Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS

Lincoln Hospital: Third-Party Intervention

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pengembangan dan Perubahan Organisasi

Disusun oleh:

1. Aisyah Febri Liyanti 225221025


2. Andika Amirulhaqi 225221032
3. Dicky Bonar Saputra Situmeang 225221014
4. Fitri Nurmalasari 225221049
5. Kurniawati 225221048
6. Tedi Supriadi 2124253003
7. Firhando Gumelar 2124253029

PROGRAM STUDI S2 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
Lincoln Hospital: Third-Party Intervention
Overview Artikel

Rumah sakit Lincoln, yang memiliki 400 kamar di baratdaya Amerika Serikat dan baru
melakukan pemilihan Presiden rumah sakit baru, tengah menghadapi masalah terkait
pengelolaan operating room (OR) atau ruang bedah. Dalam kurun waktu 8 bulan terakhir,
sekitar 40% tenaga perawat memutuskan untuk keluar dari Lincoln Hospital. Hal ini berakibat
pada OR yang menjadi kekurangan sekitar 7 tenaga perawat untuk menjalankan operasi,
sedangkan para pengganti mereka masih kurang berpengalaman.

Disamping permasalahan perawat, masalah lain yang dihadapi adalah kekurangan


perlengkapan operasi pada saat dibutuhkan seperti perlengkapan operasi orthopedi (kaki palsu,
pinggung buatan, dll). Kendala lainnya adalah ketiadaan ahli anestesi pada saat dibutuhkan,
adanya konflik jadwal, dan karena tenaga medisnya semakin sedikit yang berakibat adanya
kemungkinan keterlambatan semakin besar yang akhirnya menunda beberapa pekerjaan yang
seharusnya diselesaikan saat itu juga. Lincoln Hospital juga menghadapi kendala eskalasi biaya,
perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, serta standar akreditasi yang ketat dari Joint
Commission on Accreditation of Hospital.

Selain masalah tadi, masalah utamanya disinyalir karena para dokter lebih
memprioritaskan ego dan kepentingan mereka sendiri dibandingkan kepentingan pasien dan
rumah sakit. Hal ini terbukti dengan adanya konflik berkelanjutan antara para dokter dan para
staf perawat. Konflik ini terjadi antara Don (Ketua bagian Bedah) dan Merry (Manager OR)
yang terus menyalahkan satu sama lain terkait masalah yang terjadi di rumah sakit Lincoln.

Oleh karena itu, presiden rumah sakit Lincoln meminta bantuan konsultan OD untuk
memberi solusi penanganan permasalahan-permasalan yang telah diuraikan diatas. Setelah Don
dan Merry diwanwancarai dan diminta untuk saling menuangkan pemikiran mereka terkait hal-
hal yang ingin mereka sampaikan mengenai masing-masing tanggung jawab secara tertulis, inti
permasalahan mulai tampak dan segera dicari solusinya. Setelah itu, mereka diminta untuk
menyampaikannya melalui presentasi dan mereka saling mendengarkan satu sama lain. Diskusi
ini menjelaskan bahwa tidak ada yang sengaja menyebabkan masalah bagi pihak lain.
Konsultan OD menggunakan desain yang mencakup berbagi persepsi, identifikasi
masalah, kontrak, dan pertemuan tindak lanjut. Pada pertemuan formal pertama mereka bersama
dengan Konsultan OD dan tiga wakil presiden yang bertindak sebagai pengamat, Mary dan Don
memulai dengan menulis jawaban atas tiga pertanyaan yang terdiri dari:

1. Apa yang dia lakukan dengan baik?

2. Menurut saya apa yang harus saya lakukan yang mengganggunya?

3. Apa yang dia lakukan yang mengganggu saya?

Proses menuliskan sesuatu dalam menjawab 3 pertanyaan di atas, sangat membantu.


Kegiatan tersebut memberi mereka waktu untuk terbiasa dengan situasi konfrontatif yang
eksplisit sebelum salah satu dari mereka memiliki kesempatan untuk "muncul" di sisi lain, dan
itu memaksa elemen rasionalitas ke dalam situasi yang bermuatan emosional. Juga, pertanyaan-
pertanyaan tersebut memerlukan jawaban spesifik mengenai perilaku, bukan subjektif
generalisasi tentang kepribadian. Mencantumkan perilaku tertentu membuat masing-masing dari
mereka menyadari bahwa setidaknya beberapa hal yang tidak mereka sukai tentang yang lain
dapat diubah.
Selanjutnya mereka menjelaskan jawaban-jawaban tersebut secara lisan, dalam urutan
yang ditunjukkan pada Gambar 1. Karena permusuhan timbal balik mereka, Konsultan OD
berpikir lebih aman untuk mengharuskan bahwa pada awalnya mereka menyampaikan ucapan
mereka hanya kepada pihak ketiga, bukan satu sama lain. Masing-masing, bagaimanapu
diperlukan untuk mendengar presentasi yang lain sehingga masing-masing akan memahami
persepsi yang lain. Dan karena keduanya dapat menyampaikan penjelasan tanpa gangguan,
masing-masing lebih cenderung mendengarkan yang lain. Sehingga sangat lebih baik untuk
memiliki persepsi positif terlebih dahulu.
Diskusi lisan dari pertanyaan yang diberikan dapat memperjelas bahwa tidak ada yang
sengaja menyebabkan masalah bagi yang lain, membuat kedua belah pihak kurang hipersensitif
terhadap penghinaan imajiner. Juga, karena keduanya jauh lebih keras pada diri mereka sendiri
daripada mereka satu sama lain, kritik yang lebih ringan yang mereka lakukan kemudian
langsung satu sama lain tidak hampir sama ofensifnya dengan yang seharusnya.
Gambar 1. Pertanyaan dan jawaban dari masing-masing informan

Setelah diskusi ini, Don dan Merry menjadi saling tahu permasalahan di masing-masing
unit dan tahu prioritas mana yang harus didahulukan. Akhirnya, adanya kemungkinan besar
untuk mereka mau mengerti satu sama lain dan saling menyetujui perubahan perilaku tertentu
dengan saling negoisasi. Nampaknya proses ini berhasil membuat kemajuan yang baik dalam
pemecahan masalah dengan saling mengerti tanggung jawab dan tugas bersama guna mengubah
keseluruhan dinamika hubungan dari saling mengisolasi menjadi saling berkolaborasi serta lebih
fokus pada solusi.
Question :

1. If you had been called by Lincoln’s president to help resolve the problems described in the
case, how would you have carried out the contracting and diagnosis stages? What would
you have done differently than what the OD consultant did?
Hal pertama yang akan saya lakukan adalah saya akan melakukan searching tentang profil
rumah sakit Lincoln’s, melihat tentang visi dan misi rumah sakit, struktur organisasi dan
kelembagaan yang ada pada Rumah Sakit Lincoln’s. Kemudian saya akan melakukan depth
interview dengan presiden rumah sakit tersebut. Saya akan bertanya perihal permasalahan
yang dihadapi dan resolusi apa yang diharapkan untuk organisasinya. Langkah berikutnya
yang akan saya lakukan adalah melakukan kontrak dengan RS Lincoln. Kemudian saya akan
melakukan diagnosa permasalah yang ada di RS Lincoln, dengan berbekal hasil interview
presiden RS Lincoln, saya akan mendesain diagnosing, adapaun proses diagnostic data yaitu
dengan 3 metode, yaitu:
a. Survey dan questioner, saya akan menyebarkan questioner ke seluruh staf RS Lincoln
b. Interview, saya akan menginterview pimpinan di OR dan beberapa staf yang bertugas di
OR baik dari dokter maupun perawat.
c. Observation, saya juga akan melakukan observasi terkait perilaku karyawan di OR.

2. Is third-party intervention an appropriate intervention in this case? Other possible OD


interventions?
Iya, karena konflik yang terjadi di RS Lincoln merupakan konfilk yang muncul karena
masalah substansi yaitu permasalahan metode kerja di OR, perbedaan sudut pandang dari
ketua bagian bedah dan manager OR terkait SOP di ruangan bedah menyebabkan konflik
tersebut kian membesar. Konflik tersebut secara signifikan mengganggu interaksi tugas yang
diperlukan dan hubungan kerja di antara anggota di ruang OR bahkan tingkat turn over
kayawan di OR pun juga tinggi, oleh karena itu perlu melibatkan pihak ketiga pada
penyelesaian masalah, karena pihak ketiga dinilai lebih netral dalam mendiagnosing masalah
dan memberikan intervensi.
Intervensi lain yang dapat OD terapkan :
 Process Consultation : Metode perubahan ini memobilisasi anggota organisasi untuk
mengidentifikasi masalah, menetapkan target tindakan, dan mulai bekerja pada masalah.
Pertemuan kelompok yang tepat dapat diadakan dengan anggota yang terlibat dalam
proses OR. Setelah identifikasi masalah bersama maka diharapkan memperoleh solusi
bersama dan meningkatkan kinerja organisasi.
 Team Building : Intervensi ini membantu kelompok kerja menjadi lebih efektif dalam
menyelesaikan tugas. Kelompok kerja atau tim kerja yang dipilih dari staf yang bekerja di
ruang operasi karena salah satu masalah dasar berada pada ruang operasi. Memberikan
mereka kesempatan untuk menyelesaikan perbedaan mereka dan membangun menuju
tujuan bersama.

3. How effective was the third-party intervention?Next steps?


Intervensi pihak ketiga cukup efektif untuk menangani konflik yang terjadi dalam suatu
organisasi terutama jika konflik tersebut mengganggu interaksi tugas dan hubungan
interpersonal SDM di organisasi tersebut. Intervensi pihak ketiga membantu orang
menyelesaikan konflik melalui metode seperti pemecahan masalah, tawar-menawar, dan
konsiliasi. Namun tidak semua kasus harus melibatkan pihak ketiga dalam penyelesaian
masalah, selama organisasi bisa mengatasinya maka tidak diperlukan pihak ketiga untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai