Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ETIKA LINGKUNGAN LINGKUNGAN

Nama : Anggrana Lapudooh


Nim : 202002029
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAPUA
SEPTEMBER

1. Etika dan Moral


Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) kata etika diartikan dengan: (1) ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral; (2) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan (3) asas perilaku yang menjadi pedoman (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2008:402). Dari tiga definisi ini bisa dipahami bahwa etika merupakan
ilmu atau pemahaman dan asas atau dasar terkait dengan sikap dan perilaku baik atau buruk.
Satu kata yang hampir sama dengan etika dan sering dimaknai sama oleh sebagian orang
adalah “etiket”. Meskipun dua kata ini hampir sama dari segi bentuk dan unsurnya, tetapi
memiliki makna yang sangat berbeda. Jika etika berbicara tentang moral (baik dan buruk),
etiket berbicara tentang sopan santun.
Secara umum dua kata ini diakui memiliki beberapa persamaan sekaligus perbedaan.
K. Bertens mencata beberapa persamaan dan perbedaa makna dari dua kata tersebut.
Persamaannya adalah: (1) etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, sehingga binatang
tidak mengenal etika dan etiket; dan (2) baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia
secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia sehingga ia tahu mana yang
harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Adapun perbedaannya adalah: (1) etiket
menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, sedang etika tidak terbatas pada cara
dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh
dilakukan atau tidak; (2) etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedang etika selalu berlaku
dan tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain; (3) etiket bersifat relatif, sedang etika
bersifat lebih absolut; dan (4) etiket memandang manusia dari segi lahiriahnya saja, sedang
etika memandang manusia secara lebih dalam (Bertens, 2002: 9-10).
kata “moral” berasal dari bahasa Latin, mores, jamak dari mos yang berarti kebiasaan,
adat (Bertens, 2002: 4). Dalam Kamus Bahasa Indonesia moral diartikan sebagai: (1) (ajaran
tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak;
budi pekerti; susila; dan (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau
keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:
1041). Secara umum makna moral ini hampir sama dengan etika, namun jika dicermati
ternyata makna moral lebih tertuju pada ajaran-ajaran dan kondisi mental seseorang yang
membuatnya untuk bersikap dan berperilaku baik atau buruk. Jadi, makna moral lebih
aplikatif jika dibandingkan dengan makna etika yang lebih normatif. Dalam pandangan
umum dua kata etika dan moral ini memang sulit dipisahkan. Etika merupakan kajian atau
filsafat tentang moral, dan moral merupakan perwujudan etika dalam sikap dan perilaku
nyata sehari-hari.
Kata moral selalu mengarah kepada baik buruknya perbuatan manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik
atau buruk perbutaannya. Kata lain yang juga lekat dengan kata moral adalah moralitas,
amoral, dan immoral. Kata moralitas (Inggris: morality) sebenarnya sama dengan moral
(Inggris: moral), namun moralitas bernuansa abstrak. Moralitas bisa juga dipahami sebagai
sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens,
2002: 7). Kata amoral dan immoral memiliki makna yang sama, yakni lawan dari kata moral.
Amoral berarti tidak bermoral, tidak berakhlak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 53). Sedang
kata immoral tidak termuat dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata ini adalah kata Inggris
yang berarti tidak sopan, tunasusila, jahat, dan asusila (Echols & Shadily, 1995: 312).
2. Etika lingkungan
Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal
dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori
mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan.
Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan
itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan.Sedangkan Etika keutamaan adalah
mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral
manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar
setiapkegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga
keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga
(Soeriatmaja, 2003).
Sedangkan Menurut Keraf (2002) tika lingkungan adalah sebuah disiplin filsafat yang
berbicara mengenai hubungan moral antara manusia dengan lingkungan atau alam semesta,
dan bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan, jadi yang menjadi
fokus perhatian etika lingkungan menurut pengertian ini, bagaimana manusia harus bertindak,
bagaimana perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan hidup. Etika lingkungan
tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam. Etika lingkungan juga
berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk
hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan. Termasuk di dalamnya kebijakan politik dan
ekonimi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.
Etika, atau filsafat moral, mempunyai tujuan untuk menerangkan hakekat kebaikan
dan kejahatan. Etika sangat penting karena hidup manusia senantiasa dikuasai oleh gagasan
benar-salah. Kepentingan lain dari filsafat moral yaitu bahwa tindakan itu penting dan cara
orang bertindak dipengaruhi oleh keyakinannya mengenai apa yang baik dan yang jahat
(Teichman, 1998).

3. Prinsip yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan


Berdasarkan pada teori etika lingkungan Keraf (2002) dan Soeriatmaja (2003),
merumuskan beberapa prinsip yang mengatur hubungan anusia dengan lingkungan, sebagai
berikut:
a. Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian
dari alam semesta seluruhnya. Seperti halnya, setiap anggota komunitas social
mempunyai kewajiban untuk menghargai kehidupan bersama (kohesivitas social).
Dengan kata lain, alam memiliki haknya untuk dihormati, tidak saja karena
kehidupan manusia bergantung pada alam. Tetapi terutama karena kenyataan
ontologis bahwa manusia adalah bagian integral dari alam, manusia adalah
anggota komunitas ekologis. Manusia berkewajiban menghargai hak semua
mahluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai
dengan tujuan penciptaanya.
b. Prinsip tanggung jawab (moral reponsibility for nature)
Tanggung jawab ini bukan hanya bersifat individual melainkan juga kolektif.
Prinsip tanggung jawab ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha,
kebijakan dan tindakan secara nyata untuk menjaga alam dengan isinya. Itu
artinya kerusakan dan kelestarian alam merupakan tanggung jawab bersama
seluruh umat manusia.
Dengan prinsip tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab bersama
tersebut. Semua manusia dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab
memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang
tinggi sehingga seakan merupakan milik pribadinya. Tanggung jawab ini akan
muncul seandainya pandangan yang dimiliki adalah bahwa alam bukan sekedar
untuk kepentingan manusia.
c. Soladaritas kosmis (cosmic solidarity)
Prinsip solidaritas kosmis ini selalu mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan, untuk menyelamatkan kehidupan alam ini, karena alam dan
kehidupan lainnya mempunyai nilai sama dengan kehidupan manusia. Solidaritas
kosmis berfungsi sebagai pengendali moral, semacam tabu dalam masyarakat
tradisional, untuk mengharmoniskan perilaku manusia dengan ekosistem
seluruhnya. Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia
dalam batas-batas keseimbangan kosmis.
Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral untuk mengharmonisasikan
manusia dengan ekosistemnya dan untuk mengontrol perilaku manusia dalam
batas-bats keseimbangan kosmis. Solidaritas ini juga mendorong manusia untuk
mengutuk dan menentang setiap tindakan yang menyakitkan binatang tertentu
atau bahakn memusnakan spesies tertentu (Soeriatmaja, 2003).
d. Prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam (caring for nature)
Prinsip kasih sayang dan kepedulian merupakan prinsip moral satu arah, artinya
tanpa mengharapkan untuk balasan. Serta tidak didasarkan pada pertimbangan
kepentingan pribadi tetapi semata-mata untuk kepentingan alam. Diharapkan
semakin mencintai dan peduli terhadap alam, manusia semakin berkembang
menjadi manusia yang matang, sebagai pribadi dengan identitas yang kuat. Alam
tidak hanya memberikan penghidupan dalam pengertian fisik saja, melainkan juga
dalam pengertian mental dan spiritual.
e. Prinsip tidak merugikan (no harm)
Prinsip tidak merugikan atau no harm, merupakan prinsip tidak merugikan alam
secara tidak perlu. Bentuk minimal berupa tidak perlu melakukan tindakan yang
merugikan atau mengancam eksistensi mahkluk hidup lain di alam semesta.
Manusia tidak dibenarkan melakukan tindakan yang merugikan sesama manusia
dan mahluk hidup lain. Pada masyarakat tradisional yang menjujung tinggi adat
dan kepercayaan, kewajiban minimal ini bisaanya dipertahankan dan dihayati
melalui beberapa bentuk tabu-tabu. Misalnya pada masyarakat perdesaan yang
masih percaya dan melakukan ritual di tempat tertentu, seperti sendang (jawa)
yaitu suatu lokasi keluarnya sumber air secara alami, dipercayai memiliki nilai
ritual tidak boleh setiap orang membuang sesuatu, tidak diperkenankan melakukan
kegiatan secara sembarangan, dan setiap hari-hari tertentu dilaksanakan ritual.
Siapa saja yang melakukan dipercayai akan mendapatkan sesuatu yang kurang
baik bahkan kutukan.
f. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan kekayaan,
sarana, standart material. Bukan rakus dan tamak mengumpulkan harta dan
memiliki sebanyak-banyaknya, mengeksploitasi alam, tetapi yang lebih penting
adalah mutu kehidupan yang baik. Pola konsumsi dan produksi pada manusia
modern yang bermewah-mewah dalam kelimpahan dan berlebihan, yang berakibat
pada saling berlomba mengejar kekayaan harus ditinjau kembali. Hal ini
menyangkut gaya hidup bersama, apabila dibiarkan dapat menyebabkan
materialistis, konsumtif, dan eksploitatif. Prinsip moral hidup sederhana harus
dapat diterima oleh semua pihak sebagai prinsip pola hidup yang baru. Selama
tidak dapat menerima, kita sulit berhasil menyelamatkan lingkungan hidup. Untuk
menuju pola hidup sederhana orang diminta untuk tenggang rasa, tetapi karena
tidak semua orang peka untuk tenggang rasa, hasil anjuran untuk hidup sederhana
belum banyak berhasil. Tetapi etis dapat menjadi dorongan yang amat kuat,
apabila dapat dibina dengan baik. Misalnya, apabila rasa bangga untuk hidup
mewah dapat diubah menjadi rasa malu, perasaan etis ini dengan sangat efektif
akan menghambat pola hidup mewah. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilakukan mulai dari lingkup rumah tangga, di lembaga-lembaga pemerintahan
maupun swasta, dan juga masyarakat.
g. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan sangat berbeda dengan prinsip-prinsip sebelumnya. Prinsip
keadilan lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu
terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem
sosial harus diatur agar berdampak positip pada kelestarian lingkungan hidup.
Prinsip keadilan terutama berbicara tentang peluang dan akses yang sama bagi
semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati
pemanfatannya.
h. Prinsip demokrasi
Prinsip demokrasi sangat terkait dengan hahikat alam. Alam semesta sangat
beraneka ragam. Keanekaragaman dan pluralitas adalah hakikat alam, hakikat
kehidupan itu sendiri. Artinya, setiap kecenderungan reduksionistis dan
antikeanekaragaman serta antipluralitas bertentangan dengan alam dan anti
kehidupan. Demokrasi justru memberi tempat seluas-luasnya bagi
perbedaan,keanekaragaman, pluralitas. Oleh karena itu setiap orang yang peduli
terhadap lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang yang
demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan.
i. Prinsip integritas moral
Prinsip integritas moral terutama dimaksudkan untuk pejabat publik. Prinsip ini
menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku yang terhormat serta
memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik.
Dituntut berperilaku sedemikian rupa sebagai orang yang bersih dan disegani oleh
publik karena mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan terutama
kepentingan masyarakat. Misalnya orang yang diberi kepercayaan untuk
melakukan Analissi Mengenai dampak Lingkungan (Amdal) merupakan
orangorang yang memiliki dedikasi moral yang tinggi. Karena diharapkan dapat
menggunakan akses kepercayaan yang diberikan dalam melaksanakan tugasnya
dan tidak merugikan lingkungan hidup fisik dan non fisik atau manusia.
Kesembilan prinsip yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan diharapkan
dapat menjadi filter atau pedoman untuk berperilaku arif bagi setiap orang dalam berinteraksi
dengan lingkungan hidup sebagai bentuk mewujudkan pembangunan di segala bidang. Baik
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup atau pembangunan berwawasan
lingkungan hidup berkelanjutan. Secara diagramatis, keterkaitan antara filsafat, logika,
estetika, dan etika, dalam membentuk norma dalam bermasyarakat yang terbentuk
berdasarkan ilmu dan agama, dan selanjutnya menjadi dasar di dalam mengkritisi etika
lingkungan untuk dapat menjadi pedoman, pandangan bagi perilaku setiap orang terhadap
lingkungan hidupnya, karena setiap orang memiliki dan mengkaji ilmu dari berbagai aspek
dan disiplin ilmu yang berbeda.
4. Mengapa etika berbeda dengan moral
Dalam berinteraksi di tengah-tengah masyarakat, etika dan moral sangat diperlukan
agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, rukun, dan tenteram (etis dan bermoral).
Meskipun kedua kata ini secara mendalam berbeda, namun dalam praktik sehari-hari kedua
kata ini hampir tidak dibedakan. Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan konsep normatif
tidaklah penting selama hasilnya sama, yakni bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar)
dapat diwujudkan dan nilai-nilai negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.
Alasan etika dan moral berbeda, dikarenakan
a. Moral merupakan kewajiban mutlak yang harus dimiliki oleh manusia sedangkan
etika tidak mutlak tapi lebih baik apabila manusia memilikinya.
b. Sedangkan Etika kurang pas apabila dikatakan untuk seseorang yang melakukan
perbuatan baik karena etika ialah sebuah studi, sedangkan moral lebih tepat, karena
moral lebih mengarah ke sifat manusia.
c. Moral sifatnya normatif-imperatif sementara etika bersifat normatif-sistematis
(filosofis)
d. Kebanyakan masyarakat kelas menengah memiliki moral namun jarang
memperhatikan etika. Etika biasanya hanya dipikirkan oleh pemerintah khususnya
seperti DPR dan lain-lain, oleh karena itu mereka membuat peraturan.
5. Pilihan lingkungan dipengaruhi oleh prinsi-prinsip etnis
Pilihian lingkungan akan mempengaruhi sikap seseorang dan kemudian sikap ini
dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku dalam menghadapi persoalan lingkungan
hidupnya. Mencetak manusia yang sadar terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan
penerapan pendidikan yang mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan baik secara formal,
informal, maupun nonformal. Peraturan yang tegas (hukum) juga harus dilakukan secara
konsisten. Peraturan-peraturan atau undang-undang mengenai lingkungan disertai dengan
kedisiplinan dalam penerapannya, pemantauan dalam pelaksanaannya, dan pemberian sanksi
atas suatu pelanggaran menjadi satu kesatuan yang amat diperlukan saat ini.
Kaitannya dengan lingkungan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu.
Manusia sangat tergantung kepada lingkungan. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup
dari lingkungan. Oleh karena itu, manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungan (peka). Lingkungan harus selalu dijaga, dipelihara, dan tidak dirusak. Lingkungan
harus selalu bersih, rapi, dan tidak boleh dikotori. Hutan tidak boleh ditebang semuanya dan
binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya karena dapat menganggu keseimbangan
alam. Lingkungan justu harus dijaga keseimbangannya, keserasiannya, dan kelestariannya.
Lingkungan yang dijaga agar lestari akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan
dapat menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam diri manusia

Anda mungkin juga menyukai