Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 1

NAMA : DEA RANTI MAULIDYA

NIM : 838534813

MATKUL : MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS SD

SEMESTER : TUJUH

1. Eksistensi sebuah disiplin ilmu tidak harus membangun tubuh pengetahuannya


sendiri, tetapi bisa juga berasal dari unsur-unsur disiplin ilmu-ilmu lain yang
diorganisasi secara sistemik sehingga memiliki integritas sendiri. Uraikan secara
konseptual mengapa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) adalah disiplin ilmu
mandiri dan memiliki integritas!

JAWAB :

yakni kajiannya bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, dan multidimensional. Pendidikan


IPS yang baru dikenalkan dan dikembangkan dalam kurikulum Indonesia di awal tahun 1970-an,
kini semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan pemikiran di negara maju.
Program pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang
berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik, Pelibatan peserta didik dalam aktivitas belajar
agar mereka memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam lingkungan belajar yang dibuat
sebagaimana realitas yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan IPS menurut Gross dalam Al Muchtar (2001) adalah mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat yang demokratis.

2. Materi, tujuan, dan pelaksanaan pembelajaran IPS di Indonesia disesuaikan dengan


tujuan pendidikan nasional. Namun demikian, ide dasar pembelajaran IPS di
Indonesia banyak mengadopsi pendapat bangsa Amerika Serikat. Telaah mengapa
Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang memberikan perhatian yang
sangat besar dalam pengembangan kajian sosial!

JAWAB :

karena Amerika Serikat tidak mau kehilangan rakyat nya,maka mereka memberikan
perhatian yang sangat besar untuk bermaksud menjaga rakyat nya agar tetap stay di Amerika
Serikat.

3. Terdapat kecenderungan global untuk mengakomodasi inisiatif pengelolaan yang


adaptif oleh masyarakat yang sudah secara turun-temurun menguasai dan memelihara
sumber daya alam. Komponen utama pengelolaan adaptif sumber daya alam adalah
sistem masyarakat, sistem lingkungan dan sistem kebudayaaan sebagai satu kesatuan
utuh yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Terkait hal tersebut, jelaskan kaitan
antara kebudayaan, lingkungan sumber daya alam dengan peradaban budaya manusia
dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan!
JAWAB :

Konsep mengenai alam sendiri adalah semesta pembicaraan mengenai manusia,  kebudayaan,
dan lingkungan fisik. Ketiga hal tersebut adalah pembicaraan  mengenai alam. Pandangan
manusia tentang lingkungan merupakan gambaran  dari kebudayaan itu sendiri. Manusia
dalam perbedaan kebudayaan (dari  sejarah) mempunyai pengertian sendiri dalam
memandang lingkungannya.

Membicarakan budaya manusia adalah suatu dilema dengan pokok-pokok  pikiran yang tidak
akan pernah habis sepanjang peradaban manusia. Manusia  adalah makhluk yang berakal dan
tidak akan berhenti bereksplorasi terhadap  alam. Berbagai jenis peradaban manusia pada
dasarnya merupakan  pengungkapan pandangan manusia atas alam.

Jadi, Sumber Daya Alam secara Nyata mampu membuat kehidupan Manusia menjadi lebih
mudah sehingga membuat kebudayaan manusia lebih maju dari setiap jaman ke jaman

4. Agar dapat mengelola lingkungan hidup dengan baik dan benar, maka perlu diketahui
permasalahan lingkungan yang harus ditangani/dikelola dengan cara-cara yang sesuai
dengan permasalahan lingkungan tersebut. Masalah lingkungan hidup dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu permasalahan lingkungan alam,
permasalahan lingkungan buatan dan permasalahan lingkungan sosial. Sebutkan dan
jelaskan permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini berdasarkan 3 kelompok
permasalahan lingkungan tersebut!

JAWAB :

- Penurunan kualitas dan rusaknya terumbu karang

Kondisi terumbu karag di indonesia cukup mengkhawatirkan sebab 35,15 persen


terumbu karang Indonesia masuk dalam kategori buruk. Penurunan kualitas ini
disebabkan oleh penangkapan ikan menggunakan bom dan suhu permukaan air
yang meningkat akibat krisis iklim. Padahal terumbu karang memiliki peranan
yang penting terhadap pengurangan pemanasan global. Karena terumbu karang
mampu menyerap karbon dioksida yang ada. Penurunan kualitas dan rusakya
terumbu karang dapat menyebabkan rusaknya ekosistem laut yang kemudian akan
berdampak pada menurunnya jumlah hewan laut secara drastis

- Masalah sampah plastik

Sampah plastik menjadi permasalahan lingkungan karena dalam proses


produksinya turun menyumbang emisi karbon ke udara. Emisi karbon yang terlalu
besar dapat menyebabkan krisis iklim berlangsung lebih cepat. Selain itu sampah
plastik juga bisa menyebabkan pencemaran terhadap tanah dan air. Penguragan
penggunaan plastik penting untuk dilakukan karena di Indonesia sendiri
pengelolaan sampah plastik masih tergolong rendah serta tanggung jawab
perusahaan terhadap sampah – sampah mereka pun masih minim.
- penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan
- polusi air dari limbah industri dan pertambangan
- polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling
kotor ke 3 di dunia)
- asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat
dipadamkan
- penghancuran terumbu karang
- pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju
- pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di
Sidoarjo, Jawa Timur
- hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.
-
5. Keberadaan lembaga sosial sangat penting dalam peri kehidupan masyarakat.
Lembaga sosial tersebut pada dasarnya merupakan suatu sistem nilai dan sistem
norma yang bertujuan untuk mengatur segala perilaku dan tindakan dari setiap
anggota dalam melangsungkan kehidupannya. Terkait dengan hal tersebut, jelaskan
peran lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga pemerintah
dan lembaga hukum dalam menyikapi permasalahan penyimpangan yang dilakukan
oleh remaja saat ini!

JAWAB :

- Peran lembaga keluarga

Pada dasarnya, keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja untuk
belajar bersosialisasi. Lingkungan keluarga yang sehat dapat memunculkan perilaku positif
pada remaja. Lingkungan keluarga yang sehat tampak dari adanya kelekatan antar anggota
keluarg a, pengawasan dan dukungan, kontrol perilaku , komunikasi yang positif, melibatkan
kasih sayang dalam interaksi, moral, serta kesempatan untuk mengekspresikan perasaan di
dalam lingkungan keluarga.Ketika hal-hal tersebut kurang terpenuhi, maka remaja akan
mengalami penyimpangan perilaku.

Berbeda dengan lingkungan keluarga sehat, pada lingkungan keluarga yang tidak sehat
terdapat konflik fisik maupun verbal, tidak ada kelekatan antar anggota keluarga, komunikasi
yang negatif, penerapan disiplin yang keras, promosi, dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan munculnya permasalahan perilaku pada remaja .

Oleh karena itu, anggota keluarga terutama orang tua wajib memberikan dukungan,
perlindungan, serta bimbingan bagi para remaja untuk mengatasi kenakalan remaja . Sikap
dan cara orang tua menangani remaja, metode pengasuhan, dan kualitas hubungan antar orang
tua dengan remaja memberikan pengaruh besar terhadap muncul atau tidaknya permasalahan
perilaku remaja.

- Peran lembaga pendidikan

Sebagai lembaga pendidikan, dalam menanggulangi masalah ini dapat dilakukan dengan tindakan
preventif , merupakan tindakan yang dapat mencegah timbulnya kenakalan remaja secara umum,
dengan cara mengenal remaja lebih dalam lagi (melakukan pendekatan denga remaja). Bisa
mengetahui kesulitan-kesulitan yang di alami remaja, melakukan usaha pembinaan remaja.

Bisa juga dengan memperkuat metal remaja, tujuannya adalah agar mampu masalah yang
dihadapinya, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan yang dilakukannya.

Selanjutnya tindakan represif merupakan usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral.
Dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran yang di
lakukan.

- Peran lembaga agama

Pada era gobalisasi ini, banyak remaja yang terjerumus dalam jurang perilaku menyimpang. Bahkan,
penyimpangan moral sangat marak di kalangan remaja. Hal tersebut membuktikan bahwa di kalangan
remaja telah mengalami kemunduran moral.

Dengan demikian, peran agama dalam kasus ini sangat dibutuhkan. Di mana, agama merupakan
sebuah pondasi atau landasan yang sifatnya melandasi segala tingkah laku atau perilaku manusia. Dan
sekarang kita akan membahas mengenai peranan agama dalam mengatasi dekadensi moral era
globalisasi.

Agama sangat dibutuhkan peranannya dalam mengatasi segala bentuk dekadensi moral remaja yang
ada. Ajaran islam memiliki tiga fondasi pokok yaitu akidah, syari'ah dan akhlak. Akidah berkenaan
dengan keimanan, keyakinan.

- Peran lembaga pemerintah

Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan masa depan anak, supaya meningkatkan dalam

pembinaan pendidikan, memberikan bimbingan kepada anak sesuai dengan kebutuhan kepada

anak muda sesuai zamannya, dilarang keras atau tutup tempatacara-acara keramaian seperti;

Diskotik, menghisap lem Aibon, main judi, berpacaran dengan seks bebas, selain itu harus menuruti

nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua agar mendapatkan pendidikan dengan baik. Beberapa
faktor-faktor yang membuat mudah terpengaruh kepada anak muda, sehingga mengakibatkan
menurun sema-ngat untuk bersekolah pada anak-anak untuk meraih pendidikan dengan baik oleh
karena pengaruh budaya luar, dengan demikian orang tua diharapkan selalu memberikan nasihat
kepada anak-anak agar bisa meraih pendidikan dengan baik.Berbagai upaya yang sedang dilakukan
oleh masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini masih belum berhasil dengan baik dan

Pemerintah wajib memperhatikan kondisi daerah seperti : Membuat Peraturan Daerah (PERDA)
Tentang Pembinaan Generasi Muda. Kemudian melakukan sosialisasi kepada kepada seluruh
masyarakat .

- Peran lembaga hukum

Berdasarkan instrumen internasional yang mengatur masalah perilaku delikuensi anak,

dilihat dari jenis-jenis perilaku delikuensi anak dapat dikualifikasikan ke dalam criminal offence

dan status offence. Criminal offence adalah perilaku delikuensi anak yang merupakan tindak
pidana apabila dilakukan oleh orang dewasa, sedang status offence adalah perilaku delikuensi

anak yang erat kaitannya dengan statusnya sebagai anak, perilaku-perilaku tersebut pada

umumnya tidak dikategorikan sebagai suatu tindak pidana bila dilakukan oleh orang dewasa.

Sebagai contoh pergi meninggalkan rumah tanpa izin orang tua, membolos sekolah, melawan

orang tua, mengonsumsi minuman beralkohol dll. Namun secara hakiki perilaku delikuensi anak

hendaknya dilihat bukan semata-mata sebagai perwujudan penyimpangan perilaku karena iseng

atau mencari sensasi, melainkan harus dilihat sebagai perwujudan produk atau akibat ketidak
seimbangan ligkungan sosial.

Beradasar hal tersebut maka tidak tepat apabila tujuan pemidanaan terhadap anak

disamakan dengan tujuan pemidanaan terhadap orang dewasa. Pada umumnya pemidanaan

hanya dipandang sebagai pengobatan simtomatik, bukan kausatif yang bersifat personal bukan

struktural/fungsional. Pengobatan dengan pidana sangat terbatas dan bersifat pragmentair, yaitu

terfokus pada dipidananya si pembuat. Efek preventif dan upaya penyembuhan lebih diarahkan

pada tujuan pencegahan agar orang tidak melakukan tindak pidana atau kejahatan, bukan untuk

mencegah agar kejahatan secara struktural tidak terjadi. Pidana yang dijatuhkan bersifat

kontradiktif/paradoksal dan berdampak negatif terhadap pelaku. Oleh karena itu tidak heran

apabila penggunaan hukum pidana sampai saat ini selalu mendapat kritikan bahkan kecaman,

termasuk munculnya pandangan radikal yang menentang hukum pidana sebagaimana

dipropagandakan kaum abolisionis.

Tujuan pemidanaan tersebut akan lebih berbahaya apabila yang menjadi objek adalah

seorang anak yang dalam tindakannya memiliki motivasi dan karakteristik tertentu yang berbeda

dengan pelaku orang dewasa. Bahkan Konvensi Hak-hak Anak secara tegas menyatakan bahwa

dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, lembaga peradilan, lembaga pemerintah atau badan

legislatif, kepentingan terbaik anak akan merupakan pertimbangan utama.

Standard Minimum Rule Juvenile Justice (SMR-JJ) Beijing Rule, menegaskan beberapa

prinsip sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Berdasarkan Rule 17.1, dinyatakan

bahwa pengambilan keputusan harus berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Barda

Nawawi Arief, 1992:121) :


a. Bentuk-bentuk reaksi/sanksi yang diambil selamanya harus diseimbangkan tidak hanya pada

keadaan-keadaan dan keseriusan/berat ringannya tindak pidana, tetapi juga pada keadaankeadaan dan
kebutuhan-kebutuhan si anak serta pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat;

b. Pembatasan-pembatasan terhadap kebebasan pribadi anak hanya dikenakan setelah

pertimbangan yang hati-hati dan dibatasi seminimal mungkin;

c. Perampasan kemerdekaan pribadi jangan dikenakan kecuali anak melakukan tindakan

kekerasan yang serius terhadap orang lain atau terus-menerus melakukan tindak pidana

serius dan kecuali tidak ada bentuk sanksi lain yang lebih tepat;

d. Kesejahteraan anak harus menjadi faktor pedoman dalam mempertimbangkan kasus anak.

Anda mungkin juga menyukai