Anda di halaman 1dari 21

POLA KOMUNIKASI DAN

PENGASUHAN REMAJA

Amin Al Adib, S.Psi., M.Psi


Hi, I’m Adib
Profesi saya saat ini adalah Dosen dan Kaprodi di Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Staff pengajar luar biasa di D3 Keperawatan Unsiq.

Saya mulai menekuni bidang psikologi sejak tahun 2012, saat


pertama kali kuliah S1 Psikologi di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakrta, dan kemdian melanjutkan pendidikan s2 magister
psikologi di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Bidang psikologi yang saya minati adalah Psikologi Remaja


(perkembangan), Pendidikan dan Sosial.

Aktif membersamai Remaja-remaja di Program Genre


Kab. Wonosobo
Dewasa dalam perkembangan psikologi, adalah fase di mana manusia
dihadapkan pada Generatifity Vs Stagnasi. Maka hal penting yang
harus ditumbuhkan ialah “kepedulian”
❖ Membangun keluarga berkualitas merupakan dambaan setiap orang, baik bagi yang akan maupun telah
berkeluarga.
❖ Keluarga berkualitas akan terbentuk jika memiliki ketahanan dan kesejahteraan. Agar memiliki ketahanan
dan kesejahteraan, keluarga harus dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal.
❖ Fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik dapat memicu timbulnya permasalahan.
❖ Tidak terpenuhinya fungsi dan tidak terlaksananya peran anggota keluarga menjadi gambaran umum
mengapa masalah muncul dalam suatu keluarga.
• Remaja sebagai sebuah tahapan dalam
kehidupan seseorang atau periode ketika
ADOLESCENT ?
seorang anak muda harus beranjak dari
ketergantungan menuju kemandirian, otonomi,
dan kematangan.
• Bergerak sebagai bagian dari suatu kelompok
keluarga menjadi bagian dari kelompok teman
sebaya, hingga akhirnya mampu berdiri sendiri
sebagai orang dewasa
Fase;
Identitas VS Kekaburan Peran
Adalah fase dimana identitas diri baik
dalam lingkup sosial maupun dunia
kerja mulai ditemukan.

Perlu komitmen yang jelas agar


terbentuk kepribadian yang mantap
untuk dapat mengenali dirinya.
Tugas Perkembangan Remaja
Mampu menerima keadaan fisiknya;
Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;
Mencapai kemandirian emosional;
Belajar Mencapai kemandirian ekonomi;
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;
Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa;
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Proses-proses perubahan penting akan terjadi dalam diri remaja apabila mampu
dihadapi dengan baik secara adaptif.

Namun, ketika remaja tidak mampu menghadapi dan mengatasi tantangan


perubahan tersebut dengan baik akan muncul konsekuensi psikologis, emosional,
dan behavioral yang merugikan
Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia (Maslow)
2 Hal Penting Yang dibutuhkan remaja
secara Psikologis...

Belongingness Relationship
Hubungan yang baik dengan
Perasaan diakui dan
orang-orang di sekitar (keluarga,
diterima tanpa Syarat
sahabat, guru, dls)

From; CPMH UGM


Anak-anak harus bersikap seperti yang saya harap-
kan, tentu ada reward bila mereka melakukannya, dan ada
O hukuman bila dilanggar.
Saya percaya bahwa lebih penting keluarga saya belajar
A bagaimana caranya mencapai suatu tujuan dari pada hasil
1 dari tujuan itu sendiri.
Saya bertanggung-jawab atas kesuksesan dan kegagalan
P anggota keluarga saya, maka saya akan mengambil alih
pekerjaan agar mereka tidak gagal.
Tanggung jawab saya adalah menetapkan semua tujuan
O setiap anggota keluarga dan melayani mereka.

Prinsip saya adalah mengembangkan semangat keluarga


A saya dalam mengatasi tantangan yang muncul.
2
Saya memenuhi semua keinginan anak-anak saya dan
P membiarkan mereka melakukan sesuatu sesuai keinginan
mereka.
Nilai-nilai yang saya pahami harus disampaikan pada
keluarga saya, dan anak saya boleh memilih nilai mereka
O sendiri ketika mereka sudah cukup besar untuk membuat
keputusan.

A Di keluarga saya, lebih penting untuk mencapai tujuan


3 bersama daripada prestasi individual.

P Saya yang kesalahan bersalah jika anak saya Melakukan


Kesaahan
Peran saya dalam keluarga adalah untuk
O menentukan kesan keluarga ini di lingkungan sosial.

Salah satu tugas penting sebagai orangtua adalah


A mengajarkan anak untuk mampu menentukan sendiri
tujuan yang ingin dicapainya.

4 P
Orangtua saya dulu sangat keras, jadi saya ingin
anak saya memiliki kebebasan yang tidak saya
dapatkan.
Sebelum anak saya mampu mengambil keputusan
O sendiri, maka tugas saya memutuskan yang terbaik
untuk mereka.
Saya ingin anggota keluarga saya mampu saling
A mempercayai dan mengandalkan dalam

5
menyelesaikan masalah.
Anak saya menyalahkan saya atas masalah yang
P mereka hadapi, dan saya sepakat karena saya
merasa bersalah.
Peran saya dalam keluarga ini adalah untuk
O menetapkan aturan dan memastikan semua berjalan
sesuai dengan harapan saya.
Orangtua harus mendengarkan anaknya dan meng-
A hargai apa yang mereka inginkan dan butuhkan.

6 P
Saya memotivasi keluarga saya dengan membuat
mereka merasa bersalah ketika mereka melakukan
kesalahan.
O
Selama anak-anak tinggal di dalam rumah saya,
maka mereka harus ikut aturan yang saya
terapkan.
Saya bertanggung-jawab terhadap anak saya dan
A mereka harus berlatih untuk membuat keputusan.
7 P
Saya ingin anak saya menjadi anak yang baik
karena ia ingin saya bangga padanya.
O
Saya bertanggung jawab atas semua keputusan
yang ada di keluarga ini.
A
Setiap perilaku anak pasti ada konsekuensinya,
baik atau buruk.
8 P
Saya harus memberikan kehidupan yang baik
pada anak saya karena saya orangtuanya.
Seringkali saya yang memutuskan mengenai
O perilaku dan konsekuensi yang terjadi di keluarga
ini.
A
Kebahagiaan orangtua adalah menyaksikan anak
mencapai tujuannya.
9 P
Saya ingin keluarga saya mengenang
pengorbanan saya untuk mereka.
O
Saya harus dihormati oleh seluruh anggota
keluarga ini.

A
Yang paling penting dalam keluarga saya adalah
hubungan yang hangat antara orangtua dan anak.
10 P
Anak-anak tidak boleh mendapatkan tekanan dari
orangtuanya.
Tipologi Pola Asuh POLA ASUH

Pola Asuh Authoritive (Otoriter) Pola Asuh Permissive (Permisif)

Orang tua yang keras Orang tua yang terlalu menuruti anak
Fokus: menuntut anak untuk selalu melakukan Fokus: menuruti kemauan anak tanpa adanya
apa yang diinginkannya tanpa memberi ruang batasan dan control
pada anak. Perlakuan: pendekatan yang serba boleh, seperti
Perlakuan: hukuman fisik dan sikap yang terlalu memanjakan dan membiarkan anak
melecehkan harga diri anak seperti: melakukan apa yang disukai
merendahkan, mengancam dan membentak anak
Pola Asuh Neglect (Pembiaran)
Pola Asuh Authoritative (Otoritatif)

Orang tua yang Acuh


Orangtua yang Apresiatif Fokus: Diri Ortu sendiri
Terjadi keseimbangan antara kendali orang tua Perlakuan: Mengabaikan anak termasuk
namun tetap melibatkan dan merespon serta kebutuhan dasar (fisik, rasa aman) juga emosi
peduli pada suara dan kebutuhan anak. dan sosial anak
Otoriter: Permisif: Apresiatif:
• Suka menuntut • Tidak menuntut • Responsif
• Tidak responsif • Responsif • Menerapkan
• Mengabulkan standar, harapan,
• Mengharapkan d a n batas yan g
an ak patuh d a n taat semu a permintaan
d a n kebutuhan tinggi beserta
• Menghukum an ak an ak konsekuensinya
saat tidak p atu h • Hangat d a n
• Enggan me n e r a p -
• Tidak memberikan kan aturan d a n responsif terh ad ap
alasan, yan g h a r a p a n p a d a an ak emosi an ak
penting “pokoknya” • Memberi an ak
• Enggan berkata
• Lebih menghargai “tidak” d a n k e b e b a s a n untuk
prestasi, disiplin, men erap k an berekspresi,
perintah, d a n kontrol konsekuensi terha- memilih, d a n
pribadi d a p yan g sudah mengalami
disepakati k eg ag alan
• Berpikir an ak tidak
bisa salah
Macam-Macam Gaya Komunikasi
Asertif
• Pesan disampaikan secara jelas dan lugas
• Menghormati hak lawan bicara
• Menggunakan “I message”
Contoh: Ibu khawatir keselamatan kamu. Tolong kabari Ibu ya kalau kamu pulang terlambat.

I message adalah gaya komunikasi yang memusatkan perhatian pada perasaan pembicara, bukan
pada pikiran pendengarnya. Misalnya, ketimbang orangtua mengatakan, ”Kenapa sih kamu selalu
terlambat?”. Akan lebih baik orangtua menyampaikan, ”Mama khawatir dan bingung kalau kamu
pulang telat tanpa pemberitahuan”.
Pernyataan dengan menggunakan “I” atau “saya”, sangat kontras dibandingkan pesan menggunakan
“You” atau “kamu” yang terasa menyalahkan. Pernyataan dengan “saya” membuat pembicara lebih
asertif tanpa terasa menuduh sehingga pendengar tidak merasa diserang. Pernyataan semacam ini
juga membantu individu lebih menyadari perilaku yang dipermasalahkan.
Bila digunakan dengan tepat, pernyataan dengan “saya” dapat mengembangkan pola komunikasi
positif antara remaja dan orangtua. Kedua pihak dapat berbagi perasaan dan pemikiran dengan
terbuka sehingga perkembangan emosi remaja pun menjadi sehat.
Manipulatif
Agresif
• Penuh dengan drama
• Cenderung mengintimidasi lawan
bicara • Mengambil keuntungan dari pihak lain
• Bertujuan menguasai lawan • Membuat pihak lain merasa bersalah
bicara • Mencurahkan segenap kemampuan bermain peran, termasuk
Contoh: Kok telat pulangnya? Kan, dengan derai air mata
ibu sudah bilang jam 18 sudah Contoh: Kamu enggak sayang deh sama Ibu kalau begini
harus sampai di rumah. Kamu (mulai terisak-isak). Ibu kan bingung nunggu kamu
enggak dengerin sih omongan ibu. pulang. Kalau ada apa-apa, bagaimana? (menangis). Mana
Awas kalau besok telat lagi, tidak Ibu dimarahin sama Bapak karena kamu enggak pulang.
ibu kasih jajan. Kamu enggak kasihan ya sama Ibu? Kamu kasih tahu ya
ke manapun kamu pergi? Janji?
Pasif-agresif Submisif
• Mirip dengan gaya agresif, namun secara tidak • Menyenangkan orang lain karena
langsung menghindari konflik
• Mengambil keuntungan dari pihak lain • Biasanya merasa inferior
terhadap lawan bicara Contoh:
• Menggunakan gaya kebalikan dari gaya
Ya sudah, ganti baju dan
agresif
istirahat sana.
Contoh: Oh, masih ingat pulang. Ke mana
• Tidak ada teguran atau pertanyaan ingin
saja kamu? Kirain sudah punya rumah lain.
tahu meski remaja pulang terlambat
Sebagai hukuman, kamu cuci piring
misalnya
seminggu ini ya.
• Tidak memedulikan aturan
• Menyerahkan semua pada pihak lain
Penghayatan
Mendengarkan
• Mencurahkan segenap pikiran dan perasaan
• Remaja terkadang tidak perlu jawaban
• Fokus pada remaja dengan memandang
matanya, menyentuh tangan atau punggung • Remaja hanya butuh didengarkan sehingga mereka
untuk menunjukkan kita peduli dengan yang ia merasa penting dan istimewa karena berhasil membuat
rasa, pikir, dan katakan orangtua meluangkan waktu mendengarkan mereka

Penerimaan Menanggapi
• Terima yang disampaikan remaja, tanpa • Merespon dengan tepat
menghentikan atau menunjukkan • Pilih gaya komunikasi yang paling sesuai dengan situasi
ketidaksetujuan secara langsung dan kondisi saat komunikasi berlangsung
• Biarkan remaja mengeluarkan emosi yang • Hindari gaya komunikasi yang dapat menimbulkan
dirasakan masalah di kemudian hari
• Bantu remaja mengelola emosi jika • Sesuaikan tanggapan dengan tujuan komunikasi
diperlukan
• Tunjukkan empati
• Jika tidak setuju, tahan diri, dan sampaikan
saat giliran orangtua menanggapi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai