AKUNTANSI KEPRILAKUAN
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE.,M.Ak
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 (SEMBILAN)
MUHAMMAD QUDU’A AKASAFANI
(2020222596)
NURUL FAJRIAH AY
(2020222586)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berisikan tentang
“konsep dasar keuangan pemerintah”. Dimana maksud dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai kewajiban untuk melengkapi tugas kelompok sebagai mahasiswa
Institut Teknologi Dan Bisnis Nobel Indonesia Makassar untuk jurusan Akuntansi
untuk mata kuliah Akuntansi Keprilakuan.
Makalah ini disusun sesuai infomasi yang telah dijelaskan oleh dosen dan
juga bedasarkan hasil pencarian referensi pada media elektronik internet yang
disusun secara sederhana guna memenuhi kebutuhan mahasiswa yang ingin
mempelajari tentang Mental Accounting. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan baik dalam isi maupun sistematika
penulisannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan
yang kami miliki serta kami hanya manusia biasa yang takluput dari kesalahan.
Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang bersifat membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini dan
dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat, khususnya untuk kami yang meyusun makalah ini dan umumnya
untuk para pembaca makalah ini. kami sebagai penyusun makalah ini mohon maaf
apabila dalam penulisan makalah terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan
sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis. Sekian dan
terima kasih.
Peyusun,
KELOMPOK 9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian akuntansi untuk seorang individu atau sebuah rumah
tangga adalah sama dengan pengertian akuntansi untuk perusahaan bisnis
pada umumnya, yaitu untuk mencatat, mengelompokan, menganalisis dan
melaporkan transaksi ataukejadian ekonomi. Alasan mereka melakukan
proses akuntansi juga sama dengan alasan perusahaan menerapkan
akuntansi manajerial, yaitu untuk menelusuri kemana saja uang atau aset
mereka digunakan sehingga pembelanjaan yang mereka lakukan dapat
dikendalikan.
Setiap individu tentunya dihadapkan dengan situasi Pengambilan
keputusan, oleh karena itu pengambil keputusan Harus mengedepankan
rasionalitas sehingga tidak mengarah Pada hasil yang tidak optimal.
Kenyataan menunjukan bahwa individu seringkali tidak rasional dalam
pengambilan keputusan karena pengelolaan keuangan yang tidak baik.
Masalah keuangan yang dihadapi oleh setiap individu disebabkan karena
sebagian individu tidak mampu membedakan mana kebutuhan primer dan
sekunder serta tidak ada skala prioritas. Untuk mengatasi masalah keuangan
ini, individu memanfaatkan kemudahan fasilitas kredit yang diberikan oleh
pihak perbankan untuk membiayai kebutuhan mereka. Bahkan juga membuat
individu meningkatkan tingkat konsumsinya. Sehingga muncullah konsep
Akuntansi mental (atau akuntansi psikologis ) ini yang mana mencoba untuk
menggambarkan proses di mana orang mengkode, mengkategorikan, dan
mengevaluasi hasil ekonomi.
Proses akuntansi mental membantu dalam memahami pilihan-pilihan
yang dilakukan oleh setiap individu karena kaidah dari akuntansi mental ini
sifatnya tidak netral. Dalam akuntansi mental dikenal istilah fungsi nilai.
Fungsi nilai ini adalah representasi dari beberapa komponen pusat dari
kebahagiaan manusia. Mental accounting berkaitan dengan penganggaran
dan kategorisasi pengeluaran. Orang menganggarkan uang ke dalam
rekening mental untuk pengeluaran (misalnya, menabung untuk rumah) atau
kategori pengeluaran (misalnya, uang bensin, pakaian, utilitas. Akun mental
diyakini bertindak sebagai strategi pengendalian diri. Orang-orang dianggap
membuat akun mental sebagai cara untuk mengelola dan melacak
pengeluaran dan sumber daya mereka. Orang juga diasumsikan membuat
akun mental untuk memfasilitasi tabungan untuk tujuan yang lebih besar
(misalnya, biaya rumah atau kuliah).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Mental Accounting
2. Teori yang Mendasari mental Accounting
3. Mental Accounting Di Akuntansi
C. Tujuan
Mahasiswa Mampu Menjelaskan dan memahami tentang Mental Accounting
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mental Accounting
1. THALER (1985)
4. Faktor Demografis
Variabel demografis menurut Robb dan Sharpe (2009) adalah suatu
studi yang mempelajari karakteristik, sikap, dan perilaku seseorang yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya jenis kelamin, status pendidikan
dan pendapatan. Faktor lain yang termasuk dalam demografis adalah usia.
Faktor-faktor demografis biasanya mempengaruhi perilaku seseorang,
termasuk dalam perilaku keuangan. Pria memiliki pengetahuan lebih banyak
tentang uang dan lebih percaya diri dalam kecerdasan finansial mereka
daripada wanita. Pria memiliki pandangan yang lebih positif dan percaya
dengan memiliki uang mereka akan lebih diterima dalam lingkungan sosial
mereka. Dibandingkan dengan pria, wanita lebih memandang negatif
terhadap uang. Ada enam jenis kepercayaan tentang uang dan menemukan
bahwa wanita muda dan pria di Inggris memiliki perbedaan pandangan
terhadap uang. Pria lebih terobsesi dengan uang dibandingkan wanita.
Sebaliknya, wanita lebih konservatif dalam keuangan mereka. Orang tua
lebih cenderung melihat diri mereka sebagai penabung daripada pemboros
dan menggambarkan diri mereka bukan sebagai pembeli impulsif. Hal
tersebut berbeda dengan orang pada usia muda yang lebih fleksibel dan
secara konsisten memiliki pandangan bahwa pinjaman (penggunaan kredit)
lebih menguntungkan. Pendapatan juga merupakan salah satu faktor
demografis yang mempengaruhi perilaku keuangan. Menurut hipotesis
pendapatan permanen (Friedman, 1957) menunjukkan bahwa seseorang
akan mengambil pinjaman (kredit) ketika pendapatan mereka lebih rendah
dari yang diharapkan dan menyimpan ketika pendapatan mereka lebih tinggi
dari yang diharapkan. Hipotesis pendapatan relatif (Duesenberry, 1949)
dalam Hollander 2001 mengatakan seseorang cenderung membandingkan
diri dengan kebiasaan konsumsi orang lain. Jika mereka memiliki lebih sedikit
sumber daya keuangan yang tersedia, mereka mencoba untuk mengatasi
kesenjangan keuangan mereka dengan cara meminjam uang (kredit).
C. Mental Accounting Di Akuntansi
Mental acconting ternyata juga terjadi dalam aktivitas transaksi saham, baik trading
maupun investasi. Sejumlah pelaku pasar pernah berdiskusi dengan penulis tentang
posisi transaksi saham yang sedang rugi. Pelaku pasar tadi menanyakan waktu dan
level harga yang tepat untuk melakukan pembelian saham yang merugi untuk
menyelamatkan posisi rugi tersebut dengan melakukan pembelian di level bawah
(averagingdown).
Dengan melakukan averagingdown, rata-rata harga beli akan turun dan kalau harga
saham naik lebih mudah untuk keluar dari posisi saham tersebut dengan
breakeventpoint. Fokus yang dilakukan investor adalah mencari cara
menyelamatkan posisi yang rugi tadi, di mana seolah-olah ada akun tersendiri untuk
posisi saham tersebut.
Seharusnya pelaku pasar tidak perlu fokus pada setiap posisi sahamnya, tetapi lebih
melihat keseluruhan portofolio. Bila berpikir setiap posisi saham adalah akun yang
terpisah dan harus keluar pasar atau dijual dalam posisi untung, maka yang akan
terjadi adalah kerugian besar.
Pelaku pasar tidak berani melakukan cut loss dan berpikir menyelamatkan posisi
rugi tersebut dengan melakukan averagingdown. Bagaimana kalau saham tersebut
terus turun atau diam tidak bergerak. Menahan posisi rugi dan melakukan pembelian
di bawah membuat risiko menjadi lebih besar.
Tidak masalah bila ada beberapa posisi terpaksa keluar dari pasar atau dijual dalam
posisi rugi. Fokus harus diarahkan bagaimana supaya posisi portofolio secara
keseluruhan tidak mengalami kerugian, bahkan kalau bisa mengalami keuntungan
atau pertumbuhan.
Penulis juga pernah ditanya pelaku pasar yang ingin melakukan buyback saham
yang telah dijual rugi sebelumnya. Alasannya ingin mengembalikan kerugian yang
dialami di saham tersebut. Ada akun kerugian yang tertinggal di posisi saham
tersebut dan harus dikembalikan dengan meraih keuntungan di saham tersebut.
Bila pelaku pasar berpikir lebih jernih dan mampu mengesampingkan fenomena
akuntansi mental ini, tentu keputusan investasinya akan lebih baik dan punya
potensi keuntungan lebih besar.
PENUTUP
KESIMPULAN
Mental accounting dapat digunakan sebagai perangkat self control dalam
mencegah pemanfaatan dana untuk kepentingan yang bersifat komsumtif
atau overspending karena dana sudah dipisah dalam rekening tertentu.
Sehingga dana tidak mudah digunakan untuk kepentingan lain. Dengan
demikian semakin tinggi mental accounting pada diri seseorang maka
semakin rendah kemungkinan terkena masalah dalam kehidupan yang
dijalani. Alasan utama untuk mempelajari akuntansi mental ini adalah untuk
meningkatkan pemaham mengenai pilihan dari aspek psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Micrets Agustina Silaya, dkk. 2017. “Mental accounting Dan Faktor Demografi:
Fenomena Penggunaan Kartu Kredit Pada Pegawai Bank Danamon Cabang
Ambon” https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/sosoq/article/download/112/64, 11
Oktober 2021 pukul 21.30
https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Mental_accounting?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=nui,tc,sc
https://aditya140.wordpress.com/2020/10/17/pengertian-mental-accounting/