Anda di halaman 1dari 3

Sahabatku Saudara Yang Tidak Sekandung

Ketika kita berbicara mengenai sahabat, tentu semua orang memilikinya, baik
jumlahnya sedikit maupun banyak. Peran sahabat bagi kehidupan kita sangatlah penting
karena akan menentukan pergaulan dan kepribadian kita di masa yang akan datang. Sahabat
terkadang sudah seperti sebagai saudara kandung oleh sebagian besar orang, walaupun tidak
memiliki darah yang sama. Sahabat yang sejati bukan dilihat dari apa agamamu, sukumu,
rasmu, golonganmu dan status sosialmu. Sahabat yang baik (Kalyanamitta) dalam pandangan
buddhisme ialah orang yang selalu menolongmu baik pada waktu senang ataupun susah,
selalu memberimu nasehat yang baik dan selalu bersimpati atas keberhasilanmu.

Pada kesempatan kali ini, Aku akan membagikan pengalamanku mengenai apa arti
persahabatan yang sudah seperti sebagai saudara kandung walaupun tidak memiliki darah
yang sama. Ketika Aku berumur 11 tahun, Aku masuk salah satu sekolah negeri, saat itu
masih duduk dibangku kelas 4. Aku sangat merindukan momen dimana waktu itu bisa
bermain kelereng bersama kawan-kawan, bermain petak umpet dan kejar-kejaran. Terkadang
timbul perselisihan ketika kami bermain, ada yang egoisme, tidak bisa menerima kekalahan
dan lucunya sampai ada yang menangis dan berkata akan mengadukan kepada orang tuanya.
Tetapi anehnya, walaupun perselisihan sering muncul, kami selalu bisa selalu damai dan
rukun di hari esoknya.

Itu merupakan sisi terang yang masih teringat sampai sekarang walaupun sudah
belasan tahun berlalu. Dan sekarang Aku akan membagikan kisah sisi gelapnya. Aku adalah
minioritas dan merupakan keturunan etnis tionghoa. Seperti yang kita ketahui, sekolah negeri
lebih di dominasi oleh kelompok mayoritas. Aku masih ingat dan berbekas sampai sekarang
bagaimana saya sering di bullying dalam verbal. Awalnya terasa biasa saja, tapi lama
kelamaan membuat saya merasa jengkel dan marah. Apalagi yang membulling itu adalah
kakak kelasku sendiri.

Sampai diujung klimaksnya, akhirnya bulling verbal sudah menjadi tindakan


kekerasan. Aku sering dimintai uang, dipukul menggunakan rotan, dan dicubit. Jujur saja
psikologis Aku waktu itu terguncang, karena tidak tertahan dibullying setiap hari. Jiwaku
bergejolak menyuruh ragaku untuk melawan mereka. Aku sangat ingat waktu itu melawan 3
orang kakak kelasku di belakang sekolah. Aku mengambil ranting pohon yang cukup besar
untuk melawan mereka dan sambil menangis serta berteriak kerasnya menakuti mereka.
Secara logika Aku pasti kalah jika 1 melawan 3 karena keberanianku akhirnya mereka lari
ketakutan.

Ternyata ketika kejadian itu ada sahabat perempuanku yang melihat Aku dibulling.
Dan dia memberitahukan kepada wali kelas. Akhirnya 3 kakak kelasku diberikan sanksi oleh
guru dengan dipanggil orang tuanya. Orang tuaku waktu itu juga dipanggil untuk diberi
penjelasan. Sejak saat itu Aku tidak pernah dibulling, bahkan kawan-kawanku yang lain juga
tidak ada dibulling. Sampai disini Aku akan membagikan pengalaman sahabat perempuanku
yang telah membantu ku keluar dari permasalahan bulling ini.

Sebut saja nama panggilan akrabnya Nur, dia adalah sosok perempuan yang tegas,
baik hati, suka menolong dan pemberani dalam segala hal. Walaupun kami berbeda dalam
segala hal, dia menjadi ketua kelas yang mengayomi kawan-kawannya untuk tetap bersatu
padu. Hal yang tidak bisa Aku lupakan tentang dia sampai sekarang adalah kebaikannya
terhadapku.

Di waktu hari ulang tahunku, dia bersama kawanku yang lain menyusun suatu konsep
kegiatan diluar dugaanku. Aku masih ingat waktu malam hari sebelum ulang tahunku dia
menemuiku dirumah dan mengatakan besok untuk kesekolah. Ketika esoknya Aku sampai
disekolah. Ternyata sekolah terlihat sepi, hampir 1 jam menunggu akhirnya Aku memutuskan
untuk pulang.

Diluar dugaanku, kawan-kawanku muncul membawakan kado untukku. Dan yang


lebih membuat saya tercengang adalah Nur membawakan Kue Ulang Tahun untukku. Jujur
saja waktu itu Aku terharu dan menangis akan kebaikan teman-temanku, terutama Nur.
Walaupun acaranya sederhana tapi maknanya begitu dalam sekali. Sampai sekarang masih
belum terlupakan dan mungkin tidak akan tergantikan

Setahun kemudiaan, kami mendengar sebuah kabar duka, Nur sahabat terbaikku
meninggal dunia karena sakit kanker stadium akhir. Kelas kami semuanya menangis histeris
setelah mendengar kabar tersebut dan merasa kehilangan sekali sosok beliau yang
mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Walaupun Nur sakit keras selama bertahun tahun, dia
tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya kepada kami. Dia adalah sosok perempuan terhebat
yang pernahku temui. Sampai sekarang, walaupun sudah belasan tahun dia meninggalkan
kami, dia selalu menjadi sahabat terbaik dalam hidupku. Disinilah saya belajar banyak hal,
waktu terbaik adalah Sekarang, dimana engkau masih berada bersama dengan orang orang
yang engkau cintai terutama untuk sahabatmu. Mau sekaya apapun kita tidak akan bisa
membeli waktu yang telah berlalu bersama dengan orang orang yang kita cintai.

Profil Penulis

Ariya Sapta Putra ialah seorang kelahiran Pontianak, 10 Maret 2000, yang sedang
menyelesaikan studinya di UNTAN Pontianak, Mengambil Jurusan Akuntansi. Kegiatan
Organisasi yang diikuti sekarang adalah sebagai Pengurus di Himpunan Mahasiswa
Akuntansi (HIMASI) dan Pengurus Keluarga Besar Mahasiswa Buddhis (KBMB) UNTAN
sebagai anggota kerohanian, bertanggung jawab atas progja Artikel Buddhis.

Anda mungkin juga menyukai