100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
111 tayangan7 halaman
Kasus ini membahas masalah yang terjadi di Southwestern Free Clinic, yaitu organisasi yang sangat mekanistik dengan tingkat turnover karyawan yang tinggi. Proses perubahan meliputi penelitian tindakan, coaching eksekutif, survey, dan pembentukan Task Force untuk Perubahan. Rekomendasi Task Force tersebut diharapkan dapat meningkatkan beban kerja, manajemen, komunikasi, penghargaan, dan membangun peluang baru bagi klinik.
Kasus ini membahas masalah yang terjadi di Southwestern Free Clinic, yaitu organisasi yang sangat mekanistik dengan tingkat turnover karyawan yang tinggi. Proses perubahan meliputi penelitian tindakan, coaching eksekutif, survey, dan pembentukan Task Force untuk Perubahan. Rekomendasi Task Force tersebut diharapkan dapat meningkatkan beban kerja, manajemen, komunikasi, penghargaan, dan membangun peluang baru bagi klinik.
Kasus ini membahas masalah yang terjadi di Southwestern Free Clinic, yaitu organisasi yang sangat mekanistik dengan tingkat turnover karyawan yang tinggi. Proses perubahan meliputi penelitian tindakan, coaching eksekutif, survey, dan pembentukan Task Force untuk Perubahan. Rekomendasi Task Force tersebut diharapkan dapat meningkatkan beban kerja, manajemen, komunikasi, penghargaan, dan membangun peluang baru bagi klinik.
(CASE STUDY : COACHING AND CHANGE AT THE SOUTHWESTERN
FREE CLINIC)
Oleh: Kelompok 7 Fitri Amelyawati 092114253009 Akhada Iramawati 092114253013
MATA KULIAH ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE
PROGRAM STUDI S2 - PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Ringkasan Kasus COACHING AND CHANGE AT THE SOUTHWESTERN FREE CLINIC
Southwestern free clinic (SWFC) merupakan sebuah klinik yang menyediakan
layanan kesehatan dengan baiya yang rendah hingga gratis bagi penduduk yang memiliki penghasil rendah dan komunitas penduduk yang tidak memiliki asuransi kesehatan, misalnya orang miskin, dgelandangan, dan orang-orang yang masuk dalam kategori rendah secara sosial ekonomi. Dukungan keuangan berasal dari biayan minimal setiap pasien dan dana bantuan. Sebagaian besar uang klinik berasal sari sumbangan dalam bentuk barnag, dan bantuan dari penduduk yang kaya. Mayoritas pasien berasal dari kalangan hispanik/latin imigran dari meksiko dan amerika tengah dan beberapa dari kalangan afro amerika. Meskipun staf medis memiliki ras yang sama dengan kebanyakan pasien yang datang namun eksekutif klinik sebagian besar bukanlah hispanik/latin melainkan dari ras kulit putih. Situasi yang mendasari kasus di Southwestern Free Clinic adalah dimana desain organisasi klinik yang sangat mekanistik. Sebagain besar dari sistem pelayanan kesehatan, segala macamproses dan layanan yang diberikan oleh klinik terkontrol dengan ketat. Masing-masing personel staf di klinik memiliki deskripsi pekerjaan dan tanggung jawab tugas yang detail. Kepemimpinan dan arahan yang diberikan oleh eksekutif menggunakan sistem rantai komando top-down. Tim eksekutif percaya bahwa produktivitas dan efektivitas bawahan dicapai dengan baik melalui konsistensi dan keseragaman. Komunikasi diantara staf terjadi secara informal dan efektif. Pengambilan keputusan dalam operasi klinik diambil secara internal diantara para staf. Lingkungan internal organisasi yang terdiri dari staff non eksekutif bersifat kolegial dan rukun. Para staff melihat klinik sebagai keluarga yang memiliki tujuan utama menyediakan layanan untuk komunitas local atau dalam banyak kasus yang terjadi, tetangga dari staff yang bekerja diklinik. Para staff non-eksekutif ini sama-sama saling menikmati kedekatan mereka satu sama lain tidak hanya saat berada diklinik tapi juga ketika berada diluar klinik ketika pekerjaan merekas sudah selesai. Staff pendukung di klinik termasuk juru tulis dan personil non medis mencerminkan komunitas penduduk disekitar klinik, baik secara etnis, asal kebangsaan dan status sosial ekonomi. Dianggap kemampuannya agak terampil, karyawan latin
KELOMPOK 7 – ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE 2
yang bekerja sebagai staff pendukung mendapatkan upah sedikit diatas upah minimum (sekitar $9 per jam). Staff medis yang terlatih diberikan kompensasi yang lebih tinggi tapi jika dibandingkan dengan rata-rata upah yang diterima personel rumah sakit dan praktik swasta lainnya, cenderung rendah. Berbeda dengan gaji yang diterima oleh Leeza Smithton setiap tahunnya sebagai Excecutive Director (ED) sebesar $175.000, sedikit lebih tinggi dari gaji non-profit ED yang seharusnya diterima berdasarkan market rate-nya. Sebagai tambahan untuk personil yang dibayar, kebanyakan dokter yang bekerja di SWFC adalah volunteer, mereka menyediakan waktu sehari dalam seminggu untuk mendonasikan waktu dan keahliannya. Begitu juga dengan perawat dan spesialis, mereka kebanyakan adalah volunteer. Setelah melewati bebrapa tahun, turnover klinik meningkat diantara 35-50% setiap tahunnnya. Beberapa hal yang dinilai sebagai penyebab tingginya tingkat turnover adalah sebagai berikut : 1. Karyawan menilai mereka sudah bekerja cukup keras bagi klinik, tapi manajemen kurang peduli terhadap mereka. 2. Karyawan menilai bahwa manajemen atau staff eksekutif hanya senang memerintah bawahannya namun tidak pernah turun langsung dalam hal operasional dan jika ada sesuatu hal yang salah, staff eksekutif akan langsung menuduh karyawannya atas hal yang sebetulnya tidak mereka lakukan. 3. Karyawan merasa staff eksekutif (yang kebanyakan berasal dari ras mayoritas kulit putih) 4. melihat mereka sebagai kaum minoritas dan kurang mengapresiasi apa yng mereka lakukan seperti contohnya memberikan upah yang rendah bahkan dibawah upah minimum. Identifikasi masalah di Southwestern Free Clinic dengan melakukan isisiasi project pengembangan organisasi. Konsultas merekomendasikan pendekatan penelitian dibawah pengaturan pro-bono. Tim peneliti terdiri dari para konsultan dan beberapa mahasiswa Phd dibidang Psikologi organisasi. Ada 2 kontrak yang akan dijalankan, antara lain : 1. kontrak pertama mengcover aktivitas yang berhubungan dengan project penelitian Sputhwestern Clinic yang dimaksudkan untuk mrngidentifikasi
KELOMPOK 7 – ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE 3
kesehatan organisasi dan mengembnagkan gambaran yang lebih jelas dari isu terkini dan permasalahan yang membutuhkan perhatian dan perubahan. 2. Kontrak kedua menetapkan hubungan coaching ini adalah untuk meningkatkan kepemimpinan dan memperbaiki hubungan antara leader dengan bawahan. Selanjutnya aktivitas awal coaching para eksekutif. Pada sesi coaching yang pertama terdapat percakapan pembuka tentang kode etik dan standar yang sesuai dalam parameter yang dirahasiakan. Dan juga membahas penjadwalan, penilaian, goal setting dari coaching. Sesi yang kedua antara Smithton dan konsultan melanjutkan pembicaraan tentang mandate dewan tentang coaching. Langkah awal dari proses penelitian termasuk didalamnya interview kualitatif dan focus grup. Karyawan dipilih untuk interview individu oleh dewan organisasi dan mereka mencoba untuk memilih sampel yang merepresentasikan level dan fungsi yang berbeda dalam organisasi. Dalam fokus grup, konsultan melalui dewan manajemen mengundang karyawan yang telah dipilih untuk hadir dan berpartisipasi dalam grup kecil yang fungsinya untuk lebih memahami tentang SWFC. Tim konsultan membagi grup ini menjadi 6 fokus grup yang masing-masing grup terdiri dari 8-10 staff. Sesi ini dijadwalkan berjalan selama 90 menit. Untuk menjaga keterbukaan dan komunikasi yang jujur serta karena proyek ini merupakan bagian dari proses penelitian maka semua karyawan yang berpartisipasi menandatangani perjanjian konfidensial terlebih dulu. Ada 8 pertanyaan yang diajukan oleh tim konsultan untuk kemudian dikembangkan lagi dalam proses interview dan pertemuan fokus grup. Pertanyaan ini mengacu pada kelemahan dan kekuatan SWFC, apa ada perubahan yang dilihat oleh karyawan, bagaimana leader dan kepemimpinannya di SWFC, bagaimana pekerjaan mereka selama ini apakah mudah, menantang atau terlalu sulit dan karyawan disuruh menceritakan tentang bagaimana staff dan eksekutif saling berkomunikasi di SWFC. Dari analisis interview ini akan muncul 11 kategori yang berhubungan dengan kondisi kerja, orentasi dan pelatihan, komunikasi, pekerjaan itu sendiri, reward dan pengakuan, hubungan diantara unit kerja, hubungan diluar unit kerja, supervision, manajemen eksekutif, budaya organisasi dan penilaian keseluruhan tentang efektivitas.
KELOMPOK 7 – ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE 4
Konsultan juga melakukan survey dan umpan balik kepada Suthwestern Free Clinic, Konsultan melakukan survei yang berisi 3 pertanyaan terbuka. Survei diberikan kepada seluruh karyawan. Dari beberapa tahapan tersebut dapat disimpulkan beberapa masalah yang terjadi di Southestern Free Clinic adalah sebagai berikut : 1. Karyawan kurang puas terhadap kinerja manajemen eksekutif 2. Perilaku dan sikap pengawasan tidak konsisten 3. Komunikasi dalam organisasi tidak memadai 4. Kurangnya input karyawan dalam keputusan secara negative mempengaruhi pekerjaan dan pelayanan. 5. Pengakuan, reward, dan respek tidak memadai 6. Kepercayaan dan nilai organisasi tidak diaplikasikan seacara konsisten 7. Lingkungan fisik yang melelahkan 8. Turnover yang terlalu tinggi membuat organisasi kesulitan untuk lebih efisien
Pertanyaan dan Pembahasan Kasus
1. Evaluasi proses perubahan di Southwestern Free Clinic termasuk proses
coaching dan action research 2. Apa pendapat anda tentang rekomendasi TFC untuk perubahan ? Task Force Change (TFC) dibentuk saat retreat yang bertujuan untuk melanjutkan hari-hari diskusi dan inisiatif perubahan rencana yang telah diusulkan. TFC include membahas tentang beban kerja, manajemen/kepemimpinan, komunikasi, rasa hormat, serta pengakuan. TFC dipercaya dapat membawa peluang baru untuk pengembangan dan menerima tujuan dari Soutwestern Free Clinic. Meskipun dalam proses umpan balik survey dan inisiatif TFC menciptakan perasaan campur aduk bagi Smithton. Ia awalnya marah tentang TFC, dia “perlu” untuk merangkul solusi TFC karena menolak atau menyangkal TFC tidak akan terlihat bagus. meskipun sejumlah atribut dari Smithton tidak dapat diubah, pekerjaannya tetap menarik dan menantang. Dilemanya adalah Smithton benar-benar tidak ingin berada di tempat perawatan selamanya, melainkan menjadi seorang ibu rumah tangga. Maka dapat KELOMPOK 7 – ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE 5 disimpulkan, dilihat dari reaksi Smithton terhadap TFC maka bisa dianggap ia terpaksa dalam menerima TFC sebagai alat perubahan di Southwestern Free Clinic. Menurut Thomas Cummings intervensi pengembangan Manajemen dan Kepmimpinan adalah salah satu intervensi OD unutk mengembangkan talenta dan meningkatkan retensi karyawan. Para eksekutif setuju bahwa mempersiapkan pemimpinan adalah salah satu funsi penting tim manajemen puncak. Akan tetapi yang terjadi di SWFC adalah dimana pemimpin terpaksa untuk merangkul TFC supaya terlihat baik, maka menurut kami jabatan Eksekutif Direktor (ED) lebih baik diberikan kepada seseorang yang memiliki komitmen dan bisa untuk bekerjasama dalam aplikasi TFC, bukan seorang pemimpin yang menerima TFC karena tidak ingin terlihat buruk saja. Karena peran pemimpin sangat penting dalam menyukseskan perubahan di organisasi. Selain itu menurut Thomas Cummings, hasil hasil coaching dan mentoring sangat penting bagi karyawan minoritas perempuan, dan studio baru-baru ini menekankan bahwa jaringan mentor yang kuat sangat penting untuk membuat kemajuan, dan bahwa mentor kaum minoritas harus memahami tantangan yang disodorkan ras pada pengembangan dan kemajuan karir. Berdasarkan data diatas maka menurut kami TFC cocok untuk diterapkan di Soutwestern Free Clinic karena mayoritas karyawan Southwestern Free Clinic baik itu staf medis atau staff pendukung adalah kaum minoritas yang mempresentasikan kebanyakan pasien mereka. Dalam proses implementasi TFC lebih maksimal bila memakai metode coaching dan mentoring, dengan tujuan : a. Mengembangkan potensi tinggi atau memfasilitasi transisi b. Bertindak sebagai sounder board c. Menangani perilaku keluar jalur
Adapun tahapan penerapan coaching dan mentoring adalah sebgaai
berikut:
a. Menetapkan prinsip-prinsip hubungan
KELOMPOK 7 – ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE 6
b. Melaksanakan asesmen c. Debrief hasil-hasilnya d. Mengembangkan rencana tindakan e. Mengimplementasikan rencana tindakan f. Mengakses hasilnya
3. Bagaimana Anda mengelola proses tahun kedua ?
KELOMPOK 7 – ORGANIZATION DEVELOPMENT AND CHANGE 7