Anda di halaman 1dari 82

RAHASIA

KASUS VIII-IX-X (KASUS KELOMPOK)


MAYORING PENDIDIKAN

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS TERHADAP TIGA SISWA SMK


YANG MENUNJUKKAN PERILAKU MELAWAN GURU DALAM BENTUK
GENG PELAJAR DI SMKIT NURUL QOLBI BEKASI

OLEH :

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Jakarta
2013

1
RAHASIA

LEMBAR PENGESAHAN

KASUS VIII-IX-X (KASUS KELOMPOK)

MAYORING PENDIDIKAN

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS TERHADAP TIGA SISWA SMK YANG


MENUNJUKKAN PERILAKU MELAWAN GURU DALAM BENTUK
GENG PELAJAR DI SMKIT NURUL QOLBI BEKASI

Dosen Pembimbing

Dr. Wazar Pulungan, M.Psi, psikolog.

Ketua

Program Pendidikan Magister Psikologi Profesi (P2MPP)

(DR. Zainuddin Sri Kuntjoro, M.Psi, psikolog)

2
RAHASIA

I. IDENTITAS SMKIT NURUL QOLBI

A. Sejarah Munculnya Pendidikan Islam Terpadu

Manusia yang tumbuh sesuai fitrahnya secara umum akan memiliki

beberapa ciri yaitu: beraqidah yang benar, berakhlaq yang mulia,

berpengetahuan dan menguasai teknologi dan informasi, berfikiran yang

cerdas, berperasaan yang lembut, berkepribadian mandiri, kreatif dan

inovatif; berwawasan lingkungan, serta kuat secara jasmani.

Pendidikan pada saat ini, umumnya lebih menekankan pada pewarisan

pengetahuan dan teknologi, sementara aspek kebutuhan fitrah kemanusiaan

yang lain kurang tertangani atau bahkan terabaikan. Filosofi pendidikan yang

dianut adalah pendidikan sekuler. Dalam hal ini, persoalan aqidah serta

akhlaq sebagai kompetensi yang harus dikembangkan, belum mendapat porsi

yang cukup dalam pendidikan biasa.

Lembaga pendidikan ini diharapkan mampu menjalankan fungsi untuk

membentuk dan memfasilitasi kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual

siswa-siswi SMK-IT tanpa menghilangkan fitrah kemanusiaannya. Model

pendidikan semacam ini, dilaksanakan dengan memadukan dan

mengintegrasikan nilai-nilai ajaran Islam dan pengetahuan, serta

keterampilan life skill. Dengan demikian maka lembaga pendidikan ini

diharapkan menjadi small Islamic environment. Dengan dasar pemikiran ini

maka diperlukan adanya sebuah Sekolah Menengah Kejuruan Islam Terpadu

(SMK-IT)

3
RAHASIA

Format pendidikan nasional yang sudah bergulir puluhan tahun, ternyata

belum juga mampu melahirkan manusia-manusia Indonesia yang

bertanggung jawab, jujur, dan memiliki integritas yang tinggi. Yang terjadi

justru sebaliknya, moral bangsa semakin terperosok ke dalam kubangan

lumpur. Indonesia kini telah menjadi bangsa yang dikenal sebagai negara

dengan tingkat korupsi, tingkat kerusakan lingkungan, tingkat kriminalitas,

penggunaan narkoba dan penghutang tinggi di dunia. Semua itu terjadi

karena format pendidikan yang diterapkan di negeri kita telah mengalami

ketimpangan kurikulum. Pada sektor pendidikan umum terjadi "sekularisasi

pendidikan", yang memisahkan pendidikan umum dari pendidikan agama

yang sesungguhnya sarat dengan pesan-pesan moral. Sementara di sektor

pendidikan agama yang banyak diselenggarakan dalam institusi madrasah

atau pesantren terjadi "sakralisasi" yakni, muatan-muatan agama yang seolah

"tidak peduli" dengan apa yang terjadi dan berkembang di dunia. Jadilah

mereka murid-murid yang mengetahui ilmu agama, tetapi gagap dalam

beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari yang sarat dengan perubahan dan

perkembangan ilmu dan teknologi.

Mengejar kualitas pendidikan merupakan salah satu syarat dalam

mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. Pemerintah dan masyarakat

hendaknya berusaha memberdayakan warga negara untuk menjadi manusia

yang berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang menerapkan

nilai-nilai moral dan demokratis dalam kehidupan masyarakatnya, yang sadar

4
RAHASIA

akan hak dan kewajibannya sebagai seorang warga negara. Pendidikan

berkualitas bukan hanya menghasilkan kader pemimpin bangsa tetapi juga

menghasilkan kader pemimpin yang menguasai ilmu pengetahuan dan

mengembangkannya. Dalam konteks itulah format Sekolah Islam Terpadu

mencoba meretas jalan membangun pendidikan berkualitas dengan berupaya

mengintegrasikan berbagai komponen dan kekuatan yang diharapkan mampu

membentuk bangunan pendidikan yang kokoh dan efektif.

B. Sekolah Menengah Kejuruan Islam Terpadu (SMKIT) Nurul Qolbi

Sekolah Menengah Kejuruan Islam Terpadu (SMKIT) Nurul Qolbi adalah

sekolah menengah kejuruan kelompok Bisnis & Manajemen, berada dibawah

naungan Yayasan Sofwatul Qolbi yang beralamat di Jl. Raya Tarumajaya Kp.

Bogor Ds. Pusaka Rakyat Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi 17214. Sejak awal

berdiri pada tahun 2009, SMKIT Nurul Qolbi telah memantapkan diri

menjadi sekolah yang berstandar nasional bahkan internasional.

SMKIT Nurul Qolbi memfokuskan diri bagaimana mencetak dan

mengembangkan potensi siswa yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM)

yang profesional dalam bidangnya dan membentuk generasi yang cendikia

dan beradab dalam menghadapi perkembangan zaman. Oleh sebab itu

SMKIT Nurul Qolbi terus melangkah dan meningkatkan keunggulan-

keunggulan dalam berbagai bidang yang ada di berbagai lini sekolah.

Dalam bidang pendidikan, SMKIT Nurul Qolbi memiliki misi yang

diharapkan dapat dicapai dengan berdirinya sekolah tersebut. Misi tersebut

5
RAHASIA

adalah menjadikan lembaga pendidikan terdepan dalam mempersiapkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan secara

komprehensif, unggul dalam prestasi dan luhur dalam pekerti, yang sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga menjadi generasi yang diharapkan

oleh agama, bangsa dan negara.

C. Karakteristik Siswa

1. Taat kepada ajaran agama Islam

2. Memiliki identitas ke Islaman yang kental

3. Memiliki kemandirian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya

4. Unggul dalam prestasi, bertanggung jawab dan berakhlak mulia

Berikut ini adalah identitas siswa SMKIT Nurul Qolbi yang menjadi subjek

studi kasus :

1. Nama Lembaga : SMKIT Nurul Qolbi

2. Tujuan utama : Memberikan Intervensi Psikologi

3. Alamat : Jl. Raya Tarumajaya Kp. Bogor Ds. Pusaka

Rakyat Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi 17214

4. Kepala Sekolah : SYAMSURIZAL, SE.I

5. Bimbingan dan Konseling : Basri, S.Pd

6. Jumlah peserta aktif : 3 Siswa

7. Karakteristik peserta : Peserta adalah siswa kelas XI berusia 17 tahun

8. Jenis kasus kelompok : Perilaku melawan guru dalam bentuk geng

9. Tanggal Pelaksanaan : 02 Januari 2012 s/d 10 Februari 2012

6
RAHASIA

10 Calon Psikolog : Novy Prawulan, S.Psi

I. PERMASALAHAN

Kasus ini terjadi pada sekelompok siswa kelas XI SMKIT Nurul Qolbi,

mereka memiliki perilaku melawan guru dalam bentuk konformitas dengan

teman sebaya (geng), yaitu kecenderungan akan adanya perubahan keyakinan

atau tingkah laku seseorang sebagai hasil dari tekanan kelompok, baik secara

nyata maupun tidak nyata. Hal ini terlihat dari kecenderungan siswa untuk selalu

menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari

celaan atau keterasingan. Akan tetapi pada kasus ini, hanya diambil tiga orang

saja. Diantara mereka bertiga memiliki kesamaan karakter yang disebabkan

kepercayaan diri yang rendah, konsep diri negatif serta kecerdasan emosi yang

lemah. Dalam kasus ini para siswa mengelompokkan diri dalam bentuk geng dan

mempengaruhi teman-teman sekolah lainnya untuk melakukan protes kepada

pihak sekolah. Mereka merasa fasilitas yang diberikan oleh sekolah belum

memadai dan tidak sesuai dengan harapan mereka, sehingga mereka

mempengaruhi teman lainnya dan membuat kegiatan protes dengan tidak mau

masuk kelas saat jam pelajaran. Jika salah satu dari siswa berselisih paham

dengan guru dan tidak menyukai guru tertentu, maka siswa tersebut akan

mempengaruhi teman lainnya untuk membenci guru tersebut dan membuat ulah

saat guru tersebut mengajar di kelas.

7
RAHASIA

Melalui intervensi ini diharapkan siswa akan memiliki kepercayaan diri dan

konsep diri yang positif serta peningkatan dalam kecerdasan emosi, sehingga

dapat mengambil keputusan secara mandiri dan bertanggung jawab serta dapat

memiliki hubungan positif dengan lingkungan, baik dengan guru dan jajaran

pendidik di sekolah maupun dalam berhubungan sosial dengan teman sebaya.

II. TUJUAN PEMERIKSAAN

Tujuan umum dari intervensi ini adalah memberikan pengetahuan dan

pemahaman kepada tiga orang siswa yang duduk di kelas XI Sekolah Menengah

Kejuruan Islam Terpadu Nurul Qolbi agar dapat meningkatkan kepercayaan diri

dan menanamkan konsep diri positif serta kemandirian dalam diri siswa agar

dapat bertanggung jawab dengan keputusannya, dapat menyampaikan pendapat

dengan baik, sesuai aturan tanpa rasa egoisme dan emosi serta memiliki

hubungan positif dengan lingkungan, baik dengan guru dan jajaran pendidik di

sekolah maupun dalam berhubungan sosial dengan teman sebaya. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan kemampuan dalam mengekspresikan emosi

b. Mengembangkan kemampuan dalam mengekspresikan pendapat

c. Mempelajari keragaman interaksi sosial

III. MANFAAT KEGIATAN

a. Meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian dalam pengambilan keputusan

serta bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dipilih

8
RAHASIA

b. Mampu mengekspresikan emosi dan pendapat secara tepat

c. Mampu berinteraksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah dengan baik

dan saling menghargai dan menghormati.

IV. PROSEDUR EVALUASI

Dalam jadwal kegiatan ini, CP melakukan 30 kali pertemuan dengan total

jam pemeriksaan sebanyak 188 jam. Pemeriksaan psikologis dimulai dari tanggal

02 Januari 2012 sampai dengan tanggal 10 Februari 2012 dengan rincian sebagai

berikut :

Tabel VII.1
Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
Senin/02 Januari 2012 08.00-12.00 - Perkenalan dengan Pihak Sekolah
(4 jam) - Alloanamnesa (guru BK)
- Alloanamnesa (Wali Kelas)
- Observasi lingkungan sekolah
- Supervisi oleh dosen pembimbing
Selasa/03 Januari 2012 08.00-15.00 - Alloanamnesa (wali kelas)
(7 jam) - Alloanamnesa (Guru Kurikulum)
- Perkenalan dengan siswa (D, G dan Y)
- Pembinaan Raport
- Autoanamnesa (D, G dan Y)
- Observasi Siswa (D, G dan Y)
- Diskusi dan sharing tentang masalah yang
dihadapi siswa di sekolah
Rabu/04 Januari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa individual (Siswa D)
(7 jam) - Autoanamnesa individual (Siswa G)
- Autoanamnesa individual (Siswa Y)
- Pengisian biodata dan DCM secara
klasikal
- Pengisian Tes RMIB secara klasikal
- Observasi Kelompok
- Alloanamnesa (Guru BK)
- Skoring dan Interpretasi Hasil Tes
Kamis/05 Januari 2012 08.00-15.00 - Persiapan Tes Psikologi
(7 jam) - Pemeriksaan Psikologis :
Tes Grafis (BAUM, DAM, HTP Test)
- Observasi kelompok saat tes

9
RAHASIA

- Psikogames
- Observasi kelompok di kelas
- Observasi kelompok saat Olahraga
- Skoring dan Interpretasi Hasil Tes
Jum’at/06 Januari 2012 08.00-12.00 - Persiapan Tes Psikologi
(4 jam) - Pemeriksaan Psikologis : Tes EPPS secara
klasikal
- Autoanamnesa individual (Siswa D)
- Autoanamnesa individual (Siswa G)
- Autoanamnesa individual (Siswa Y)
- Autoanamnesa Kelompok
- Alloanamnesa (Wali Kelas)
Senin/09 Januari 2012 08.00-15.00 - Observasi kelompok saat Upacara
(7 jam) - Observasi kelompok di kelas
- Observasi kelompok saat istirahat
- Alloanamnesa (Wali Kelas)
- Alloanamnesa (Guru Manajemen)
- Psikogames
Selasa/ 10 Januari 2012 08.00-15.00 - Persiapan Tes
(7 jam) - Pemeriksaan Psikologis : Tes IST secara
klasikal
- Skoring dan Interprestasi Hasil Tes
- Observasi kelompok di kelas
- Psikogames
Rabu/11 Januari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa individual (Siswa D)
(7 jam) - Autoanamnesa individual (Siswa G)
- Autoanamnesa individual (Siswa Y)
- Observasi kelompok di kelas
- Intervensi Individual (Siswa D)
Kamis/12 Januari 2012 08.00-15.00 - Observasi kelompok saat Olahraga
(7 jam) - Observasi kelompok di kelas
- Observasi kelompok saat istirahat
- Psikogames
- Autoanamnesa individual (Siswa G)
- Intervensi Individual (Siswa G)

Jum’at/13 Januari 2012 08.00-12.00 - Autoanamnesa Kelompok


(4 jam) - Psikogames
- Intervensi Individual (Y)
- Observasi kelompok di kelas
Senin/16 Januari 2012 08.00-15.00 - Observasi kelompok saat Upacara
(7 jam) - Observasi kelompok di kelas
- Alloanamnesa (Guru BK)
- Alloanamnesa (Guru Bahasa Inggris)
- Psikogames
Selasa/17 Januari 2012 08.00-15.00 - Persiapan Tes Psikologi

10
RAHASIA

(7 jam) - Pemeriksaan Psikologis : Tes WBIS


secara individual (Siswa D)
- Pemeriksaan Psikologis : Tes WBIS
secara individual (Siswa G)
- Pemeriksaan Psikologis : Tes WBIS
secara individual (Siswa Y)
- Skoring dan interpretasi tes psikologi
Rabu/ 18 Januari 2012 08.00-15.00 - Observasi kelompok di kelas
(7 jam) - Intervensi Kelompok I (Tema : landasan
berteman dan sahabat yang baik)
Kamis/19 Januari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Psikogames
- Observasi kelompok saat istirahat
Jum’at/20 Januari 2012 08.00-12.00 - Alloanamnesa (Teman Kelas : C)
(4 jam) - Psikogames
Senin/23 Januari 2012 08.00-15.00 - Psikogames
(7 jam) - Intervensi Kelompok II (Tema : Landasan
Perilaku Etis)
Selasa/24 Januari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Psikogames
- Intervensi Kelompok III (Tema :
Kematangan Emosi)
- Observasi kelompok di kelas
Rabu/25 Januari 2012 08.00-15.00 - Observasi kelompok di kelas
(7 jam) - Autoanamnesa kelompok
- Intervensi Kelompok IV (Tema :
Kematangan Intelektual)
Kamis/26 Januari 2012 08.00-15.00 - Observasi kelompok saat istirahat
(7 jam) - Psikogames (mengisi lembar vektor
kekuatan kelemahan)
Jum’at/27 Januari 2012 08.00-12.00 - Alloanamnesa (Teman Kelas : Ad)
(4 jam) - Psikogames
Senin/30 Januari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Intervensi Kelompok V (Tema :
Kesadaran Tanggung Jawab Sosial)
Selasa/31 Januari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Intervensi Kelompok VI (Tema :
Kesadaran Gender)
Rabu/01 Februari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Intervensi Kelompok VII (Tema :
Perkembangan Diri)
Kamis/02 Februari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok

11
RAHASIA

- Intervensi Kelompok VIII (Tema :


Kemandirian Perilaku Ekonomi dan
pembahasan Sekolah sambil Bekerja)
Jum’at/03 Februari 2012 08.00-12.00 - Autoanamnesa kelompok
(4 jam) - Psikogames (Varian Yel-yel)
Senin/06 Februari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Intervensi Kelompok IX (Tema :
Wawasan dan Kesiapan Karir)
Selasa/07 Februari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Intervensi Kelompok X (Tema :
Kematangan Hubungan dengan Teman
Sebaya)
Rabu/08 Februari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Intervensi Kelompok XI (Tema : Kesiapan
Diri untuk Menikah dan Berkeluarga)
Kamis/09 Februari 2012 08.00-15.00 - Autoanamnesa kelompok
(7 jam) - Observasi kelompok
- Pembahasan Intervensi Kelompok I-XI
Jum’at/10 Februari 2012 08.00-12.00 - Autoanamnesa kelompok dan perpisahan
(4 jam) dengan siswa
- Perpisahan dengan pihak sekolah
- Supervisi oleh dosen pembimbing
Total Jam Praktek 188 jam

V. INSTRUMEN PSIKOLOGI YANG DIGUNAKAN

Untuk membantu CP dalam melakukan pemeriksaan psikologis, guna

menggali permasalahan secara lebih mendalam, CP menggunakan instrumen :

A. Observasi

12
RAHASIA

Kegiatan observasi dilakukan sebagai strategi pengukuran CP untuk melihat

perilaku siswa secara umum, selama pemeriksaan psikologi berlangsung, melihat

bagaimana hubungan siswa dengan teman-teman lain di sekolah dan bagaimana

lingkungan siswa di kelas dan sekolah. Sedangkan tujuan dari observasi adalah

menyediakan sejumlah catatan dan kejadian-kejadian dalam periode waktu

tertentu, memberikan informasi tentang variabel situasional dan interaksi yang

dilibatkan dalam tingkah laku subyek serta membantu mengidentifikasi pola-pola

tingkah laku subyek terkait dengan permasalahan yang dialami oleh siswa, yaitu

konformitas teman sebaya dalam bentuk kelompok geng.

B. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan kepada siswa baik secara individual maupun

kelompok (autoanamnesa), wali kelas, dan guru BK. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data mengenai riwayat hidup siswa, perkembangan kepribadian,

prestasi belajar, kelebihan dan kelemahannya, serta permasalahan yang dihadapi

siswa meliputi keadaan emosinya, hubungan sosial dengan lingkungan

sekitarnya, dan hubungan dengan keluarganya serta pemahaman siswa terhadap

masalah-masalah akademik dan sosial.

C. DCM (Daftar Cek Masalah)

Pemberian daftar cek masalah ini betujuan untuk melihat masalah-masalah

yang menonjol yang terdapat pada diri subyek secara umum. Daftar cek masalah

ini selanjutnya diharapkan dapat membantu pemeriksa dalam meninjau lebih

13
RAHASIA

lanjut masalah yang dirasakan subyek dan dapat dijadikan bahan dasar panduan

observasi dan alloanamnesa

D. Tes IST

Tes CPM digunakan oleh CP karena permasalahan yang di alami oleh para

siswa berkaitan dengan aspek inteligensi dimana prestasi belajar siswa rendah

dan daya konsentrasi yang kurang

E. Tes WBIS

Tes WBIS digunakan oleh CP sebagai battery test, karena permasalahan yang

di alami oleh siswa berkaitan dengan aspek inteligensi

F. Tes EPPS

Tes EPPS digunakan oleh CP karena permasalahan yang dialamai oleh para

siswa berkaitan dengan motivasi berprestasi dan motivasi dalam berhubungan

sosial dengan lingkungannya.

G. Tes Grafis (Tes BAUM, DAM dan HTP)

Digunakan untuk melihat gambaran pribadi subjek, melihat adanya

kecemasan dalam diri subjek serta kemampuan subjek dalam bersosialisasi di

lingkungan masyarakat maupun keluarga

VI. OBSERVASI

Dalam melakukan observasi, CP menggunakan kerangka observasi sebagai

pedoman dalam melakukan pemeriksaan psikologis sekaligus sebagai acuan

dalam melihat simptom-simptom yang muncul pada diri subjek terkait

14
RAHASIA

permasalahan yang dihadapi oleh siswa, yaitu perilaku konformitas terhadap

teman sebaya dalam bentuk kelompok geng (Kerangka Observasi terlampir).

A. OBSERVASI LINGKUNGAN

1. Kondisi Fisik SMKIT Nurul Qolbi

Sekolah Menengah Kejuruan Islam Terpadu (SMKIT) Nurul Qolbi

adalah sekolah menengah kejuruan kelompok Bisnis & Manajemen serta

Teknik Automotif yang berada dibawah naungan Yayasan Sofwatul

Qolbi yang beralamat di Jl. Raya Tarumajaya Kp. Bogor Ds. Pusaka

Rakyat Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi 17214. Sejak awal berdiri pada

tahun 2009, SMKIT Nurul Qolbi telah memantapkan diri menjadi sekolah

yang berstandar nasional bahkan internasional.

Bangunan sekolah merupakan gedung bertingkat dua, dengan dua

kelas di lantai dasar, serta tujuh kelas di lantai dua. Ruang guru, ruang

laboratorium teknik serta ruang laboratorium komputer terletak di lantai

dasar. Terdapat sebidang tanah di lokasi depan yang berfungsi sebagian

berfungsi sebagai garasi teknik automotif dan sebagian lagi berfungsi

untuk tempat kegiatan upacara bendera setiap hari senin. Untuk

menambah rasa nyaman bagi siswa, sekolah dilengkapi dengan 4 buah

toilet di lantai dasar , tempat ibadah berupa masjid di sebelah kanan

gedung sekolah serta kantin yang berada di bagian samping kiri dari

gedung sekolah.

2. Observasi Kegiatan Belajar di SMKIT Nurul Qolbi

15
RAHASIA

a. Kegiatan belajar di SMKIT Nurul Qolbi dilaksanakan pada hari Senin

hingga Jum’at pada pukul 07.00 – 15.00 WIB

b. Kegiatan praktikum automotif dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan

dilaksanakan pada hari Sabtu pada pukul 08.00 – 13.00 WIB.

3. Orientasi Masalah

a. Siswa memerlukan intervensi dikarenakan beberapa sebab,

diantaranya adalah dengan alasan sebagai berikut:

1) Dalam melakukan hubungan sosialisasi dengan teman sebaya,

beberapa siswa bergabung dalam kelompok geng yang melakukan

kegiatan yang dianggap tidak bermanfaat dan cenderung negatif,

seperti berkumpul di luar kelas dan mengobrol saat jam pelajaran,

melakukan aksi protes kepada pihak pendidik di SMKIT Nurul

Qolbi dengan mempengaruhi teman kelas lainnya agar

meninggalkan ruang kelas dan meninggalkan jam pelajaran

2) Dalam memberikan pendapat yang berkaitan dengan pelajaran

kepada para pendidik, siswa dianggap tidak sopan karena

menggunakan kata-kata kasar dan bersikap tidak menghargai guru

3) Dalam bertindak, para siswa sangat dipengaruhi oleh emosi yang

tidak stabil dan lebih sering menggunakan ejekan kepada guru

baik secara terang-terangan ataupun dengan menyebarkan

informasi yang berlebihan kepada teman sebaya lainnya.

16
RAHASIA

b. Pendidik dan staf terkait di SMKIT Nurul Qolbi memandang

intervensi psikologi perlu diberikan, dengan beberapa alasan :

1) Agar proses belajar mengajar lebih terkontrol

2) Menyadarkan siswa akan pentingnya mengontrol emosi dan

menyampaikan pendapat dengan baik

3) Mengarahkan siswa agar dapat menjalin hubungan sosial dengan

lingkungan yang selaras, harmonis dan saling menghormati

4) Mengarahkan siswa agar memiliki kemandirian dan kestabilan

emosi serta motivasi positif pada bidang akademik.

B. OBSERVASI SISWA

Kegiatan observasi dilakukan untuk melihat siswa secara umum, selama

pemeriksaan psikologi berlangsung, melihat bagaimana hubungan siswa

dengan wali kelas, guru dan teman-teman di sekolah. Hal ini dilakukan

dengan tujuan agar CP dapat mengamati beberapa hal yang terjadi dalam

kehidupan siswa sehari-harinya, seperti penampilan fisik, perilaku saat

berinteraksi sosial di sekolah, kemandirian, keadaan emosi, maupun

informasi lain yang dapat mendukung pemeriksaan psikologis.

17
RAHASIA

1. Observasi Kelompok

Selama para siswa mengikuti rangkaian pemeriksaan psikologis,

mereka sangat terbuka dan ramah menerima CP di lingkungan mereka.

Mereka secara terbuka mau bercerita mengenai kehidupan pribadi mereka

di rumah maupun menceritakan gambaran kehidupan mereka selama di

sekolah. Pada awal pertemuan, mereka sempat memberikan reaksi

menutup diri dan bersikap hati-hati dalam berbicara karena merasa takut

dilaporkan kepada pihak sekolah. Setelah diberi perngertian bahwa semua

hal yang terjadi selama pemeriksaan psikologis bersifat rahasia, mereka

lalu bersikap terbuka dan mengaku senang karena dapat berdiskusi

masalah sekolah tanpa diketahui oleh guru. Penampilan fisik mereka

terlihat rapi, mereka memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah

dan memakai jilbab dengan rapi.

2. Observasi Individual Siswa

a. Penampilan awal dan saat perkenalan dengan siswa D

Saat awal perkenalan, D memakai seragam kemeja putih berlengan

panjang serta rok panjang berwarna abu-abu. D memakai jilbab dan

kacamata dalam kesehariannya. Saat awal perkenalan, D terlihat

bingung saat dipanggil oleh guru BK untuk bertemu dengan CP. D

terlihat lebih banyak diam dan hanya tersenyum jika CP mengajaknya

bercanda.

b. Penampilan awal dan saat perkenalan dengan siswa G

18
RAHASIA

Saat awal perkenalan, G menggunakan pakaian seragam kemeja

lengan panjang berwarna putih, rok panjang berwarna abu-abu, serta

menggunakan jilbab. Saat pertama kali bertemu, G bersikap ramah

dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh CP dengan agak

malu-malu. Pada saat perkenalan, G tidak banyak melakukan kontak

mata dengan CP saat diajak berkomunikasi. Ia lebih banyak

menjawab sambil menundukkan kepala.

c. Penampilan awal dan saat perkenalan dengan siswa Y

Saat awal perkenalan, Y menggunakan pakaian seragam kemeja

lengan panjang berwarna putih, rok panjang berwarna abu-abu,

memakai jilbab serta tidak menggunakan kacamata dalam

kesehariannya. Saat awal bertemu, Y bersikap ramah, namun hati-hati

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh CP. Ia juga

memperlihatkan sikap curiga kepada CP karena menganggap CP

bekerjasama dengan guru untuk menggali kehidupan pribadi. Hal ini

terlihat saat ia menanyakan maksud dan tujuan CP di sekolah dan

mengapa mereka adalah siswa yang dipilih oleh sekolah. Ia juga

sempat enggan menjawab dan memberikan alasan takut pihak guru

mengetahui kehidupan pribadinya.

3. Observasi Saat Berada di Sekolah

a. Observasi Kelompok

19
RAHASIA

Para siswa merupakan teman satu kelas, dalam kelas terdapat empat

barisan tempat duduk dan berisi 40 siswa. D duduk di posisi tengah

pada barisan kedua, G duduk di posisi paling belakang pada barisan

pertama, sedangkan Y duduk persis di belakang posisi duduk D. Di

kelas, mereka sering berkomunikasi menggunakan kertas, pada jam-

jam pelajaran tertentu, mereka akan keluar kelas secara bergantian

dan tidak mengikuti pelajaran. Mereka berkumpul di dekat kantin dan

mengobrol. Ketika ditanya alasannya, mereka menjawab karena tidak

suka dengan guru mata pelajaran tersebut. Mereka menganggap guru

tersebut terlalu berlebihan dalam mengajar. Saat upacara atau

kegiatan olahraga, mereka cenderung bergabung dengan kelompok

mereka dan cenderung tidak menghiraukan teman lain yang bukan

merupakan kelompok geng mereka.

b. Observasi Individu

1) Observasi siswa D

D terlihat malas mencatat jika berada di dalam kelas, ia juga

terlihat mudah bosan dengan pelajaran yang diberikan. Ia lebih

suka mengobrol dengan teman di sebelahnya atau berkomunikasi

dengan G dan Y dengan menggunakan kertas. Saat salah satu dari

teman geng nya meninggalkan kelas, D terlihat mengikuti mereka

dan memberikan alasan kepada guru ingin pergi ke toilet.

2) Observasi siswa G

20
RAHASIA

Dalam kelas, G terlihat pendiam dan tidak banyak mengobrol

dengan teman lainnya. Ia hanya mengobrol jika diajak berbicara

oleh teman gengnya. Saat temannya tidak mengajak mengobrol, ia

terlihat tekun mendengarkan penjelasan guru dan mencatat

pelajaran. Namun, saat kedua temannyameninggalkan kelas, ia

lalu mengikuti mereka dan tidak kembali lagi ke kelas hingga jam

mata pelajaran tertentu selesai.

3) Observasi siswa Y

Dalam kelompok gengnya, Y merupakan pemimpin yang diikuti

perilakunya oleh teman-temannya. Saat ia merasa bosan dengan

pelajaran tertentu atau merasa tidak suka dengan gurunya, maka ia

akan membolos pelajaran tersebut dan memilih untuk keluar kelas

untuk jajan atau mengobrol dengan teman lainnya. Oleh karena

itu, jika sudah merasa bosan, maka ia akan mengajak teman-

temannya keluar kelas secara bergantian.

4. Observasi Saat Melakukan Tes Psikologi

a. Observasi Tes IST secara klasikal

Selama tes berlangsung, para siswa dapat bekerja sama dengan CP.

Mereka mau mengerjakan tes sesuai dengan instruksi yang diberikan.

Mereka sempat menyampaikan keluhan saat mengerjakan soal

berhitung dan deret angka karena merasa waktu yang diberikan sangat

terbatas dan soal yang diberikan sangat sulit dikerjakan, namun secara

21
RAHASIA

umum, mereka dapat mengerjakan dengan baik, tanpa berusaha untuk

mencontek atau bekerja sama dan mengerti seluruh instruksi yang

diberikan.

b. Observasi Tes WBIS secara individual pada siswa D

Secara umum, D dapat memahami instruksi dengan baik dan bersedia

mengerjakan semua subtes yang diberikan dengan sikap yang baik. Ia

terlihat banyak mengalami kesulitan pada subtes yang membutuhkan

kemampuan verbal, terutama pada subtes digit span dan arithmatic.

Dalam mengerjakan soal yang membutuhkan kemampuan

performance, ia cenderung dapat mengerjakan dengan baik dan cepat,

terutama pada saat mengerjakan subtes digit symbol dan juga object

assembly.

c. Observasi Tes WBIS secara individual pada siswa G

Secara umum, G dapat memahami instruksi dengan baik dan bersedia

mengerjakan semua subtes yang diberikan dengan sikap yang baik. Ia

terlihat banyak mengalami kesulitan pada subtes yang membutuhkan

kemampuan verbal, terutama pada subtes information dan

comprehension. Dalam mengerjakan soal yang membutuhkan

kemampuan performance, ia cenderung dapat mengerjakan dengan

baik dan cepat, terutama pada saat mengerjakan subtes block design

dan object assembly.

d. Observasi Tes WBIS secara individual pada siswa Y

22
RAHASIA

Secara umum, Y dapat memahami instruksi dengan baik dan bersedia

mengerjakan semua subtes yang diberikan dengan sikap yang baik. Ia

terlihat banyak mengalami kesulitan pada subtes yang membutuhkan

kemampuan verbal, terutama pada subtes information dan

comprehension. Dalam mengerjakan soal yang membutuhkan

kemampuan performance, ia cenderung dapat mengerjakan dengan

baik dan cepat, terutama pada saat mengerjakan subtes block design

dan object assembly.

e. Observasi Tes EPPS secara klasikal

Pada saat diberikan instruksi, para siswa terlihat memperhatikan CP

dengan baik dan mengangguk-anggukan kepala tanda bahwa mereka

mengerti dengan instruksi yang diberikan oleh CP. Mereka

memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjawab hampir semua

peryataan yang ada. Pada pernyataan-pernyataan awal, 1-75, mereka

selalu berhenti pada tiap soal yang ada untuk memperhatikan dan

berfikir cukup lama sebelum memilih sebuah jawaban. Pada

pernyataan yang ke 76 (bagian kedua), mereka diberi instruksi kedua

yang intinya : percepat kerjaan dan dalam menjawab harus spontan

dan jangan banyak pertimbangan. Setelah pemberian instruksi

tersebut, mereka dapat bekerja lebih cepat lagi.

f. Observasi Tes Grafis secara klasikal

1) Tes BAUM

23
RAHASIA

a) Tes BAUM siswa D

Pada awalnya D mengatakan malu jika hasil gambarnya jelek,

namun setelah dijelaskan maksud dan tujuan melakukan tes ini, ia

pun menyetujui dan mulai menggambar. Gambar yang pertama

kali dibuat adalah batang dan stambasis, lalu mahkota, dahan,

daun, buah dan kemudian menggambar akar paling akhir. Ia

menggambar dengan posisi duduk membungkuk sambil sesekali

meletakkan kepala di atas meja dan berbisik kepada teman di

sebelahnya. Setelah selesai menggambar pohon, ia menggambar

arsiran di sebelah kanan dan kiri mahkota dan mengatakan kalau

pohon yang dibuat adalah gambar pohon mangga.

b) Tes BAUM siswa G

G tidak menolak saat diminta menggambar dan dapat

memahami instruksi yang diberikan oleh CP. Gambar yang

pertama kali dibuat adalah batang dan cabang, lalu dahan dan

daun, kemudian menggambar buah paling akhir. Ia menggambar

dengan posisi duduk tegak dan santai sambil sesekali meletakkan

kepala di atas meja. Dalam gambar terlihat gambar yang dibuat

sangat kecil dan letaknya di atas bagian kiri.

c) Tes BAUM siswa Y

Pada awalnya Y bertanya untuk apa kegiatan tes ini dan

mengatakan bahwa ia tidak bisa menggambar, namun setelah

24
RAHASIA

dijelaskan maksud dan tujuan melakukan tes ini, akhirnya ia

menyetujui dan mulai menggambar. Gambar yang pertama kali

dibuat adalah batang, cabang dan stambasis, lalu mahkota dan

dahan dan kemudian akar paling akhir. Ia menggambar dengan

posisi duduk membungkuk sambil menutupi hasil gambarnya.

Reaksi ketika CP ingin melihat gambarnya adalah menolak dan

mengatakan bahwa ia malu jika gambarnya dilihat oleh CP. Dalam

gambar terlihat tidak banyak menggunakan hapusan, namun

banyak menggunakan arsiran pada bagian mahkota dan stambasis.

2) Tes DAM

a) Tes DAM siswa D

Aktifitas menggambar dilakukan mulai dari gambar kepala,

badan, tangan dan kaki. Pada saat menggambar, posisi tubuh D

sedikit membungkuk dan tangan sebelah kiri ditopang ke kepala.

Beberapa kali ia terlihat meletakan kepala di meja dan terus

menggambar. Pada saat menggambar terlihat menggunakan

banyak arsiran (shading) dan membutuhkan waktu yang cukup

lama dibandingkan dengan temannya yang lain saat mengerjakan

tes ini.

b) Tes DAM siswa G

Aktifitas menggambar dilakukan mulai dari gambar kepala,

badan dan tangan. Pada saat menggambar, posisi tubuh G sedikit

25
RAHASIA

membungkuk. Beberapa kali ia terlihat meletakan kepala di meja

dan terus menggambar. Pada saat menggambar terlihat

menggunakan banyak arsiran (shading) dan ia membutuhkan

waktu yang cukup lama saat mengerjakan tes ini. Gambar yang

dibuat juga terlihat tidak lengkap. Saat diberi instruksi untuk

melengkapi gambar, ia menolak dan mengatakan tidak bisa

menggambar kaki dan badan yang lengkap.

c) Tes DAM siswa Y

Aktifitas menggambar dilakukan mulai dari gambar kepala,

badan, tangan dan kaki. Pada saat menggambar, posisi tubuh

duduk membungkuk dan menutupi hasil gambarnya. Beberapa

kali ia terlihat meletakan kepala di meja dan terus menggambar.

Pada saat menggambar terlihat tidak menggunakan banyak arsiran

(shading) dan membutuhkan waktu yang sebentar saat

mengerjakan tes ini. Gambar yang dibuat juga terlihat tidak

lengkap. Saat diberi instruksi untuk melengkapi gambar, ia

menolak dan mengatakan tidak bisa menggambar kaki dan

baginya, gambar tersebut sudah lengkap.

3) Tes HTP

a) Tes HTP siswa D

D mulai aktivitas dengan menggambar rumah, pohon dan

terakhir adalah menggambar orang. Ia menggambar 3 orang yang

26
RAHASIA

berada di antara rumah dan pohon. Setelah selesai menggambar

rumah, pohon dan orang, kemudian melanjutkan dengan membuat

arsiran di bawah gambar rumah. Ketika ditanya, ia menjawab

bahwa itu adalah tanah yang ada di sekitar rumah. Ia juga

menggambar arsiran di bawah gambar pohon. Suasana yang ada

pada gambar adalah suasana gembira saat sedang bercengkrama

dengan teman-teman. Pada saat menggambar, terlihat sering

menggunakan arsiran, terutama pada saat menggambar orang.

b) Tes HTP siswa G

G mulai aktivitas dengan menggambar pohon, rumah dan

terakhir adalah menggambar orang. Ia menggambar orang dan

rumah berada di atas pohon. Setelah selesai menggambar rumah,

pohon dan orang, kemudian melanjutkan dengan membuat arsiran

di bawah gambar pohon. Ketika ditanya, ia menjawab bahwa itu

adalah tanah yang ada di sekitar pohon. Suasana yang ada pada

gambar adalah suasana saat sedang membaca buku di dalam

rumah pohon. Pada saat menggambar, G terlihat sering

menggunakan arsiran, terutama pada saat menggambar pohon.

c) Tes HTP siswa Y

Selama menggambar, Y berusaha menutupi hasil gambarnya

dengan alasan malu akan gambarnya. Ia mulai aktivitas dengan

menggambar pohon, rumah dan terakhir adalah menggambar

27
RAHASIA

orang. Ia menggambar orang dan rumah berada di atas pohon.

Setelah selesai menggambar rumah, pohon dan orang, kemudian

dilanjutkan dengan membuat ayunan dan beberapa gambar orang.

Suasana yang ada pada gambar adalah suasana saat bermain

ayunan dan karet di rumah. Pada saat menggambar, ia terlihat

sering menggunakan arsiran, terutama pada saat menggambar

pohon. Selain itu ia juga terlihat sering menengok ke arah

temannya dan berdiskusi.

5. Observasi Saat Pengisian DCM (Daftar Cek Masalah)

Pelaksanaan tes DCM dilaksanakan secara klasikal. Para siswa mengisi

biodata dan lembar DCM dengan sikap yang wajar. Saat diberikan

instruksi oleh CP, para siswa dengan mudah memahami dan kemudian

mulai mengerjakan dengan sesekali berbisik pada teman di sebelahnya,

setelah diberi instruksi untuk mengerjakan secara sendiri-sendiri, para

siswa kemudian kembali mengerjakan DCM dengan tekun.

VII. WAWANCARA

A. AUTOANAMNESA

1. Autoanamnesa pada siswa D

D tinggal dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah kandung, ibu

kandung dan satu orang adiknya yang berusia 14 tahun dan sekarang

duduk di bangku SMP. Ayah dan ibu nya sama-sama bekerja, ayahnya

28
RAHASIA

bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sedangkan ibunya bekerja

paruh waktu sebagai guru mengaji dari rumah ke rumah.

Saat diminta untuk menjelaskan permasalah yang dihadapi dalam

kehidupannya, ia menjelaskan bahwa ia merasa tidak puas dengan gaya

mengajar guru di sekolah SMKIT Nurul Qolbi. Ia merasa sering terjadi

ketidakadilan guru terhadap siswa terutama jika antara guru dan siswa

terdapat hubungan keluarga dan ucapan guru sering tidak sesuai dengan

kenyataan yang diharapkan oleh siswa, misalnya pihak sekolah berjanji

untuk membuat perpustakaan yang lengkap serta membuat laboratorium

komputer dan bahasa, namun pada kenyataannya janji-janji tersebut

belum terpenuhi, padahal siswa telah membayar penuh untuk fasilitas-

fasilitas tersebut. Oleh karena itu, ia setuju saat diajak untuk melakukan

berbagai kegiatan protes oleh teman-temannya.

Selain itu D juga mengeluhkan biaya sekolah yang besar, sedangkan

fasilitas sekolah minim, ia juga mengeluhkan dan merasa risih dengan

banyaknya pergaulan bebas dan teman yang berpacaran di luar batas pada

area sekolah namun pihak sekolah seolah membiarkan hal itu terjadi dan

tidak mengambil tindakan tegas pada mereka.

2. Autoanamnesa pada siswa G

G tinggal dengan ibu kandung, ayah tiri dan kedua adik kandungnya

yang berusia 11 tahun dan 7 tahun. Ayah kandung dan ibu kandungnya

bercerai ketika adik bungsunya berusia dua tahun. Sejak dilahirkan G

29
RAHASIA

tinggal dan diasuh oleh kakek dan neneknya yang tinggal di Jogjakarta.

Baru saat usianya menginjak 15 tahun dan saat baru masuk SMK, ia

pindah dengan keluarga ibunya di Bekasi. G mengaku tidak pernah

berkomunikasi dengan ayah kandungnya, sedangkan ibu kandungnya

sering memarahinya di rumah serta berkata kasar kepada anak-anaknya.

G merasa tidak dimengerti oleh ibunya dan seringkali berfikir untuk

keluar dari sekolah dan bekerja serta tinggal kembali bersama kakek

neneknya di Jogjakarta. Ia mengaku merasa tertekan ketika di rumah

karena tidak akur dengan ayah tirinya, sedangkan ibu kandungnya selalu

membela ayah tirinya dan tidak memikirkan perasaannya.

Di sekolah, G mengaku hanya berteman dengan beberapa teman dekat,

mereka bergabung dalam satu kelompok dan ia merasa senang jika

sedang bersosialisasi dengan teman-temannya tersebut.

3. Autoanamnesa pada siswa Y

Y tinggal dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah kandung. Ibu

kandung serta kedua adiknya yang berusia 12 tahun dan 6 tahun.

Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik sedangkan ibunya adalah ibu

rumah tangga yang sesekali bekerja sebagai tukang cuci untuk menambah

penghasilan keluarga. Y memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai buruh

cuci membantu ibunya, ia bekerja untuk meringankan beban ibunya

sebagai tukang setrika sepulang sekolah. Keluarganya berasal dari

keluarga dengan tingkat sosial ekonomi menengah kebawah sehingga

30
RAHASIA

untuk biaya sekolah, mereka harus bekerja membanting tulang. Ia

mengaku bahwa di rumah ayah dan ibunya sering bertengkar hanya

karena masalah uang, ia sering berfikir untuk keluar dari sekolah dan

bekerja agar kedua orangtuanya tidak bertengkar lagi.

Sebenarnya ia merasa kurang percaya diri di sekolah karena ada

teman-teman yang berasal dari keluarga kaya, namun dalam kelompok

gengnya, ia mengaku merasa menjadi orang yang dapat diandalkan.

Ketika teman-temannya mengeluh karena fasilitas sekolah yang tidak

memadai, hanya ia yang berani mengemukakan kepada pihak guru.

B. ALLOANAMNESA

1. Alloanamnesa dengan Guru BK (Bapak B)

Menurut bapak B, para siswa yang tergabung dalam kelompok geng di

sekolah merupakan siswa yang memiliki emosi tidak stabil. Mereka

mudah marah dan menyalurkan amarah mereka dengan cara yang tidak

tepat. Pihak sekolah sudah pernah mengambil tindakan tegas dengan

memanggil orangtua mereka, namun karena orangtua sibuk bekerja, pihak

sekolah hanya berhasil memanggil sebagian saja.

Selain menyalurkan amarah yang tidak tepat, cara mereka

menyampaikan pendapat juga dirasa kurang tepat dan kurang sopan.

Mereka berani menantang guru dan mengajak teman-teman kelas lainnya

untuk membolos meninggalkan pelajaran saat pelajaran berlangsung

31
RAHASIA

karena merasa guru tidak berhasil memenuhi keinginan mereka untuk

menggunakan laboratorium.

2. Alloanamnesa dengan Wali Kelas (Ibu I)

Menurut ibu I, para siswa yang tergabung dalam kelompok geng di

SMKIT Nurul Qolbi memiliki latar belakang yang hampir sama,

diantaranya berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah

kebawah dan memiliki masalah pribadi di rumah.

Ibu I pernah memanggil orangtua dari siswa G, dan diketahui bahwa G

tinggal bersama ayah tiri dan ibu kandungnya. Selama ini G tinggal di

luar kota bersama kakek dan neneknya, hal tersebut yang kemudian

diduga menjadi penyebab G kurang dapat menyesuaikan diri dengan

peraturan di sekolah.

Ibu I pernah mendiskusikan secara baik-baik dengan semua anggota

kelompok geng tersebut, namun mereka kembali protes dan merasa

diperlakukan tidak adil oleh sekolah. Sekolah juga dianggap tidak

memenuhi janji sehingga mereka merasa tidak puas

3. Alloanamnesa dengan Guru Kurikulum dan Keagamaan (Bapak T)

Menurut bapak T, sebenarnya perilaku konformitas dalam bentuk

kelompok geng sudah sering terjadi di SMKIT Nurul Qolbi. Kejadian ini

sudah terjadi secara turun temurun, namun baru akhir-akhir ini hal

tersebut menjadi perhatian lebih bagi pihak sekolah, terutama setelah

32
RAHASIA

adanya kejadian hampir siswa satu kelas membolos bersama karena

merasa tidak puas dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah.

Menurut bapak T, hal lain yang menjadi permasalahan dalam SMKIT

Nurul Qolbi adalah pergaulan bebas yang sering terjadi dilingkungan

sekolah, bahkan beberapa siswa dari anggota kelompok geng

“manajemen” pernah dipergoki menonton video porno bersama di toilet

dari telepon selular. Hal inilah yang kemudian dikhawatirkan akan

menjamur di SMKIT Nurul Qolbi.

4. Alloanamnesa dengan Guru Manajemen Ekonomi (Ibu S)

Menurut ibu S, para siswa yang tergabung dalam kelompok geng

pernah melakukan protes pada saat ibu S mengajar di kelas, namun tidak

sampai meninggalkan kelas. Sebenarnya ibu S dapat menerima dan

mengerti keinginan mereka, namun ibu S menyayangkan cara mereka

menyampaikan pendapat dengan kegiatan atau cara yang kurang baik,

seperti mengejek dan menyindir guru di kelas, mempengaruhi teman yang

lain agar melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan,

misalnya dengan tidak mengerjakan tugas rumah

5. Alloanamnesa dengan Guru Bahasa inggris (Bapak D)

Bapak D menjelaskan kepada CP bahwa tindakan protes yang

dilakukan oleh kelompok geng “manajemen” terjadi saat ia mengajar.

Para siswa mempengaruhi teman satu kelasnya agar tidak masuk dalam

kelas yang dipegang oleh bapak D karena mereka menuntut fasilitas

33
RAHASIA

laboratorium komputeryang dijanjikan oleh pihak sekolah. Persoalan

timbul karena banyak komputer di laboratorium yang rusak sehingga

siswa harus bergantian menggunakan fasilitas tersebut. Untuk

menghindari rasa bising dan tindakan prokrastinasi dari siswa, maka

bapak D memutuskan untuk membatalkan kegiatan di laboratorium. Hal

inilah kemudian yang menjadi alasan para siswa untuk melakukan protes.

6. Alloanamnesa dengan teman kelas I (C)

Menurut C, kelompok geng “manajemen” merupakan kelompok siswi

yang berani malu dan berani berbicara. Jika ada hal yang tidak disenangi

mereka akan bersama-sama melakukan protes. Namun C mengaku,

mereka adalah kelompok yang pilih-pilih teman, jika ada teman yang

memiliki nilai jelek, biasanya menjadi bahan tertawaan mereka.

Terkadang mereka diikuti hanya karena mereka berani melawan guru dan

menyuarakan aspirasi siswa lainnya di saat siswa lain tidak berani

berbicara kepada pihak sekolah.

7. Alloanamnesa dengan teman kelas II (Ad)

Menurut Ad, ia tidak setuju dengan kegiatan protes yang dilakukan

oleh kelompok geng “manajemen” karena selain tidak menyelesaikan

amsalah, geng “manajemen” juga dikenal sebagai kelompok yang suka

mempengaruhi siswa untuk melakukan kegiatan yang tidak baik, seperti

protes kepada guru dan membolos saat jam pelajaran jika dirasa guru

yang mengajar membosankan. Mereka memang tidak pernah melakukan

34
RAHASIA

kekerasan, namun cara yang digunakan dirasa tidak sopan jika dilakukan

kepada pihak guru.

VIII. HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS

A. Hasil Tes IST

1. Tes IST D

D memiliki taraf kecerdasan pada taraf di bawah rata-rata. Ia memiliki

kemampuan yang cukup dalam bidang berpikir secara komprehensif serta

kemampuan daya ingat dan konsentrasi yang baik. Kemampuan

kreatifitas kurang, begitu juga dengan kemampuan dalam kemampuan

numerik dan analisis guna memecahkan permasalahan. Ia memiliki

kemampuan yang cukup dalam bidang bahasa, namun kemampuan dalam

membentuk dan memahami konsep verbal cenderung kurang.

D perlu mengembangkan kemampuan berpikir secara fleksibel dan

kemampuan analisis serta judgment yang akan berpengaruh pada

kemampuannya untuk mengambil keputusan. Di samping itu, ia juga

perlu untuk mengembangkan kemampuannya dalam bidang numerik atau

hal-hal yang berkaitan dengan angka, serta kemampuan untuk

membentuk dan memahami konsep verbal

Pekerjaan yang cocok untuk digeluti adalah pekerjaan-pekerjaan yang

menuntut kemampuan bahasa serta daya ingat dan konsentrasi tinggi

2. Tes IST G

35
RAHASIA

G memiliki taraf kecerdasan pada taraf rata-rata. Ia memiliki

kemampuan yang cukup dalam bidang berpikir secara komprehensif dan

kemampuan daya ingat serta cukup kreatif. Ia juga memiliki kemampuan

yang cukup dalam bidang bahasa dan kemampuan dalam membentuk

juga memahami konsep verbal. G perlu mengembangkan kemampuan

numerik atau menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan angka

dan hitungan serta kemampuan analisis serta judgment yang akan

berpengaruh pada kemampuannya untuk mengambil keputusan.

Pekerjaan yang cocok untuk digeluti adalah pekerjaan-pekerjaan yang

menuntut kemampuan bahasa dan juga kemampuan membentuk serta

memahami konsep verbal, dimana kemampuan tersebut dapat mendukung

komunikasi lisan maupun tulisan.

3. Tes IST Y

Y memiliki taraf kecerdasan pada taraf rata-rata. Ia memiliki

kemampuan yang cukup dalam bidang berpikir secara komprehensif dan

kemampuan daya ingat serta konsentrasinya juga cukup baik. Selain itu

kemampuannya cukup baik dalam bidang bahasa dan dalam memahami

konsep verbal.

Ia perlu mengembangkan kemampuan numerik dan kemampuan

analisis serta daya kreativitas yang akan berpengaruh pada

kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Di samping itu, ia

juga perlu untuk mengembangkan kemampuannya dalam bidang numerik

36
RAHASIA

atau hal-hal yang berkaitan dengan angka, serta kemampuan untuk

memahami konsep verbal

Pekerjaan yang cocok untuk digeluti adalah pekerjaan-pekerjaan yang

menuntut kemampuan bahasa dan juga kemampuan memahami konsep

verbal, dimana kemampuan tersebut dapat mendukung komunikasi secara

lisan dan tulisan.

B. Hasil Tes WBIS

1. Tes WBIS D

Taraf inteligensi umum D berada pada taraf rata-rata (average) sesuai

dengan tingkat perkembangan usia dan pendidikannya dan ia belum

secara maksimal mengaktualisasikan potensi intelektualnya. Selain itu

terlihat adanya penurunan fungsi mental. Ia cenderung lebih mampu dan

berhasil bekerja dalam situasi kongkrit daripada ia harus menggunakan

simbol-simbol abstrak. Wawasan dalam pengetahuan umum dan

penilaian sosialnya sudah cukup berkembang, orientasi terhadap prestasi

akademiknya juga tampak cukup kuat yang kemungkinan disebabkan

oleh motivasi berprestasi yang cukup.

Potensi yang terkait dengan kemampuan asosiatif dan abstraksi terlihat

baik, namun hal ini kurang didukung oleh apresiasi dan minat terhadap

masalah sosial, sehingga ia cenderung kurang mampu untuk

mengantisipasi konsekuensi dari tindakan-tindakannya terutama dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Koordinasi dan organisasi

37
RAHASIA

visual motorik berkembang cukup baik, ia juga cukup mampu untuk

mengenali informasi visual secara tepat serta perhatiannya terhadap detail

khususnya yang terkait dengan masalah keruangan cukup berkembang.

Kemampuan dalam berkonsentrasi tergolong kurang, dan terlihat sangat

kurang terlatih dalam bidang yang memerlukan keterampilan penalaran

matematis.

2. Tes WBIS G

Taraf inteligensi umum G berada pada taraf rata-rata (average) sesuai

dengan tingkat perkembangan usia dan pendidikannya dan sudah secara

maksimal mengaktualisasikan potensi intelektual yang dimilikinya. Ia

tidak menunjukkan adanya penurunan fungsi mental. G cenderung lebih

mampu dan berhasil bekerja dalam situasi kongkrit daripada ia harus

menggunakan simbol-simbol abstrak. Wawasan dalam pengetahuan

umum dan penilaian sosialnya sudah cukup berkembang, orientasi

terhadap prestasi akademiknya juga tampak cukup kuat yang

kemungkinan disebabkan oleh motivasi berprestasi dalam diri yang

cukup. Potensi yang terkait dengan kemampuan asosiatif dan abstraksi

terlihat cukup baik, hal ini didukung pula oleh apresiasi dan minat yang

cukup terhadap masalah sosial, sehingga ia cukup mampu untuk

mengantisipasi konsekuensi dari tindakan-tindakannya terutama dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

38
RAHASIA

Koordinasi dan organisasi visual motorik berkembang cukup baik, ia

juga cukup mampu untuk mengenali informasi visual secara tepat serta

perhatiannya terhadap detail khususnya yang terkait dengan masalah

keruangan cukup berkembang. Kemampuan dalam berkonsentrasi

tergolong cukup baik, cukup tekun, dan ia terlihat cukup terlatih dalam

soal yang membutuhkan penalaran matematis.

3. Tes WBIS Y

Taraf inteligensi umum Y berada pada taraf rata-rata (average) sesuai

dengan tingkat perkembangan usia dan pendidikannya dan ia sudah

secara maksimal mengaktualisasikan potensi intelektualnya. Ia juga tidak

menunjukkan adanya penurunan fungsi mental. Y cenderung lebih

mampu dan berhasil bekerja dalam situasi kongkrit daripada ia harus

menggunakan simbol-simbol abstrak. Wawasan dalam pengetahuan

umum dan penilaian sosialnya belum cukup berkembang, orientasi

terhadap prestasi akademiknya juga tampak kurang kuat yang

kemungkinan disebabkan oleh motivasi berprestasi yang kurang.

Potensi yang terkait dengan kemampuan asosiatif dan abstraksi terlihat

cukup baik, hal ini didukung pula oleh apresiasi dan minat terhadap

masalah sosial, namun ia cenderung kurang mampu untuk mengantisipasi

konsekuensi dari tindakan-tindakannya terutama dalam berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya. Koordinasi dan organisasi visual motorik

berkembang cukup baik, demikian pula dengan perhatian terhadap detail

39
RAHASIA

khususnya yang terkait dengan masalah keruangan cukup berkembang,

namun ia kurang mampu untuk mengenali informasi visual secara tepat.

Kemampuan dalam berkonsentrasi tergolong baik, cukup tekun, namun ia

terlihat kurang terlatih dalam bidang yang membutuhkan penalaran

matematis.

C. Hasil Tes EPPS

1. Tes EPPS D

D menolak kebutuhan untuk menunjukkan adanya suatu prestasi, serta

kebutuhan akan keuletan dan ketekunan dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan. Walaupun ia memiliki kebutuhan untuk mandiri dan tidak

tergantung pada pendapat orang lain, namun terkadang ia memiliki

kebutuhan akan pemanjaan diri dan merasa senang bila mendapat

pertolongan dari orang lain. Kebutuhan akan rasa mandiri dan kebebasan

yang dimiliki terkadang menyebabkan D mengerjakan sesuatu sesuai

dengan kehendaknya dan kurang memiliki kemauan untuk menyesuaikan

diri dengan aturan yang berlaku.

Dalam kehidupan sosial, ia cenderung kurang memiliki kebutuhan

akan perhatian terhadap sesama manusia. Ia juga kurang memiliki

kepercayaan diri serta labil secara emosional. Hal ini menyebabkan

adanya kebutuhan akan pemujaan diri serta kebutuhan akan adanya suatu

hubungan sosial yang diwarnai oleh bantuan yang bersifat egosentris,

kurang dewasa serta kebutuhan akan rasa aman.

40
RAHASIA

2. Tes EPPS G

G kurang memiliki kebutuhan untuk menunjukkan adanya suatu

prestasi, serta kebutuhan akan keuletan dan ketekunan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan. Walaupun ia memiliki kebutuhan mandiri

dan tidak tergantung pada pendapat orang lain, namun ia memiliki

kebutuhan akan pemanjaan diri dan merasa senang bila mendapat

pertolongan dari orang lain. Kebutuhan akan rasa mandiri dan kebebasan

yang dimiliki terkadang menyebabkan G mengerjakan sesuatu sesuai

dengan kehendaknya dan kurang memiliki kemauan untuk menyesuaikan

diri dengan aturan yang berlaku.

Dalam kehidupan sosial, walaupun ia memiliki kebutuhan akan

perubahan-perubahan dalam kehidupannya serta dapat berinteraksi secara

fleksibel dengan orang lain, namun cenderung kurang memiliki

kebutuhan akan perhatian terhadap sesama manusia. Ia juga kurang

memiliki kepercayaan diri serta labil secara emosional. Hal ini

menyebabkan adanya kebutuhan akan pemujaan diri serta kebutuhan akan

adanya suatu hubungan sosial yang diwarnai oleh bantuan yang bersifat

egosentris, kurang dewasa serta kebutuhan akan rasa aman.

3. Tes EPPS Y

Y menolak kebutuhan untuk menunjukkan adanya suatu prestasi, serta

kebutuhan akan keuletan dan ketekunan dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan. Walaupun ia memiliki kebutuhan mandiri dan tidak tergantung

41
RAHASIA

pada pendapat orang lain, namun terkadang ia memiliki kebutuhan akan

pemanjaan diri dan merasa senang bila mendapat pertolongan dari orang

lain. Kebutuhan akan rasa mandiri dan kebebasan yang dimiliki terkadang

menyebabkan Y mengerjakan sesuatu sesuai dengan kehendaknya dan

kurang memiliki kemauan untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang

berlaku.

Dalam kehidupan sosial, walaupun ia memiliki kebutuhan akan

perubahan-perubahan dalam kehidupannya serta dapat berinteraksi secara

fleksibel dengan orang lain, namun cenderung kurang memiliki

kebutuhan akan perhatian terhadap sesama manusia. Ia juga kurang

memiliki kepercayaan diri serta labil secara emosional. Hal ini

menyebabkan adanya kebutuhan akan pemujaan diri serta kebutuhan akan

adanya suatu hubungan sosial yang diwarnai oleh bantuan yang bersifat

egosentris, kurang dewasa serta kebutuhan akan rasa aman.

D. Hasil Tes Grafis

1. Tes Grafis D

a. BAUM

D memiliki kecenderungan introvert, hal ini dapat dilihat dalam

hubungannya dengan lingkungan, suasana hati yang timbul sering

mengenai situasi-situasi diri sendiri. Kemampuan intelektual yang

dimiliki tergolong kurang serta kurang memiliki daya tahan dan keuletan

dalam bekerja sehingga terdapat kecenderungan dalam diri D untuk

42
RAHASIA

mengalami hambatan dalam hal belajar. Namun, ia memiliki ketelitian

dan kontrol diri yang baik serta semangat dan kekuatan untuk mengatasi

hambatan yang dihadapinya tersebut.

D memiliki kecemasan dan rasa tidak aman serta merasa diri kurang

mampu meskipun ada keinginan untuk menonjolkan prestasi dalam

dirinya. Suasana hati dan keadaan emosionalnya cenderung tidak stabil

dan terlalu didominasi oleh perasaan, sehingga ia mudah mengalami

konflik dengan diri sendiri serta mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Selain itu rasa tidak aman dalam dirinya membuatnya terkadang bersikap

impulsif dan bersikap kurang jujur baik terhadap diri sendiri maupun

orang lain.

b. DAM

D memiliki kecenderungan introvert. Ini terlihat dalam hubungannya

dengan lingkungannya, ia terlihat cenderung berorientasi pada diri sendiri

dan bersikap ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau tindakan.

Dalam kehidupan sosial, ia memiliki kesukaran dan hambatan di dalam

hubungan interpersonal yang terjadi karena rasa tidak aman dan inferior

yang dimilikinya. Ia juga memiliki keenganan untuk memperhatikan

keadaan sekitar serta menolak keadaan yang tidak menyenangkan. Selain

itu terdapat tendensi untuk bersikap impulsif dan bersikap bermusuhan. Ia

sering merasa cemas jika dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan

sehingga mudah sekali frustasi. Disamping itu, adanya rasa tidak nyaman

43
RAHASIA

dan rasa kurang yakin pada kemampuannya sendiri berhubungan dengan

ketergantungannya secara emosional dengan ibunya, sehingga terkadang

muncul kecenderungan untuk bertindak agresif sebagai kompensasi atas

ketidakpuasannya terhadap peran ibu dan ingin memarahi tokoh ibu.

c. HTP

Peranan yang paling besar pada D adalah ibu. Ia memiliki perasaan

dan pengakuan bahwa fungsi ibu dalam keluarga baik. Hal ini terlihat

dengan adanya aturan atau hal – hal yang menertibkan yang berasal dari

pihak ibu, begitu pula dengan peran ayah dalam keluarga juga baik.

Namun, dalam keluarga, aturan-aturan dan perkataan yang dibuat oleh ibu

cenderung lebih diperhatikan. Meskipun peran ibu dan ayah sama baik

dalam keluarga, namun ia kurang dapat menyesuaikan dirinya dalam

keluarga sehingga ia merasa fungsi dirinya kabur karena merasa kurang

dipercaya dan kurang berharga dalam keluarga

2. Tes Grafis G

a. BAUM

G memiliki kecenderungan introvert, hal ini dapat dilihat dalam

hubungannya dengan lingkungan, ia menunjukkan keragu-raguan dalam

bertindak dan suasana hati yang timbul sering mengenai situasi-situasi

masa lampau dan diri sendiri. Dalam aspek inteligensi, terlihat adanya

aspirasi dan keinginan yang tinggi dalam berprestasi meskipun memiliki

kemampuan yang kurang. Ia juga memiliki fleksibilitas dalam berfikir

44
RAHASIA

dan memiliki fungsi pengamatan yang baik, meskipun daya tahan dan

keuletan yang dimiliki masih tergolong rendah.

Dalam kehidupan sosial, ia memiliki kecemasan dan rasa tidak aman

serta kurang dapat mengendalikan diri dalam menghadapi situasi sulit.

Hal ini membuatnya menjadi seseorang yang sulit untuk beradaptasi dan

mengalami hambatan dalam melakukan kontak sosial dengan teman-

temannya. Hal tersebut juga membuatnya menjadi pribadi yang mudah

tertekan dalam situasi sulit serta memilih untuk bersikap menyenangkan

orang lain karena ingin diakui oleh dunia sekitar

b. DAM

G memiliki kecenderungan introvert. Ini terlihat dalam hubungannya

dengan lingkungannya, ia terlihat berorientasi pada diri sendiri dan

didominasi oleh perasaan dan emosi. Dalam kehidupan sosial, ia memiliki

kesukaran dan hambatan di dalam hubungan interpersonal yang terjadi

karena rasa tidak aman dan inferior yang dimilikinya. Ia juga memiliki

kesukaran dalam memecahkan masalah, karena selalu merasa kurang

mampu terhadap kemampuan dan perkembangan dirinya sendiri,

sehingga ia sering menghindar dam melarikan diri dari masalah yang

sedang dihadapinya. Rasa cemas juga sering dirasakan jika dihadapkan

pada situasi yang penuh tekanan sehingga ia mudah sekali frustasi dan

memiliki tingkat energi yang rendah. Disamping itu, ia juga memiliki rasa

tidak nyaman terhadap dirinya. Hal ini berhubungan dengan penolakan

45
RAHASIA

figur ibu terhadap dirinya dan ketidakpuasan akan peran ayah dalam

hidupnya, sehingga terkadang muncul kecenderungan untuk bertindak

secara impulsif dan agresif sebagai kompensasi atas kebutuhan perhatian

dan kasih sayang dari figur ayah dan ibu.

c. HTP

Peranan yang paling besar adalah ibu. G memiliki perasaan dan

pengakuan bahwa dalam keluarga terdapat penerimaan dari ibu. Namun,

ia merasa bahwa fungsi peran ibu sebagai tempat untuk berlindung masih

kurang dan ibu memiliki kelemahan dalam menjalankan perannya dalam

keluarga. Peran ayah dalam keluarga sangat dominan dan menguasai,

sehingga ayah kurang memberi kesempatan kepada anggota keluarga

yang lain dalam berpendapat. Hal ini yang menyebabkan G kurang berani

mengaktualisasikan diri dalam keluarga serta memiliki kebutuhan

terhadap perhatian, kesatuan dan kasih sayang dalam keluarga

3. Tes Grafis Y

a. BAUM

Y memiliki kecenderungan introvert dan menunjukkan keragu-raguan

dalam bertindak. Kemampuan inteligensi yang dimiliki tergolong kurang,

namun ia memiliki aspirasi yang tinggi serta menunjukkan adanya

keinginan yang tinggi untuk menonjolkan prestasinya. Y merupakan

individu yang memiliki daya imajinatif yang tinggi sehingga sering

menumpahkan ide-idenya tersebut pada fantasi dan cita-cita. Adanya

46
RAHASIA

unsur ketelitian yang dimiliki turut mendukungnya dalam mencurahkan

ide-idenya.

Y memiliki kecemasan dan rasa tidak aman serta merasa diri kurang

mampu meskipun terdapat ambisi untuk dapat berprestasi yang besar. Hal

ini menyebabkan penyesuaian dalam diri menjadi kurang baik. Selain itu

emosi yang labil serta kurang adanya kontrol dalam diri membuatnya

mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Suasana hatinya juga sering

dipengaruhi oleh rasa narsisme atau kepuasan diri sendiri.

Dalam kehidupan sosial, ia sulit menyesuaikan diri serta tidak

mempunyai kekuatan untuk menghadapi realitas, sehingga muncul unsur

ketidakjujuran yang didasarkan atas kepentingan diri dan egoisme

b. DAM

Y cenderung berorientasi pada diri sendiri, dikuasai oleh emosi serta

memiliki tendensi untuk bersikap impulsif. Dalam kehidupan sosial, ia

cenderung merasa kurang percaya diri, merasa tidak mampu dan memiliki

ketidakpuasan dalam diri sehingga merasa tertekan dalam berhubungan

dengan lingkungan sosial. Hal ini berdampak pada munculnya sikap

memandang rendah orang lain dan rasa bermusuhan yang ditampakkan

dengan sikap agresi sebagai kompensasi atas perasaan lemah, sia-sia dan

tidak berguna yang dirasakan olehnya. Adanya keterikatan yang kuat atau

ketergantungan kepada orangtua terutama pada figur ayah membuat Y

mengharapkan perhatian dan kasih sayang dari lingkungan sekitar.

47
RAHASIA

c. HTP

Peranan yang paling besar adalah ibu. Y memiliki perasaan dan

pengakuan bahwa dalam keluarga terdapat penerimaan dari ibu. Namun,

ia merasa bahwa fungsi peran ibu sebagai tempat untuk berlindung masih

kurang dan ibu memiliki kelemahan dalam menjalankan perannya dalam

keluarga. Peran ayah dalam keluarga sangat dominan dan menguasai,

sehingga ayah kurang memberi kesempatan kepada anggota keluarga

yang lain dalam berpendapat. Hal ini yang membuatnya menjadi kurang

berani mengaktualisasikan diri dalam keluarga serta memiliki kebutuhan

terhadap perhatian, kesatuan dan kasih sayang dalam keluarga

E. DCM (Daftar Cek Masalah)

1. DCM (Daftar Cek Masalah) D

Kesulitan yang paling dirasakan oleh D adalah masalah hubungan

pribadi (9 poin), yaitu tidak suka bergaul dengan orang, merasa malu

bergaul dengan teman berjenis kelamin lain, sering curiga dan bersikap

dingin dengan orang lain, sering menyesali diri, merasa tidak punya

harapan, punya kebiasaan jelek serta keinginan untuk menjadi lebih

menarik dan hidup dengan tenang.

Kesulitan lainnya yang dirasakan olehnya adalah masalah penyesuaian

terhadap sekolah (7 poin), yaitu pribadi guru menetukan mood belajar,

tidak dapat memusatkan perhatian dan sering melamun di kelas, ada

48
RAHASIA

teman yang yang dirasa menjengkelkan, merasa salah memilih jurusan

serta hubungan dengan guru kurang akrab.

2. DCM (Daftar Cek Masalah) G

Kesulitan yang paling dirasakan oleh G adalah masalah kehidupan

keluarga (6 poin), yaitu tidak memiliki waktu karena sibuk dengan tugas-

tugas rumah, adanya pertentangan antara ayah dan ibu, kurang

diperhatikan oleh orangtua, sukar menyesuaikan diri dengan orangtua,

merasa kehidupan di rumah kurang tenang dan kurang teratur.

Kesulitan lainnya yang dirasakan olehnya adalah masalah masa depan

dan cita-cita pendidikan (4 poin), yaitu ingin melanjutkan sekolah namun

tidak ada biaya dan ingin bekerja, sulit menetapkan perguruan tinggi dan

ingin mengetahui bakat minat yang dimiliki.

3. DCM (Daftar Cek Masalah) Y

Kesulitan yang paling dirasakan oleh Y adalah masalah agama dan

moral (6 poin), yaitu malas dan tidak dapat bersungguh-sunggu dalam

bersembahyang, sering berdusta atau tidak jujur baik dalam perbuatan

maupun ucapan, pernah melanggar kesusilaan dan selalu merasa

bertentangan dengan ajaran agama.

49
RAHASIA

Kesulitan lainnya yang dirasakan olehnya adalah masalah masadepan

dan cita-cita pendidikan (6 poin), yaitu ingin melanjutkan sekolah namun

tidak ada biaya dan ingin bekerja juga, ingin mengetahui bakat dan minat

yang dimiliki, merasa tidak ada orang yang membantu mengenal cita-

citanya serta merasa bahwa sekolah tidak menjamin masa depan.

IX. INTEGRASI HASIL TES PSIKOLOGI

A. Integrasi Hasil Tes Psikologi D

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis yang telah dilakukan, D

memiliki potensi kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata/average (FIQ =

91, OIQ = 98, Skala Wechsler), serta kemampuan verbal lebih rendah

dibandingkan dengan kemampuan performance (V.IQ = 82, P.IQ = 108).

Secara umum ia belum mengaktualisasikan kemampuan/potensi yang

dimilikinya.

Wawasan dalam pengetahuan umum dan penilaian sosialnya sudah cukup

berkembang, orientasi terhadap prestasi akademiknya juga tampak cukup kuat

yang kemungkinan disebabkan oleh adanya motivasi berprestasi yang cukup.

Potensi yang terkait dengan kemampuan apresiasi dan minat terhadap masalah

sosial tergolong rendah, sehingga ia cenderung kurang mampu untuk

mengantisipasi konsekuensi dari tindakan-tindakannya terutama dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Koordinasi dan organisasi visual

motorik berkembang cukup baik, ia juga cukup mampu untuk mengenali

informasi visual secara tepat serta perhatian terhadap detail khususnya yang

50
RAHASIA

terkait dengan masalah keruangan cukup berkembang, namun kemampuan

dalam berkonsentrasi dan penalaran matematis masih tergolong kurang.

D memiliki kecemasan dan rasa tidak aman serta merasa diri kurang

mampu meskipun ada keinginan untuk menonjolkan prestasi dalam dirinya.

Suasana hati dan keadaan emosionalnya cenderung tidak stabil dan terlalu

didominasi oleh perasaan, sehingga ia mudah mengalami konflik dengan diri

sendiri serta mudah dipengaruhi oleh orang lain. Selain itu rasa tidak aman

dalam dirinya membuatnya terkadang bersikap impulsif

Dalam kehidupan sosial, ia memiliki kesukaran dan hambatan di dalam

hubungan interpersonal yang terjadi karena rasa tidak aman dan inferior yang

dimilikinya. Ia juga memiliki keenganan untuk memperhatikan keadaan

sekitar serta menolak keadaan yang tidak menyenangkan. Selain itu terdapat

tendensi untuk bersikap impulsif dan bersikap bermusuhan. Ia sering merasa

cemas jika dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan sehingga mudah

sekali frustasi. Rasa tidak aman dan inferior yang dialami juga menyebabkan

adanya kebutuhan akan pemujaan diri serta kebutuhan akan adanya suatu

hubungan sosial yang diwarnai oleh bantuan yang bersifat egosentris dan

kurang dewasa.

Dalam kehidupan keluarga, peranan yang paling besar adalah ibu. Ia

memiliki perasaan dan pengakuan bahwa fungsi ibu dalam keluarga baik. Hal

ini terlihat dengan adanya aturan atau hal – hal yang menertibkan yang berasal

dari pihak ibu, begitu pula dengan peran ayah dalam keluarga juga baik.

51
RAHASIA

Namun, dalam keluarga, aturan-aturan dan perkataan yang dibuat oleh ibu

cenderung lebih diperhatikan. Meskipun peran ibu dan ayah sama baik dalam

keluarga, namun ia kurang dapat menyesuaikan dirinya dalam keluarga

sehingga ia merasa fungsi dirinya kabur karena merasa kurang dipercaya dan

kurang berharga dalam keluarga.

B. Integrasi Hasil Tes Psikologi G

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis yang telah dilakukan, G

memiliki potensi kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata/average (FIQ =

105, OIQ = 102, Skala Wechsler), serta kemampuan verbal jauh lebih rendah

dibandingkan dengan kemampuan performance (V.IQ = 93, P.IQ = 115).

Secara umum ia sudah mengaktualisasikan kemampuan/potensi yang

dimilikinya.

Kemampuan penalaran verbal sangat rendah jika dibandingkan dengan

penalaran non verbal. Ia membutuhkan waktu untuk dapat memahami

informasi yang berhubungan dengan bahasa atau kata-kata. Sebaliknya, untuk

menangkap materi yang bersifat nonverbal seperti berupa gambar atau symbol

ia mampu bekerja lebih baik. Dilihat dari hasil kemampuan dalam bekerja

dengan simbol-simbol abstrak yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan

kemampuan dalam bekerja pada situasi kongkrit, dapat mengindikasikan

bahwa G merupakan individu yang berasal dari tingkat sosio-ekonomi yang

rendah.

52
RAHASIA

Pada persoalan yang membutuhkan kemampuan berhitung pun ia

mengalami hambatan. Pelajaran matematika dirasakan cukup sulit untuk

dikuasainya. Hal ini bertentangan dengan program pendidikan yang

dipilihnya, yaitu Manajemen Perbankan, dimana dalam bidang tersebut

dibutuhkan kemampuan penalaran berhitung yang baik. Wawasan

pengetahuan umumnya juga sangat terbatas untuk anak seusianya. Hal

tersebut berkaitan dengan kemampuan daya ingat yang dimilikinya. Ia

cenderung lambat untuk mengingat kembali informasi yang telah disimpan

dalam ingatannya. Dalam aspek inteligensi, terlihat adanya aspirasi dan

keinginan yang tinggi dalam berprestasi meskipun memiliki kemampuan yang

kurang. Ia juga memiliki fleksibilitas dalam berfikir dan memiliki fungsi

pengamatan yang baik, meskipun daya tahan dan keuletan yang dimiliki

masih tergolong rendah.

Suasana hati terlihat berorientasi pada diri sendiri dan didominasi oleh

perasaan dan emosi. Rasa cemas juga sering dirasakan jika dihadapkan pada

situasi yang penuh tekanan sehingga ia mudah sekali frustasi dan memiliki

tingkat energi yang rendah. Disamping itu, ia juga memiliki rasa tidak nyaman

terhadap dirinya. Hal ini berhubungan dengan penolakan figur ibu terhadap

dirinya dan ketidakpuasan akan peran ayah dalam hidupnya

Dalam kehidupan sosial, ia memiliki kesukaran dan hambatan di dalam

hubungan interpersonal yang terjadi karena rasa tidak aman dan inferior yang

dimilikinya. Ia juga memiliki kesukaran dalam memecahkan masalah, karena

53
RAHASIA

selalu merasa kurang mampu terhadap kemampuan dan perkembangan dirinya

sendiri, sehingga ia sering menghindar dam melarikan diri dari masalah yang

sedang dihadapinya. Hal tersebut juga membuatnya menjadi pribadi yang

mudah tertekan dalam situasi sulit serta memilih untuk bersikap

menyenangkan orang lain karena ingin diakui oleh dunia sekitar.

Dalam kehidupan keluarga, peranan yang paling besar adalah ibu. G

memiliki perasaan dan pengakuan bahwa dalam keluarga terdapat penerimaan

dari ibu. Namun, ia merasa bahwa fungsi peran ibu sebagai tempat untuk

berlindung masih kurang dan ibu memiliki kelemahan dalam menjalankan

perannya dalam keluarga. Peran ayah dalam keluarga sangat dominan dan

menguasai, sehingga ayah kurang memberi kesempatan kepada anggota

keluarga yang lain dalam berpendapat. Hal ini yang menyebabkan G kurang

berani mengaktualisasikan diri dalam keluarga.

C. Integrasi Hasil Tes Psikologi Y

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis yang telah dilakukan, Y

memiliki potensi kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata/average (FIQ =

99, OIQ = 89, Skala Wechsler), serta kemampuan verbal jauh lebih rendah

dibandingkan dengan kemampuan performance (V.IQ = 93, P.IQ = 105).

Secara umum ia sudah mengaktualisasikan kemampuan/potensi yang

dimilikinya.

Kemampuan penalaran verbal sangat rendah jika dibandingkan dengan

penalaran non verbal. Ia membutuhkan waktu untuk dapat memahami

54
RAHASIA

informasi yang berhubungan dengan bahasa atau kata-kata. Sebaliknya, untuk

menangkap materi yang bersifat nonverbal seperti berupa gambar atau symbol

ia mampu bekerja lebih baik. Pada persoalan yang membutuhkan kemampuan

berhitung pun ia mengalami hambatan. Pelajaran matematika dirasakan cukup

sulit untuk dikuasainya. Hal ini bertentangan dengan program pendidikan

yang dipilihnya, yaitu Manajemen Perbankan, dimana dalam bidang tersebut

dibutuhkan kemampuan penalaran berhitung yang baik. Y merupakan

individu yang memiliki daya imajinatif yang tinggi sehingga sering

menumpahkan ide-idenya tersebut pada fantasi dan cita-cita. Adanya unsur

ketelitian yang dimiliki turut mendukungnya dalam mencurahkan ide-idenya

Y memiliki kecenderungan introvert, dimana suasana hati dipengaruhi oleh

emosi dan orientasi pada diri sendiri. Ia memiliki kecemasan dan rasa tidak

aman serta merasa kurang mampu meskipun terdapat ambisi untuk dapat

berprestasi yang besar. Hal ini menyebabkan penyesuaian dalam diri menjadi

kurang baik. Selain itu emosi yang labil serta kurang adanya kontrol dalam

diri membuatnya mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Suasana hatinya

juga sering dipengaruhi oleh rasa narsisme atau kepuasan diri sendiri.

Dalam kehidupan sosial, ia sulit menyesuaikan diri serta tidak mempunyai

kekuatan untuk menghadapi realitas, sehingga muncul unsur ketidakjujuran

yang didasarkan atas kepentingan diri dan egoisme. Hal ini juga berdampak

pada munculnya sikap memandang rendah orang lain dan rasa bermusuhan

55
RAHASIA

yang ditampakkan dengan sikap agresi sebagai kompensasi atas perasaan

lemah, sia-sia dan tidak berguna yang dirasakan olehnya

Dalam kehidupan keluarga, adanya keterikatan yang kuat atau

ketergantungan kepada orangtua terutama pada figur ayah membuat ia

mengharapkan perhatian dan kasih sayang dari lingkungan sekitar. Selain itu

ia merasa bahwa fungsi peran ibu sebagai tempat untuk berlindung masih

kurang dan peran ayah dalam keluarga sangat dominan dan menguasai,

sehingga ayah kurang memberi kesempatan kepada anggota keluarga yang

lain dalam berpendapat. Hal ini yang menmbuatnya menjadi kurang berani

mengaktualisasikan diri dalam keluarga serta memiliki kebutuhan terhadap

perhatian, kesatuan dan kasih sayang dalam keluarga.

X. PSIKODINAMIKA

56
RAHASIA

A. PSIKODINAMIKA D
Bagan VII.1 (Bagan Psikodinamika)

Kondisi Eksternal D Kondisi Internal D

Kondisi Rumah : Faktor Biologis :


1. Tinggal dengan keluarga inti yang 1. Kondisi fisik normal
terdiri dari ayah dan ibu kandung, 2. Postur badan gemuk pendek
serta seorang adik laki-laki 3. Berkulit sawo matang
2. Ayah bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan ibu bekerja paruh Faktor Psikologis :
waktu sebagai guru mengaji 1. Daya konsentrasi kurang
3. Berasal dari keluarga dengan status 2. Full IQ = 91, Average (Skala Wechsler)
ekonomi menengah ke bawah S 3. Inteligensi performance lebih baik
U daripada Inteligensi verbal
Kondisi Sekolah : B 4. Memiliki kecemasan dan rasa tidak
1. Fasilitas sekolah banyak yang rusak J aman
dan tidak digunakan, seperti lab E 5. Suasana hati dan keadaan emosional
komputer dan perpustakaan. K tidak stabil
2. D tidak puas dengan fasilitas yang 6. Mudah dipengaruhi oleh orang lain
diberikan oleh pihak sekolah karena 7. Adanya hambatan dalam hubungan
merasa biaya besar yang dikeluarkan sosial
tidak sebanding dengan fasilitas sekolah 8. Kurang dapat menyesuaikan diri
yang disediakan dengan peraturan
3. Sering terjadi ketidakadilan guru 9. Suasana hati dipengaruhi emosi dan
terhadap siswa kurang dapat mengendalikan diri,
4. Pemberian hukuman fisik maupun sehingga bertindak impulsif
sindiran dari guru kepada siswa 10. Memiliki kebutuhan akan hubungan
membuat siswa tidak nyaman sosial yang diwarnai oleh bantuan yang
bersifat egosentris dan kurang dewasa
Kondisi Lingkungan Sosial : 11. Dalam kehidupan keluarga, merasa
1. Bergabung dalam geng pelajar kurang dipercaya dan dihargai
“manajemen” di SMKIT Nurul Qolbi sehingga sulit menyesuaikan diri

Situasi D
1. Di kelas saat pelajaran berlangsung
2. Di sekolah saat kegiatan ekstrakurikuler dan istirahat

Perilaku D
1. D mudah terpengaruh oleh teman-teman di geng pelajar “manajemen” sehingga hampir setiap
kegiatan protes terhadap sekolah yang dilakukan oleh gengnya selalu diikuti
2. D dan teman geng “manajemen” membuat sindiran tidak sopan bagi guru yang tidak disukai
3. D ikut membantu geng “manajemen” dalam mengajak siswa lain untuk melakukan protes
terhadap guru dan pihak sekolah dengan cara membolos pada jam pelajaran

B. PSIKODINAMIKA G

57
RAHASIA

Bagan VII.2 (Bagan Psikodinamika)

Kondisi Eksternal G Kondisi Internal G

Kondisi Rumah : Faktor Biologis :


1. Tinggal dengan ibu kandung, ayah tiri, 1. Kondisi fisik normal
dan kedua adik kandung 2. Postur badan kurus tinggi
2. Ayah kandung dan ibu kandung 3. Berkulit sawo matang
bercerai ketka G berusia 10 tahun
3. Usia 1 hingga 15 tahun tinggal bersama Faktor Psikologis :
kakek dan nenek di Jogjakarta, pindah 1. Daya konsentrasi cukup
ke Jakarta saat memasuki SMK 2. Full IQ = 105, Average (Skala Wechsler)
S 3. Inteligensi performance lebih baik
Kondisi Sekolah : U daripada Inteligensi verbal
1. Fasilitas sekolah banyak yang rusak B 4. Memiliki kecemasan, rasa tidak aman,
dan tidak digunakan, seperti lab J tingkat energi yang rendah
komputer dan perpustakaan E 5. Mudah frustasi dalam keadaan tertekan
2. Sering terjadi ketidakadilan guru K 6. Adanya hambatan dalam hubungan
terhadap siswa sosial , kurang dapat menyesuaikan diri
3. Penggunaan hukuman fisik dan dengan peraturan
sindiran membuat siswa tidak nyaman 7. Suasana hati dipengaruhi emosi dan
kurang dapat mengendalikan diri,
Kondisi Lingkungan Sosial : sehingga bertindak impulsif
1. Bergabung dalam geng pelajar 8. Sering menghindar dan melarikan diri
“manajemen” di SMKIT Nurul Qobi dari masalah yang dihadapi
2. Tidak memiliki banyak teman selain 9. Memiliki kebutuhan akan hubungan
teman di kelompok geng “manajemen” sosial yang diwarnai oleh bantuan yang
di sekolah bersifat egois dan kurang dewasa
10. Merasa peran ibu dalam keluarga
kurang sehingga kurang dapat
menyesuaikan diri dalam keluarga

Situasi G
1. Di kelas saat pelajaran berlangsung
2. Di sekolah saat kegiatan ekstrakurikuler dan istirahat

Perilaku G
1. G mudah terpengaruh oleh teman-teman di geng pelajar “manajemen” sehingga hampir setiap
kegiatan protes terhadap sekolah yang dilakukan oleh gengnya selalu diikuti
2. G dan teman geng “manajemen” membuat sindiran tidak sopan bagi guru yang tidak disukai
3. G ikut membantu geng “manajemen” dalam mengajak siswa lain untuk melakukan protes
terhadap guru dan pihak sekolah dengan cara membolos pada jam pelajaran

C. PSIKODINAMIKA Y
Bagan VII.3 (Bagan Psikodinamika)

58
RAHASIA

Kondisi Eksternal Y Kondisi Internal Y

Kondisi Rumah : Faktor Biologis :


1. Tinggal dengan keluarga inti, terdiri 1. Kondisi fisik normal
dari ayah kandung, ibu kandung dan 2. Postur badan tinggi proporsional
kedua adik kandung 3. Berkulit sawo matang
2. Ayah bekerja sebagai buruh pabrik
sedangkan ibu bekerja sebagai buruh Faktor Psikologis :
cuci serabutan untuk membantu 1. Daya konsentrasi baik
perekonomian keluarga 2. Full IQ = 99, Average (Skala Wechsler)
3. Status ekonomi keluarga menengah S 3. Inteligensi performance lebih baik
kebawah U daripada Inteligensi verbal
4. Y bekerja sepulang sekolah sebagai B 4. Motivasi berprestasi rendah
buruh cuci membantu ibunya J 5. Memiliki kecemasan dan rasa tidak
5. Ayah dan ibu sering bertengkar di E aman
rumah karena permasalahan ekonomi K 6. Kurang dapat menyesuaikan diri
dengan peraturan
Kondisi Sekolah : 7. Suasana hati sering dipengaruhi
1. Fasilitas sekolah banyak yang rusak narsisme atau kepuasan diri sendiri
dan tidak digunakan, seperti 8. Adanya hambatan dalam hubungan
laboratorium komputer dan sosial
perpustakaan 9. Suasana hati dipengaruhi emosi dan
2. Sering terjadi ketidakadilan guru kurang dapat mengendalikan diri,
terhadap siswa sehingga bertindak impulsif
3. Penggunaan hukuman fisik dan 10. Memiliki kebutuhan akan hubungan
sindiran membuat siswa tidak sosial yang diwarnai oleh bantuan yang
nyaman bersifat egois dan kurang dewasa
11. Adanya kecenderungan untuk
Kondisi Lingkungan Sosial : memandang rendah orang lain dan
1. Bergabung dalam geng pelajar bersikap bermusuhan yang
“manajemen” di SMKIT Nurul Qolbi ditampakkan
2. Menjadi pemimpin dalam geng 12. Merasa kurang berharga dan tidak
pelajar “manajemen” di SMKIT dapat menyesuaikan diri dalam
Nurul Qolbi keluarga

Situasi Y
1. Di kelas saat pelajaran berlangsung
2. Di sekolah saat kegiatan ekstrakurikuler dan istirahat

Perilaku Y
1. Y sering mempengaruhi teman-teman di geng pelajar “manajemen” sehingga hampir setiap
kegiatan protes terhadap sekolah yang dilakukan oleh gengnya dipimpin olehnya
2. Y dan teman geng “manajemen” membuat sindiran tidak sopan bagi guru yang tidak disukai
3. Y ikut membantu geng “manajemen” dalam mengajak siswa lain untuk melakukan protes
terhadap guru dan pihak sekolah dengan cara membolos pada jam pelajaran
XI. TINJAUAN TEORI

A. KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

59
RAHASIA

1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya

Konformitas teman sebaya merupakan kecenderungan untuk

melakukan tingkah laku yang sesuai dengan norma kelompok, yang

dilakukan untuk menghindari hukuman, meskipun perilaku tersebut

berbeda dengan keyakinannya sendiri. Dafidoff (1991) menyatakan

bahwa konformitas adalah perubahan perilaku dari sikap sebagai akibat

dari tekanan (nyata atau tidak nyata). Sementara Santrock (2003)

menyatakan bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau

tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang

dibayangkan. Konformitas teman sebaya merupakan usaha yang

dilakukan remaja untuk bersikap sesuai dengan norma-norma

kelompoknya agar dapat diterima sebagai anggota kelompok dan

mneghindari ketidaksamaan atau keterkucilan.

2. Aspek Konformitas

Baron dan Byrne (2005) mengemukakan aspek-aspek konformitas

berdasarkan adanya ciri-ciri yang khas sebagai berikut :

a. Aspek Normatif

Aspek ini disebut juga pengaruh sosial normatif, aspek ini

mengungkap adanya perbedaan atau penyesuaian persepsi, keyakinan,

maupun tindakan individu sebagai akibat dari pemenuhan penghargaan

positif kelompok agar memperoleh persetujuan, disukai dan terhindar

dari penolakan.

60
RAHASIA

b. Aspek Informatif

Aspek ini disebut juga pengaruh sosial informatif, aspek ini

mnegungkap adanya perubahan atau penyesuaian persepsi, keyakinan,

maupun perilaku individu sebagai akibat adanya kepercayaan terhadap

informasi yang dianggap bermanfaat yang berasal dari kelompok.

3. Teori Pembentukan Kelompok

Geng merupakan salah satu dari kelompok sosial yang dapat tercipta

dalam lingkungan sekolah, hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya

manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup

sendiri di dunia. Terlebih lagi sekolah menengah atas yang siswanya

adalah remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang

berkembang, memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling pada

teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosi mereka, sehingga tidak

menerima lagi masukan orangtua secara mentah-mentah.

Salah satu teori yang mendasari pembentukan kelompok adalah teori

keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan

oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik

kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam

menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Sedangkan teori

lain didasarkan pada alasan-alasan praktis (practicalities of group

formation) yaitu teori yang didasarkan pada alasan ekonomi, keamanan

61
RAHASIA

atau alasan-alasan sosial lain sehingga dapat memberikan kepuasan

terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial dari anggota kelompoknya tersebut.

B. KONSEP DIRI

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai

dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang terus menerus

dan terdiferensiasi, yang diperolehnya dari interaksinya dengan lingkungan.

Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena

merupakan kerangka acuan yang digunakan oleh individu dalam berinteraksi

dengan lingkungannya (Fitt, 1971).

Menurut Calhoun dan Acocella (1995), konsep diri merupakan hal yang

penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana

individu bertindak dalam berbagai situasi kehidupan. Sumber utama yang

berpengaruh pada pembentukan konsep diri seorang individu adalah umpan

balik lingkungan, dimana umpan balik dari orang lain yang dihormati

berperan dalam menguatkan definisi diri. Konsep ini dinamakan “looking

glass self”, dimana seseorang membayangkan apa yang orang lain pikirkan

tentang dirinya dan apa yang individu tersebut pikirkan akan sangat

mempengaruhi individu yang bersangkutan dalam melakukan evaluasi

dirinya.

C. KECERDASAN EMOSIONAL

Emosi adalah perasaan yang dialami manusia. Emosi yang muncul dalam

diri sering diugkapkan dengan berbagai nama, seperti sedih, gembira,

62
RAHASIA

kecewa, semangat, marah, benci dan cinta. Emosi merupakan faktor dominan

yang mempengaruhi tingkah laku individu, diantaranya : memperkuat atau

melemahkan semangat, menghambat dan mengganggu konsentrasi belajar,

mengganggu penyesuaian sosial ataupun suasana emosional yang diterima

dan dialamai oleh individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di

kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memotivasi

diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan

menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan

emosional tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang

tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Goleman, 2005).

Suasana kehidupan dalam keluarga mempengaruhi tumbuh kembangnya

kecerdasan emosional pada anak. Gottman (1997) mengatakan bahwa

sejumlah masalah perkawinan termasuk masalah dimana suami atau istri

menarik diri secara emosional dari keluarganya membuat anak menjadi

gelisah, murung, menutup diri dan pemalu. Permusuhan dan penghinaan

diantara suami istri dapat membuat anak-anaknya menjadi galak terhadap

teman sebayanya. Selain keluarga, lingkungan sekolah juga berpengaruh

pada perkembangan kecerdasan emosional anak, seperti faktor guru, sarana

dan prasarana pendidikan juga faktor pergaulan antar teman dan faktor

sekolah dimana sekolah itu berada.

D. USAHA AGAR PERILAKU KONFORMITAS MENJADI POSITIF

63
RAHASIA

1. Bimbingan Konseling

Konseling sebagai terapi dimaksudkan untuk dapat membantu individu

untuk mencapai perkembangannya secara optimal dan dalam setiap tugas

perkembangannya tidak mendapat masalah dan kendala. Strategi yang

digunakan untuk melaksanakan konseling dapat menggunakan teknik

pemecahan masalah (problem solving), dimana dalam prosesnya

menggunakan kreatifitas individu menilai perubahan yang ada dalam

dirinya dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan

atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.

Konseling untuk tahap selanjutnya dapat dikembangkan dalam bentuk

sosio drama, psikodrama, permainan yang mendidik (education games),

pemberian contoh, penayangan gambar bahkan sampai rangkaian film

yang menyentuh dan menggugah sehingga dapat menambah wawasan,

pengetahuan dan mind set seseorang. Konselor disini dapat menjadi

kreator, inspirator, mediator atau fasilitator, untuk itu konselor diharapkan

selalu kreatif dan inovatif dalam memberikan konseling kepada klien.

2. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan

kepada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok

diperlukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan

mengembangkan potensi siswa (Corey, 2006). Pengertian bimbingan

kelompok menurut Gazda (1989) merupakan kegiatan penyampaian

64
RAHASIA

informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu siswa menyusun

rencana dan keputusan yang tepat mengenai masalah pendidikan,

pekerjaan, pemahaman pribadi, penyesuaian diri dan masalah hubungan

antar pribadi. Pengertian kelompok sendiri adalah kumpulan dari

beberapa orang atau minimal lebih dari dua orang. Biasanya yang

dikatakan kelompok adalah orang-orang yang paling tidak mempunyai

kepentingan yang sama, memiliki tujuan, keinginan, kemampuan status

sosial, status pendidikan, jenis pekerjaan dan bahkan perasaan yang sama

dengan anggota yang lain.

Bimbingan kelompok bersifat memberi kemudahan dalam

pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling

kelompok itu memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk

mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara

optimal, sehingga mempunyai konsep diri yang lebih positif (Corey,

2006).

Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pemberian bimbingan

kelompok adalah dengan teknik pemberian informasi (metode ceramah),

yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok

pendengar.

XII. DIAGNOSIS INDIVIDU

A. DIAGNOSIS D

65
RAHASIA

D merupakan siswi sekolah menengah kejuruan yang memiliki kondisi

fisik normal serta postur tubuh gemuk pendek. Potensi kecerdasan berada

pada taraf rata-rata/average (FIQ = 91, OIQ = 98, VIQ = 82, PIQ = 108,

skala wechsler). Potensi intelektual belum berkembang secara maksimal.

Saat ini ia tinggal bersama keluarga inti yang terdiri dari ayah kandung, ibu

kandung dan satu orang adik laki-lakinya. Ayahnya bekerja sebagai pegawai

negeri sipil (PNS) sedangkan ibunya bekerja paruh waktu sebagai guru

mengaji. Keadaan status ekonomi dalam keluarga tergolong menengah

kebawah.

D memiliki motivasi berprestasi yang rendah meskipun daya konsentrasi

yang dimilikinya cukup baik. Ia juga memiliki kecemasan dan perasaan tidak

aman dalam dirinya yang menghambat kemampuannya dalam melakukan

hubungan sosial dengan lingkungannya serta mudah dipengaruhi, sehingga

memiliki kebutuhan akan hubungan sosial yang bersifat egois dan kurang

dewasa. Dalam kehidupan keluarga, ia merasa kurang dihargai dan kurang

dipercaya sehingga suasana hati yang timbul sering dipengaruhi oleh emosi

dan memiliki kecenderungan bertindak impulsif

Di sekolah, ia bergabung dalam geng “manajemen” dimana kegiatan

dalam kelompok geng pelajar tersebut banyak melibatkan siswa dalam

kegiatan yang negatif. Geng pelajar yang diikuti oleh D sering melakukan

aksi protes terhadap guru dan sekolah dengan cara yang tidak sopan, seperti

dengan memberikan sindiran kepada guru yang tidak disukai, membolos pada

66
RAHASIA

saat jam pelajaran secara bersama-sama sebagai bentuk protes atas

ketidakpuasan mereka akan fasilitas sekolah yang dijanjikan oleh pihak

sekolah yang tidak kunjung ditepati. Selain itu ia dan teman-temannya juga

mempengaruhi siswa yang lain agar ikut serta dalam aksi protes mereka. Jika

pihak sekolah belum memenuhi keinginan mereka, maka mereka tidak segan

untuk melakukan perbuatan impulsif seperti mencoret-coret dinding sekolah

dan merusak mading sekolah.

Munculnya perilaku konformitas teman sebaya dalam bentuk geng pelajar

dikarenakan adanya ketidakpuasan dalam diri terhadap fasilitas yang dimiliki

oleh sekolah, dimana banyak fasilitas tersebut banyak yang rusak dan tidak

digunakan, selain itu adanya ketidakadilan dari pihak guru serta penggunaan

hukuman fisik dan sindiran kepada siswa membuatnya semakin tidak nyaman

dengan kondisi sekolah.

B. DIAGNOSIS G

G merupakan siswi sekolah menengah kejuruan yang memiliki kondisi

fisik normal serta postur tubuh kurus tinggi. Potensi kecerdasan berada pada

taraf rata-rata/average (FIQ = 105, OIQ = 102, VIQ = 93, PIQ = 115, skala

wechsler). Potensi intelektual sudah berkembang secara maksimal.

Saat ini G tinggal bersama ibu kandung, ayah tiri, serta kedua adik

kandungnya. Ayah kandung dan ibu kandungnya sudah bercerai sejak ia

berusia 10 tahun. Semenjak bayi hingga usia 15 tahun, ia tinggal bersama

dengan kakek dan neneknya di Jogjakarta.

67
RAHASIA

G memiliki kecemasan dan perasaan tidak aman dalam dirinya yang

menghambat kemampuannya dalam melakukan hubungan sosial dengan

lingkungannya serta mudah dipengaruhi, sehingga memiliki kebutuhan akan

hubungan sosial yang bersifat egois dan kurang dewasa. Dalam kehidupan

keluarga, ia merasa peran ibu kurang sehingga suasana hati yang timbul

sering dipengaruhi oleh emosi dan memiliki kecenderungan bertindak

impulsif. Selain itu ia juga mudah frustasi dalam keadaan tertekan dan

cenderung memilih untuk melarikan diri dan menghindar dari masalah yang

dihadapi.

Di sekolah, ia bergabung dalam geng “manajemen” dimana kegiatan

dalam kelompok geng pelajar tersebut banyak melibatkan siswa dalam

kegiatan yang negatif. Geng pelajar yang diikuti sering melakukan aksi protes

terhadap guru dan sekolah dengan cara yang tidak sopan, seperti dengan

memberikan sindiran kepada guru yang tidak disukai, membolos pada saat

jam pelajaran secara bersama-sama sebagai bentuk protes atas ketidakpuasan

mereka akan fasilitas sekolah yang dijanjikan oleh pihak sekolah yang tidak

kunjung ditepati. Selain itu ia dan teman-temannya juga mempengaruhi siswa

yang lain agar ikut serta dalam aksi protes mereka. Jika pihak sekolah belum

memenuhi keinginan mereka, maka mereka tidak segan untuk melakukan

perbuatan impulsif seperti mencoret-coret dinding sekolah dan merusak

mading sekolah.

68
RAHASIA

Munculnya perilaku konformitas teman sebaya dalam bentuk geng pelajar

dikarenakan adanya ketidakpuasan dalam diri terhadap fasilitas yang dimiliki

oleh sekolah, dimana banyak fasilitas tersebut banyak yang rusak dan tidak

digunakan, selain itu adanya ketidakadilan dari pihak guru serta penggunaan

hukuman fisik dan sindiran kepada siswa membuatnya semakin tidak nyaman

dengan kondisi sekolah. Tidak banyaknya teman yang dapat dipercaya oleh G

turut membuatnya semakin larut bergabung dalam geng pelajar dan menutup

diri dari interaksi dengan teman lain di luar kelompok tersebut

C. DIAGNOSIS Y

Y merupakan siswi sekolah menengah kejuruan yang memiliki kondisi

fisik normal serta postur tubuh tinggi proporsional. Potensi kecerdasan

berada pada taraf rata-rata/average (FIQ = 99, OIQ = 89, VIQ = 93, PIQ =

105, skala wechsler). Potensi intelektual sudah berkembang secara maksimal.

Saat ini ia tinggal bersama keluarga inti yang terdiri dari ayah kandung,

ibu kandung, serta kedua adik kandungnya. Ayahnya bekerja sebagai buruh

pabrik sedangkan ibunya bekerja paruh waktu sebagai buruh cuci. Status

ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah dan untuk membantu

perekonomian keluarga, ia turut membantu ibunya bekerja sebagai buruh cuci

sepulang sekolah. Ayah dan ibunya sering bertengkar di rumah karena

permasalahan ekonomi

69
RAHASIA

Y memiliki kecemasan dan perasaan tidak aman dalam dirinya yang

menghambat kemampuannya dalam melakukan hubungan sosial dengan

lingkungannya, sehingga memiliki kebutuhan akan hubungan sosial yang

bersifat egois dan kurang dewasa. Dalam kehidupan keluarga, ia merasa

kurang dihargai dan sulit menyesuaikan diri sehingga suasana hati yang

timbul sering dipengaruhi oleh emosi dan memiliki kecenderungan bertindak

impulsif. Selain itu suasana hati sering dipengaruhi oleh narsisme atau

kepuasan diri sendiri dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan aturan,

sehingga timbul kecenderungan untuk memandang rendah orang lain dan

bersikap bermusuhan.

Di sekolah, ia bergabung dalam geng “manajemen” dan memimpin

kelompok tersebut, dimana kegiatan dalam kelompok geng pelajar tersebut

banyak melibatkan siswa dalam kegiatan yang negatif. Geng pelajar yang

diikuti sering melakukan aksi protes terhadap guru dan sekolah dengan cara

yang tidak sopan, seperti dengan memberikan sindiran kepada guru yang

tidak disukai, membolos pada saat jam pelajaran secara bersama-sama

sebagai bentuk protes atas ketidakpuasan mereka akan fasilitas sekolah yang

dijanjikan oleh pihak sekolah yang tidak kunjung ditepati. Selain itu ia dan

teman-temannya juga mempengaruhi siswa yang lain agar ikut serta dalam

aksi protes mereka. Jika pihak sekolah belum memenuhi keinginan mereka,

maka mereka tidak segan untuk melakukan perbuatan impulsif seperti

mencoret-coret dinding sekolah dan merusak mading sekolah.

70
RAHASIA

Munculnya perilaku konformitas teman sebaya dalam bentuk geng pelajar

dikarenakan adanya ketidakpuasan dalam diri terhadap fasilitas yang dimiliki

oleh sekolah, dimana banyak fasilitas tersebut banyak yang rusak dan tidak

digunakan, selain itu adanya ketidakadilan dari pihak guru serta penggunaan

hukuman fisik dan sindiran kepada siswa membuatnya semakin tidak nyaman

dengan kondisi sekolah.

XIII. DIAGNOSA KESELURUHAN

Kondisi fisik dan inteligensi dari ketiga siswa dapat digambarkan sebagai

berikut : D memiliki postur tubuh gemuk pendek dengan potensi kecerdasan

berada pada taraf rata-rata/average (FIQ = 91, OIQ = 98, VIQ = 82, PIQ = 108,

skala wechsler), potensi intelektualnya belum berkembang secara maksimal, G

memiliki postur tubuh kurus tinggi dengan potensi kecerdasan berada pada taraf

rata-rata/average (FIQ = 105, OIQ = 102, VIQ = 93, PIQ = 115, skala wechsler),

sedangkan Y memiliki postur tubuh yang proporsional dan tinggi dengan potensi

kecerdasan berada pada taraf yang sama dengan kedua temannya yaitu rata-

rata/average (FIQ = 99, OIQ = 89, VIQ = 93, PIQ = 105, skala wechsler),

potensi intelektual G dan Y sudah berkembang secara maksimal. Ketiga siswa

tersebut diketahui memiliki kondisi fisik yang normal tanpa cacat fisik.

Mereka bertiga memiliki kapasitas intelektual yang sama serta motivasi

berprestasi yang rendah. Disamping itu mereka memiliki karakter kepribadian

yang serupa, diantaranya memiliki kecemasan dan rasa tidak aman, suasana hati

71
RAHASIA

yang dipengaruhi oleh emosi, mudah dipengaruhi serta adanya kecenderungan

untuk bertindak impulsif. Mereka memiliki hambatan dalam berhubungan sosial

dengan lingkungan maupun orang lain serta dalam kehidupan keluarga mereka

merasa kurang dihargai dan kurang dipercaya serta sulit menyesuaikan diri

dengan aturan yang ada. Hal ini menyebabkan adanya kebutuhan mereka untuk

memiliki hubungan yang diwarnai oleh sifat egois serta kurang dewasa.

Adanya latar belakang status sosial keluarga serta karakter kepribadian yang

serupa membuat mereka bergabung dalam geng pelajar “manajemen” di

sekolahnya. Dalam kegiatannya dengan geng pelajar tersebut, mereka sering

melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dan cenderung negatif, seperti

melakukan protes dengan cara yang kurang sopan, yaitu dengan memberi

sindiran pada guru yang tidak mereka sukai, mempengaruhi teman kelas lain

untuk membolos pada jam pelajaran secara bersama-sama sebagai bentuk protes

hingga melakukan tindakan agresifberupa perusakan majalah dinding sekolah.

Kesamaan pada siswa D, G dan Y yaitu munculnya perilaku konformitas

teman sebaya dalam bentuk geng pelajar terlihat pada perilaku agresif saat

melakukan aksi protes kepada pihak sekolah. Menurut teori keseimbangan (a

balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore

Newcomb, seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan

sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Adapun

cara yang digunakan dalam usaha untuk menciptakan perilaku konformitas teman

sebaya yang positif adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

72
RAHASIA

1. Bimbingan Konseling

Konseling sebagai terapi dimaksudkan untuk dapat membantu individu untuk

mencapai perkembangannya secara optimal dan dalam setiap tugas

perkembangannya tidak mendapat masalah dan kendala. Strategi yang

digunakan untuk melaksanakan konseling dapat menggunakan teknik

pemecahan masalah (problem solving), dimana dalam prosesnya

menggunakan kreatifitas individu menilai perubahan yang ada dalam dirinya

dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan atau

penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.

2. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan

kepada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok diperlukan

untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi

siswa. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pemberian bimbingan

kelompok adalah dengan teknik pemberian informasi (metode ceramah), yaitu

pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar.

73
RAHASIA

XIV. INTERVENSI
Sehubungan dengan diagnosis permasalahan yang dihadapi oleh tiga siswi di

SMKIT Nurul Qolbi, yaitu peilaku melawan guru, maka CP merancang beberapa

tindakan intervensi yang dapat digunakan untuk membantu mereka mengatasi

permasalahannya tersebut dan memberikan upaya untuk menciptakan perilaku

konformitas teman sebaya yang positif. Tindakan yang dilakukan CP

diantaranya:

1. Bimbingan Konseling

Konseling yang dilakukan secara individual dimaksudkan untuk dapat

membantu siswi mencapai perkembangannya secara optimal dan dalam setiap

tugas perkembangannya tidak mendapat masalah dan kendala. Strategi yang

digunakan untuk melaksanakan konseling dapat menggunakan teknik

pemecahan masalah (problem solving), dimana dalam prosesnya

menggunakan kreatifitas individu menilai perubahan yang ada dalam dirinya

dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan atau

penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.

2. Bimbingan Kelompok

74
RAHASIA

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan

kepada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok diperlukan

untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi

siswa. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pemberian bimbingan

kelompok adalah dengan teknik pemberian informasi (metode ceramah), yaitu

pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar,

memberikan permainan (psikogames) dan psikodrama yang dapat mencairkan

suasana dan meningkatkan kebersamaan para siswi. Alat yang digunakan

dalam proses intervensi adalah laptop, projektor dan pengeras suara (speaker).

Tabel VII.2

INTERVENSI INDIVIDUAL
No. Perilaku Sebelum Intervensi Intervensi Perilaku Sesudah Intervensi
1. (Rabu/11 Januari 2012) - CP memberi bimbingan konseling D mulai menyadari
D merasa kecewa pada guru di untuk memberi kesadaran pada D pentingnya sopan santun
SMKIT Nurul Qolbi yang bahwa perilaku sopan santun dalam berkomunikasi
berlaku tidak adil, terutama merupakan salah satu adab dengan orang lain. Ia juga
pada siswa yang masih ada berkomunikasi dalam Islam serta menyadari bahwa dengan
hubungan saudara. Karena itu memberi alternatif solusi dalam perilaku sinis dan
ia sering bersikap sinis dan mengutarakan keinginannya tanpa menyindir akan semakin
menyindir guru yang tidak meninggalkan perilaku sopan membuat guru tidak
disukainya (Guru B dan guru S) santun menyukainya.

2. (Kamis/12 Januari 2012) - CP memberi bimbingan konseling G muali menyadari


G merasa tidak diperhatikan dengan menggunakan bantuan pentingnya pendidikan bagi
oleh orangtua, terutama ibu video pendek “Sepucuk Surat” masa depannya dan mulai
kandungnya karena ibunya untuk memberi kesadaran pada G ada kesadaran dalam diri G
lebih membela ayahnya. G juga akan sisi lain dari penceritaan untuk mulai meperbaiki
berkeinginan untuk keluar dari orangtua dan tugas bakti seorang hubungan dengan orangtua,
sekolah dan mencari pekerjaan anak kepada orangtua khususnya ibunya. Hal ini
kemudian kembali ke tempat - CP juga memberi konseling untuk terlihat dari tekad G untuk
kakek neneknya di Jogjakarta memberi kesadaran akan tidak terpancing emosi saat
pentingnya peranan pendidikan ibunya berkata kasar dan
bagi seseorang dalam mencari lebih memilih untuk
pekerjaan dan membangun karir di mendiskusikannya dengan
masa depan. kepala dingin di lain waktu.

3. (Jum’at/13 Januari 2012) - CP memberi bimbingan konseling Y muali mengerti bahwa

75
RAHASIA

Y sering mempengaruhi teman dengan memberi alternatif cara terdapat cara-cara lain
kelasnya untuk ikut positif yang dapat dilakukan dalam melakukan protes,
berpartisipasi dalam kegiatan untuk berdiskusi sehingga dengan hal yang lebih
protes geng “manajemen” mendapatkan hasil yang sopan dan lebih positif
terhadap pihak sekolah dengan diinginkan tanpa meninggalkan etika
mengajak teman-teman sebagai seorang pelajar
membolos pada jam pelajaran kepada gurunya.

INTERVENSI KELOMPOK
No Perilaku Sebelum Intervensi Perilaku Sesudah Intervensi
Intervensi
1 (Rabu/18 Januari 2012) Siswa dapat memahami
Siswa mengeluh tidak tahu - Memberi bimbingan kelompok hubungan pertemanan
bagaimana caranya memilih dengan tema “Landasan berteman yang baik sekaligus
teman yang baik dan cenderung dan bersahabat yang baik” dengan menyadari bahwa
lebih nyaman ketika berada bantuan slide power point (ppt) kemandirian dalam
dengan kelompok gengnya. pengambilan keputusan
juga berpengaruh kepada
hubungan pertemanan
yang baik dan berkualitas.
2 (Senin/23 Januari 2012) Siswa dapat memahami
Dalam melakukan aksi protes, - Memberi bimbingan kelompok langkah-langkah dalam
siswa tidak memperhatikan dengan tema “Landasan Perilaku menyampaikan pendapat
etika berdiskusi dan Etis” dengan bantuan slide power sesuai dengan etika yang
meggunakan cara yang kurang point (ppt) agar dapat membuat berlaku di masyarakat,
sopan, berupa sindiran kepada keputusan yang yaitu tanpa meninggalkan
guru maupun dengan mempertimbangkan aspek-aspek etika sopan santun dalam
membolos dan merusak etis menyampaikan pendapat
majalah dinding di sekolah

3 (Selasa/24 Januari 2012) Siswa mulai dapat


Dalam melakukan protes atau - Memberi bimbingan kelompok mengontrol emosinya,
menyampaikan pendapat dengan tema “Kematangan menghindari konflik
kepada guru, siswa lebih sering Emosi” dengan bantuan slide dengan orang lain serta
menggunakan emosi yang power point (ppt) agar dapat bersikap toleran kepada
negatif, seperti sindiran kasar mengekspresikan perasaan dalam perasaan orang lain
maupun perusakan cara-cara yang bebas, terbuka dan
tidak menimbulkan konflik
4 (Rabu/25 Januari 2012) Siswa menyadari akan
Siswa kurang dapat membuat - Memberi bimbingan kelompok keragaman alternatif
keputusan dalam memecahkan dengan tema “ Kematangan keputusan dan
masalah yang dialami sehingga Intelektual” dengan bantuan slide konsekuensi yang
cenderung menggunakan emosi power point (ppt) agar siswa dihadapinya sehingga
dan tindakan impulsif dalam dapat mengambil keputusan dan mereka mulai berhati-hati
menyampaikan pendapatnya memecahkan masalah secara dalam mengambil
objektif tindakan. Hal ini terlihat

76
RAHASIA

dengan adanya diskusi


yang dilakukan oleh geng
“manajemen” sebelum
menyampaikan protes
kepada pihak sekolah.

5 (Senin/30 Januari 2012) Siswa mulai dapat


Dalam berinteraksi dengan - Memberi bimbingan kelompok memahami dan menyadari
gengnya, para siswa kurang dengan tema “Kesadaran nilai-nilai persahabatan
memperhatikan teman kelas Tanggung Jawab Sosial” dengan dan keharmonisan dalam
yang lain dan cenderung bantuan slide power point (ppt) konteks keragaman
selektif dalam memilih agar siswa dapat mempelajari interaksi sosial. Hal ini
interaksi sosial dengan teman keragaman interaksi sosial terlihat dengan interaksi
sebaya mereka yang mulai
terbuka dengan teman
sebaya di luar komunitas
geng mereka

6 (Selasa/31 Januari 2012) Siswa menghargai


Siswa yang bergabung dalam - Memberi bimbingan kelompok keragaman peran laki-laki
geng pelajar cenderung lebih dengan tema “ Kesadaran atau perempuan sebagai
suka berkomunikasi dengan Gender” dengan bantuan slide aset kolaborasi dan
anggota gengnya dan menutup power point (ppt) agar siswa keharmonisan hidup. Hal
diri dari pergaulan dengan dapat mempelajari kolaborasi ini terlihat dari keterbukaan
teman yang lain antar jenis dalam ragam geng pelajar dalam
kehidupan mendiskusikan ragam
peran pekerjaan bagi pria
maupun wanita dalam
kelasnya.

7 (Rabu/01 Februari 2012) - Memberi bimbingan kelompok Siswa dapat mengenali


Siswa mengaku bahwa mereka dengan tema “Perkembangan potensi diri mereka masing-
kurang dapat mengenali potensi Pribadi” dengan bantuan slide masing dan menerima
diri mereka sehingga bingung powerpoint (ppt) agar siswa dapat keunikan diri dengan segala
dalam menentukan pilihan mengenali potensi yang kelebihan dan
pekerjaan dimikinya kelemahannya. Siswa juga
memahami keunikan diri
- CP juga membahas hasil tes yang dimiliki merupakan
RMIB yang telah dilakukan bagian dari kehidupan
sosial yang harus disyukuri
dan ditingkatkan

8 (Kamis/02 Februari 2012) Siswa dapat menampilkan


Siswa G dan Y ingin keluar - Memberi bimbingan kelompok hidup hemat, ulet dan
dari sekolah karena dengan tema “Kemandirian sungguh-sungguh serta
permasalahan ekonomi dan Perilaku Ekonomi dan kompetitif atas dasar
ingin mencari kerja. Y bekerja pembahasan Sekolah sambil kesadaran sendiri. Mereka
paruh waktu sebagai buruh Bekerja” dengan bantuan slide mulai dapat mengatur
cuci. Mereka merasa bingung power point jadwal dan membuat jurnal
memilih antara sekolah atau tabungan dan membiasakan
bekerja diri untuk hidup hemat.

77
RAHASIA

Mereka juga mulai


mengajak teman geng nya
untuk melakukan
penghematan dan saling
memberi motivasi agar
bersungguh-sungguh
belajar di sekolah demi
masa depan
9 (Senin/06 Februari 2012)
Siswa merasa bingung memilih - Memberi bimbingan kelompok Siswa mulai menyadari
antara sekolah atau bekerja dengan tema “Wawasan dan kemampuan diri, peluang
Kesiapan Karir” dengan bantuan dan ragam pekerjaan,
slide power point (ppt) agar pendidikan dan aktivitas
mereka dapat mempelajari yang terfokus pada
kemampuan diri, peluang dan pengembangan alternatif
ragam pekerjaan, pendidikan dan karir yang lebih terarah.
aktivitas yang terfokus pada Mereka menunjukan
pengembangan alternatif karir perilaku lebih serius dalam
yang lebih terarah belajar dan mengurangi
intensitas berkumpul dan
mengobrol dengan geng
karena menyadari
pentingnya pendidikan bagi
perkembangan karir
mereka di masa depan
10 (Selasa/07 Februari 2012) Siswa mulai dapat
Siswa merasa takut jika keluar - Memberi bimbingan kelompok melepaskan diri dari teman
dari geng atau membubarkan dengan tema “Kematangan gengnya dan menjalin
geng maka mereka akan Hubungan dengan Teman komunikasi dengan teman
menjadi lemah dan kesepian Sebaya” agar mereka dapat sebaya lainnya. Mereka
karena mereka hanya memiliki mempelajari cara membina tampak lebih santai dan
sedikit teman diluar geng kerjasama dan toleransi dalam dapat mengontrol emosi
pergaulan dengan teman sebaya jika menghadapi masalah

11 (Rabu/08 Februari 2012) Siswa dapat mengenal,


Pihak guru dan Siswa - Memberi bimbingan kelompok memahami serta
menyatakan banyak terjadi dengan tema “Kesiapan Diri menghargai norma-norma
pergaulan bebas di lingkungan untuk Menikah dan Berkeluarga” pernikahan dan
sekolah seperti menonton video diharapkan dengan adanya berkeluarga. Hal ini terlihat
porno maupun siswi yang hamil pembahasan ini, para siswa dapat dengan cara siswa
diluar pernikahan. Hal ini lebih bertanggung jawab dalam mengekspresikan
menjadi perhatian mengingat mengambil keputusan dan keinginannya untuk
geng pelajar “manajemen” tindakan serta dapat melindungi mempelajari norma
pernah tertangkap basah sedang diri sendiri dari perilaku pernikahan dan berkeluarga
menonton video porno di salah pergaulan bebas serta menyadari pentingnya
satu ponsel temannya sebuah hubungan
pernikahan yang serius
dalam jenjang
kehidupannya kelak

78
RAHASIA

XV. EVALUASI INTERVENSI

Evaluasi intervensi yang telah dilakukan oleh CP sebanyak 14 kali dalam

masa pemeriksaan psikologis dari tanggal 02 Januari 2012 hingga 10 Februari

2012, diketahui dapat membantu para siswa dalam mengatasi perilaku melawan

guru dalam bentuk geng pelajar. Dari pertemuan pertama hingga ke pertemuan

berikutnya para siswa menunjukkan perubahan ke arah yang positif. Sebelumnya

dalam melakukan protes, para siswa yang tergabung dalam geng pelajar

“manajemen” menyampaikan pendapatnya dengan cara yang kurang sopan,

seperti memberi sindiran pada guru yang tidak disukai, mempengaruhi teman

satu kelas untuk membolos pada jam pelajaran sebagai bentuk protes, hingga

melakukan perusakan majalah dinding di sekolah.

Setelah proses intervensi, mereka lebih dapat mengontrol emosi mereka dan

menyampaikan pendapat dengan langkah-langkah yang lebih positif yang sesuai

dengan norma dan etika dalam berkomunikasi. Mereka juga mulai terlihat

bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan tindakan serta lebih serius

dalam menghadapi pelajaran di sekolah demi mempersiapkan karir dan masa

depan mereka

Perubahan positif secara nyata terlihat dari diskusi yang diadakan oleh siswa

dan teman-temannya sebelum menyampaikan pendapat kepada pihak sekolah,

pihak sekolah pun merasa senang dengan perubahan sikap dari siswa. Mereka

79
RAHASIA

juga tidak lagi bergantung hanya pada teman gengnya, melainkan lebih terbuka

dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya yang bukan merupakan anggota

geng.

XVI. KESIMPULAN

1. Dari hasil pemeriksaan psikologis, diketahui siswa D, G dan Y memiliki

potensi kecerdasan pada taraf rata-rata, motivasi berprestasi yang rendah dan

memiliki kepribadian yang serupa, diantaranya kecemasan dan rasa tidak

aman, suasana hati yang dipengaruhi oleh emosi, mudah dipengaruhi serta

adanya kecenderungan untuk bertindak impulsif. Mereka memiliki hambatan

dalam berhubungan sosial dengan lingkungan maupun orang lain serta dalam

kehidupan keluarga mereka merasa kurang dihargai dan kurang dipercaya

serta sulit menyesuaikan diri dengan aturan yang ada. Hal ini menyebabkan

adanya kebutuhan mereka untuk memiliki hubungan yang diwarnai oleh sifat

egois serta kurang dewasa

2. Adanya latar belakang status sosial keluarga serta karakter kepribadian yang

serupa membuat mereka bergabung dalam geng pelajar “manajemen” di

sekolahnya. Dalam kegiatannya dengan geng pelajar tersebut, mereka sering

melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dan cenderung negatif, seperti

melakukan protes dengan cara yang kurang sopan, yaitu dengan memberi

sindiran pada guru yang tidak mereka sukai, mempengaruhi teman kelas lain

untuk membolos pada jam pelajaran secara bersama-sama sebagai bentuk

80
RAHASIA

protes hingga melakukan tindakan agresif berupa perusakan majalah dinding

sekolah

3. Cara mengatasi dengan melakukan dua intervensi yaitu : a) bimbingan

konseling menggunakan teknik pemecahan masalah (problem solving), dan b)

bimbingan kelompok yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

individu dalam situasi kelompok.

4. Setelah kegiatan intervensi, terlihat perubahan positif dimana para siswa

dapat mengontrol emosinya dan dapat berdiskusi serta menyampaikan

pendapat sesuai dengan norma dan etika sopan santun dalam berkomunikasi.

Mereka juga bersikap lebih terbuka dalam berinteraksi dengan teman lain

diluar kelompok gengnya

5. Intervensi yang dilakukan diketahui dapat meningkatkan motivasi berprestasi

dalam diri siswa untuk mempersiapkan mereka dalam dunia karir dan masa

depan. Para siswa juga lebih memahami pergaulan lawan jenis yang sehat

sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan bebas di lingkungan remaja.

XVII. SARAN

A. Saran untuk Siswa

1. Perilaku konformitas dijadikan sebagai wadah untuk mengeksplorasi diri

dalam kegiatan-kegiatan yang positif, seperti outbond untuk

meningkatkan komunikasi dan perasaan sportif juga melatih jiwa

kepemimpinan

81
RAHASIA

2. Perilaku konformitas dapat dijadikan sebagai wadah untuk memupuk

kreatifitas dan efektifitas sesuai minat bakat siswa, seperti dengan

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paskibra, drama teater dan majalah

dinding.

B. Saran untuk Pengajar

1. Guru bimbingan dan konseling agar memberikan layanan dan pembinaan

bagi siswa yang memiliki kecenderungan perilaku konformitas teman

sebaya dan mengarah ke perilaku geng pelajar yang negatif.

2. Membuat program kegiatan yang dapat membantu siswa agar memiliki

perilaku konformitas yang positif tanpa menghilangkan tanggung jawab

dan kemandirian dari siswa, seperti mengadakan outbond bersama atau

seni pentas drama dan tari

3. Dalam mengajar agar guru memberikan variasi metode pengajaran

sehingga pelajaran yang diberikan tidak terkesan monoton dan

membosankan, misalnya dengan mengadakan diskusi kelas atau tanya

jawab serta kuis cerdas cermat.

82

Anda mungkin juga menyukai