka untuk lebih jelasnya penulis
Kerangka Pemikiran