Referat
Oleh :
21360120
PRECEPTOR:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga Referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan
judul “ACUTE LIMB ISCHEMIC”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa referat ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisannya, penggunaan tata bahasa, dan
dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr. Irfansyah, Sp.B
yang telah membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama membantu
menyusun referat ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
oleh penyempitan dari arteri perifer yang mengalirkan darah ke tungkai. Penyebab
utama dari penyakit ini adalah atherosklerosis, thromboemboli, dan vaskulitis yang
Prevalensi PAP mencapai 20% pada orang dewasa berusia lebih dari 55 tahun.
Puncak insidensi PAP adalah 60 kasus per 10.000 orang per tahun dengan
Menurut panduan AHA 2016, PAP dibagi menjadi empat kategori, yaitu
asimtomatis, klaudikasio, critical limb ischemic dan acute limb ischemic. Acute
limb ischemic (ALI), atau iskemia tungkai angkut, adalah penurunan perfusi
viabilitas anggota gerak. Munculannya bisa terjadi hingga 2 minggu dari onset
gejala. ALI dapat diingat dengan gejala “6P” yaitu pain (nyeri), paralysis
Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North American
klasifikasi untuk oklusi arterial akut yang dibagi ke dalam tiga kelas yaitu, Kelas I
ALI dapat dikategorikan sebagai: Kelas I (perfusi jaringan masih cukup), Kelas II-
a (perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu), Kelas II-b (perfusi
jaringan tidak memadai), Kelas III (telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan
kehilangan sensasi sensorik, kelainan kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit).
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Munculannya bisa terjadi hingga 2 minggu dari onset gejala.4 Pada referensi lain,
ALI disebabkan oleh penyumbatan tiba-tiba dari aliran arteri ekstremitas akibat
emboli atau trombus. Ancaman tersebut tidak hanya pada angggota gerak tubuh,
namun juga dapat berisiko tinggi kematian. Hipoperfusi anggota gerak tubuh dapat
2.2 Epidemiologi
Insidensi acute limb ischemic (ALI) mencapai 1,5 kasus per 10.000 orang
pertahun . ALI sering terjadi pada laki-laki dan wanita tua dengan usia rata-rata 75
tahun. Faktor risiko terjadinya ALI antara lain usia, merokok, diabetes, obesitas,
pola hidup yang tidak teratur, riwayat penyakit vaskular dalam keluarga, kolestrol
Insidensi ALI pada ekstremitas bawah mencapai 9–16 kasus per 100.000 orang
per tahun dan pada ekstrimitas atas mencapai 1–3 kasus per 100.000 orang per tahun
2.3 Etiologi
Etiologi dari ALI perlu dibedakan antara etiologi emboli dan trombosis in situ.
Kondisi iskemia yang disebabkan oleh emboli dihubungkan dengan onset yang
cepat, riwayat penyakit jantung sebelumnya dan tidak adanya riwayat PAD
sebelumnya. Selain itu, pemeriksaan ekstrimitas kontralateral biasanya
memberikan hasil yang normal. Meskipun etiologi emboli atau trombosis harus
segera diketahui, penegakan diagnosis dan tatalaksana ALI harus segera dilakukan
a. Trombosis
seperti yang dilaporkan pada uji klinis Thrombolysis or Peripheral Arterial Surgery
(TOPAS) yang menemukan kasus ALI sekitar 85% dari seluruh kasus. Angka
kejadian kasus emboli telah menurun sejak beberapa dekade terakhir. Pada sebuah
penelitian di Yunani yang mengevaluasi ALI pada pusat rujukan antara tahun 2000
dan 2004, sebanyak 40% kasus disebabkan oleh kejadian emboli, sedangkan
trombosis in situ menjadi penyebab pada 50% kasus, dan sisanya sebesar 10%
disebabkan oleh trauma, injuri iatrogenic, vaskulitis, atau diseksi. Sebanyak 78%
kasus emboli berasal dari jantung, dan sebanyak 9% dari kasus emboli tidak
ditemukan asalnya. Di antara seluruh kasus trombosis in situ, sebanyak 30% terjadi
pada arteri normal, sedangkan 70% terjadi pada pembuluh darah yang mendapat
4
intervensi (65% graft trombosis dan 5% berupa trombosis akibat pemasangan stent
di iliaka atau infrainguinal). Sebanyak 30% penyebab iskemia anggota gerak akut
dikarenakan surgical graft thrombosis. Pasien dengan graft dapat mengalami graft
trombosis dan berkembang menjadi gejala iskemia anggota gerak akut dikarenakan
atau retained valves. Kompresi atau kinking pada graft juga dapat menyebabkan
aortoiliac, maka thrombosis stent graft akut ditambahkan menjadi salah satu
dengan ALI. Pada suatu review yang dilakukan pada 900 pasien yang mengalami
ALI sekunder akibat trombosis aneurisma popliteal, sebear 14% kasus dilaporkan
harus menjalani amputasi. Pada penelitian ini, terapi trombolisis dipandu kateter
kemungkinan dilakukannya amputasi, akan tetapi hal ini secara signifikan akan
b. Emboli
ALI sering disebabkan oleh emboli yang paling banyak berasal dari jantung.
reumatik dengan pembesaran atrium merupakan suatu kejadian yang jarang terjadi
karena prevalensi penyakit katup jantung reumatik saat ini telah menurun secara
5
substansial. Fibrilasi atrium terkait usia dan disfungsi ventrikel kiri dengan
myxoma, atau paradoxical embolism yang disebabkan oleh patensi foramen ovale
yang memungkinkan transit trombus yang ada di vena ke dalam sirkulasi arteri.
Oklusi emboli akut terkait aneurisma aorta dan trombus intramural jarang terjadi.10
c. Penyebab Iatrogenik
ALI dapat disebabkan oleh metode akses arterial melalui arteri femoralis dan
cedera pembuluh darah di lokasi akses, baik dengan terbebasnya alat penutup
vaskular ataupun dengan adanya injuri langsung pada arteri femoralis major
maupun arteri iliaca major. Demikian juga, thrombosis yang terjadi terkait kateter
d. Sebab Lain
kokain, dilaporkan dapat menyebabkan oklusi pada distal aorta dan pembuluh darah
iliaka, dimana tunika intima mengalami kompresi oleh tunika media. DVT (deep
segera untuk mengembalikan aliran darah balik vena dan juga aliran arterial ke
ekstremitas bawah.
2.4 Patofisiologi
bifurkasio aorta, iliaka, femoral, atau popliteal di area kaki, dan bifurkasio brachial
6
pada lengan. Trrombosis in situ seringkali menyebabkan gangguan pada arteri
femoral dan popliteal, terutama pada kondisi pasien yang pernah mengalami bypass
arteri, ruptur plak atherosklerosis, atau pada keadaan output yang menurun.
progresif menyebabkan disfungsi dan kematian sel. Hipoksia otot akan menurunkan
pada serabut otot. Bersamaan dengan kerusakan pada struktur mikrovaskular dan
membran sel; kalium, fosfat, kreatinin kinase dan myoglobin intrasel akan keluar
Jaringan otot dan saraf cukup rentan mengalami cedera iskemia, sehingga ada
atau tidaknya defisit neuromotorik menjadi salah satu faktor yang sangat penting
untuk menilai keparahan ALI. Kerusakan otot yang ireversibel akan dimulai setelah
3 jam terjadinya iskemia dan kerusakan total akan terjadi setelah 6 jam terjadinya
iskemia. Cedera otot skeletal akan diikuti dengan kerusakan mikrovaskular yang
progresif. Semakin parah kerusakan seluler yang terjadi, semakin besar perubahan
7
berhenti dalam waktu beberapa jam. Secara teori, butuh waktu sekitar 6 jam untuk
menyebabkan cedera fungsional yang ireversibel. Rentang waktu ini dapat lebih
Kondisi iskemik akan memicu cedera reperfusi, yaitu suatu proses yang dipicu
oleh pengembalian perfusi dan dimediasi oleh kompleks kaskade sitokin, reactive
oxygen species (ROS), dan neutrofil. ROS (seperti superoxide anion, hydrogen
xanthine oxidase, suatu enzim yang berlokasi di sel endotel mikrovaskular pada
otot skeletal, akan teraktivasi pada kondisi iskemik. Pada kondisi normal, xanthine
akan terakumulasi selama iskemia. Ketika oksigen diperoleh selama fase reperfusi,
permeabilitas vaskular dalam otot pasca kondisi iskemik. Peran penting oksigen
elemental dan peran oksigen radikal dalam injuri reperfusi sering diabaikan pada
selama reperfusi mirip dengan respon injuri mikrovaskular yang tampak setelah
8
reperfusi normoxic. Demikian juga, pengenalan oksigen kembali secara bertahap di
nekrosis postischemic.11
kerusakan lokal maupun sistemik yang disebabkan proses reperfusi. Leukosit juga
Neutrofil teraktivasi akan terakumulasi di dalam otot yang mengalami reperfusi dan
Iskemia dan reperfusi otot skelet akan menstimulus sejumlah kaskade inflamasi
dan fosfolipid, aktivasi leukosit, dan disfungsi endotel. Interleukin (IL)-1β dan
tumor necrosis factor (TNF) – α dapat segera dideteksi setelah reperfusi dan
kapiler, dan menstimulasi produksi IL-6 dan IL-8, yang mana kemudian akan
9
mengaktivkan leukosit.11
Efek klinis dari respon seluler terhadap reperfusi dapat berupa pembengkakan
jaringan, suatu kondisi kerusakan yang hebat pada ruang tertutup, di lengan bawah,
paha, betis, dan pantat. Peningkatan tekanan kompartemen di dalam batas fascia
menyebabkan penurunan gradien perfusi dan aliran darah kapiler sehingga tidak
dalam acute lung injury pada injuri reperfusi. Sehingga, edema paru nonkardiak
dapat terjadi setelah proses reperfusi pada ekstremitas bawah, suatu proses yang
Sindroma reperfusi terdiri atas dua komponen. Respon lokal terhadap reperfusi
reperfusi dapat berupa kegagalan multiorgan dan kematian. Respon sistemik inilah
yang menyebabkan kegagalan intervensi pada iskemia anggota gerak tingkat lanjut
dan ireversibel. Derajat respon inflamasi yang terjadi setelah proses reperfusi
bervariasi. Ketika nekrosis otot seragam maka dikatakan respon inflamasinya kecil.
jaringan terhadap lokasi oklusi dan efisiensi suplai darah melalui pembuluh
kolateral. Besar kecilnya respon inflamasi akan ditentukan oleh seberapa luas zona
10
besar otot yang terjadi dengan injuri iskemik tingkat lanjut dan nekrosis jaringan
sirkulasi sistemik. Efek perusak dari proses reperfusi dapat menyebabkan pasien
beberapa jam dan dapat berkembang hingga beberapa hari akibat oklusi embolus,
klaudikasio intermiten baru atau yang mengalami perburukan. Onset cepat dari ALI
merupakan akibat penghentian suplai darah dan nutrisi yang tiba-tiba ke jaringan
1. Pain (nyeri)
dengan intensitas yang hebat, dengan onset dalam beberapa jam. Namun
apabila sudah mengalami neuropati bisa saja nyeri sudah tidak dirasakan lagi.
2. Pallor (pucat)
sehingga kulit akan tampak bewarna putih “marble”. Beberapa jam kemudian
akan tampak perubahan warna menjadi biru muda atau ungu akibat
deoksigenasi.
11
3. Poikilothermia (suhu berbeda-beda)
Perbedaan suhu paling baik diraba pada bagian dorsum jari, dan dibandingkan
teraba denyut di daerah femoral tetapi tidak teraba di daerah popliteal, hal ini
5. Paresthesia (kesemutan)
iskemia ireversibel, dan pasien mungkin paling baik diobati dengan amputasi.
14,15
6. Paralysis (kelumpuhan)
Gejala yang paling sering ditemukan pada ALI di kaki adalah penurunan
12
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi Acute Limb Ischemic berdasarkan gejala klinis sesuai kriteria
Rutherford :
meski terdapat penyempitan arteri, tidak ada kehilangan sensasi motorik dan
sensorik, pada pemeriksaan doppler sinyal arteri dan vena dapat terdengar.
masih baik, pemeriksaan doppler sinyal vena dapat terdengar tetapi arteri
tidak.
kehilangan sensasi sensoris lebih luas dan kelemahan motorik otot ringan
hingga sedang, pada pemeriksaan doppler sinyal vena dapat terdengar tetapi
arteri tidak.
●
Kategori III :telah terjadi kerusakan jaringan dan syaraf yang tidak bisa
diselamatkan, sensasi sensoris tidak ada sama sekali sehingga nyeri juga
13
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Gejala kaki pada ALI berhubungan terhadap nyeri atau gangguan fungsi. Onset
serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan intensitasnya, bagaimana
perubahan keparahan sepanjang waktu harus digali pada pasien. Untuk mengetahui
gejala, pertanyaan yang ditanyakan berupa adanya rasa sakit pada kaki waktu
berjalan, apakah rasa sakit muncul pada waktu perubahan posisi dari duduk ke
berdiri atau sebaliknya, dan juga untuk mengetahui lokasi rasa sakit dan apakah
rasa sakit masih dijumpai saat istirahat. Onset tiba-tiba dapat memiliki implikasi
etiologi (seperti, emboli arteri yang cenderung muncul lebih mendadak daripada
termasuk stenosis spinal, artritis, saraf yang tertekan, sindrom kompartemen kronis,
Hal ini penting untuk ditanyakan, apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki
“sirkulasi yang buruk” pada masa lampau, dan apakah didiagnosis memiliki
14
sumber emboli). Pasien juga sebaiknya ditanyakan tentang penyakit serius yang
Hal penting saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien ALI adalah
dilakukan adalah :
a. Inspeksi Kaki
Adanya tanda-tanda rubor, pucat, tidak adanya rambut kaki, distropia kuku jari
ibu kaki dan rasa dingin pada tungkai bawah, kulit kering, fisura pada kulit yang
merupakan tanda insufisiensi pembuluh darah. Diantara jari kaki juga ditemui
adanya fisura, ulserasi dan infeksi. Adanya bruit pada femoral menolong pemeriksa
untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteri perifer yang cukup tinggi yaitu 95%
dari data yang ada, dan dikatakan walaupun sensitifitas dari pemeriksaan fisik
sekitar 29% tapi dengan kehadiran bruit diatas, kemungkinan untuk ALI pada
Pada palpasi, denyut nadi merupakan komponen rutin yang harus dinilai.
Penilaian meliputi arteri femoralis, poplitea dan arteri dorsalis pedis. Denyut arteri
dorsalis pedis akan menghilang pada 8,1% populasi normal, arteri tibialis posterior
pada 2,0% populasi normal. Bila tidak dijumpai kedua denyut nadi pada kaki
15
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
ALI adalah:
rasio TD sistolik pembuluh darah arteri pedis dibanding pembuluh darah arteri
Pemeriksaan ini mencatat TD sistolik kedua arteri brachialis dan kedua arteri
dorsalis pedis serta arteri tibialis posterior. ABI dihitung pada masing-masing
tungkai dengan pembagian nilai tertinggi TD sistolik pergelangan kaki dibagi nilai
tertinggi TD sistolik lengan, yang dicatat nilai dengan 2 angka desimal. 18,19
1. Individu yang diduga menderia gangguan arteri perifer karena adanya gejala
exertional leg atau luka yang tidak sembuh
2. Usia >65 tahun
16
Gambar 2.1 Ankle Brachial Index
2. ABI dapat meningka karena adanya kalsifikasi arteri pada perhelangan kaki
17
b. Segmental Limb Pressure dan Pulse Volume Recording
Segmental Limb Pressure dapat menilai adanya penyakit arteri perifer serta
lokasinya yang dicatat dengan alat doppler dari Plaethysmographic Cuffs yang
ditempatkan pada arteri brakialis dan daerah tungkai bawah termasuk diatas paha,
dibawah lutut dan pergelangan kaki. Test ini mempunyai batasan yang sama dengan
ABI tentang adanya pembuluh darah yang kaku. Segmental Limb Pressure dapat
97%. Pulse volume recording digunakan dengan sistem cuffs dimana Pneumo
jantung. Perubahan kontur nadi dan amplitudo juga dapat dianalisa. Gelombang
normal bila kenaikannya yang tinggi, puncak sistolik yang menajam, pulsasi yang
menyempit, adanya dicrotic notch sampai dasar. Pada gangguan arteri perifer,
Pengukuran ABI dilakukan dengan kombinasi pre dan post aktivitas yang dapat
pembuluh darah arteri perifer atau pseudo-claudication dan menilai status fungsi
pasien dengan gangguan pembuluh darah arteri perifer. Metode ini baik dan non
digunakan bila nilai ABI saat istirahat normal, tetapi secara klinis diduga
18
Pasien diminta untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit
atau tapping atau bruit; dapat dipastikan terdapat gangguan aliran darah. Tekanan
darah yang berkurang lebih dari 20% menunjukkan adanya kemungkinan ALI. 18,19
d. Duplex Ultrasonography
flow Doppler, dan pulse Doppler velocity profiles. Pencitraan grey-scale akan
Doppler akan menampilkan aliran darah yang berwarna dan Doppler velocity
profiles akan menghitung kecepatan aliran dalam bagian penampang arteri yang
diperiksa. 18,19
Alat ini berguna dalam mendeteksi PAP pada tungkai bawah yang juga sangat
berguna dalam menilai lokasi penyakit dan membedakan adanya lesi stenosis dan
oklusi, selain itu juga dapat sebagai persiapan untuk pasien yang akan dilakukan
e. Angiography
19
Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan invasif dan memerlukan izin pasien.
Saat ini di Indonesia pemeriksaan invasif ini dapat dikerjakan oleh radiologis,
kepada pasien dengan gagal ginjal oleh karena menggunakan zat kontras. 18,19
CTA digunakan sebagai alat terbaru diagnostik penyakit arteri perifer, dengan
kemampuan resolusi tampilan gambar lebih baik dan tiap scanning menampilkan
menampilkan gambar yang lebih cepat dan ketepatan lebih baik dibandingkan
dengan MRI. CTA khususnya berguna dalam pencitraan kelainan pembuluh darah
yang memiliki struktur kompleks seperti dalam kasus-kasus aneurisma aorta. CTA
berbahaya digunakan pada pasien dengan gagal ginjal. Zat kontras pada CTA
MRA khusus digunakan sebagai diagnosa radiologi penyakit arteri perifer. MRA
intravena. MRA atau CTA dapat diindikasikan apabila pasien tidak dapat
perdarahan. MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung atau
20
2.8 Tatalaksana
2.8.1.Medikamentosa
Streptokinase , urokinase dan lain lain. Pada penderita Iskemia tungkai akut pada
saat penderita datang biasanya langsung dilakukan pemberian heparinisasi. Ada dua
tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian heparin yaitu untuk mencegah
2 kali kontrol. Revaskularisasi yang dilakukan pada penderita iskemia tungkai akut
pelepasan zat zat toksik radikal bebas dari daerah yang mengalami iskemia dan
memasuki sirkulasi sistemik. Ini akan mengakibatkan gangguan fungsi pada organ
seperti ginjal, paru, jantung dan otak. Hal ini dikenal sebagai cedera reperfusi dan
pertimbangan pasien dalam hal ini tidak realistis terutama jika tindakan
terkena sesegera mungkin baik dengan menggunakan obat obatan, peralatan medis
ataupun dua duanya. Pasien dengan iskemia yang lebih dari 24 jam, tungkai mati,
21
pintasan dengan graft terinfeksi atau kontra indikasi untuk trombolisis tidak
inflow dan outflow serta panjangnya segmen yang terkena. Operator menyeberang
lesi dengan menggunakan wire dan kateter yang memiliki beberapa lobang yang
fibrin. Obat yang pertama kali digunakan untuk intraarterial trombolisis adalah
dan efek samping perdarahan besar dan resiko alergi juga besar. 21
Pada sebagian besar kasus kateter dapat menyeberang lesi dan keberhasilan
pada sebagian besar kasus mencapai 75 sampai 90%. Sering timbul sisa trombus
pada distal dari lesi yang biasanya menghilang pada saat diberikan trombolisis
Perdarahan sering timbul pada tempat masuknya kateter, tetapi juga dapat timbul
pada tempat lain. Resiko perdarahan timbul pada 6 – 9% kasus dan resiko
perdarahan intra kranial biasanya mencapai 3%. Resiko makin tinggi sebanding
dengan lama dan dosis trombolisis, hipertensi, usia lebih dari 80 tahun dan jumlah
trombosit rendah.21
22
2.8.3. Revaskularisasi Bedah
terjadi pada penderita dengan gangguan kronik pada pembuluh darah. Terapi
kelainan kronik pada pembuluh darah angka amputasi biasanya tinggi akibat
2.9 Prognosis
Pasien dengan akut limb iskemik biasanya memiliki faktor pencetus berupa
Populasi ini memiliki prognosis jangka panjang yang buruk. Angka kelangsungan
hidup rata-rata dalam lima tahun pada iskemik tungkai akut yang disebabkan oleh
thrombosis adalah sekitar 45%, dan jika disertai dengan emboli, akan berkurang
menjadi sekitar 20%. Angka kelangsungan hidup rata-rata pada 1 bulan penderita
yang berusia diatas 75 tahun dengan iskemik tungkai akut adalah sekitar 40%.
Resiko untuk kehilangan anggota gerak tergantung kepada beratnya iskemik dan
23
BAB III
KESIMPULAN
anggota gerak.
2. Insidens Acute Limb Ischemic (ALI) mencapai 1,5 kasus per 10.000 orang
pertahun ,pada ekstremitas bawah mencapai 9–16 kasus per 100.000 orang
per tahun dan sekitar 1–3 kasus per 100.000 orang per tahun yang
5. Gejala klinis ALI dapat diingat dengan “6P” yaitu pain (nyeri), paralysis
seperti rasa sakit pada kaki waktu berjalan, perubahan posisi dari duduk ke
berdiri atau sebaliknya, dan juga untuk mengetahui lokasi rasa sakit dan
24
dibanding pembuluh darah arteri lengan. Pemeriksaan penunjang lain
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Lilly LS. Diseases of the Peripheral Vasculature. In Pathophysiology of Heart
Disease, 5th Edition. USA: Lippincott Williams & Walkins. 339-360. 2011.
2. O’donnel M. Reid. Optimal Management of Peripheral Arterial Disease for
the Non-Specialist. The Ulster Medical Journal, 80(1), 33-41. 2011.
3. Ilmnova F, Nugroho K, Ismail A. Hubungan antara status diabetes melitus
dengan status penyakit arteri perifer (PAP) pada pasien hipertensi. Thesis. 2015
4. Rulon L. Hardman, Omid Jazaeri, J. Y, M. Smith,Rajan Gupta, Overview of
Classification Systems in Peripheral Artery Disease seminars in interventional
radiology. 31(4): 378–388.2014.
5. http://www.medscape.com/viewarticle/431272_1-- diakses 23 september 2017
6. David A. Smith; Steve S. Bhimji. Acute Arterial Oclusion. Salus
University/PVAMC. 2017
7. Martyn Knowles, Carlos H. Epidemiology of Acute Critical Limb Ischemia.
P1-7. 2016
8. Callum Ken, Bradbury Andrew. ABC of Arterial and Venous Disease: Acute
Limb Ischaemia. British Medical Journal. Volume: 320.2000.
9. Creager Mark A., Kaufman John A., Conte Michael S. Acute Limb Ischemia.
The New England Journal of Medicine. 366:23.2012
10. Nehler Mark R.Diagnosis and Tratment of Acute Limb Ischemia. Inter Society
Consensus for the Management of PAD.2008.
11. Patel Nilesh, Sacks David, Patel Rajesh I., et al. SIR Reporting Standards for
the Treatment of Acute Limb Ischemia with Use of Transluminal Removal of
Arterial Thrombus. J Vasc Interv Radiol. 12:559-570.2001
12. Utomo Vidi P. Tugas Kardiologi Acute Limb Ischemia: Terjemahan Vascular
Disease A Handbook Chapter 46. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang. 2013.
13. Creager MA, Kaufman JA, Conte MS. Acute limb ischemia.The New England
Journal of Medicine ; 366 : 2198 - 2206. 2012.
14. Acar RD, Sain M, Kirma C. One of the most urgent vascular circumstances :
Acute limb ischemia. Sage Open Medicine ; XX (X). 2013
15. Fuster V, Walsh R, Harrington RA. Hurst the Heart, 13th ed. New York :
McGraw Hill. 2011.
16. Rutherford RB, Baker JD, Ernst C, et al. Recommended standards for reports
dealing with lower extremity ischemia: revised version. J Vasc Surg ;26:517–
38. 1997
17. Meijer WT, hoes AW, Rutgers D, Bots ML, Hofman A, Grobbee DE.
Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology. American Hearth
Association. 18:185-92.2007
18. Aboyans V, Bartelink ML, Baumgartner I, Clement A, Collet JP, Cremonesi
A, et al., ESC Guidelines on the diagnosis and treatment of peripheral artery
disease. Europian Heart Journal. 32, 2851-2906.2011
19. 11th National Congress of Indonesian Heart Association and 15th Annual
Scientific Meeting of Indonesian Heart Assosiation with theme Better
Understanding in the Management of Cardiovascular Diseases. Medan, April
19-22, 2006.
26
20. Hirsch AT, Haskal ZJ, Hertzer NR, et al. ACC/AHA 2005 Practice Guidelines
for the management of patient with peripheral arterial disease ( lower
extremity, renal, mesenteric and abdominal aortic. ACC/AHA Practice
Guidelines 2006; 113 (11): e463 – e654.
21. Kreager MA, Kaufman JA,Conte MS. Acute Limb Ischemia. N Engl J
Med.366: 2198 – 206. 2012
22. Collins R, Burch J, Cranny G, et al. Duplex ultra sonography, magnetic
resonance angiography, and computed tomography angiography for diagnosis
and assessment of symptomatic, lower limb peripheral arterial disease:
systematic review. BMJ. 334:1257. 2007
27