OLEH :
Puji dan syukur tiada hentinya dipanjatkan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik
sebagai tugas dalam mata kuliah "Seminar Praskripsi Kebahasaan" yang berjudul
“Analisis Kata Adjektiva Berafiks dan Adjektiva Reduplikasi pada Cerita di Situs
Wattpad” penelitian ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan kata adjektiva
yang berpolimorfemis pada situs wattpad.
Selama penelitian dan penulisan proposal seminar praskripsi ini, tidak lepas dari
hambatan karena keterbatasan yang dimiliki penulis, dan penulis menyadari bahwa
penulisan tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik
dukungan dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memohon maaf jika di dalam proposal ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak dalam bidang khususnya dalam bidang
bahasa Indonesia.
Penulis,
Masukkan licik, maka. Bentuk-bentuk tersebut adalah satuan gramatikal terkecil yang
Bab II tidak dapat dibagi lagi atas satuan lingual bermakna yang lebih kecil.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
1. Di antara banyaknya kelas kata penelitian ini dibatasi dengan berfokus pada
kelas kata adjektiva saja.
3. Dari jutaan cerita wattpad dalam bahasa Indonesia, penelitian ini hanya
memilih maksimal dua puluh cerita, atau minimal sepuluh cerita yang akan
diteliti kata adjektivanya.
D. Rumusan Masalah
Kalau adjektiva 1. Apa sajakah jenis adjektiva berafiks yang terdapat dalam cerita pada situs
digunakan di situ, wattpad dan seberapa produktif afiks tersebut dalam setiap cerita?
apk hal itu bermasalah?
2. Apa sajakah jenis adjektiva reduplikasi yang terdapat dalam cerita pada situs
wattpad dan seberapa produktif adjektiva redduplikasi tersebut muncul dalam
setiap cerita?
E. Tujuan penelitian
Penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain untuk dapat
mengembangkan penelitian yang sejenis dan dapat menyempurnakan penelitian
ini agar materi mengenai linguistik dapat mendunia dan dipahami bukan hanya
para peneliti bahasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ini diojadikan Pertama, penelitian mengenai reduplikasi yang dilakukan oleh Simatupang
landasan teori
saja! (1983) dengan judul Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia. Dalam penelitian
tersebut, dibahas tipe-tipe reduplikasi berdasarkan bentuknya, pengertian dari
reduplikasi derivasional, arti dari reduplikasi bebas-konteks, teerakhir, arti dari
reduplikasi yang memanfaatkan konteks. Simatupang dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa reduplikasi ada yang derivasional (derivasi) dan ada yang
paradigmatis (infleksi). Makna dari derivasi dan infleksi akan dibahas pada landasan
teori.
Kedua, penelitian yang dilakukan Sasangka (2000) dengan judul Adjektiva dan
Adverbia Dalam Bahasa Indonesia. Pembahasan dalam penelitian tersebut yang terkait
dengan penelitian ini, yaitu bentuk-bentuk adjektiva termasuk di dalamnya adjektiva
monomorfemis yang belum mengalami afiksasi atau belum mendapatkan imbuhan dan
adjektiva polimorfemis atau adjektiva yang telah mendapat imbuhan.
Terakhir, penelitian dari Dwi Wulandari Nur Azizah (2019) yang berjudul
Afiksasi pada Verba dan Adjektiva Reduplikasi dalam Bahasa Indonesia. Dalam
penelitian tersebut dibahas mengenai materi afiksasi verba dan adjektiva, terdapat pula
rumus-rumus reduplikasi adjektiva yang dapat membantu penelitian ini. Terus kalau begitu,
mengapa hl yg sama
perlu diteliti lagi?
Buat kerangka bab ini supaya semua aspek morfologi
B. Landasan Teori dibahas secara proporsional. Petakan sumber rujukan!
Ramlan menjelaskan bahwa “Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata" (2012: 21). Kridalaksana
menjabarkan morfologi adalah salah satu cabang ilmu kebahasaan yang merupakan
bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata, bagian-bagian dari kata yang berupa
morfem, serta kombinasi-kombinasi dari morfem tersebut (2011: 159). Selanjutnya,
Verhaar menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang bertujuan untuk
mengidentifikasi satuan-satuan dasar sebuah bahasa sebagai satuan gramatikal (2004:
97).
Selain mempelajari seluk-beluk kata, Ramlan menjelaskan bahwa morfologi
juga mempelajari kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata akibat dari
perubahan bentuk kata (2012: 21). Perubahan-perubahan bentuk kata memang dapat
mengubah perbedaan dan arti kata. Misalnya, kata sepatu menjadi bersepatu. Kata
sepatu termasuk golongan kata nomina yang berarti alas kaki yang biasanya terbuat dari
karet, sedangkan kata bersepatu termasuk golongan verba yang mencakup alas kaki
berupa sepatu.
2. Proses Morfologis
Proses morfologis disebut juga sebagai proses pembentukan kata. Samsuri (1980)
menjelaskan bahwa proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kemudian Samsuri
menegaskan kembali bahwa proses morfologis adalah proses penggabungan morfem-
morfem menjadi kata. Ramlan (2012): menyebut proses morfologis sebagai proses
hlm
morfologik. Menurutnya, proses morfologik adalah pembentukan kata-kata dari satuan
lain yang merupakan bentuk dasar. Hal ini berarti proses morfologis hanya berkutat
pada bentuk dasar saja.
Proses morfologi menurut Chaer adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), penggabungan,
pemendekan, dan pengubahan status. Pada proses morfologi terdapat beberapa
komponen yang terlibat di dalamnya yaitu (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk
(afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal,
dan (4) hasil proses pembentukan (Chaer, 2008: 25).
a. Derivasi zero: proses pembentukan kata yang mengubah leksem tunggal menjadi
kata tunggal, dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa-apa.
Misalnya leksem “Tidur” yang berupa leksem tunggal, dapat berubah menjadi kata
tunggal “Tidur” sebagai kata dasar. Padahal, sebelum menjadi kata, “tidur” adalah
sebuah leksem. Dengan demikian, kata-kata dasar yang lain, seperti rumah, tanah, air,
sungai, laut, langit, dan lain sebagainya, sebelum melalui proses morfemis derivasi zero
menjadi kata, bentuk-bentuk tersebut adalah leksem (Arifin dan Junaiyah, 2009:10).
b. Afiksasi: dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks. Leksem
mengalami perubahan bentuk menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata dan
sedikit banyak berubah maknanya. Proses afiksasi merupakan penggabungan morfem
berupa berupa afiks dengan morfem bebas leksem, sehingga menghasilkan kata
kompleks. Contoh penggabungan sufiks -an dengan leksem ingat, menghasilkan kata
ingatan.
c. Reduplikasi: dalam proses ini leksem menjadi kata kompleks dengan beberapa
macam proses berubah. Contoh sekolah menjadi leksem sekolah-sekolah, berjalan
menjadi berjalan-jalan.
d. Abreviasi (pemendekan): dalam proses ini leksem atau gabungan leksem menjadi
kata kompleks atau singkatan dengan berbagai proses abreviasi (pemenggalan,
kontraksi, akronimi, penyingkatan). Contoh leksem bapak menjadi pak.
e. Bahan (perpaduan): dalam proses ini dua leksem atau lebih berpadu dan hasilnya
adalah paduan leksem atau kompositum dalam tingkat morfologi atau kata majemuk
dalam tingkat sintaksis. Contoh perpaduan leksem mata dan kaki menjadi mata kaki.
3. Afiksasi
Afiksasi adalah salah satu proses pembentukan kata yang dilakukan dengan
membubuhkan afiks pada morfem (kata) dasar. Ramlan menjelaskan proses
pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan (kata), baik satuan
tersebut berupa, bentuk tunggal maupun kompleks, untuk membentuk kata ( 2012: 56).
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Kridalaksana menyatakan bahwa afiksasi
adalah proses morfologis yang mengubah leksem tunggal menjadi kata kompleks
(2009:12). Dari pernyataan tersebut berarti input dalam afiksasi adalah leksem tunggal,
dan outputnya adalah kata kompleks. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut. leksem kata → Afiksasi → kata kompleks
Afiks terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan letak di mana afiks tersebut
dibubuhkan dengan morfem yang dilekatinya. Kridalaksana (2009: 28-30)
menyebutkan ada tujuh jenis afiks.
a. Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di depan atau sebelah kiri dasar. Afiks
yang termasuk prefiks yaitu men-, ber-, di-, ter-, pe-, per-, se-, ke-.
b. Infiks, yaitu afiks yang menyisip pada dasar. Afiks yang termasuk infiks yaitu
-el-, -em-, -er-, dan-in-.
c. Sufiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di belakang atau di kanan dasar. Afiks
yang termasuk sufiks yaitu an, -kan, dan -i.
e. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu terletak di depan dasar
dan satu lagi di belakang dasar. Afiks yang termasuk konfiks yaitu ke-an, pe-an, per-
an, dan ber-an. Afiks jenis konfiks ini melekat bersama-sama pada satu bentuk dasar,
dan bersama-sama mendukung satu fungsi, baik fungsi gramatik maupun semantik.
f. Superfiks atau suprafiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri- ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem segmental. Afiks jenis ini
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
g. Kombinasi afiks adalah kombinasi dua afiks atau lebih yang dibubuhkan pada
kata dasar. Dalam hal ini, kombinasi afiks berbeda dengan konfiks, Perbedaannya
adalah pada kombinasi afiks, afiks yang muncul bukan jenis afiks khusus seperti pada
konfiks, melainkan hanya gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan
makna gramatikal tersendiri. Kombinasi afiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia
ialah me-kan, me-i, memper-kan, memperi, ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-
nya.
Kridalaksana menyatakan bahwa "Proses afiksasi bukanlah hanya sekedar
perubahan bentuk saja, melainkan juga pembentukan leksem menjadi kelas tertentu"
(2009: 31). Pernyataan tersebut berarti proses pembubuhan afiks dapat mengubah
kelas/kategori kata suatu leksem. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahasa
Indonesia sistem afiksasi dimulai dengan afiks pembentuk verba, baru kemudian diikuti
oleh afiks pembentuk nomina, dan kelas-kelas lain.
4. Reduplikasi
b. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa
Petunjuk ini menjelaskan bahwa bentuk dasar reduplikasi haruslah satuan yang terdapat
dalam penggunaan atau pemakaian bahasa. Maksudnya yaitu bentuk dasar tersebut
dapat digunakan dalam struktur kalimat. Misalnya, kata ulang mempertahan-tahankan
bentuk dasarnya ialah mempertahankan bukan mempertahan, karena bentuk
mempertahan tidak dapat digunakan dalam struktur kalimat. Berkaitan dengan bentuk
dasar pada reduplikasi, Simatupang menyatakan bahwa ada bentuk reduplikasi yang
dapat dengan mudah ditemukan dasar kata yang menurunkannya, seperti laki pada
lelaki dan laki- laki. Akan tetapi, tidak semua bentuk reduplikasi dapat dengan mudah
ditemukan bentuk dasarnya, misalnya bentuk menari-nari. Menari-nari dapat
diturunkan dari bentuk menari sehingga reduplikasinya merupakan reduplikasi parsial
(Rp). Namun, dimungkinkan pula bentuk menari-nari diturunkan dari bentuk tari yang
diulang penuh dan dibubuhi afiks, sehingga dasar katanya bukan menari, melainkan
tari. Berkaitan dengan adanya kata- kata tertentu yang jika diulang hanya mungkin
terdapat dengan afiks, misalnya berton-ton (yang langsung diturunkan dari ton, karena
bentuk *berton tidak mungkin), dalam simbolisasinya bentuk-bentuk seperti menari-
nari, membagi-bagikan, dan berton-ton ditulis sebagai reduplikasi penuh ditambah
afiksasi (1983: 15).
5. Adjektiva
A. Ciri-ciri Adjektiva
Bentuk adjektiva dalam bahasa Indonesia dapat menjadi dua, yaitu adjektiva
monomorfemis dan adjektiva polimorfemis. Kedua bentuk adjektiva tersebut akan
diuraikan berikut.
a. Adjektiva Monomorfemis
Adjektiva monomorfemis adalah adjektiva dasar atau adjektiva yang belum mengalami
afiksasi atau belum mendapat imbuhan. Contoh : (1) Gunung-gunung menjulang tinggi
sebagai hiasan dan pasak bumi.
(2) Malaikat tidak pernah sombong sebagaimana manusia dan suka bertasbih.
Butir tinggi, sombong, dingin, panas, tebal pada kalimat di atas merupakan adjektiva
monomorfemis. Adjektiva dasar tersebut dapat didahului oleh kata amat, terlalu, lebih,
sangat, seperti amat berat, ter- lalu boros, terlalu kikir, lebih aman , sangat penting, dan
sangat populer.
Bentuk-bentuk adjektiva yang berikut ini merupakan adjektiva dasar meskipun setiap
harinya berakhir -is atau -if.
(1) Kehidupan keluarga juga dipermudah dengan penggunaan alat rumah tangga
elektris.
(2) Kedua, untuk mengalirkan kegemaran peserta ke arah kegiatan yang berguna dan
layak edukatif.
(5) Tangan dibersihkan agar tidak digunakan untuk hal-hal negatif, seperti mencuri,
memukul orang dan sebagainya.
Butir elektris, edukatif, vegetatif, resesif, dan negatif di atas merupakan adjektiva dasar
yang diserap secara utuh dari bahasa asing.
b. Adjektiva Polimorfemis
1. Adjektiva + Imbuhan
Data-data berikut ini tentang adjektiva yang mendapat imbuhan, yakni imbuhan -wi, -
i, dan -if. Amatilah beberapa contoh berikut. (1) Bagi umat Islam masalah kebersihan
ini tidak hanya merupakan masalah yang berkaitan dengan kehidupan duniawi.
(2) Ada beberapa tenaga kerja dari Indonesia diperlaku kan tidak manusiawi di
Malaysia.
(3) Pupuk alami yang juga berasal dari tumbuhan serta bahan lain yang mudah
membusuk adalah pupuk kompos.
Kata duniawi, manusiawi, alami, hewani, resesif, dan komunikatif merupakan adjektiva
polimorfemis yang berasal dari kata dasar dunia afiks - wi, kata dasar manusia
mendapat afiks -wi, kata dasar alami mendapat afiks -i, kata dasar hewan mendapat
afiks -i, kata dasar resesi yang mendapat afiks -if, dan kata dasar komunikasi mendapat
afiks -if.
Penambahan kata sangat atau sekali pada adjektiva yang berakhiran -wi, -i, dan -jika
ternyata tidak semuanya berterima kasih. Hal itu bergantung pada tingkat kebertarafan
adjektiva. Adjektiva yang tidak bertaraf tidak berkolokasi dengan kata sangat atau
sekali. Selain data yang berakhiran adjektiva yang berakhiran -wi, -i, dan -if, adjektiva
juga mengalami afiksasi dengan imbuhan ter- dan ke-an.
2. Adjektiva Perulangan
(3) la sendiri berjalan hati-hati menggendong bayi pada panggul- nya sebelah kiri.
(4) Orang itu cepat-cepat dibawa ke rumah sakit supaya jiwanya tertolong.
(5) Mereka bukan kelompok orang jahat, melainkan kelompok orang baik-baik.
(3) a. la sendiri berjalan sangat hati-hati menggendong bayi pada panggulnya sebelah
kiri.
Bentuk-bentuk adjektiva perulangan penuh pada contoh di atas jika ditambah kata
sangat atau sekali ada yang berterima dan ada pula yang tidak. Tampaknya adjektiva
polimorfemis yang berupa perulangan yang dapat bergabung dengan sangat atau sekali
hanya adjektiva inti, sedangkan adjektiva periferal tidak. Adjektiva polimorfemis
periferal itu cenderung ke bentuk adverbia.
Contoh pada kalimat berikut ini memperlihatkan adjektiva yang mengalami proses
afiksasi yang direduplikasi sebagian/parsial < ke-dasar-an> R parsial).
(1) Setelah pulang dari negeri Inggris, kelakuannya menjadi ke- inggris-inggrisan. (2)
Orang itu masih kekanak-kanakan.
Adjektiva gabungan sinonim atau antonim adalah adjektiva yang mirip dengan bentuk
berulang. Contoh adjektiva gabungan sinonim tampak pada kalimat (1-4) dan adjektiva
gabungan antonim tampak pada (5–8) berikut.
5. Adjektiva Majemuk
Adjektiva majemuk dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) adjektiva
yang dibentuk dari gabungan morfem terikat dan kata dasar dan (2) adjektiva yang
dibentuk dari gabungan morfem terikat dan morfem bebas atau dapat pula berupa
adjektiva yang dibentuk dari gabungan dua mor- fem bebas atau lebih. Gabungan unsur-
unsur itu membentuk satu makna baru (Alwi, et al. 1998: 191). Contoh adjektiva yang
dibentuk dari paduan/gabungan morfem terikat dengan kata dasar adalah sebagai
berikut.
Bauer (1988: 12-13) dalam kaitannya dengan studi tentang morfologi, yaitu
adanya sejumlah cara untuk mengetahui apakah sebuah afiks bersifat infleksional atau
derivasional.
a. Jika sebuah afiks mengubah bentuk kata dasarnya, afiks itu bersifat
derivasional. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya
termasuk afiks infleksional. Contoh: form adalah nomina, formal adalah adjektiva;
berarti, -al telah mengubah kelas kata sehingga termasuk afiks derivasional. Formalise
adalah verba dan formalizes juga verba berarti -s tidak mengubah kelas kata, sehingga
kemungkinan termasuk afiks infleksional.
7. Wattpad
Wattpad adalah layanan situs web dan aplikasi telepon pintar asal Toronto,
Kanada, yang memungkinkan penggunanya untuk membaca ataupun mengirimkan
karya dalam bentuk artikel, cerita pendek, novel, puisi, atau sejenisnya dengan genre
yang berbeda-beda, pada aplikasi wattpad sendiri terdapat 21 genre termasuk di
dalamnya genre fantasi, romantis, horror, paranormal, dsb. Wattpad diluncurkan pada
tahun 2006 oleh Allen Lau dan Ivan Yuen. Tercatat sudah lebih dari 250 juta pembaca
dalam situs ini dan Indonesia menyumbang lebih dari 90 juta pembaca yang membawa
Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai pengunjung situs wattpad terbanyak di
dunia.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Alexa.com pada bulan Oktober
2018 mengenai peringkat atau rangking sebuah situs dihitung dari jumlah pengunjung
situs tersebut, saat ini wattpad berada di peringkat 547 di dunia artinya wattpad menjadi
salah satu situs dengan jumlah pengunjung terbanyak di dunia. Sebagian besar
pengguna wattpad berasal dari Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh Britania Raya,
Kanada, Filipina, Australia, Rusia, Uni Emirat Arab, dan negara lainnya termasuk
Indonesia. Lebih dari satu juta bahkan lebih penulis yang mempublikasikan karyanya
pada situs ini, tentunya berbagai kelas kata termasuk adjetiva, adverbia, nomina, verba,
dll banyak digunakan pada situs ini.
C. Kerangka Pikir
MORFOLOGI
Unit analisis:
Data yg diperoleh dari sumer
data
PROSES MORFOLOGIS
AFIKSASI REDUPLIKASI
ADJEKTIVA
PERUBAHAN MAKNA
KATA
DERIVASI INFLEKSI
Keluaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Subroto (1992) menjelaskan bahwa data adalah semua informasi atau bahan
yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan
dipilih oleh peneliti. Data dalam penelitian bahasa yaitu bahasa, baik bahasa lisan
maupun bahasa tulis yang digunakan oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu kata adjektiva yang berbentuk
polimorfemis, dalam hal ini dikhususkan dua bentuk yakni adjektiva yang mendapatkan
imbuhan (afiksasi) dan adjektiva yang mengalami perulangan (reduplikasi) pada situs
wattpad. Data yang demikian ini diperoleh dari sumber wattpad yang termasuk dalam
sumber bahasa tulis. Sumber data tulis yang digunakan dalam penelitian ini diambil
maksimal dua puluh cerita dengan judul serta genre yang bermacam-macam agar data
yang diperoleh lebih bervariasi.
Kedai Cinderella, genre romantis, salah satu cerita pada situs wattpad yang
ditulis oleh Diana Febi dan telah dibaca sebanyak 1,24 juta pembaca, terdiri dari 50
bab. Kedai Cinderella menceritakan tentang pernikahan kontrak antara Shabella dan
Shabiru untuk menyelamatkan kedai kopi milik Shabella. Kedai Cinderella dipilih
sebagai sumber data karena di dalamnya ditemukan data berupa kata adjektiva yang
berpolimorfemis terutama kata adjektiva reduplikasi atau adjektiva perulangan.
Friendshit, genre komedi, ditulis oleh Queen Nakey dan telah dibaca sebanyak
55,4 juta pembaca dan terdiri dari 89 bab. Friendshit menyajikan cerita tentang remaja
yang mengalami Friendzone, istilah yang kerap digunakan untuk menjelaskan
hubungan pertemanan dua orang, di mana salah satu pihak sebenarnya mengharapkan
hubungan romantis, sedangkan satunya lagi hanya menganggap hubungan itu sebagai
pertemanan. Friendshit dipilih sebagai sumber data karena di dalamnya ditemukan data
berupa kata adjektiva yang berpolimorfemis terutama kata adjektiva afiksasi.
Dear Pak Dosen 2, genre romantis oleh Gege Hesty yang telah dibaca sebanyak
1,05 juta pembaca terdiri dari 51 bab. Dear Pak Dosen 2 menceritakan tentang
perjodohan antara Sakha dan Alea yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Cerita
ini dipilih sebagai sumber data karena di dalamnya terdapat kata adjektiva reduplikasi
dan kata adjektiva afiksasi.
Love Is All You Need, genre romantis, ditulis oleh Natalia K yang telah dibaca
sebanyak 88,9 ribu pembaca, terdiri dari 47 bab. Cerita ini menceritakan tentang
hubungan rumit dari Tiffany Gordon dan Sean Revano Douglas yang memiliki
hubungan cinta yang rumit dan berusaha untuk mempertahankannya. Cerita ini dipilih
sebagai sumber data karena terdapat kata adjektiva afiksasi berupa prefiks se-.
Anya: Ya Allah Ap aitu Cinta, genre romantis islami yang ditulis oleh Gyeoul
Melody yang telah dibaca sebanyak 25,6 ribu pembaca, terdiri dari 41 bab. Cerita ini
menceritakan tentang seorang gadis yang ingin mengenal cinta. Seiring berjalannya
waktu, ia mulai mengerti arti cinta yang suci. Cerita ini dipilih sebagai sumber data
karena terdapat kata adjektiva afiksasi berupa prefiks se-.
MOVE ON, genre romantis, ditulis oleh Jlzzi yang telah dibaca sebanyak 2,16
ribu pembaca, terdiri dari 24 bab. Cerita ini menceritakan tentang Lia yang susah untuk
move on dan menolak untuk diajak balikan. Namun di satu sisi dia masih
mengharapkan cinta dari mantannya. Cerita ini dipilih sebagai sumber data karena
terdapat kata adjektiva reduplikasi berupa reduplikasi dwilingga + -an.
Auralaska, genre romantis, ditulis oleh L Dela Fimeta yang telah dibaca
sebanyak 15,1 juta pembaca, terdiri dari 86 bab. Cerita ini menceritakan tentang Maura
dan Aska, manusia berbeda sifat yang tiba-tiba harus disatukan dalam ikatan
pernikahan. Cerita ini dipilih sebagai sumber data karena terdapat kata adjektiva
afiksasi dan reduplikasi berupa reduplikasi dwilingga + -an.
DISA, genre romantis, ditulis oleh Tirta Al yang telah dibaca sebanyak 544 ribu
pembaca, terdiri dari 52 bab. Cerita ini menceritakan tentang ketua osis yang hanya
menjalankan tugasnya untuk memberantas anak berandalan di sekolah untuk
menjadikan mereka lebih baik. Tetapi malah terperangkap dala masalah besar, Arkan,
sang ketua geng dendam dan tak ingin berdamai. Cerita ini dipilih sebagai sumber data
karena terdapat kata adjektiva afiksasi dan reduplikasi berupa reduplikasi Dwilingga + -
an A → A.
AKASYA, genre romantis, ditulis oleh Tirta Al yang telah dibaca sebanyak 5,03
juta pembaca, terdiri dari 73 bab. Cerita ini menceritakan tentang gadis yang cinta pada
Aka, Syahfa tak menyerah, ia terus berjuang. Tak hanya kisah cinta yang rumit,
melainkan keluarga, persahabatan, dan semua didirinya taka da yang Bahagia. Cerita
ini dipilih sebagai sumber data karena terdapat kata adjektiva afiksasi yaitu sufiks -an
Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya yang paling penting dalam
Tuliskan sebuah penelitian yaitu menganalisis data yang telah diperoleh. Dalam tahap analisis
tahap-tahap
analsis/ penelitian ini menggunakan metode agih. Sudaryanto menjelaskan metode agih adalah
mengklasifikasi
metode analisis data yang alat penentunya berupa bagian atau unsur dari bahasa objek
data di sini!
sasaran penelitian, seperti kata, fungsi sintaktis, klausa, silabe kata, titmada, dan lain
sebagainya (2015: 19). Pemilihan metode agih untuk menganalisis data yang telah
diperoleh pada penelitian ini karena penelitian ini berfokus pada unsur bahasa berupa
kata, yaitu kata yang berbentuk afiksasi dan reduplikasi.
Lampiran Data Penelitian
A. Afiksasi
1. Dwilingga (D + R) A → A (Infleksi)
Dwilingga dengan simbol A→A tergolong dalam perubahan bentuk kata yang
berinfleksi karena kata-kata yang menjadi data dalam penelitian simbol A→A tidak
berubah kelas katanya meskipun telah mengalami perubahan bentuk berupa
reduplikasi, dari kata adjektiva tetap berada di kelas kata adjektiva.
Semua simbol
yg dikutip, sebutkan2. Dwilingga (D + R +-an) A → A
sumber kutipan!
Daftar Pustaka?
Ibu Asriani menulis disertasi dalam bidang morfologi. Anda tidak tertarik
berestafet ilmu dengannnya?