Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH SEMINAR PRA SKRIPSI

“Analisis Kata Adjektiva Berafiks dan Kata


Adjektiva Reduplikasi pada Cerita di Situs Wattpad”

OLEH :

Wahyuni Indah Sari Ningsih


F011181316

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tiada hentinya dipanjatkan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik
sebagai tugas dalam mata kuliah "Seminar Praskripsi Kebahasaan" yang berjudul
“Analisis Kata Adjektiva Berafiks dan Adjektiva Reduplikasi pada Cerita di Situs
Wattpad” penelitian ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan kata adjektiva
yang berpolimorfemis pada situs wattpad.

Selama penelitian dan penulisan proposal seminar praskripsi ini, tidak lepas dari
hambatan karena keterbatasan yang dimiliki penulis, dan penulis menyadari bahwa
penulisan tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik
dukungan dalam bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memohon maaf jika di dalam proposal ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak dalam bidang khususnya dalam bidang
bahasa Indonesia.

Makassar, September 2021

Penulis,

Wahyuni Indah Sari Ningsih


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk


dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi
(pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan)
untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam
kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek,
dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan
hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata
dikategorikan ke dalam kelas kata.

Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan


tentang kelas kata oleh para ahli bahasa. Berdasarkan bentuknya, kata dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi empat, yaitu kata dasar yang biasanya
terdiri dari morfem dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
Berdasarkan kesamaan bentuk, fungsi dan makna dalam tata kalimat bahasa
Indonesia, kata dapat dikelompokkan menjadi sepuluh jenis yaitu nomina (kata
benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), pronomina (kata ganti),
numeralia (kata bilangan), adverbia (kata keterangan), konjungsi (kata
sambung), preposisi (kata depan), artikula (kata sandang), dan interjeksi (kata
seru).

Di dalam penelitian ini secara khusus dibahas mengenai Adjektiva.


Adjektiva dikenal sebagai kata yang mengungkapkan kualitas atau keadaan
suatu benda. Alwi (2003:171) berpendapat bahwa adjektiva adalah kata yang
memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan
oleh nomina dalam kalimat.
Chaer mengemukakan ciri-ciri yang dimiliki adjektiva, yaitu kata-kata
yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi
kata ulang berimbuhan gabung se–nya, misalnya kata, indah ( indah sekali,
seindah-indahnya), jauh ( jauh sekali, sejauh-jauhnya), baik ( baik, sebaik-
baiknya).
Effendi (1995), Alwi dkk (2003:171), dan Kridalaksana (2005:59)

Masukkan mengungkapkan ciri-ciri adjektiva ini lebih terperinci, yaitu adjektiva


Bab II merupakan kategori yang memiliki kemungkinan untuk (1) bergabung dengan
partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel seperti
lebih, sangat, agak, (4) dapat hadir berdampingan dengan kata lebih, daripada,
atau paling untuk menyatakan tingkat perbandingan, (5) mempunyai ciri-ciri
morfologis, seperti – er , - if , (6) dapat dibentuk menjadi nomina dengan konfiks
ke – an, (7) dapat berfungsi atributif, predikatif, dan pelengkap.

Dari segi morfologisnya, Alwi, dkk membagi adjektiva menjadi dua,


yaitu
a. Adjektiva dasar yang selalu monomorfemis, monomorfemis
adalah kata-kata yang hanya terdiri dari satu morfem. Contoh : jelek, cantik,

Masukkan licik, maka. Bentuk-bentuk tersebut adalah satuan gramatikal terkecil yang
Bab II tidak dapat dibagi lagi atas satuan lingual bermakna yang lebih kecil.

b. Adjektiva turunan yang selalu polimorfemis. Polimorfemis


adalah kata-kata yang terdiri dari dua morfem atau lebih. Contoh : secantik,
sejelek, semenjijikan. Kata-kata tersebut terdiri dari morfem prefiks dan
morfem dasar.
Selanjutnya adjektiva turunan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1)
adjektiva berafiks, (2) adjektiva bereduplikasi, dan (3) adjektiva yang berasal
dari berbagai kelas.

Untuk menentukan status monomorfemis atau polimorfemis suatu kata


diperlukan beberapa persyaratan dasar yang bersifat teoritis, diantaranya:
pengertian kata, pengertian morfem, prinsip-prinsip penentuan morfem,
pengertian dan penertapan deretan morfologis, analisis unsur dan unsur
langsung.
Wattpad adalah layanan situs web dan aplikasi telepon pintar asal
Toronto, Kanada, yang memungkinkan penggunanya untuk membaca ataupun
mengirimkan karya dalam bentuk artikel, cerita pendek, novel, puisi, atau
sejenisnya dengan genre yang berbeda-beda, pada aplikasi wattpad sendiri
terdapat 21 genre termasuk di dalamnya genre fantasi, romantis, horror,
paranormal, dsb. Wattpad diluncurkan pada tahun 2006 oleh Allen Lau dan Ivan
Yuen. Tercatat sudah lebih dari 250 juta pembaca dalam situs ini dan Indonesia
menyumbang lebih dari 90 juta pembaca yang membawa Indonesia menduduki
peringkat kedua sebagai pengunjung situs wattpad terbanyak di dunia.

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Alexa.com pada bulan


Oktober 2018 mengenai peringkat atau rangking sebuah situs dihitung dari
jumlah pengunjung situs tersebut, saat ini wattpad berada di peringkat 547 di
dunia artinya wattpad menjadi salah satu situs dengan jumlah pengunjung
terbanyak di dunia. Sebagian besar pengguna wattpad berasal dari Amerika
Serikat, kemudian diikuti oleh Britania Raya, Kanada, Filipina, Australia,
Rusia, Uni Emirat Arab, dan negara lainnya termasuk Indonesia. Lebih dari satu
juta bahkan lebih penulis yang mempublikasikan karyanya pada situs ini,
tentunya berbagai kelas kata termasuk adjetiva, adverbia, nomina, verba, dll
banyak digunakan pada situs ini.

Hal ini berarti bahwa beradanya Indonesia di peringkat kedua sebagai


pengunjung situs wattpad terbanyak di dunia maka wattpad turut membantu
untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Praktik-praktik membaca dan
menulis pada situs ini membawa banyak dampak positif salah satunya membuka
lapangan pekerjaan karena cerita pada situs ini banyak diangkat menjadi novel,
film layar lebar, sinetron, dan series. Wattpad mampu meningkatkan
kemampuan kognitif dan afektif pembaca karena pembaca terdorong mengikuti
alur penulis sehingga imajinasi pembaca juga akan tertarik untuk
membayangkan suasana atau kejadian dalam cerita.
Penelitian ini akan membahas mengenai adjektiva turunan khususnya
adjektiva berafiks dan adjektiva reduplikasi. Terkait afiksasi berapa banyak
jumlah prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks yang tersisip di dalam setiap cerita
yang tergabung dalam kelas kata adjektiva di situs wattpad, makna yang
terkandung dalam setiap afiks yang dalam cerita tersebut serta seberapa
produktif afiks tersebut digunakan. Selain, adjektiva berafiks, penelitian ini juga
membahas mengenai adjektiva reduplikasi atau adjektiva perulangan tentunya
apakah terdapat pula perubahan bentuk kata yang berderivasi atau berinfleksi
dalam kata adjektiva yang berpolimorfemis tersebut.

Hal yang melatar belakangi pememilihan judul ini sebagai penelitian


adalah kurangnya penelitian yang dilakukan dalam situs wattpad sementara
cerita di dalam situs ini cukup banyak dan tentunya menarik untuk dikaji lebih
lanjut. Wattpad juga turut membantu meningkatkan minat baca di Indonesia
dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa masyarakat dapat mengetahui
bukan hanya buku, gadget serta aplikasi pun dapat dipakai untuk membaca
Ada apa dgn secara efektif. Alasan kedua, yaitu penelitian terkait adjektiva berafiks dan
adjektiva berafiks
adjektiva reduplikasi atau adjektiva pengulangan terbilang jarang karena
dan redup di media
ini? didominasi oleh penelitian terkait kelas kata verba yang dari segi data atau
Tuliskan bbrp contoh
yg dianggap bahan cukup banyak. Dalam buku Adjektiva dann Adverbia dalam Bahasa
bermasalah di latar Indonesia, karya Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, dkk dikatakan bahwa
blkg ini!
pemberian kata adjektiva dan adverbia dalam karya tata bahasa Indonesia tidak
sebanding banyaknya dengan pemberian kelas kata verba dan nomina.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa


hal sebagai berikut:

1. Kurangnya penelitian yang dilakukan pada situs wattpad sementara cerita di


dalam situs ini cukup banyak dan tentunya menarik untuk dikaji.

2. Kurangnya pembaca yang memahami kata-kata apa saja yang tergolong


dalam kelas kata adjektiva, khususnya adjektiva turunan karena kurangnya kata-
kata adjektiva yang terdapat dalam sebuah novel atau cerpen.

3. Penelitian terkait adjektiva berafiks terbilang jarang karena didominasi oleh


penelitian terkait kelas kata verba yang dari segi data atau bahan cukup banyak.

4. Penelitian terkait adjektiva reduplikasi atau adjektiva pengulangan terbilang


jarang karena didominasi oleh penelitian terkait kelas kata verba yang dari segi
data atau bahan cukup banyak.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti


maka penelitian ini diberikan batasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Di antara banyaknya kelas kata penelitian ini dibatasi dengan berfokus pada
kelas kata adjektiva saja.

2. Adjektiva terbagi menjadi dua jenis, tapi penulis memilih mengambil


adjektiva turunan (polimorfemis) yang menyangkut afiksasi dan reduplikasi.

3. Dari jutaan cerita wattpad dalam bahasa Indonesia, penelitian ini hanya
memilih maksimal dua puluh cerita, atau minimal sepuluh cerita yang akan
diteliti kata adjektivanya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan


masalah yang akan diteliti sebagai berikut.

Kalau adjektiva 1. Apa sajakah jenis adjektiva berafiks yang terdapat dalam cerita pada situs
digunakan di situ, wattpad dan seberapa produktif afiks tersebut dalam setiap cerita?
apk hal itu bermasalah?

2. Apa sajakah jenis adjektiva reduplikasi yang terdapat dalam cerita pada situs
wattpad dan seberapa produktif adjektiva redduplikasi tersebut muncul dalam
setiap cerita?

3. Apakah adjektiva yang berpolimorfemis mengalami derivasi atau infleeksi?

E. Tujuan penelitian

1. Mendeskripsikan serta menguraikan jenis adjektiva berafiks yang terdapat


dalam cerita pada situs wattpad dan seberapa produktif afiks tersebut dalam
setiap cerita.

2. Mendeskripsikan serta menguraikan jenis adjektiva reduplikasi yang terdapat


dalam cerita pada situs wattpad dan seberapa produktif adjektiva redduplikasi
tersebut muncul dalam setiap cerita.

3. Mendeskripsikan serta menguraikan adjektiva yang berpolimorfemis yang


mengalami derivasi atau infleksi.
F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,


mahasiswa, dan peneliti selanjutnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut.

a. Bagi para penulis karya sastra

Penelitian ini dapat memberikan ilmu mengenai adjektiva khususnya adjektiva


turunan kepada para penulis dan pembaca di situs wattpad.

b. Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Bagi penulis sebagai mahasiswa Sastra Indonesia tentunya menambah


pengetahun mengenai kelas kata, khususnya kelas kata adjektiva. Penelitian ini
juga dapat memberikan informasi bagi para mahasiswa mengenai materi
adjektiva sehingga dapat dipelajari dan menjadi salah satu bahan untuk
mahasiswa yang akan meneliti kelas kata adjektiva kedepannya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain untuk dapat
mengembangkan penelitian yang sejenis dan dapat menyempurnakan penelitian
ini agar materi mengenai linguistik dapat mendunia dan dipahami bukan hanya
para peneliti bahasa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Yang Relevan

Kajian Pustaka diperlukan untuk menelusuri penelitian-penelitian terdahulu


yang relevan dengan penelitian saat ini. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat
dijadikan pijakan agar penelitian ini serta penelitian yang akan datang mengenai
afiksasi dan reduplikasi kata adjektiva dapat mengalami perkembangan ke arah yang
lebih baik dan lebih rinci lagi pembahasannya. Berikut adalah penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan penelitian ini

Ini diojadikan Pertama, penelitian mengenai reduplikasi yang dilakukan oleh Simatupang
landasan teori
saja! (1983) dengan judul Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia. Dalam penelitian
tersebut, dibahas tipe-tipe reduplikasi berdasarkan bentuknya, pengertian dari
reduplikasi derivasional, arti dari reduplikasi bebas-konteks, teerakhir, arti dari
reduplikasi yang memanfaatkan konteks. Simatupang dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa reduplikasi ada yang derivasional (derivasi) dan ada yang
paradigmatis (infleksi). Makna dari derivasi dan infleksi akan dibahas pada landasan
teori.

Kedua, penelitian yang dilakukan Sasangka (2000) dengan judul Adjektiva dan
Adverbia Dalam Bahasa Indonesia. Pembahasan dalam penelitian tersebut yang terkait
dengan penelitian ini, yaitu bentuk-bentuk adjektiva termasuk di dalamnya adjektiva
monomorfemis yang belum mengalami afiksasi atau belum mendapatkan imbuhan dan
adjektiva polimorfemis atau adjektiva yang telah mendapat imbuhan.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Byan (2015), Byan melakukan


penelitian mengenai reduplikasi adjektiva dengan judul Reduplikasi Adjektiva dalam
Bahasa Indonesia. Pembahasan dalam penelitian tersebut terkait tipe-tipe dan arti
reduplikasi adjektiva dalam bahasa Indonesia dan proses pembentukan reduplikasi
adjektiva dalam bahasa Indonesia ditinjau dari perspektif infleksi dan derivasi. Adapun
tujuan dari penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan tipe dan arti reduplikasi adjektiva
dalam bahasa Indonesia, mendeskripsikan serta mendeskripsikan pembentukan
reduplikasi adjektiva dalam bahasa Indonesia ditinjau dari perspektif infleksi dan
Apa yg perlu dilanjutkan dari penelitian ini?
derivasi.

Terakhir, penelitian dari Dwi Wulandari Nur Azizah (2019) yang berjudul
Afiksasi pada Verba dan Adjektiva Reduplikasi dalam Bahasa Indonesia. Dalam
penelitian tersebut dibahas mengenai materi afiksasi verba dan adjektiva, terdapat pula
rumus-rumus reduplikasi adjektiva yang dapat membantu penelitian ini. Terus kalau begitu,
mengapa hl yg sama
perlu diteliti lagi?
Buat kerangka bab ini supaya semua aspek morfologi
B. Landasan Teori dibahas secara proporsional. Petakan sumber rujukan!

1. Morfologi Anda lupa pelajaran morfologi di kelas?


Tdk ada yg bisa dikutip dari situ?

Uhlenbeck (1982) menjelaskan bahwa morfologi merupakan salah satu studi


kebahasaan (linguistik) yang mempelajari struktur kata dan proses-proses pembentukan
kata. Kata dalam hal ini dipandang sebagai satuan-satuan padu bentuk dan makna yang
memperlihatkan aspek valensi sintaksis, yakni kemungkinan-kemungkinan yang
dimiliki kata untuk berkombinasi dengan kata-kata lain dalam kelompok.

Ramlan menjelaskan bahwa “Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata" (2012: 21). Kridalaksana
menjabarkan morfologi adalah salah satu cabang ilmu kebahasaan yang merupakan
bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata, bagian-bagian dari kata yang berupa
morfem, serta kombinasi-kombinasi dari morfem tersebut (2011: 159). Selanjutnya,
Verhaar menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang bertujuan untuk
mengidentifikasi satuan-satuan dasar sebuah bahasa sebagai satuan gramatikal (2004:
97).
Selain mempelajari seluk-beluk kata, Ramlan menjelaskan bahwa morfologi
juga mempelajari kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata akibat dari
perubahan bentuk kata (2012: 21). Perubahan-perubahan bentuk kata memang dapat
mengubah perbedaan dan arti kata. Misalnya, kata sepatu menjadi bersepatu. Kata
sepatu termasuk golongan kata nomina yang berarti alas kaki yang biasanya terbuat dari
karet, sedangkan kata bersepatu termasuk golongan verba yang mencakup alas kaki
berupa sepatu.

2. Proses Morfologis

Proses morfologis disebut juga sebagai proses pembentukan kata. Samsuri (1980)
menjelaskan bahwa proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kemudian Samsuri
menegaskan kembali bahwa proses morfologis adalah proses penggabungan morfem-
morfem menjadi kata. Ramlan (2012): menyebut proses morfologis sebagai proses

hlm
morfologik. Menurutnya, proses morfologik adalah pembentukan kata-kata dari satuan
lain yang merupakan bentuk dasar. Hal ini berarti proses morfologis hanya berkutat
pada bentuk dasar saja.

Proses morfologi menurut Chaer adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), penggabungan,
pemendekan, dan pengubahan status. Pada proses morfologi terdapat beberapa
komponen yang terlibat di dalamnya yaitu (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk
(afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal,
dan (4) hasil proses pembentukan (Chaer, 2008: 25).

Uraian Abdul Chaer di atas menunjukkan bahwa dalam proses morfologis


terdapat berbagai macam proses yang dapat dikenakan pada bentuk dasar. Kridalaksana
dalam bukunya Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (2009: 56-58)
menyebutkan ada enam proses pembentukan kata. Keenam proses tersebut adalah
sebagai berikut.

a. Derivasi zero: proses pembentukan kata yang mengubah leksem tunggal menjadi
kata tunggal, dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa-apa.
Misalnya leksem “Tidur” yang berupa leksem tunggal, dapat berubah menjadi kata
tunggal “Tidur” sebagai kata dasar. Padahal, sebelum menjadi kata, “tidur” adalah
sebuah leksem. Dengan demikian, kata-kata dasar yang lain, seperti rumah, tanah, air,
sungai, laut, langit, dan lain sebagainya, sebelum melalui proses morfemis derivasi zero
menjadi kata, bentuk-bentuk tersebut adalah leksem (Arifin dan Junaiyah, 2009:10).

b. Afiksasi: dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks. Leksem
mengalami perubahan bentuk menjadi kategori tertentu sehingga berstatus kata dan
sedikit banyak berubah maknanya. Proses afiksasi merupakan penggabungan morfem
berupa berupa afiks dengan morfem bebas leksem, sehingga menghasilkan kata
kompleks. Contoh penggabungan sufiks -an dengan leksem ingat, menghasilkan kata
ingatan.

c. Reduplikasi: dalam proses ini leksem menjadi kata kompleks dengan beberapa
macam proses berubah. Contoh sekolah menjadi leksem sekolah-sekolah, berjalan
menjadi berjalan-jalan.

d. Abreviasi (pemendekan): dalam proses ini leksem atau gabungan leksem menjadi
kata kompleks atau singkatan dengan berbagai proses abreviasi (pemenggalan,
kontraksi, akronimi, penyingkatan). Contoh leksem bapak menjadi pak.

e. Bahan (perpaduan): dalam proses ini dua leksem atau lebih berpadu dan hasilnya
adalah paduan leksem atau kompositum dalam tingkat morfologi atau kata majemuk
dalam tingkat sintaksis. Contoh perpaduan leksem mata dan kaki menjadi mata kaki.

3. Afiksasi

Afiksasi adalah salah satu proses pembentukan kata yang dilakukan dengan
membubuhkan afiks pada morfem (kata) dasar. Ramlan menjelaskan proses
pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan (kata), baik satuan
tersebut berupa, bentuk tunggal maupun kompleks, untuk membentuk kata ( 2012: 56).
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Kridalaksana menyatakan bahwa afiksasi
adalah proses morfologis yang mengubah leksem tunggal menjadi kata kompleks
(2009:12). Dari pernyataan tersebut berarti input dalam afiksasi adalah leksem tunggal,
dan outputnya adalah kata kompleks. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut. leksem kata → Afiksasi → kata kompleks

Afiksasi dapat menghasilkan kata kompleks karena menambahkan afiks pada


leksem tunggal. Ramlan menjelaskan afiks merupakan morfem Penciptaan yang tidak
dapat berdiri sendiri karena tidak berstatus sebagai kata maupun pokok kata, afiks
melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata baru (2012: 57). Katamba
menyatakan “Afiks adalah morfem terikat karena hanya melekat pada morfem lain
seperti atau kata dasar” (1994: 44).

Afiks terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan letak di mana afiks tersebut
dibubuhkan dengan morfem yang dilekatinya. Kridalaksana (2009: 28-30)
menyebutkan ada tujuh jenis afiks.
a. Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di depan atau sebelah kiri dasar. Afiks
yang termasuk prefiks yaitu men-, ber-, di-, ter-, pe-, per-, se-, ke-.

b. Infiks, yaitu afiks yang menyisip pada dasar. Afiks yang termasuk infiks yaitu
-el-, -em-, -er-, dan-in-.

c. Sufiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di belakang atau di kanan dasar. Afiks
yang termasuk sufiks yaitu an, -kan, dan -i.

d. Simulfiks, yaitu afiks yang diwujudkan dengan ciri-ciri segmental yang


dileburkan pada dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks diwujudkan 9/24 dengan
nasalisasi fonem pertama suatu bentuk dasar, dan kemampuan' yang bisa
memverbalkan nomina, adjekti dan kelas kata lain. Biasanya simulfiks dapat ditemukan
pada bahasa Indonesia non-standar, misalnya: bentuk dasar kopi dinasalisasi fonem
pertama menjadi ngopi, kebut menjadi ngebut.

e. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu terletak di depan dasar
dan satu lagi di belakang dasar. Afiks yang termasuk konfiks yaitu ke-an, pe-an, per-
an, dan ber-an. Afiks jenis konfiks ini melekat bersama-sama pada satu bentuk dasar,
dan bersama-sama mendukung satu fungsi, baik fungsi gramatik maupun semantik.

f. Superfiks atau suprafiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri- ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem segmental. Afiks jenis ini
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.

g. Kombinasi afiks adalah kombinasi dua afiks atau lebih yang dibubuhkan pada
kata dasar. Dalam hal ini, kombinasi afiks berbeda dengan konfiks, Perbedaannya
adalah pada kombinasi afiks, afiks yang muncul bukan jenis afiks khusus seperti pada
konfiks, melainkan hanya gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan
makna gramatikal tersendiri. Kombinasi afiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia
ialah me-kan, me-i, memper-kan, memperi, ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-
nya.
Kridalaksana menyatakan bahwa "Proses afiksasi bukanlah hanya sekedar
perubahan bentuk saja, melainkan juga pembentukan leksem menjadi kelas tertentu"
(2009: 31). Pernyataan tersebut berarti proses pembubuhan afiks dapat mengubah
kelas/kategori kata suatu leksem. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahasa
Indonesia sistem afiksasi dimulai dengan afiks pembentuk verba, baru kemudian diikuti
oleh afiks pembentuk nomina, dan kelas-kelas lain.

4. Reduplikasi

Dalam tataran morfologi bahasa Indonesia, sampai sekarang reduplikasi belum


mendapat deskripsi yang secara eksplisit dinyatakan oleh para linguis. Sehingga,
pemerian atau penggolongan jenis reduplikasi dalam bahasa Indonesia pun berbeda-
beda, dengan kriteria pemerian yang tidak disebutkan. Dalam berbagai istilahnya,
reduplikasi disebut juga bentuk ulang, Keraf (1991), kata ulang, Keraf (1984) dan
proses pengulangan Ramlan (1979).

Reduplikasi merupakan suatu proses dan hasil pengulangan satuan bahasa


sebagai alat fonologis atau gramatikal, sehingga selanjutnya dapat ditemui reduplikasi
fonologis dan reduplikasi gramatikal dengan pengertian reduplikasi gramatikal
mencakup reduplikasi morfemis atau reduplikasi morfologis, dan reduplikasi sintaksis.
Namun, ada juga yang mengelompokkan begitu saja reduplikasi menjadi reduplikasi
fonologis reduplikasi morfemis dan reduplikasi sintaksis (Kridalaksana, 1982: 13).
Reduplikasi fonologis merupakan peristiwa reduplikasi yang dapat berupa perulangan
suku, atau suku kata sebagai bagian kata, bentuk dasar dari reduplikasi fonologis ini
secara deskriptif sinkronik tidak dapat ditemukan dalam bahasa yang bersangkutan.
Seperti terlihat dalam beberapa kata sebagai berikut; papa, mama, kuku, biri-biri, kura-
kura, kupu-kupu. Reduplikasi seperti ini oleh para ahli bahasa Indonesia disebut juga
sebagai reduplikasi semu (Samsuri, 1988: 91).

Ramlan menjelaskan reduplikasi adalah "Pengulangan satuan gramatik, baik


seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak" (2012: 65).
Secara lebih lengkap Muslich menjelaskan bahwa reduplikasi merupakan peristiwa
pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks
maupun tidak (2014: 48). Selanjutnya, Verhaar menyatakan “Reduplikasi adalah proses
morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut"
(2004: 152).
Berdasarkan pengertian di atas proses reduplikasi dapat dibagi empat macam
berdasarkan bentuknya, seperti yang disampaikan oleh Ramlan (2012: 70-77). Keempat
macam proses reduplikasi tersebut, yaitu :

a. Pengulangan seluruh (Dwilingga)


Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar yang tidak
disertai dengan perubahan fonem dan pembubuhan afiks. Misalnya pengulangan kata
sekolah menjadi sekolah-sekolah,jalan menjadi jalan-jalan.

b. Pengulangan Sebagian (Dwipurwa)


Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasar. Biasanya
reduplikasi sebagian terjadi pada bentuk dasar berupa kata berafiks, misalnya kata
memanggil menjadi memanggil-manggil. Pada reduplikasi jenis ini, dimungkinkan
pula disertai dengan perubahan fonem, misalnya kata membalik menjadi membolak-
balik.
c. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks (Dwilingga
berimbuhan)
Yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar disertai dengan pembubuhan afiks.
Misalnya pengulangan kata mobil menjadi mobil-mobilan, tali menjadi tali-temali,
bahu menjadi bahu-membahu.

d. Pengulangan dengan perubahan fonem (Dwilingga salin suara)


Yaitu pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan fonem. Fonem yang
berubah dapat berupa konsonan maupun vokal. Misalnya pengulangan kata gerak
menjadi gerak-gerik, sayur menjadi sayur- mayur.

Penting diketahui dalam reduplikasi, bagaimana cara menemukan satuan dasar


atau bentuk dasarnya. Oleh karena itu, Ramlan mengemukakan petunjuk dalam
menentukan bentuk dasar bagi kata ulang sebagai berikut (2012: 67).
a. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata Petunjuk ini
menjelaskan bahwa reduplikasi yang berkategori verba berasal dari kata berkategori
verba, reduplikasi nomina dari nomina, dan sebagainya. Misalnya, kata memanggil-
manggil (V) bentuk dasarnya memanggil (V), kata mobil-mobilan N) bentuk dasarnya
mobil (N). Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa melalui proses reduplikasi sebuah kata
dasar akan mengalami perubahan kategori atau kelas kata. Misalnya: marah (Adj) →
marah-marah (V)
Pada contoh di atas bentuk dasar marah termasuk kategori kata adjektiva
kemudian setelah mengalami pengulangan kategori katanya berubah menjadi verba.
Selain itu, perubahan kategori kata juga dapat terjadi dengan pengulangan yang
berkombinasi dengan afiks se-nya. Misalnya: tinggi (Adj) → setinggi-tingginya (Adv),
luas (Adj) → seluas-luasnya (Adv)

Kata tinggi dan luas yang berkategori adjektiva, setelah mengalami


pengulangan yang dikombinasikan dengan afiks se-nya kategori katanya berubah
menjadi adverbia karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi
keterangan dalam suatu klausa.

b. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa
Petunjuk ini menjelaskan bahwa bentuk dasar reduplikasi haruslah satuan yang terdapat
dalam penggunaan atau pemakaian bahasa. Maksudnya yaitu bentuk dasar tersebut
dapat digunakan dalam struktur kalimat. Misalnya, kata ulang mempertahan-tahankan
bentuk dasarnya ialah mempertahankan bukan mempertahan, karena bentuk
mempertahan tidak dapat digunakan dalam struktur kalimat. Berkaitan dengan bentuk
dasar pada reduplikasi, Simatupang menyatakan bahwa ada bentuk reduplikasi yang
dapat dengan mudah ditemukan dasar kata yang menurunkannya, seperti laki pada
lelaki dan laki- laki. Akan tetapi, tidak semua bentuk reduplikasi dapat dengan mudah
ditemukan bentuk dasarnya, misalnya bentuk menari-nari. Menari-nari dapat
diturunkan dari bentuk menari sehingga reduplikasinya merupakan reduplikasi parsial
(Rp). Namun, dimungkinkan pula bentuk menari-nari diturunkan dari bentuk tari yang
diulang penuh dan dibubuhi afiks, sehingga dasar katanya bukan menari, melainkan
tari. Berkaitan dengan adanya kata- kata tertentu yang jika diulang hanya mungkin
terdapat dengan afiks, misalnya berton-ton (yang langsung diturunkan dari ton, karena
bentuk *berton tidak mungkin), dalam simbolisasinya bentuk-bentuk seperti menari-
nari, membagi-bagikan, dan berton-ton ditulis sebagai reduplikasi penuh ditambah
afiksasi (1983: 15).

5. Adjektiva

Alwi, et al. menjelaskan adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan


yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

A. Ciri-ciri Adjektiva

a. Adjektiva memberikan keterangan terhadap nomina yang atributif.


Keterangan itu mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan,
misalnya kecil, berat, dan bundar.

b. Adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat, misalnya


mabuk, sakit, dan baik.

c. Adjektiva dapat menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan


nomina yang diterangkannya.

Kridalaksana menjelaskan bahwa adjektiva adalah kategori kata yang ditandai


oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi
nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-
ciri morfologis seperti -er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam alami), atau
(5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil keadilan, halus
kehalusan, yakin – keyakinan (Ciri terakhir ini berlaku bagi sebagian adjektiva dasar
dan bisa menandai verba intransitif, jadi ada tumpang tindih di antaranya)
(Kridalaksana, 2008: 59).
B. Bentuk-Bentuk Adjektiva

Bentuk adjektiva dalam bahasa Indonesia dapat menjadi dua, yaitu adjektiva
monomorfemis dan adjektiva polimorfemis. Kedua bentuk adjektiva tersebut akan
diuraikan berikut.

a. Adjektiva Monomorfemis

Adjektiva monomorfemis adalah adjektiva dasar atau adjektiva yang belum mengalami
afiksasi atau belum mendapat imbuhan. Contoh : (1) Gunung-gunung menjulang tinggi
sebagai hiasan dan pasak bumi.

(2) Malaikat tidak pernah sombong sebagaimana manusia dan suka bertasbih.

(3) Lahar dingin menumpuk di kawah.

(4) Awan panas dan hujan debu tebal di puncak gunung.

Butir tinggi, sombong, dingin, panas, tebal pada kalimat di atas merupakan adjektiva
monomorfemis. Adjektiva dasar tersebut dapat didahului oleh kata amat, terlalu, lebih,
sangat, seperti amat berat, ter- lalu boros, terlalu kikir, lebih aman , sangat penting, dan
sangat populer.

Bentuk-bentuk adjektiva yang berikut ini merupakan adjektiva dasar meskipun setiap
harinya berakhir -is atau -if.

(1) Kehidupan keluarga juga dipermudah dengan penggunaan alat rumah tangga
elektris.

(2) Kedua, untuk mengalirkan kegemaran peserta ke arah kegiatan yang berguna dan
layak edukatif.

(3) Pembiakan organisme tanpa perkawinan dikatakan perkembangbiakan vegetatif.


(4) Sifat yang resesif akan tampak pada zurulat kedua.

(5) Tangan dibersihkan agar tidak digunakan untuk hal-hal negatif, seperti mencuri,
memukul orang dan sebagainya.

Butir elektris, edukatif, vegetatif, resesif, dan negatif di atas merupakan adjektiva dasar
yang diserap secara utuh dari bahasa asing.

b. Adjektiva Polimorfemis

Adjektiva polimorfemis adalah adjektiva yang mendapat imbuhan, adjektiva yang


sudah mengalami perulangan, adjektiva yang mengalami afiksasi dan perulangan
sebagian, adjektiva yang merupakan gabungan sinonim dan antonim, dan adjektiva
majemuk. Bentuk-bentuk adjektiva polimorfemis tersebut akan dibahas satu per satu

1. Adjektiva + Imbuhan

Data-data berikut ini tentang adjektiva yang mendapat imbuhan, yakni imbuhan -wi, -
i, dan -if. Amatilah beberapa contoh berikut. (1) Bagi umat Islam masalah kebersihan
ini tidak hanya merupakan masalah yang berkaitan dengan kehidupan duniawi.

(2) Ada beberapa tenaga kerja dari Indonesia diperlaku kan tidak manusiawi di
Malaysia.

(3) Pupuk alami yang juga berasal dari tumbuhan serta bahan lain yang mudah
membusuk adalah pupuk kompos.

Kata duniawi, manusiawi, alami, hewani, resesif, dan komunikatif merupakan adjektiva
polimorfemis yang berasal dari kata dasar dunia afiks - wi, kata dasar manusia
mendapat afiks -wi, kata dasar alami mendapat afiks -i, kata dasar hewan mendapat
afiks -i, kata dasar resesi yang mendapat afiks -if, dan kata dasar komunikasi mendapat
afiks -if.

Penambahan kata sangat atau sekali pada adjektiva yang berakhiran -wi, -i, dan -jika
ternyata tidak semuanya berterima kasih. Hal itu bergantung pada tingkat kebertarafan
adjektiva. Adjektiva yang tidak bertaraf tidak berkolokasi dengan kata sangat atau
sekali. Selain data yang berakhiran adjektiva yang berakhiran -wi, -i, dan -if, adjektiva
juga mengalami afiksasi dengan imbuhan ter- dan ke-an.

2. Adjektiva Perulangan

Contoh kalimat berikut memperlihatkan adjektiva polimorfemis yang berupa


perulangan kata dasar.

(1) Samar-samar suara azan terdengar dari sini.

(2) Anaknya sudah besar-besar.

(3) la sendiri berjalan hati-hati menggendong bayi pada panggul- nya sebelah kiri.

(4) Orang itu cepat-cepat dibawa ke rumah sakit supaya jiwanya tertolong.

(5) Mereka bukan kelompok orang jahat, melainkan kelompok orang baik-baik.

(6) Bila sudah berbuah, buahnya tampak panjang-panjang.

(7) Benar-benar Allah menyayangi seluruh makhluk-Nya.

Adjektiva samar-samar, besar-besar, hati-hati, cepat-cepat, baik- baik, panjang-


panjang, dan benar-benar pada kalimat tersebut merupa- kan bentuk pengulangan kata
dasar samar, besar, hati, cepat, baik, panjang, dan benar. Adjektiva polimorfemis
bentuk perulangan tersebut ada yang dapat berdampingan dengan kata sangat atau
sekali dan ada pula yang tidak dapat.

Amatilah perubahan kalimat berikut.

(1) a. Sangat samar-samar suara azan terdengar dari sini.


b. Samar-samar sekali suara azan terdengar dari sini.
(2) a. Anaknya sudah sangat besar-besar.
b. Anaknya sudah besar-besar sekali.

(3) a. la sendiri berjalan sangat hati-hati menggendong bayi pada panggulnya sebelah
kiri.

Bentuk-bentuk adjektiva perulangan penuh pada contoh di atas jika ditambah kata
sangat atau sekali ada yang berterima dan ada pula yang tidak. Tampaknya adjektiva
polimorfemis yang berupa perulangan yang dapat bergabung dengan sangat atau sekali
hanya adjektiva inti, sedangkan adjektiva periferal tidak. Adjektiva polimorfemis
periferal itu cenderung ke bentuk adverbia.

3. Adjektiva <ke- dasar -an> R Parsial

Contoh pada kalimat berikut ini memperlihatkan adjektiva yang mengalami proses
afiksasi yang direduplikasi sebagian/parsial < ke-dasar-an> R parsial).

(1) Setelah pulang dari negeri Inggris, kelakuannya menjadi ke- inggris-inggrisan. (2)
Orang itu masih kekanak-kanakan.

Bentuk keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan, kemerah-merahan, kebarat-baratan, dan


kemalu-maluan merupakan bentuk adjektiva yang mengalami proses afiksasi yang
direduplikasi sebagian/parsial (< ke- dasar -an>R parsial) bukan berasal dari ke-
<dasar-R> -an.

4. Adjektiva Gabungan Sinonim atau Antonim

Adjektiva gabungan sinonim atau antonim adalah adjektiva yang mirip dengan bentuk
berulang. Contoh adjektiva gabungan sinonim tampak pada kalimat (1-4) dan adjektiva
gabungan antonim tampak pada (5–8) berikut.

(1) Cantik jelita wajah bintang film itu.


(2) Karena listrik sudah masuk desa itu tentu saja desa Sendang Sari tidak gelap gulita
lagi pada malam hari.
(3) Para perwira yang sedang berlatih itu gagah berani.
(4) Kami semua mengharapkan negara ini aman sejahtera.
(5) Sesudah mengikuti permainan itu, ternyata tua muda tidak ada bedanya.
(6) Baik buruk pekerjaan itu akan ditanggung bersama.
(7) Budi pekerti mempengaruhi tinggi rendah martabat seseorang.
(8) Orang yang bijak tidak membedakan kaya miskin seseorang.
Perlu diperhatikan contoh (5) selain tergolong adjektiva gabungan antonim,
dapat pula tergolong sebagai nomina majemuk. Hal itu dimungkinkan karena adjektiva
gabungan antonim tersebut selalu menjadi atribut dalam frasa nomina. Konstituen tua
muda pada contoh (5) sebetulnya berasal dari frasa nominal orang tua-muda.
Konstituen baik buruk merupakan atribut dari frasa nominal baik buruk pekerjaan.
Konstituen tinggi rendah merupakan atribut dalam frasa nominal tinggi rendah martabat
seseorang. Konstituen kaya miskin merupakan atribut dalam frasa nominal kaya miskin
seseorang.

5. Adjektiva Majemuk
Adjektiva majemuk dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) adjektiva
yang dibentuk dari gabungan morfem terikat dan kata dasar dan (2) adjektiva yang
dibentuk dari gabungan morfem terikat dan morfem bebas atau dapat pula berupa
adjektiva yang dibentuk dari gabungan dua mor- fem bebas atau lebih. Gabungan unsur-
unsur itu membentuk satu makna baru (Alwi, et al. 1998: 191). Contoh adjektiva yang
dibentuk dari paduan/gabungan morfem terikat dengan kata dasar adalah sebagai
berikut.

(1) Engkaulah yang mahabesar dan mahatinggi.

(2) Toko itu banyak dikunjungi orang karena terkenal supermurah.

(3) Rumah sakit itu menggunakan peralatan kedokteran yang ultramodern.


Kata mahabesar dan mahatinggi merupakan perpaduan morfem terikat maha
dengan adjektiva besar dan tinggi. Adjektiva supermurah merupakan perpaduan
morfem terikat super dan adjektiva dasar murah. Adjektiva ultramodern merupakan
perpaduan morfem terikat ultra dan adjektiva modern. Morfem terikat maha, super, dan
ultra telah mengungkapkan makna taraf, tingkat, atau aras yang tinggi. Dengan kata
lain, morfem terikat itu sudah menunjukkan makna 'sangat'. Oleh karena itu, paduan
kata-kata itu tidak perlu lagi disangsikan kadar keadjektivaannya.

6. Derivasi dan Infleksi

Matthews dalam buku Morphology: An Introduction to the Theory of Word-


Structure (1974) membagi morfologi menjadi dua bidang, yaitu morfologi infleksional
(inflectional morphology) dan morfologi leksikal (lexical morphology). Di dalam kaitan
itu Mathews (1974: 38) membedakan antara proses infleksi dengan proses
pembentukan kata (word formation) yang mencakup derivasi dan komposisi. Dalam
pada itu, yang termasuk dalam lingkup pembentukan kata hanya morfologi derivasional
(leksikal). sedangkan morfologi infleksional tidak.

Menurut Bauer (1988:80), dalam buku Introducing Linguistic Morphology,


dinyatakan bahwa morfologi akan dipilah atas morfologi derivasional dan morfologi
infleksional. Infleksi merupakan bagian dalam sintaksis karena bersifat melengkapi
bentuk-bentuk leksem dan derivasi menjadi bagian dari leksis karena menyediakan
leksem-leksem baru. Morfologi leksikal mengkaji kaidah-kaidah pembentukan kata
yang menghasilkan kata-kata baru yang secara leksikal berbeda (beridentitas baru) dari
kata yang menjadi dasarnya. Hal ini berbeda dengan morfologi infleksional yang
mengkaji hasil-hasil pembentukan kata yang berasal dari leksem yang sama.

Derivasi adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru


(menghasilkan kata- kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda) sedangkan
infleksi adalah pembentukan kata yang menghasilkan bentukan kata-kata yang berbeda
dengan paradigma yang sama. Pembentukan derivasi bersifat tidak dapat diramalkan,
sedangkan pembentukan infleksi bersifat teramalkan, contohnya beli menjadi membeli.
Lebih lanjut, Samsuri (1982: 198) menyatakan bahwa derivasi ialah konstruksi yang
berbeda distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi adalah konstruksi yang
menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya. Dalam bahasa-bahasa Eropa,
(utamanya Inggris), pengertian derivasi dan infleksi dapat dikenakan secara konsisten.
Misalnya: books (dari book), stop, stopped, stopping (stop); prettier, prettiest (pretty);
sebagai contoh infleksi. Sedangkan derivasi dicontohkan: runner (run), beautify
(beauty). Semua bentuk seperti book, jika mendapat sufiks -s (plural), merupakan
infleksi, seperti wall-walls, chair-chairs, dan sebagainya. Namun, di dalam bahasa
Indonesia tidaklah demikian, karena sistem afiks bahasa Indonesia berbeda dengan
bahasa Inggris. Contohnya, “menggunting” termasuk derivasi, sedangkan “membaca”
dan “mendengar” adalah infleksi. Oleh sebab itu masih merupakan persoalan, apakah
pengertian infleksi dan derivasi dapat diterapkan secara konsisten di dalam bahasa
Indonesia.
Salah satu perbedaan fundamental antara afiks derivasional dan afiks
infleksional adalah parameter produktivitas. Selain itu, istilah pembentukan kata tidak
digunakan secara sembarangan karena berkaitan dengan pembentukan leksem baru
(derivasi leksikal) dan untuk membuat analisis terhadap derivasi infleksional dengan
prinsip konkordansi dan aggrement.
Bahkan menurut Beard di dalam buku Lexeme Morpheme Base Morphology
(1995: 166-167) dijelaskan bahwa apabila terdapat adanya pembentukan kata yang
mengalami perpindahan kelas juga harus dipertimbangkan adanya relasi gramatikalnya.
Karena derivasi berindikasi harus fungsional dan perubahan kelas (reclassification).
Derivasi dikatakan fungsional karena adanya perubahan kelas dan fungsi
gramatikalnya.

Bauer (1988: 12-13) dalam kaitannya dengan studi tentang morfologi, yaitu
adanya sejumlah cara untuk mengetahui apakah sebuah afiks bersifat infleksional atau
derivasional.
a. Jika sebuah afiks mengubah bentuk kata dasarnya, afiks itu bersifat
derivasional. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya
termasuk afiks infleksional. Contoh: form adalah nomina, formal adalah adjektiva;
berarti, -al telah mengubah kelas kata sehingga termasuk afiks derivasional. Formalise
adalah verba dan formalizes juga verba berarti -s tidak mengubah kelas kata, sehingga
kemungkinan termasuk afiks infleksional.

b.Afiks-afiks infleksional selalu menampakkan makna yang teratur atau dapat


diprediksikan; sebaliknya, makna-makna dari afiks-afiks derivasional tidak dapat
diramalkan. Sebagai contoh afiks infleksional-s yang menunjukkan makna jamak
dalam bahasa Inggris, seperti, dogs, bicycles, shoes, trees. Lain halnya dengan
perubahan makna secara derivasional seperti -age dalam bandage ‘pembalut’, cleavage
‘perpecahan’, mileage ‘jarak mil’, shortage ‘kekurangan'.

c. Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila dapat menambahkan afiks


infleksional pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata, maka akan dapat menambah
afiks infleksional pada semua anggota kelas yang lain. Sedangkan afiks derivasional
tidak dapat ditambahkan pada setiap anggota kelas. Dengan demikian, dapat ditentukan
bahwa afiks-afiks infleksional itu bersifat produktif, sedangkan afiks derivasional
bersifat tidak produktif.

7. Wattpad

Wattpad adalah layanan situs web dan aplikasi telepon pintar asal Toronto,
Kanada, yang memungkinkan penggunanya untuk membaca ataupun mengirimkan
karya dalam bentuk artikel, cerita pendek, novel, puisi, atau sejenisnya dengan genre
yang berbeda-beda, pada aplikasi wattpad sendiri terdapat 21 genre termasuk di
dalamnya genre fantasi, romantis, horror, paranormal, dsb. Wattpad diluncurkan pada
tahun 2006 oleh Allen Lau dan Ivan Yuen. Tercatat sudah lebih dari 250 juta pembaca
dalam situs ini dan Indonesia menyumbang lebih dari 90 juta pembaca yang membawa
Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai pengunjung situs wattpad terbanyak di
dunia.

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Alexa.com pada bulan Oktober
2018 mengenai peringkat atau rangking sebuah situs dihitung dari jumlah pengunjung
situs tersebut, saat ini wattpad berada di peringkat 547 di dunia artinya wattpad menjadi
salah satu situs dengan jumlah pengunjung terbanyak di dunia. Sebagian besar
pengguna wattpad berasal dari Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh Britania Raya,
Kanada, Filipina, Australia, Rusia, Uni Emirat Arab, dan negara lainnya termasuk
Indonesia. Lebih dari satu juta bahkan lebih penulis yang mempublikasikan karyanya
pada situs ini, tentunya berbagai kelas kata termasuk adjetiva, adverbia, nomina, verba,
dll banyak digunakan pada situs ini.
C. Kerangka Pikir

Dalam mengembangkan suatu objek kajian, selain mengemukakan gagasan dan


mengembangkan referensi yang ada perlu adanya kerangka dasar yakni dasar berpikir
yang akan diterapkan pada penelitian ini. Kerangka pikir diperlukan untuk dijadikan
pondasi, untuk itu berikut kerangka pikir dari penelitian ini yang disajikan dalam
bentuk peta konsep agar pembaca dapat melihat secara sistematis alur dalam penelitian
ini sebagai berikut.
Sumber data

MORFOLOGI

Unit analisis:
Data yg diperoleh dari sumer
data

PROSES MORFOLOGIS

AFIKSASI REDUPLIKASI

ADJEKTIVA

PERUBAHAN MAKNA
KATA

DERIVASI INFLEKSI

Keluaran
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Analisis Kata Adjektiva Berafiks dan Kata Adjektiva


Reduplikasi pada Cerita di Situs Wattpad ini merupakan penelitian kualitatif yang
menjabarkan data analisis secara naratif.

Subroto (1992) menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitan


terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-
prosedur statistik yang lebih berfokus pada data angka dengan instrumen atau alat ukur
tertentu. Oleh karena itu, penelitian kualitatif datanya tidak berupa angka, melainkan
kutipan-kutipan, kalimat, tuturan, gambar, foto, dan lain sebagainya. Selanjutnya,
penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini dilakukan semata-mata hanya
didasarkan pada fenomena atau fakta yang ada sesuai data yang terdapat dalam buku,
karya-karya ilmiah, artikel ilmiah, dan hasil penelitian yang dilakukan sehingga hasil
yang didapatkan adalah uraian yang bersifat fakta. Buku-buku rujukan yang dirujuk
dalam penelitian ini salah satunya buku dari Harimurti Kridalaksana yang berjudul
Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia, buku ini cukup membantu penelitian ini
selain buku dari Harimurti Kridalaksana, Buku dari Sasangka, dkk yang berjudul
Adjektiva dan Adverbia dalam Bahasa Indonesia yang berisi penelitian-penelitian
konkret membantu menyajikan data-data, fakta-fakta yang sesuai dan terbukti
keabsahannya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Pengumpulan serta pencarian data yang berkaitan dengan penelitian ini


dilaksanakan selama tiga bulan pada periode 25 Agustus 2021 hingga 7 November
2021. Dalam periode penelitian ini dilaksanakan sejumlah rangkaian penelitian yaitu,
pencarian data, pengumpulan data, proses pengamatan mengenai karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian ini, dan penulisan data.

Pencarian data dalam penelitian ini termasuk di antaranya mencari rujukan-


rujukan yang sesuai dengan penelitian ini termasuk mencari buku yang membahas
adjektiva secara detail, skripsi dengan tema adjektiva, juga jurnal yang membahas
materi serupa. Setelah mendapatkan materi adjektiva, pencarian data lalu dilakukan
dengan mencari data yang mengandung kata adjektiva reduplikasi dan kata adjektiva
afiksasi di dua puluh cerita wattpad. Setelah pencarian data, selanjutnya pengumpulan
data penelitian yang dikumpulkan selama proses pencarian data tersebut, pengamatan
data, dan terakhir penulisan data yang ditulis pada Microsoft Word.

2. Tempat Penelitian

Seluruh rangkaian penelitian yang berkaitan dengan Analisis Kata Adjektiva


Berafiks dan Kata Adjektiva Reduplikasi pada Cerita di Situs Wattpad dilaksanakan di
dua tempat yaitu, Jl. Tanggul Patompo No.2, kecamatan Tamalate, kelurahan Balang
baru dan Pelaksanaan penelitian ini juga dilaksanakan di Perpustakaan FIB, Universitas
Hasanuddin, Jl. Perintis kemerdekaan Km 10 Makassar, Sulawesi Selatan.

C. Data dan Sumber Data

Subroto (1992) menjelaskan bahwa data adalah semua informasi atau bahan
yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan
dipilih oleh peneliti. Data dalam penelitian bahasa yaitu bahasa, baik bahasa lisan
maupun bahasa tulis yang digunakan oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu kata adjektiva yang berbentuk
polimorfemis, dalam hal ini dikhususkan dua bentuk yakni adjektiva yang mendapatkan
imbuhan (afiksasi) dan adjektiva yang mengalami perulangan (reduplikasi) pada situs
wattpad. Data yang demikian ini diperoleh dari sumber wattpad yang termasuk dalam
sumber bahasa tulis. Sumber data tulis yang digunakan dalam penelitian ini diambil
maksimal dua puluh cerita dengan judul serta genre yang bermacam-macam agar data
yang diperoleh lebih bervariasi.

Kedai Cinderella, genre romantis, salah satu cerita pada situs wattpad yang
ditulis oleh Diana Febi dan telah dibaca sebanyak 1,24 juta pembaca, terdiri dari 50
bab. Kedai Cinderella menceritakan tentang pernikahan kontrak antara Shabella dan
Shabiru untuk menyelamatkan kedai kopi milik Shabella. Kedai Cinderella dipilih
sebagai sumber data karena di dalamnya ditemukan data berupa kata adjektiva yang
berpolimorfemis terutama kata adjektiva reduplikasi atau adjektiva perulangan.

Friendshit, genre komedi, ditulis oleh Queen Nakey dan telah dibaca sebanyak
55,4 juta pembaca dan terdiri dari 89 bab. Friendshit menyajikan cerita tentang remaja
yang mengalami Friendzone, istilah yang kerap digunakan untuk menjelaskan
hubungan pertemanan dua orang, di mana salah satu pihak sebenarnya mengharapkan
hubungan romantis, sedangkan satunya lagi hanya menganggap hubungan itu sebagai
pertemanan. Friendshit dipilih sebagai sumber data karena di dalamnya ditemukan data
berupa kata adjektiva yang berpolimorfemis terutama kata adjektiva afiksasi.

Dear Pak Dosen 2, genre romantis oleh Gege Hesty yang telah dibaca sebanyak
1,05 juta pembaca terdiri dari 51 bab. Dear Pak Dosen 2 menceritakan tentang
perjodohan antara Sakha dan Alea yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Cerita
ini dipilih sebagai sumber data karena di dalamnya terdapat kata adjektiva reduplikasi
dan kata adjektiva afiksasi.

Love Is All You Need, genre romantis, ditulis oleh Natalia K yang telah dibaca
sebanyak 88,9 ribu pembaca, terdiri dari 47 bab. Cerita ini menceritakan tentang
hubungan rumit dari Tiffany Gordon dan Sean Revano Douglas yang memiliki
hubungan cinta yang rumit dan berusaha untuk mempertahankannya. Cerita ini dipilih
sebagai sumber data karena terdapat kata adjektiva afiksasi berupa prefiks se-.

Anya: Ya Allah Ap aitu Cinta, genre romantis islami yang ditulis oleh Gyeoul
Melody yang telah dibaca sebanyak 25,6 ribu pembaca, terdiri dari 41 bab. Cerita ini
menceritakan tentang seorang gadis yang ingin mengenal cinta. Seiring berjalannya
waktu, ia mulai mengerti arti cinta yang suci. Cerita ini dipilih sebagai sumber data
karena terdapat kata adjektiva afiksasi berupa prefiks se-.
MOVE ON, genre romantis, ditulis oleh Jlzzi yang telah dibaca sebanyak 2,16
ribu pembaca, terdiri dari 24 bab. Cerita ini menceritakan tentang Lia yang susah untuk
move on dan menolak untuk diajak balikan. Namun di satu sisi dia masih
mengharapkan cinta dari mantannya. Cerita ini dipilih sebagai sumber data karena
terdapat kata adjektiva reduplikasi berupa reduplikasi dwilingga + -an.

Auralaska, genre romantis, ditulis oleh L Dela Fimeta yang telah dibaca
sebanyak 15,1 juta pembaca, terdiri dari 86 bab. Cerita ini menceritakan tentang Maura
dan Aska, manusia berbeda sifat yang tiba-tiba harus disatukan dalam ikatan
pernikahan. Cerita ini dipilih sebagai sumber data karena terdapat kata adjektiva
afiksasi dan reduplikasi berupa reduplikasi dwilingga + -an.

DISA, genre romantis, ditulis oleh Tirta Al yang telah dibaca sebanyak 544 ribu
pembaca, terdiri dari 52 bab. Cerita ini menceritakan tentang ketua osis yang hanya
menjalankan tugasnya untuk memberantas anak berandalan di sekolah untuk
menjadikan mereka lebih baik. Tetapi malah terperangkap dala masalah besar, Arkan,
sang ketua geng dendam dan tak ingin berdamai. Cerita ini dipilih sebagai sumber data
karena terdapat kata adjektiva afiksasi dan reduplikasi berupa reduplikasi Dwilingga + -
an A → A.

AKASYA, genre romantis, ditulis oleh Tirta Al yang telah dibaca sebanyak 5,03
juta pembaca, terdiri dari 73 bab. Cerita ini menceritakan tentang gadis yang cinta pada
Aka, Syahfa tak menyerah, ia terus berjuang. Tak hanya kisah cinta yang rumit,
melainkan keluarga, persahabatan, dan semua didirinya taka da yang Bahagia. Cerita
ini dipilih sebagai sumber data karena terdapat kata adjektiva afiksasi yaitu sufiks -an

D. Teknik Pengumpulan Data

Tahap paling awal sebelum melakukan penelitian adalah mengumpulkan data.


Dalam penelitian ini, data dikumpulkan pertama-tama dengan menggunakan metode
simak. Sudaryanto (2015) menjelaskan metode simak dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini metode simak digunakan untuk mengamati
penggunaan bahasa pada sumber data tulis. Sumber data tulis disimak dengan membaca
sumber data tersebut untuk mengidentifikasi data yang dimaksud, sumber data tulis
yang yang digunakan dalam penelitian ini berupa sepuluh judul cerita yang ditulis pada
situs atau aplikasi wattpad. Sepuluh judul cerita ini kemudian disimak secara seksama
untuk menentukan keproduktifan kata adjektiva yang bentuk polimorfemis. Setiap kata
adjektiva yang berpolimorfemis akan diteliti apakah mengalami derivasi atau infleksi.
Selanjutnya pada sumber data tulis, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik
catat. Teknik catat dilakukan dengan mencatat data yang dimasukkan ke dalam format
Microsoft Word dan secara manual menggunakan buku. Data pada format Microsoft
Word merupakan data yang telah direvisi karena data tersebut adalah data yang
dipindahkan dari catatn manual yaitu buku yang sudah mengalami perbaikan.

Bgmn penyampelan data?

E. Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya yang paling penting dalam
Tuliskan sebuah penelitian yaitu menganalisis data yang telah diperoleh. Dalam tahap analisis
tahap-tahap
analsis/ penelitian ini menggunakan metode agih. Sudaryanto menjelaskan metode agih adalah
mengklasifikasi
metode analisis data yang alat penentunya berupa bagian atau unsur dari bahasa objek
data di sini!
sasaran penelitian, seperti kata, fungsi sintaktis, klausa, silabe kata, titmada, dan lain
sebagainya (2015: 19). Pemilihan metode agih untuk menganalisis data yang telah
diperoleh pada penelitian ini karena penelitian ini berfokus pada unsur bahasa berupa
kata, yaitu kata yang berbentuk afiksasi dan reduplikasi.
Lampiran Data Penelitian

A. Afiksasi

1. Prefiks se- A → A (Infleksi)

No. Judul Kalimat Kata Makna Kata Makna Kalimat


cerita Afiksasi (KBBI)
1. Love Is All “Rumah sebesar ini Sebesar Sebesar termasuk Arti dari kalimat di cerita
You Need hanya kita berdua (se- + D) kelas kata adjektiva ini bahwa rumah
yang menempati apa yang kata dasarnya yang ukurannya luas
tidak melelahkan?” adalah besar. dan megah ini
(BAB 36) Sebesar bermakna sangat melelahkan jika
sama besar , lebih hanya ditempati oleh
dari ukuran sedang dua orang
atau lebih luas.
2. Dandelion “Akupun merasa Sebesar Sebesar termasuk Arti dari kalimat di cerita ini
Masa SMA risih karena ia tinggal (se- + D) kelas kata adjektiva bahwa rumah yang ukurannya
hanya seorang diri di yang kata dasarnya luas dan
rumah sebesar itu.” adalah besar. megah ini membuatnya
(BAB 7) Sebesar bermakna risih karena hanya tinggal
sama besar , lebih seorang diri.
dari ukuran sedang
atau lebih luas
3. Apa Itu “Cinta yang awalnya Sebesar Sebesar termasuk Arti dari kalimat di cerita
Cinta? hanya sebesar (se- + D) kelas kata adjektiva ini bahwa cinta yang
butiran pasir berubah yang kata dasarnya jumlah atau
menjadi sebesar adalah besar. ukurannya sebesar pasir
gunung, mungkin Sebesar bermakna berubah kadarnya
jauh lebih besar dari sama besar , lebih menjadi cinta yang
bumi ini.” (BAB 1) dari ukuran sedang jumlahnya lebih besar
atau lebih luas seperti gunung.
4. Anya: Ya “Seberat itukah Seberat Arti dari kata Kalimat ini bermakna hal
Allah, Apa semua ini?” (BAB (se- + D) seberat adalah yang berat yang
Itu Cinta? 10) setimbang atau melampaui kesanggupaan
sama berat. tokoh dalam cerita.
5. First Sight “Masih tidak terima Seberat Arti dari kata Makna dari kalimat ini
{When I Met sebenarnya karena (se- + D) seberat adalah adalah kepalanya sama
You) ulah pria itu yang setimbang atau beratnya dengana beton.
mengatai kepalanya sama berat
seberat beton” (BAB
6)
6. Auralaska “Seumur-umur Semalu Merasa sangat tidak Maura sangat tidak enak
Maura tidak pernah (se- + D) enak hati (rendah, hati karena dipermalikan.
semalu ini.” (BAB 7) hina, dan
sebagainya) karena
berbuat sesuatu
yang kurang baik.
7. Friendshit “Cowok itu tidak Secacat Tidak atau kurang Karakter Kana yang
peduli secacat (se- + D) sempurna. memiliki karakter yang
apapun karakter menyusahkan dan tidak
Kana, dia sudah sempurna.
berjanji tidak akan
meninggalkannya.”
8. Friendshit “Ya, cara berpikir Sepicik Pikiran, pandangan, Karakter tokoh Kana
Kana memang (se- + D) pengetahuan yang yang picik, dan egois
sepicik itu” sempit, tidak yang tidak memikirkan
mampu posisi orang lain.
menempatkan
dirinya dalam
posisi orang lain.
9. Friendshit “Kana tidak setolol Setolol Sangat bodoh atau Tokoh Kana bukan orang
itu untuk memahami (se- + D) sangat bebal. yang sangat tolol hingga

situasi mereka” tidak memahami situasi


yang terjadi.
2. Sufiks -an A → A (Infleksi)

No. Judul Kalimat Kata Makna Kata Makna Kalimat


cerita Afiksasi (KBBI)
1. Akasya “Cih, cewek Murahan Gampang terbujuk Tokoh perempuan
murahan, udah tahu (D+-an) atau gampang dalam cerita ini
Aka nggak suka, diajak berzina. tidak memiliki harga diri
masih aja dikejar- dan selalu menempel
kejar” (BAB 2) pada tokoh laki-laki yaitu
Aka yang tidak menyukai
dikejar-kejar seorang
perempuan.
2. Cool So “Masih pintaran Pintaran Lebih pandai, Tokoh utama merasa
Sweet makhluk di sebelah (D+-an) mahir, dan lebih pandai dari
gue” (BAB 3) berpengetahuan musuhnya.
3. Bad Liar “Besok-besok kalau Pintaran(D Lebih pandai, Kalau ingin berselingkuh
mau selingkuh +-an) mahir, dan agar tidak ketahuan
pintaran dikit, bego berpengetahuan lebih panfa
banget (BAB 1)
4. Gengster “Masih gedean Gedean Ukuran yang lebih Rumah tokoh utama
boy rumah gue” (D+-an) besar. wanita lebih besar
VS Hero daripada saingannya.
gurl
5. Cupcakes “Kayak rumah Mia Gedean Ukuran yang lebih Rumah tokoh Mia
Love yang agak klasik dan (D+-an) besar. klasik, minimalis, dan
minimalis, Cuma ukurannya lebih besar.
emang gedean
rumahnya sih”
6. Limerence “Kalau dibandingin Cantikan Wajah atau paras Perbandingan antara
sama gue, yaa (D+-an) yang lebih tokoh utama dan lawan
cantikan dia lah” rupawan. dari tokoh utama yang
lawannya lebih rupawan
daaripada tokoh utama
itu sendiri.
7. RAVEL - “Cantikan kamu (D+-an) Wajah atau paras Ravel tengah
ALUNA sayang, kan aku yang lebih memuji pacarnya
maunya sama kamu.” rupawan. yang menurut dia
(BAB 7) pacarnya jauh lebih
rupawan parasnya.

3. Konfiks ke-an A → A (Infleksi)

No. Judul Kalimat Kata Makna Kata Makna Kalimat


cerita Afiksasi (KBBI)
1. Friendshit “Dari dapur ke kamar Kecapaian Merasa sangat Arti dari kalimat di cerita
cowok itu saja (ke- + D + capai, Lelah, dan ini bahwa Kana kecapaian
menghabiskan jarak -an) letih karena berjalan dari
yang cukup membuat kamar cowok itu
seorang Kana menuju dapur.
kecapaian”
B. Reduplikasi

1. Dwilingga (D + R) A → A (Infleksi)

Dwilingga dengan simbol A → A menurut Kridalaksana memiliki dua makna.


Makna yang pertama adalah kata tersebut mempunyai sifat itu lebih dari satu.
Contohnya “Murid itu kaya-kaya tapi tidak sombong”. Makna yang kedua adalah
makna pasti (Iteratif), contohnya “Saya di rantau ini sehat-sehat saja, tidak kurang
suatu apa.” Makna dari kalimat ini bahwa sudah pasti bahwa dia sehat-sehat saja.

Dwilingga dengan simbol A→A tergolong dalam perubahan bentuk kata yang
berinfleksi karena kata-kata yang menjadi data dalam penelitian simbol A→A tidak
berubah kelas katanya meskipun telah mengalami perubahan bentuk berupa
reduplikasi, dari kata adjektiva tetap berada di kelas kata adjektiva.

No. Judul Kalimat Kata Makna Kata Makna Kalimat


cerita Afiksasi (KBBI)
1. Kedai “Aku benar-benar Benar- Benar-benar di Makna pasti
Cinderella serius jika sudah benar dalam KBBI atau kesungguhan bahwa
bertekad” (D+R) bermakna sungguh- jika dia sudah bertekad
sungguh atau maka dia akan serius
segenap hati. pada tekadnya.
2. Kedai “Aku benar-benar Benar- Benar-benar di Makna pasti atau
Cinderella tidak tertarik benar dalam KBBI sungguh-sugguh bahwa
padanya” bermakna sungguh- dia tidak tertarik pada
sungguh atau subjek yang dimaksud
segenap hati. (Sabhiru).
3. Kedai “Aku benar-benar Benar- Benar-benar di Makna pasti atau
Cinderella tidak ingin benar dalam KBBI sungguh-sugguh bahwa
kehilangan kedai” bermakna sungguh- Sabella tidak ingin
sungguh atau kehilangan kedai
segenap hati. peninggalan ayahnya.
4. Kedai “Pak Shaka benar- Benar- Benar-benar di Makna dari kalimat ini
Cinderella benar tampan” benar dalam KBBI bahwa Shaka sungguh-
bermakna sungguh- sungguh tampan.
sungguh atau
segenap hati.
5. Dear, Pak “Sakha tak tahu pasti Benar- Benar-benar di Makna dari kalimat ini
Dosen 2 apakah dia benar- benar dalam KBBI apakah Sakha sungguh-
benar jatuh cinta bermakna sungguh- sungguh jatuh cinta pada
pada gadis itu atau sungguh atau gadis itu.
tidak” segenap hati.
6. Dear, Pak “Sepertinya ini gadis Baik-baik Baik -baik Makna dari kalimat ini
Dosen 2 baik-baik, pakai bermakna adalah Danang ingin
jilbab pula” kelakuan, budi dijodohkan oleh
pekerti, keturunan keluarganya dengan
yang terhormat atau Wanita yang dianggap
orang yang tidak baik keturunan serta
bersifat jahat. penampilannya.
7. Dear, Pak “Danang telah getol- Getol- Getol-getol Makna dari kalimat ini
Dosen 2 getol mencari calon getol (giat- bermakna rajin atau bahwa Danang sedang
istri” giat) tekun dalam giat-giatnya atau getol-
mencari. getolnya mencari
pendamping hidup.
8. The Art Of “Tangannya Benar- Benar-benar di Paanggilan telpon itu
Letting Go menjauhkan ponsel benar dalam KBBI sungguh-sungguh
dari telinga dan bermakna sungguh- berakhir atau sudah
melihat kalau sungguh atau selesai.
panggilan itu benar- segenap hati.
benar selesai”
9. Auralaska “Malu-malu banget Malu- Malu-malu di Tokoh Maura merasa
sih Lo Rhaa” (BAB malu dalam KBBI malu-malu karena terus-
7) bermakna terusan diejek.
tampaknya sangat
malu atau merasa
agak malu.

Semua simbol
yg dikutip, sebutkan2. Dwilingga (D + R +-an) A → A
sumber kutipan!

Dwilingga D + -an dengan simbol A → A menurut Kridalaksana dalam buku


Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia memiliki dua makna. Makna yang pertama
adalah makna berkali-kali (Iteratif), contohnya “Karena sudah tua ia sakit-sakitan”
makna dari kata sakit-sakitan ini adalah bahwa dia sudah berulang kali mengalami rasa
sakit atau penyakit yang menimpanya sudah terjadi lebih dari satu kali. Makna yang
kedua adalah makna sungguh-sungguh (Iteratif), contohnya “Keadaan rumah itu acak-
acakan setelah ditinggal penghuninya selama satu tahun” makna dari kalimat tersebut
adalah rumah itu benar-benar atau sungguh-sungguh acak-acakan karena ditinggal
pemiliknya.

N Jud Kalimat Ka Makna Makna Kalimat


o. ul cerita ta Kata (KBBI)
Afiksasi
1. Dear, Pak “Kamu tega aku Panas- Beraktivitas di Makna pasti atau
Dosen 2 panas-panasan naik Panasan bawah terik kesungguhan bahwa
gojek?” (D + R +- matahari. jika dia sudah bertekad
an) maka dia akan serius
pada tekadnya.
2. DISA “Ck, di antara kita Segan- Merasa malu- Dida menegaskan bahwa di
gak ada namanya seganan malu atau takut- antara sebuah pertemanan tidak
segan-seganan” (D + R +- takut. ada yang Namanya segan-segan
an) atau malu-malu.
3. Bukan “Kaya sama orang Segan- Merasa malu- Tokoh utama
Salah Jodoh lain aja segan- seganan malu atau takut- menegaskan bahwa
seganan” (D + R +- takut. mereka bukan orang asing
an) melainkan sudah terikat
dalam hubungan pernikahan.
Jadi tidak perlu merasa
segan-segan.

4. Bara “Segan-seganan Segan- Merasa malu- Karyawan Wisma merasa


Dendam akhirnya karyawan seganan malu atau takut- Takut-takut saat
Candi Wisma (D + R +- takut. mengeluarkan kunci motor
Kalasan mengeluarkan kunci an) karena takut motornya dicuri.
motor dari saku
celananya”

3. Dwilingga (D+R)+meN-) N→A

Adjektiva reduplikasi tipe (D+R)+meN-) mengandung makna intensif berupa


penonjolan. Contohnya adjektiva reduplikasi melilit-lilit diturunkan dari leksem lilit
yang dibubuhi prefiks meN- kemudian direduplikasi. Proses pembentukan leksem lilit
menjadi melilit-lilit menambahkan makna intensif berupa ‘penonjolan’.

No. Judul Kalimat Kata Makna Kata Makna Kalimat


cerita Reduplik (KBBI)
asi
1. Cinta Sang “Pagi-pagi aku Melilit- Berasa mulas Makna melilit-lilit di
Dosen beberapa kali bolak- lilit sini berarti rasa sakit
balik ke kamar (D+R)+me dalam perut yang
mandi, perutku N-) dirasakan oleh tokoh
melilit-lilit menahan dalam cerita karena tengah
mulas sambil duduk mengandung..
di tepi tempat tidur”
2. Pacar “Aku mulai meringis Melilit- Berasa mulas Makna melilit-lilit di
Rahasia saat perutku terasa lilit sini berarti rasa sakit
melilit-lilit” (D+R)+me dalam perut yang
N-) dirasakan oleh tokoh
hingga dia meringis.

4. Dwilingga (D+R+ -an ) V→ A (Derivasi)

Dwilingga + -an dengan simbol V→ A menurut Kridalaksana dalam buku


Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia berarti tidak sungguh-sungguh. Contoh
kalimatnya adalah “Belajarnya ogah-ogahan, bagaimana bisa dapat angka bagus”.
Dwilingga dengan simbol V→A tergolong dalam perubahan bentuk kata yang
berderivasi karena kata-kata yang menjadi data dalam penelitian simbol V→A berubah
kelas katanya dari kelas kata verba menjadi kelas kata adjektiva.

No. Judul Kalimat Kata Makna Kata Makna Kalimat


cerita Reduplik (KBBI)
asi
1. RHEA “Di barisan gue Ogah- Dalam keadaan ketiga tokoh yang
terlihat Icha, Nadya, ogahan tidak suka, segan, merupakan sahabat
dan Thia tengah (D+R+ -an atau malas. merasa malas untuk
melakukan ) mengikuti pemanasan
pemanasan dengan Olahraga.
ogah-ogahan”
Senandung “Siswa serentak Ogah- Dalam keadaan Arti kalimat tersebut
Do’a ogah-ogahan karena ogahan tidak suka, segan, adalah serentak siswa malas
memang sudah setiap (D+R+ -an atau malas. Untuk mendengar ocehan
hari mereka ) Dari gurunya.
mendengar guru
berceramah”
MOVE ON “Berawal dari ogah- Ogah- Dalam keadaan Dia tidak lagi suka untuk
ogahan untuk ogahan tidak suka, segan, Kembali kepada mantan
balikan, hingga ada (D+R+ -an atau malas. pacarnya.
saatnya teringat )
Kembali dengan
masa lalunya”
Auralaska “Dengan ogah- Ogah- Dalam keadaan Maura mencaru hpnya
ogahan Maura ogahan tidak suka, segan, dalam posisi dirinya
mencari hpnya di tas (D+R+ -an atau malas. sedang malas.
dan tanpa melihat )
nama yang
menelfon”
Married “Mika menoleh pada Ogah- Dalam keadaan Mika menoleh dalam
With Senior Raina dengan ogah- ogahan tidak suka, segan, keadaan malas kepada
ogahan” (D+R+ -an atau malas. Raina
)

Daftar Pustaka?

Ibu Asriani menulis disertasi dalam bidang morfologi. Anda tidak tertarik
berestafet ilmu dengannnya?

Anda mungkin juga menyukai