Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“ PEMBUATAN TEMPE ”

Disusun Oleh:
Nama : Alfendi Nurichsan Virdiansyah
NPM : E1G020086
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Anggota Kelompok : 1. Alfendi Nurichsan Virdiansyah (E1G020086)
2. Faulina Maissy ( E1G020070)
3. Meyza Yoanda Mujevi (E1G020040)
4. Mardiana Ningrum Wibowo (E1G020042)
5. Charel Azhani Ramadhan (E1G020068)
Shift : Rabu/16:00-18.00
Dosen : 1. Ir. Hasanuddin, M.Sc.
2. Ulfah Anis, STP, M.Sc.
Koass : Trio Putra Setiawan, S.TP

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tempe merupakan hasil proses fermentasi kedelai dengan menggunakan jamur Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae. Proses fermentasi dengan kapang Rhizopus mampu
menghasilkan enzim protease. Aktifitas enzim protease mulai terjadi pada waktu fermentasi 12
jam sampai 48 dengan bantuan Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Deliani (2008)
menyatakan kadar protein tertinggi diperoleh pada lama fermentasi 24 jam setelah itu akan
mengalami penurunan (Buckle, 1985).
Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak,
karbohidrat, dan mineral. Setiap 100 gram tempe mengandung 10-20 gram zat protein, 4 gram zat
lemak, vitamin B12 dan 129 mg zat kalsium, tetapi mengandung sedikit serat. Tempe juga
mengandung komponen antibakteri dan zat antioksidan yang berkhasiat sebagai obat (Kasmidjo,
1990). Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan berbahan utama kedelai. Hadi (2008)
menyatakan pengembangan kedelai di Indonesia saat ini masih mengalami kendala. Beberapa
permasalahan kedelai adalah merupakan bahan pangan impor dan komoditas pangan strategis
yang mengalami fluktuasi, gangguan pasokan distribusi, lonjakan harga pasar dunia karena
penurunan produksi dan faktor lainnya.
Hidayat ( 2008) menyatakan untuk mengurangi penggunaan kedelai dan harga kedelai yang
tinggi, perlu adanya jenis tempe non leguminosa, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ikawati
(2006), substitusi onggok pada fermentasi tempe kedelai dapat meningkatkan kadar protein
tempe.
Praktikum ini sendiri dilakukan agar mahasiswa mengamati dari perubahan tempe pada
bungkus daun pisang dengan bungkus plastik yang diamati dari tekstur warna , rasa, dan aroma

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan tempe.
2. Mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembuatan tempe
3. Mengatahui pengaruh lama fermentsi terhadap mutu tempe
4. Mengatahui lama waktu terbaik fermentasi tempe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari fermentasi biji kedelai atau
beberapa bahan lainnya. Fermentasi menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan beberapa jenis kapang Rhizopus
lainnya (PUSIDO,2012).
Dimana pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis senyawa – senyawa kompleks
menjadi sederhana, sehingga baik untuk dicerna. Tempe merupakan makanan yang kaya akan
serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi ( Cahyadi 2007).
Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan protein, juga memiliki nilai
obat seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal
bebas ( Sartika, 2009).
Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan lain yang
diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Lewat
proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian menjadi senyawa sederhana
sehingga mudah dicerna (PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012).
Menurut Haryoko (2009) dalam (Dewi & Aziz, 2011), secara umum tempe berwarna putih,
dikarenakan pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk
tekstur yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya degradasi dari
komponen-komponen kedelai itu sendiri.
Fermentasi Tempe Tempe adalah produk kedelai fermentasi asli Indonesia yang kaya akan
komponen nutrisi. Selama fermentasi, mikroorganisme menghasilkan beberapa komponen
bioaktif vital dan menurunkan agen anti- nutrisi. Perubahan biokimia terjadi selama fermentasi
kedelai dalam tempe yang meningkatkan kesehatan manusia ( Tamam, 2019).
Ada peningkatan protein larut, folat, vitamin B12, oligosakarida, inhibitor trypsin, dan
tannin Fermentasi memungkinkan mikroorganisme untuk mengeluarkan enzim proteolitik yang
mampu mengubah protein dalam kedelai menjadi peptide (seperti dipeptida, tripeptida, dan
oligopeptida) yang memiliki banyak sifat biofungsional. Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa peptide dalam produk kedelai fermentasi seperti doenjang (Korea), douche (Cina), natto
(Jepang), thua nao (Thailand), dan tempe (Indonesia) dikaitkan dengan sifat biofungsional seperti
penghambatan enzim pengonversi angiotensin I (ACE), antioksidan, antidiabetes, antikanker,
antitrombotik, hipokolesterolemik, dan aktivitas imunomodulator (Tamam, 2019).
Fermentasi tempe melibatkan Rhizopus sp, jamur dan mikroorganisme lain seperti bakteri
asam laktat dan ragi ,ada empet langkah penting untuk membuat tempe termasuk
merendam,merebus kacang kedelai, inokulasi kapang menggunakan starter yang disebut ragi
(mengandung banyak mikroorganisme, terutama Rhizopus spp),dan inkubasi pada suhu kamar
selama 24-36 jam. Banyak jenis cetakan yang terlibat dalam pembuatan tempe di Indonesia
termasuk. Rhizopus oligosporus, R.oryzae, R. arrhizus, R.stolonifer, R.microsporus,
R.rhizopodiformis,R. chinensis, dan Mucor sp. 1,20. Produksi tempe di Indonesia mungkin
berbeda antara daerah dan produsen mengenai proses dan kondisi fermentasi. Tidak ada standar
untuk pembuatan tempe di Indonesia. Fermentasi memiliki kemampuan luar biasa untuk
mempengaruhi sekuens peptide dan biofungsionalitas tempe, tetapi hubungan antara produk
peptide dan detail fermentasi belum banyak dipelajari (Tamam, 2019).
Kandungan Gizi Tempe Di dalam tempe kandungan Gizinya lebih baik dibandingkan
dengan kedelai dan produk turunan lainnya. Kandungan tersebut diantaranya ialah Vitamin B2,
Vitamin B12, Niasin dan juga asam pantotenat,bahkan hasil analisi ,Gizi tempe menunjukkan
kandungan niasin sebesar 1,13 mg/100 gram berat tempe yang dimakan.
Menurut Dwinaningsih (2010) dalam (Dewi dan Aziz,2011), kelompok vitamin yang
terdapat di dalam tempe terdiri atas dua jenis yaitu yang larut di dalam air (Vitamin B kompleks)
dan larut lemak (Vitamin A, D, E dan K). Tempe memiliki sumber vitamin B yang potensial jenis
Vitamin tersebut ialah, Vitamin B1 (Tiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), asam pantotenat, asam
nikotinat ( Niasin), Vitamin B6 (Piridoksin), dan Vitamin B12 (Sianokobalamin), tempe
merupakan satu-satunya sumber nabati yang memiliki kandungan B12, dimana kandungan ini
hanya dimiliki oleh produk hewani, sehingga tempe memiliki potensial yang lebih baik
dibandingkan produk nabati lainnya , selama proses fermentasi dalam pembuatan tempe terjadi
peningkatan Vitamin B12 yang sangat mencolok,yaitu 33 kali lebih banyak dibandingkan kedelai
( Astawan, 2009).
Riboflavin (Vitamin B6) meningkat 4-14 kali lebih banyak disbanding kedelai, Niasin
meningkat 2-5 kali, biotin mengalami peningkatan sebesar 2-3, asam folat 4-5 kali, dan asam
pentatonat hanya meningkat 2 kali lipat dibandingkan dari kandungan kedelai sebelum
difermentasi. Vitamin ini tidak dihasilkan oleh kapang Rhizopus, melainkan dari kontaminasi
Klebsiella pneumoniae, dan Citrobacter freundii (Sarwono, 2010) Kandungan dari Vitamin B12
di dalam tempe berkisar dari 1,5 sampai 6,3 mikrogram/ 100 gram tempe kering yang
dikonsumsi, jumlah ini sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Vitamin B12 seseorang per
hari. Dengan mengkonsumsi tempe setiap hari, kandungan Vitamin B12 seorag vegetarian tidak
perlu untuk dikhawatirkan karena sudah terpenuhi (Haryoto, 2000).
Manfaat Tempe Ada beberapa manfaat tempe sebagai berikut:
a. Kandungan zat bezi, flavonoid yang bersifat antioksidan sehingga mampu untuk menurunkan
tekanan darah (Amani, 2014).
b. Kandungan kalsium yang tinggi, sehingga mampu untuk mencegah terjdinya osteoporosis
(Yoo, 2014).
c. protein, asam folat, dan Vitamin B12, sehingga bsa mencegah terjadinya kanker dan juga
proses penuaan dini (Muji, 2011).
d. Kandungan asam lemak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh (Hassan, 2014).
Syarat mutu tempe

No KriteriaUji Satuan Persyaratan

1 KadarAir Fraksi massa,% Maks.65

2 KadarAbu Fraksi massa,% Min. 1,5

3 KadarLemak Fraksi massa,% Min.10

4 Kadar Serat Fraksi massa,% Maks. 2,5

5 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 2

6 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,25

7 Timah (Sn) Mg/kg Maks.40

(Marniza , 2019)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan :

3.1.1 Alat : 3.1.2 Bahan :


1. Wadah ukuran sedang 1. Kedelai
2. Ember 2. Ragi Tempe
3. Panci 3. Plastik
4. Kompor
5. Pengaduk
6. Pisau
7. Lidi

PROSEDUR KERJA
1. Melakukan sortasi biji kedelai dengan cara memilih biji kedelai yang bagus dan padat berisi.
2. Mencuci Biji kedelai untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur di antara
biji kedelai.
3. Melakukan perebusan selama 30 menit untuk melunakkan biji kedelai dan memudahkan alam
pengupasan kulit.
4. Merendam biji yang telah direbus menggunakan air yang dicampur dengan asam asetat
sehingga ph larutan mencapai 4-5. Perendaman dilakukan selama 16 –24 jam.
5. Menyaring biji kedelai yang telah direndam dan tiriskan. Lakukan pengupasan biji kedelai
hingga terpisah dengan kulitnya.
6. Selanjutnya lakukan perebusan kembali selama 20-30 menit.
7. meniriskan dan mendinginkan.
8. Kemudian kedelai yang sudah tidak terlalu panas (± 30 oC) diberi ragi tempe dengan cara
menebarkan pada permukaan kedelai.
9. Melakukan pengemasan dengan menggunakan plastik/daun yang telah dilubangi hingga ¾ nya.
10. Inkubasikan kedelai pada suhu ruang selama 36-48 jam.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membuat tempe dengan dua pembungkus yang berbeda satu
tempe dibuat menggunakan bungkus dari daun pisang dan satu lagi menggunakan bungkusan dari
plastik yang diamati selama 5 hari yakni warna,aroma, rasa , dan tekstur dari tempe.
Hasil pengamatan hari Ke-2 kedelai yang dibungkus dengan daun pisang mengalami
perubahan. Dimana telah tumbuh kapang pada beberapa bagian kedelai dan masih ada pula
kedelai yang belum tumbuh kapang. Pada pengamatan ini kedelai berwarna putih pada bagian
yang telah tumbuh kapang ,tempe beraroma khas tempe dengan teksur agak padat. Pada tempe
kemasan plastik juga mulai tumbuh kapang , beraroma khas tempe dan juga memiliki rasa khas
tempe serta warna putih karena kapang sudah muncul.
Hari ke-3 tempe yang dibungkus dengan daun pisang tempe berwarna warna putih,
beraroma khas tempe segar, dengan tekstur yang keras dan padat, hal ini disebabkan pada hari
ke-3 kapang telah tumbuh secara sempurna sedangkan pada pengamatan tempe yang dikemas
dengan menggunakan bungkus plastik mempunyai tektsur keras dan padat, berwarna putih,
memiliki aroma khas tempe segar, dan rasa khas tempe yang masih segar.
Hari ke-4 mulai mulai terdapat perubahan pada tempe baik yang dibungkus dengan
plastik maupun tempe yang dibungkus menggunakan daun pisang. Pada tempe bungkus daun
pisang mulai berwarna putih kecoklakan karena mulai mengalami pembusukan. Tempe beraroma
tidak sedap (berbau busuk), dan memiliki rasa pahit, dengan tekstur yang mulai lembek dan agak
berlendir pada bagian atasnya. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada tempe yang dibungkus
dengan plastik. Tempe berubah warna menjadi putih kekuningan dan juga mulai beraroma busuk,
serta rasa pahit.
Hari ke-5 tempe yang dibungkus dengan daun pisang, berwarna kuning kecoklatan akibat
proses pembusukan , beraroma busuk yang menyengat dan rasa pahit serta teksur yang lembek.
Hal yang sama juga terjadi pada tempe yang dibungkus menggunakan plastik tempe mulai
berwarna kuning kecoklatan dan berlendir karena sudah memasuki proses pembusukan disertasi
bau menyengat dan rasa dari tempe pahit.
Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopu sp menghasilkan energi. Energi
tersebut sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus spsebagai energi panas. Energi panas
itulah yang menyebabkan perubahan suhuselama proses inkubasi tempe. Selain terjadi perubahan
suhu, selama prosesinkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan munculnya titik- titik air
yangdapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe. Pada awal pengamatan,
kedelai pada tempe seperti berselelimut kapas yang putih. Tetapi dengan bertambahnya masa
inkubasi, mulai muncul warna hitam pada permukaan (Suciati, 2012).
Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat, ringan, tidak karatan serta dapat diberi
warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil yang terkandung dalam plastik yang dapat
melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas.Daun pisang memiliki kelebihan
pembungkus alami yang tidak mengandung bahan kimia, mudah ditemukan, mudah di lipat dan
memberi aroma (Winarno, 1994).
Perubahan warna pada tempe disebabkan oleh jenis pembungkusnya yaitu pembungkus
plastik, daun pisang dan daun jati. Disamping itu warna kuning pada tempe muncul dikarenakan
pada kedelai sendiri mempunyai warna kuning. Warna khas tempe adalah putih, warna putih ini
disebabkan adanya miselia kapang yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Bila terjadi warna
yang mengalami perubahan selama fermentasi pada tempe kedelai yang dibungkus plastik, daun
pisang selama fermentasi sehingga mempengaruhi warna yang dihasilkan (Adisarwanto, 2005).
Aroma langu khas kedelai disebabkan enzim lipsigenase yang terkandung dalam kedelai
(Sediaoetama, 1993). Aroma langu tersebut menjadi berkurang karena kedelai difermentasi
menjadi tempe. Tekstur tempe disebabkan oleh miselia – miselia kapang yang menghubungkan
antara biji – biji kedelai. Tekstur tempe dapat diketahui dengan melihat lebat tidaknya miselia
yang tumbuh pada permukaan tempe. Apabila miselia tampak lebat, hal ini menunjukkan bahwa
tekstur tempe telah membentuk masa yang kompak, begitu juga sebaliknya.
Rasa yang khas pada tempe disebabkan terjadinya degradasi komponen komponen dalam
tempe selama berlangsungnya proses fermentasi. Rasa khas tempe yang enak adalah tidak kecut.
Rasa kecut yang muncul dikarenakan adanya pencucian kedelai yang kurang bersih, sehingga
mempengaruhi rasa yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan tempe dimulai dari proses sortasi kacang kedeai untuk memisahkan
kedelai dengan kualitas buruk dengan kualitas bagus. Selanjutnya kacang riebus selama 2
jam agar tekstur kedela lebih lunak ,kemudian kedelai direndam selama 12 jam atau
semalaman. Kedelai dicuci dan kemudian dipisahkan dari kulit ari menggunkan mesin
dan selanjutnya cuci dam ditiriskan. Barulah kedelai dapat diberi ragi dan dibungkus
menggunkan plastic ataupun daun pisang, dan fermentasi selama 36 jam.
2. Factor factor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan tempe yakni:Suhu yang baik
untuk pembuatan tempe yaitu 27 sampai 34 derajat celcius, Kadar air Jumlah agi yang
digunakan dan Kebersihan alat dan bahan
3. Semakin lama proses fermentasi maka mutu tempe semakin buruk karena tempe lama
kelamaan akan mengalami pembusukan ,dan apabila terlalu cepat maka kapang ditempe
belum terbentuk sempurna sehinnga tempe akan udah hancur dan bahkan masih berbentuk
kedelai utuh.
4. Pembuatan tempe membutuhkan waktu 24-36 jam hingga tempe benar benar jadi secara
sempurna dengan warna putih ,tektur padat dan memiliki aroma serta rasa khas tempe.

5.2 Saran
Untuk para praktikan dapat memanfaatkan peralatan dirumah saat praktikum dikarenakan
masa pandemi ini banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan dilab sehingga praktikum mandiri
menjadi solusi praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.


Astawan, Made. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang Dan Biji-bijian. Jakarta: Penebar
Swadaya. Hal: 133. BumiAksara.
Cahyadi, W., 2007.Teknologi dan Khasiat Kedelai, Bumi Aksara, Jakarta.
Dewi, Ratna Stia dan Saefuddin Aziz. 2011. " Isolasi Rhizopus Oligosporus Pada Beberapa
Inokulum Tempe Di Kabupaten Banyumas". Jurnal Molekul. 6 (2): 93 - 104 .
Fardiaz, S. 1989. AnalisisMikrobiologiPangan. Bogor: Departemen Pendidikan dan
KebudayaanDirektoratJenderalPendidikanTinggiPusatantarUniversitas Pangan dan
GiziInstitutPertanian Bogor
Gandjar, I. dkk.2006. MikologiDasardanTerapan.Jakarta:Yayasan OborIndonesia.
Haryoto.2000. Teknologi Tepat Guna Tempe Benguk. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 12-19.
Noviyana, Muji. (2011). Asupan Zat Gizi, Aktifitas Fisik dan Kepadatan Tulang Penari.
Semarang: FK UNDIP.
Purwoko, T. 2007. FisiologiMikroba.Jakarta:
Sarwono, Bambang. 2010. Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.
Hal: 29-30.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD,
Bandung.
Song, Sujin.,& Yoo Myungjae. 2016. The Role of Social Media During the PrePurchasing
Stage.Journal of Hospitality and Tourism Technology, Vol 7.
Suciati, A. (2012). Pengaruh Lama Perendaman dan Fermentasi TerhadapKandungan HCN
pada Tempe Kacang Koro (Canavalia ensiformis L).Jurnal Agropangan. 5(2): 68-89
hal
Tamam, Badrut. (2019). Peptida Bioaktif Dari Tempe ; Telaah Bioinformatika dan
Karakterisasi. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Winarno.1994. Sterilisasi Komersial Produk-produk Pangan. Jakarta: Gramedia.
Nama : Alfendi Nurichsan Virdiansyah

NPM : E1G020086

Kelompok : 3 ( Tiga )

Shift : Rabu/16:00-18.00

Koass : Trio Putra Setiawan, S.TP

Objek Praktikum : Pembuatan Tempe

Bahan Diskusi

1. Terdapat dua jenis miroba yang sering digunakan dalam fermentasi tempe. Diskusikan
apa kelemahan dan kelebihan masing-masing mikroba tersebut dalam proses fermentasi
tempe
2. Apa tujuan dari masing-masing tahapan pada pembuatan tempe...?
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembuatan tempe...!

JAWABAN
1. Keuntungan dan kerugian Rhizopus oligosporus :
- Keuntungan Rhizopus oligosporus:
a. Dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tempe
- Kekurangan Rhizopus oligosporus :
a. Dapat membusukkan makanan
- Kekurangan dan kerugian

2. Tujuan dari masing-masing tahapan pada pembuatan tempe :


a. Sortasi biji bertujuan untuk memisahkan biji kedelai yang bagus dan bisa digunakan
dan biji kedelai yang tidak dapat digunakan, dan untuk memperoleh keseragaman.
b. Pencucian biji kedelai bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun
tercampur didalm biji kedelai dan agar kedelai bersih.
c. Perebusan biji kedelai bertujuan untuk melunakkan biji kedelai agar nantinya dapat
menyerap asam pada tahap perendaman.
d. Perendaman biji setelah perebusan bertujuan untuk hidrasi biji kedelai dan
membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
e. Pengupasan biji kedelai bertujuan untuk agar miselium fungi dapat menembus biji
kedelai selama proses fermentasi.
f. Perebusan yang kedua bertujuan agar hasil fermentasi menyerap dengan baik.
g. Pendinginan bertujuan untuk mempermudah proses pemberian ragi.
h. Penebaran ragi bertujuan agar kedelai dapat menjadi tempe.
i. Pengemasan bertujuan agar tempe dapat terfermentasi dengan ragi yang telah ditabur
tadi dapat berjalan dengan baik.
j. Inkubasi bertujuan agar tempe dapat jadi seperti yang diinginkan.
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembuatan tempe :
1. Suhu
Dalam pembuatan tempe, suhu sangat berpengaruh dalam menetukan
tumbuhatau tidaknya jamur tempe. Dimana suhu yang dibutuhkan jamur tempe untuk
tumbuh adalah suhu ruang yakni antara 27 sampai 34 derajat celcius.
2. Kadar air
Jumlah kadar air yang terkandung dalam bahan baku juga mempengaruhi
keberhasilan dalam pembuatan tempe, jika kandungan air terlalu banyak maka
dikhawatirkan jamur yang tumbuh bukan hanya jamur tempe melainkan juga akan
ditumbuhi jamur pembusuk.
3. Jumlah ragi yang digunakan
Jumlah ragi yang digunakan jika terlalu sedikit maka tempe yang dihasilkan
akan kurang maksimal dimana antara biji kacang satu dangan yang lainnya tidak
menempel dengan sempurna. Sebaliknya jika ragi yang digunakan terlalu banyak
maka akan merusak kualitas tempe karna jumlah jamur yang tumbuh terlalu banyak
dan akan mempercepat proses pembusukan.
4. Kebersihan alat dan bahan
Alat dan bahan yangkita gunakan harus benar-benar bersih karena jika ada
kontaminasi mikroba lain dalam alat dan bahan kita akan mengganggu proses
fermentasi tempe yang sedang kita buat

Anda mungkin juga menyukai