Anda di halaman 1dari 120

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena atas anugerah dan karunia-Nya modul Mata
Kuliah Kalkulus sebagai pendukung pembelajaran mahasiswa dapat diselesaikan. Modul ini
disusun dengan menempatkan mahasiswa sebagai pusat kegiatan belajar (Student Centered
Learning) dengan dilengkapi juga latihan-latihan soal untuk menguji pehamaman mahasiswa
terkait dengan konsep-konsep Kalkulus Dalam modul ini dijelaskan mulai dari Sistem
Bilangan, Fungsi, Limit dan Kekontinuan Fungsi serta Turunan Fungsi dan Aplikasinya.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura yang telah memberikan kesempatan dalam
hal pembuatan modul melalui penyediaan dana PNBP DIPA Fakultas MIPA;

2. Ketua Jurusan Matematika Fakultas MIPA yang juga telah memberikan kesempatan untuk
membuat modul ini;

3. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam penyusunan modul.
Akhirnya, penulis berharap agar modul ini memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran masih penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan modul
dikemudian hari.

Pontianak, 30 Juni
2020

Penyusun.
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
KALKULUS (MPM-101)
GANJIL 2020/2021

CAPAIAN PEMBELAJARAN
DESKRIPSI MATA KULIAH
ANALISIS INSTRUKSIONAL
RENCANA PERKULIAHAN MINGGUAN
KONTRAK PERKULIAHAN

Dibuat Oleh : Dr. Evi Noviani, M.Si,


Dibuat Tanggal : Juni 2020
Revisi Tanggal :
Kode Matakuliah : MPM-101
Sifat Matakuliah : Wajib
Unit Kerja : Program Studi Matematika

PRODI MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
1.1 Deskripsi Mata Kuliah

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)


PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
MATA KULIAH KODE RUMPUN SIFAT BOBOT (sks) SEMESTER DIREVISI
MK

Kalkulus MPM-101 Analisis Wajib T=3 P=0 1 JUNI 2020

OTORISASI Pengembang RP Koordinator RMK Ka PRODI

(tanda tangan) (tanda tangan) (tanda tangan)


Dr. Evi Noviani, M.Si Dr. Evi Noviani, M.Si Mariatul Kiftiah, M.Sc

Capaian Pembelajaran Program Studi


(CP)
1. Menguasai konsep teoritis matematika meliputi logika matematika, matematika diskret, aljabar, analisis dan geometri, serta
teori peluang dan statistika (CP-PP 1)
2. Mampu mengembangkan pemikiran matematis, yang diawali dari pemahaman prosedural / komputasi hingga pemahaman
yang luas meliputi eksplorasi, penalaran logis, generalisasi , abstraksi, dan bukti formal (CP-KK 1)
3. Mampu merekonstruksi, memodifikasi, menganalisis/berpikir secara terstruktur terhadap permasalahan matematis dari suatu
fenomena, mengkaji keakuratan dan mengintepretasikannya serta mengkomunikasikan secara lisan maupun tertulis dengan
tepat, dan jelas. (CP-KK 3).
4. Mampu beradaptasi atau mengembangkan diri, baik dalam bidang matematika maupun bidang lainnya yang relevan
(termasuk bidang dalam dunia kerjanya) (CP-KK 5)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Mata Kuliah

1. Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis sistem bilangan, pertidaksamaan dan nilai mutlak, fungsi, limit dan
kekontinuan(PP-1)
2. Mahasiswa mampu memahami rumus-rumus turunan (PP-1)
3. Mahasiswa mampu menguasai konsep-konsep dasar kalkulus (PP-3)
4. Mahasiswa mampu menggunakan prinsip dan konsep dalam sistem bilangan untuk menyelesaikan masalah
pertidaksamaan dan nilai mutlak (KK-1)
5. Mahasiswa mampu menyelesaikan operasi fungsi, menghitung limit dan menerapkan konsep limit pada kekontinuan
fungsi(KK-1)
6. Mahasiswa mampu menghitung turunan fungsi dan menyelesaikan masalah pengoptimuman (kk-1).
Diskripsi Singkat MK Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar matematika yang meliputi konsep sistem bilangan, pertidaksamaan dan nilai
mutlak, fungsi, limit dan kekontinuan, turunan dan terapannya pada masalah pengoptimuman. Dalam mata kuliah ini, penekanan
lebih banyak pada aspek penghitungan.
Pokok Bahasan 1. Sistem BIlangan, Pertidaksamaan dan nilai mutlak
2. Relasi dan Fungsi
3. Limit Fungsi
4. Kekontinuan Fungsi
5. Turunan
6. Terapan Turunan
Pustaka Utama :

[1]. Purcell, E. J. & Varberg, D., 1994. Kalkulus dan Geometri Analitis. 4th ed. I Nyoman Susila, Bana Kartasasmita, Rawuh,
penerjemah. Jakarta: Erlangga.
[2]. Stewart, J. 2001. Kalkulus. 4th ed. I Nyoman Susila & Hendra Gunawan, penerjemah. Jakarta:Erlangga.
Pendukung :
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
[3]. Tim Dosen Kalkulus, 2020, Kalkulus, Program Studi Matematika Universitas Tanjungpura
Media Pembelajaran Software : Hardware :

Geogebra, Desmos Laptop, LCD Projector, White Board

Team Teaching Dr. Evi Noviani, M.Si,

Matakuliah Syarat -
1.2 Capaian Pembelajaran

MATA KULIAH : KALKULUS (MPM-101) / 3 SKS / SEMESTER I

ANALISIS CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembelajaran Prodi Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


1. Mahasiswa mampu menguasai
Menguasai konsep teoritis matematika meliputi logika konsep teoritis system bilangan,
pertidaksamaan dan nilai mutlak,
matematika, matematika diskret, aljabar, analisis dan
fungsi, limit dan kekontinuan
geometri, serta teori peluang dan statistika (CP-PP 1)
2. Mahasiswa mampu memahami
rumus-rumus turunan

Menguasai konsep-konsep ilmu sains dasar (konsep Mahasiswa mampu menguasai konsep-konsep
matematika, fisika, kimia, biologi dan IT) (CP-PP 3) dasar kalkulus

1. Mahasiswa mampu menggunakan


prinsip dan konsep dalam sistem
bilangan untuk menyelesaikan
masalah pertidaksamaan dan nilai
Mampu mengembangkan pemikiran matematis, yang mutlak
diawali dari langkah-langkah pemahaman prosedural / 2. Mahasiswa mampu menyelesaikan
komputasi hingga pemahaman yang luas meliputi operasi fungsi,menghitung limit dan
eksplorasi, penalaran logis, generalisasi , abstraksi, dan menerapkan konsep limit pada
bukti formal (CP-KK 1). kekontinuan fungsi
3.
4. Mahasiswa mampu menghitung
turunan fungsi dan menyelesaikan
masalah pengoptimuman.
1.4 Rencana belajaran Semester (RPS)
No Pokok Bahasan Sub-pokok Bahasan Capaian Pembelajaran Indikator Capaian Tingkat Metode Metode Penyampaian Metode Penilaian (Assessment
Kesulitan Pembelajaran (Delivery Method) Method)
(Learning
Method) face- E-tft E-off line Kuis Essay Tugas FGD
to- (synch.) (asynch.) Terstr. (chatroom,
face ftf)
(ftf)
1 Sistem Bilangan 1. Macam-macam sistem Mahasiswa mampu Ketajaman dan kejelasan mudah Student v v
bilangan memahami tentang dalam Centered
2. Sifat-sifat operasi biner sistem-sistem bilangan membedakan sistem-sistem Learning (SCL)
3. Sifat-sifat bilangan real dan sifat-sifat operasi bilangan dan sifat-sifatnya.
biner di dalamnya
2 Pertidaksamaan 1. Definisi dan macam- 1. Mahasiswa mampu 1. Ketepatan menentukan mudah Student v v
dan Nilai macam interval menjelaskan himpunan penyelesaian Centered
Mutlak, Sistem 2. Himpunan pengertian interval dan pertidaksamaan dan Learning (SCL)
koordinat penyelesaian menentukan himpunan pertidaksamaan yang
kartesius 3. Pertidaksamaan penyelesaian mengandung nilai mutlak.
Garis lurus dan 4. Definisi dan sifat-sifat pertidaksamaan dan 2. Ketepatan
grafik nilai mutlak nilai mutlak menggambarkan
persamaan 5. Pertidaksamaan yang 2. Mahasiswa mampu persamaan dalam
mengandung nilai menggambar grafik koordinat kartesius
mutlak persamaan dalam
6. Sistem koordinat koordinat kartesius
kartesius
7. Garis lurus dan grafik
persamaan

3 Fungsi 1. Beberapa definisi : 1. Mahasiswa mampu 1. Ketepatan mendefinisikan sedang Student v v


fungsi, daerah asal, menjelaskan pengertian fungsi dan fungsi aljabar Centered
daerah hasil, grafik. fungsi dan dapat 2. Ketepatan menentukan Learning (SCL)
2. Fungsi-fungsi aljabar menentukan daerah asal daerah asal, daerah hasil
dan daerah hasil suatu dan grafik dari beberapa
fungsi fungsi
2. Mahasiswa mampu 3. Keaktifan dalam diskusi
meyajikan fungsi dalam 4. Penguasaan materi
bentuk gambar. presentasi
5. Ketepatan dalam diskusi
dan menjawab
pertanyaan.
1. Fungsi-fungsi 1. Mahasiswa 1. Ketepatan sedang Student v v
transenden mampu mendefinisikan fungsi Centered
2. Operasi aljabar fungsi menjelaskan transeden Learning (SCL)
dan Komposisi Fungsi jenis-jenis 2. Ketepatan menentukan
3. Terapan fungsi (model
matematika) fungsi. daerah asal, daerah hasil
2. Mahasiswa dan grafik dari beberapa
mampu fungsi
menyelesaikan 3. Keaktifan dalam diskusi
operasi fungsi 4. Penguasaan materi
termasuk presentasi
operasi 5. Ketepatan dalam diskusi
komposisi dan menjawab
pertanyaan.
4 Limit fungsi 1. Limit di suatu titik 1. Mahasiswa 1. Ketajaman dalam tinggi Student v v
2. Limit satu arah mampu menentukan fungsi yang Centered
3. Limit takhingga menjelaskan memiliki limit. Learning (SCL)
4. Limit di ketakhinggaan pengertian limit 2. Ketepatan menentukan
5. Hukum limit 2. Mahasiswa limit suatu Fungsi
6. teorema limit mampu secara
intuisi,
menggunakan
teorema limit
utama, teorema
substitusi,
teorema apit
untuk
menghitung
limit fungsi.
Kekontinuan fungsi Mahasiswa mampu 1. Ketepatan tinggi Student v v v
merumuskan definisi mendefinisikan fungsi Centered
kekontinuan di satu titik kontinu Learning (SCL)
dan kekontinuan pada 2. Ketepatan menentukan
interval. fungsi kontinu
5 Turunan Fungsi Konsep turunan : 1. Mahasiswa mampu 1. Ketepatan menentukan sedang Student v v
1. Definisi turunan menjelaskan konsep turunan suatu fungsi Centered
2. Turunan sebagai turunan. Learning (SCL)
fungsi 2. Mahasiswa mampu
3. Tafsiran turunan menjelaskan
sebagai laju hubungan turunan
perubahan sesaat dengan kemiringan
4. Gradien garis singgung dan kecepatan sesaat
5. Kecepatan sesaat
1. Rumus-rumus turunan 4. Mahasiswa Ketepatan penggunaan sedang Student v v
2. Aturan rantai mampu aturan rantai dalam Centered
3. Turunan fungsi menentukan menentukan turunan Learning (SCL)
transenden turunan suatu suatu fungsi
fungsi.
1. Turunan Implisit Mahasiswa mampu Ketepatan dalam Sedang Student v v v
2. Laju terkait menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah- Centered
laju yang terkait masalah aplikasi turunan Learning (SCL)
5 Terapan 1. Nilai 1. Mahasiswa Ketepatan dalam sedang Student v v
turunan maksimum/minimu mampu menyelesaikan Centered
m menyelesaikan masalah-masalah aplikasi Learning (SCL)
Pengertian nilai ekstrem, masalah nilai turunan
bilangan kritis, ekstrem
penentuan nilai ekstrem
mutlak dengan metode
selang tertutup dan uji
turunan I

masalah pengoptimuman Mahasiswa mampu Ketepatan dalam sedang Student v v


memahami penerapan menyelesaikan Centered
turunan dalam masalah masalah-masalah aplikasi Learning (SCL)
pengoptimuman turunan
1
BAB I SISTEM BILANGAN REAL

1.1 Sistem Aljabar Bilangan Real


Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali memerlukan penghitungan terhadap banyaknya
benda. Sebagai contoh menghitung banyaknya buku, jumlah uang dan sebagainya. Bilangan-
bilangan yang biasa kita gunakan tersebut terangkum dalam himpunan bilangan asli. Himpunan
bilangan asli dinotasikan dengan ℕ.
ℕ = {1, 2, 3, 4, ⋯ }.
Jika ℕ ditambahkan anggotanya dengan bilangan 0, maka disebut dengan himpunan bilangan
cacah. Himpunan bilangan cacah = {0, 1, 2, 3, 4, ⋯ }. Jika himpunan bilangan cacah
anggotanya ditambah dengan negatif dari bilangan asli, maka akan menghasilkan himpunan
bilangan bulat.
ℤ = {⋯ , −4, −3, −2, −1, 0, 1, 2, 3, 4, ⋯ }.
Jika kita memiliki buah apel dan sepotong dari apel tersebut sudah dimakan, yang tersisa
tinggal sepotong lagi, dimanakah letak bilangan yang menyatakan banyaknya apel tersebut?.
Himpunan bilangan yang sudah kita punya belum bisa menyatakan bilangan sepotong apel tadi,
dalam hal ini disebut setengah. Bilangan setengah tadi tercakup dalam bilangan rasional atau
bilangan pecahan. Himpunan bilangan rasional biasa dinotasikan dengan ℚ.
𝑝
ℚ = {𝑥|𝑥 = 𝑞 , 𝑝, 𝑞 ∈ ℤ, 𝑞 ≠ 0}.

Notasi tersebut menyatakan bahwa ℚ merupakan himpunan dengan anggotanya adalah


bilangan-bilangan yang merupakan hasil pembagian dari dua bilangan bulat 𝑝 dan 𝑞 dengan 𝑞
tak nol.
Tidak semua bilangan sudah tercakup dalam bilangan rasional. Sebagai contoh √2 tidak dapat
𝑝
disajikan dalam bentuk 𝑞 dengan 𝑝, 𝑞 ∈ ℤ, 𝑞 ≠ 0. Bilangan seperti ini hanya dapat dimasukkan

ke dalam bilangan Irasional. Untuk selanjutnya, himpunan bilangan rasional digabung dengan
himpunan bilangan irasional disebut dengan himpunan bilangan real (nyata), yang dinotasikan
dengan ℝ. Pada Gambar 1, terdapat juga ℂ, yang menyatakan notasi himpunan bilangan
kompleks, dinyatakan dengan
ℂ = {𝑧|𝑧 = 𝑎 + 𝑖𝑏 , 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ},
dengan 𝑖 = √−1. Bilangan 𝑎 disebuat bagian real dari 𝑧 dan 𝑏 merupakan bagian imajiner dari
𝑧.

2
Perhatikan diagram pada Gambar 1.1. Coba diskusikan dengan rekan Anda pola hubungan
antar himpunan bilangan tersebut. Himpunan mana yang merupakan himpunan bagian dari
himpunan yang lain.

ℕ ℤ ℚ ℝ ℂ

Gambar 1.1. Diagram sistem bilangan

Dalam mata kuliah Kalkulus ini, kita akan memfokuskan diri pada himpunan bilangan real.
Himpunan bilangan real (ℝ) memenuhi sifat-sifat medan (field/lapangan). Berikut sifat-sifat
medan:
Untuk setiap 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ ℝ memenuhi aksioma berikut:
1. Sifat Komutatif
𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥; 𝑥𝑦 = 𝑦𝑥.
2. Sifat Assosiatif
𝑥 + (𝑦 + 𝑧 ) = (𝑥 + 𝑦 ) + 𝑧 ;
𝑥 (𝑦𝑧) = (𝑥𝑦)𝑧.
3. Sifat Distributif
𝑥 (𝑦 + 𝑧) = 𝑥𝑦 + 𝑥𝑧.
4. Terdapat elemen identitas
a. Terdapat 0 ∈ ℝ sehingga berlaku 𝑥 + 0 = 0 + 𝑥 = 𝑥,
b. Terdapat 1 ∈ ℝ sehingga berlaku 1𝑥 = 𝑥1 = 𝑥.
5. Terdapat unsur balikan atau invers
a. Setiap bilangan nyata 𝑥 mempunyai balikan aditif (−𝑥), sehingga 𝑥 + (−𝑥 ) =
(−𝑥 ) + 𝑥 = 0.
1
b. Setiap bilangan nyata 𝑥 ≠ 0 mempunyai balikan perkalian (𝑥 atau 𝑥 −1 ) sehingga
1 1
𝑥∙𝑥 = 𝑥∙𝑥 = 1.

3
Diskusikan dengan rekan Anda, tentang sifat-sifat medan tersebut, jika kita mengganti 𝑥, 𝑦, 𝑧
dengan suatu bilangan real.
Dalam himpunan bilangan nyata ada himpunan bagian yang dinamakan himpunan bilangan
positif. Perhatikan bahwa untuk setiap himpunan bilangan nyata 𝑥, hanya tepat satu diantara 3
pernyataan yang dipenuhi:
i. 𝑥 positif
ii. 𝑥=0
iii. – 𝑥 postif
Aturan tersebut disebut trikotomi. Jika – 𝑥 bilangan positif maka 𝑥 dikatakan bilangan negatif.

Setelah kita mempunyai himpunan bilangan real serta operasinya, kemudian akan didefinisikan
urutan bilangan seperti berikut:

Definisi urutan
Perhatikan pernyataan berikut:
x  y  y − x bilangan positif.
Definisi di atas dibaca ‘𝑥 kurang dari 𝑦 jika dan hanya jika selisihnya menghasilkan bilangan
positif’. Sebagai contoh, kita mempunyai pernyataan : 2<3. Hal ini berarti 3 − 2 = 1
merupakan bilangan positif.
Setelah kita mengetahui definisi urutan bilangan, maka kita dapat mengurutkan bilangan-
bilangan dan menyatakannya dalam suatu garis bilangan. Hal ini berarti garis bilangan muncul
setelah adanya urutan bilangan. Sebagai ilustrasi, dalam garis bilangan, angka 2 diletakkan di
sebelah kiri angka 3, karena mempunyai sifat urutan 2<3. Perhatikan garis bilangan pada
Gambar 1.2 berikut :

2 3
Gambar 1.2. Ilustrasi urutan bilangan pada garis bilangan
Sifat-sifat yang melekat pada urutan bilangan adalah sebagai berikut:
a. Trikotomi
Jika 𝑥, 𝑦 bilangan real maka hanya satu diantara 3 pernyataan berikut berlaku:
i. x y
ii. x= y
iii. x y.

4
b. Sifat Ketransitifan
x  y dan y  z  x  z .
c. Sifat Penambahan
x y y+ z y+ z.
d. Sifat Perkalian
x  y dan z  0  xz  yz ,
x  y dan z  0  xz  yz .

1.2 PERTIDAKSAMAAN

Perhatikan persamaan berikut:


x+2=5
Didapatkan solusi 𝑥 = 3. Solusi ini berupa 1 titik. Kemudian perhatikan pertidaksamaan
berikut:
𝑥 + 2 ≥ 5.
Didapatkan penyelesaiannya adalah sebarang bilangan yang lebih dari sama dengan 3. Dapat
kita tulis solusi-solusinya adalah x  3 . Bilangan yang merupakan solusi dari pertidaksamaan
tersebut kita simpan dalam suatu himpunan, dimana himpunan tersebut memiliki anggota tak
hingga banyak titik.
Untuk menuliskan himpunan penyelesaian dari suatu pertaksamaan dapat dilakukan dengan
cara menuliskan notasi himpunan, menuliskan dalam notasi selang ataupun dapat dinyatakan
dalam garis bilangan. Perhatikan Tabel 1.1. Tabel tersebut merangkumkan notasi-notasi yang
sering dijumpai.
Sebagai ilustrasi, solusi x  3 dapat juga dituliskan dalam bentuk notasi selang: 3,  ) , yang
merupakan selang setengah buka. Sebagai catatan di sini, notasi ∞ menyatakan “tak hingga”,
sebagai simbol bahwa himpunan penyelesaiannya dimulai dari 3 sampai seterusnya. Jadi perlu
diingat bahwa notasi ∞ bukan merupakan anggota dari himpunan bilangan real.

5
Tabel 1.1 Himpunan bilangan real dalam notasi selang dan garis bilangan
Notasi Himpunan Notasi Garis bilangan
Selang

x | a  x  b a, b a
  selang tutup
b

x | a  x  b (a, b) ( ) selang buka


a b

x | a  x  b a, b)  )
a b selang setengah buka/
selang setengah tutup

x | a  x  b (a, b ( 
a b selang setengah buka/
selang setengah tutup

x | x  3 3,  )
3

x | x  3 (−∞, 3)
)
3

ℝ (− ,  )

Sebagaimana himpunan, terdapat beberapa operasi pada selang, yaitu sebagai berikut :
1. Irisan, Notasi: 
2. Gabungan, Notasi 

6
Contoh:

 (  )
1. 2,5  (3,7) =
2 3 5 7
Himpunan bilangan yang memenuhi keduanya adalah x | 3  x  5 atau dapat
juga dituliskan {𝑥 |3 < 𝑥 dan 𝑥 ≤ 5}.

2. 2,5  (3,7) = 2,7)


untuk mendapatkan solusinya, perhatikan garis bilangan berikut:

 (  )
2 3 5 7

solusinya didapatkan dari himpunan bilangan yang memenuhi salah satu selang.
Untuk no 3 sampai 8, coba Anda buat dalam garis bilangan. Cocokkan dengan
jawaban yang tersedia.
3. 2,5  2,7 = 5 = 5,5
4. 2,5)  (2,7) = 
5. 2,5  (5,7) = 
6. 2,5  5,7) = 2,7)
7. 2,5)  5,7) = 2,7)
8. (2,5  8,10))  (3,9 = (3,5  8,9

( 
   )
2 3 5 8 9 10

Untuk menyelesaikan soal pertidaksamaan, perhatikan pernyataan berikut:


1. 𝑎 < 𝑏 < 𝑐 ⟺ 𝑎 < 𝑏 dan 𝑏 < 𝑐 *)
2. 𝑎𝑏 > 0 ⟺ 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0 atau 𝑎 < 0 atau 𝑏 < 0 *)
a
3. = 0 jika dan hanya jika a = 0 dan b  0
b
*)Serupa untuk tanda dengan « sama dengan ».

7
Penyelesaian soal-soal pertaksamaan
Bentuk himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut:
1. 2x + 4  −4 x + 10
2. 3x + 5  6x − 12
3. 2x + 4  3x − 5  4x + 10

Jawab:
1. 2 x + 4  −4 x + 10
Dengan memindahkan ruas, kita dapatkan:
 2 x + 4 x  10 − 4
6x  6
x 1
Himpunan penyelesaian (HP) = (− ,1)
(Latihan: gambarkan dalam garis bilangan)
2. 3x + 5  6 x − 12
 3x − 6x  −5 − 12
− 3x  −17
17
x
3 ingat!!! Pertidaksamaan jika dikali atau dibagi dengan bilangan
negatif maka tanda berbalik arah.
 17 
Himpunan penyelesaian (HP) =  ,  
3 
(Latihan: gambarkan dalam garis bilangan)

3. 2 x + 4  3x − 5  4 x + 10
Pertidaksamaan tersebut dapat ditulis:
2 x + 4  3x − 5 dan 3x − 5  4 x + 10
Pertaksamaan tersebut diselesaikan masing-masing sebagai berikut:
2 x + 4  3x − 5
2x − 3x  −4 − 5

8
− x  −9
x9
dan

3x − 5  4 x + 10
3x − 4x  5 + 10
− x  15
x  −15 ,
sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
x  9 dan x  −15
Perangkai ‘dan’ dapat juga diartikan sebagai irisan. Jika dinyatakan dalam garis
bilangan maka akan menghasilkan himpunan penyelesaian:

 ( HP = (9,  )
− 15 9

4. Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut:


(𝑥 − 5)(2 − 2𝑥 ) ≥ 0
Cara I:
Titik pembuat nol : x = 5 , x = 1

 
1 5

Masukkan titik uji, yang merupakan titik-titik diantara selang (−∞, 1), (1,5) dan , (5, ∞),
misalnya x = 0 , x = 2 , x = 6 .
(0 − 5)(2 − 2.0) = −10
Jadi pada selang (−∞, 1] dengan titik uji 𝑥 = 0 memiliki nilai negatif (-).
(2 − 5)(2 − 2.2) = −3. −2 = 6
Jadi pada selang [1,5] dengan titik uji 𝑥 = 2 memiliki nilai positif (+).
(6 − 5)(2 − 2.6) = 1. (−10) = −10

9
Jadi pada selang [5, ∞) dengan titik uji 𝑥 = 6 memiliki nilai negatif (-).

 +++++ 
1 5

Kemudian yang diinginkan dari soal adalah solusi yang menghasilkan yang lebih dari nol, atau
nilai positif. Dari hasil penghitungan di atas maka selang dengan hasil positif adalah 1,5

Jadi HP = 1,5

Cara II: Dengan menggunakan sifat, didapatkan:


a. ( x − 5)  0 dan (2 − 2 x )  0  
x5 dan x 1 1 5

HP =  , karena tidak ada bilangan yang memenuhi keduanya.

b. ( x − 5)  0 dan (2 − 2 x )  0  
x5 dan x 1 1 5
HP = [1,5]
HP gabungan dari a dan b adalah   1,5 = 1,5

Dari cara I dan II terlihat menghasilkan himpunan penyelesaian yang sama.

5. Perhatikan pertidaksamaan berikut kemudian tentukan himpunan penyelesaiannya:


x +1
0
x−4

Jawab: Untuk menyelesaikan soal dengan tipe seperti ini, tentukan terlebih dahulu titik
pembuat nol di penyebut dan tiitk pembuat nol pada pembilang.
Titik pembuat nol di pembilang x = −1
Titik pembuat nol di penyebut x=4
−1 4

Masukkan titik uji, sebagai contoh:


x = 0, x = −2, x = 5
Dengan menguji tiap titik uji, didapatkan hasil pada garis bilangan sebagai berikut:

10
++++
 (++++
−1 4

Dari soal yang diinginkan adalah lebih besar atau sama dengan nol, maka pilih selang
bertanda positif. Jadi himpunan penyelesaian yang didapat adalah
HP = (− ,−1  (4,  ).

6. Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut:


1
5
x
Jawab:
1
−5 0
x
1 − 5x
0
x
Dengan cara serupa pada Contoh 5, kita dapatkan :
1
Titik pembuat nol di pembilang x=
5
Titik pembuat nol di penyebut x=0

) 
---- ++++ ----
1 
HP = (− ,0)   ,  
1
5 
0 5

Nol tidak ikut menjadi penyelesaian karena penyebut tidak boleh sama dengan
nol.

Note : Ingat!! Pada soal pertidaksamaan haram dikali silang

7. Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut:


x − 2 x +1

x2 x+3

11
Jawab:
x − 2 x +1
− 0
x2 x+3
(x + 3)(x − 2) − x 2 (x + 1)  0
x 2 (x + 3)
x 2 + x − 6 − x3 − x 2
0
x 2 (x + 3)
− x3 + x − 6
0
x 2 (x + 3)
(x + 2)(− x 2 + 2 x − 3)  0
x 2 ( x + 3)

(x + 2)(− ( x 2 − 2 x + 3) )  0
x 2 (x + 3)
(x + 2)− (x − 12 + 2)  0
x 2 ( x + 3)
(x + 2)(− 2 − (x − 1)2 )  0
x 2 (x + 3)
Catatan:
ab  0 dan b  0 maka haruslah a  0

(x + 2)(−2 − ( x − 1) 2 )
0
x 2 ( x + 3)

Karena − 2 − (x − 1)  −2 (negatif), maka haruslah


2

(x + 2)  0
x 2 (x + 3)

Titik pembuat nol di pembilang x = −2


Titik pembuat nol di penyebut x=0
Titik pembuat nol di penyebut x = −3
Catatan:
Titik 𝑥 = 0 dan 𝑥 = −3 tidak ikut sebagai himpunan penyelesaian karena penyebut tidak boleh
sama dengan nol.
Dengan menguji tiap titik uji, kemudian dinyatakan dalam garis bilangan maka akan
menghasilkan gambar sebagai berikut:

++++
) - - - - - + + + + )( ++++

−3 −2 0 12
Himpunan penyelesaian yang diinginkan adalah yang positif. Sehingga HP
= (−,−3)  − 2,0)  (0,  ) .

8. Tentukan himpunan penyelesaian dari


x +1 x

2− x x+3
Jawab:
x +1 x

2− x x+3
x +1 x
 − 0
2− x x+3


(x + 1)(x + 3) − x(2 − x)  0
(2 − x )( x + 3)
x 2 + 4x + 3 − 2x + x 2
  0
(2 − x )( x + 3)
2x 2 + 2x + 3
  0
(2 − x )( x + 3)
 3
2 x 2 + x + 
 
2
 0
(2 − x )( x + 3)
 1  5 
2

2 x+  +
 2  4 
   0
(2 − x )( x + 3)
1
Pembilang selalu  0 , maka haruslah 0
( 2 − x)( x + 3)

Pembuat nol dipenyebut x = 2 , x = −3


Dengan menguji tiap selang memakai titik uji tertentu, didapatkan garis bilangan sebagai
berikut:

----
( ++++++
)- - - -
−3 2
Jadi didapat HP = (−3,2)

13
9. Tentukan himpunan penyelesaian dari
2
 x +1
x
Jawab:

2
 x +1
x

− (x + 1)  0
2

x
2 − x( x + 1)
 0
x
2 − x2 − x
 0
x
− x2 − x + 2
 0
x


(
− x2 + x − 2 ) 0
x
− ( x − 1)( x + 2)
 0
x
( x − 1)( x + 2)
 0
x
Pembuat nol di pembilang x = 1 , x = −2

Pembuat nol di penyebut x = 0.


Dengan menggunakan titik uji tertentu didapatkan garis bilangan sebagai berikut:

----  ++++
(- - - ++++

−2 0 1

Sehingga didapatkan HP = (− ,−2  (0,1

14
1.3 NILAI MUTLAK, AKAR KUADRAT DAN KUADRAT

Definisi

 x, jika x  0
| x |= 
− x, jika x  0
Nilai mutlak x dapat dipandang sebagai jarak x dari titik asal, karena jarak selalu tak negatif
jadi | x | 0 .
Contoh:
 x − 2 , jika x − 2  0
| x − 2 |= 
− (x − 2) , jika ( x − 2)  0

Atau dapat ditulis


𝑥 − 2, jika 𝑥 ≥ 2
|𝑥 − 2| = {
−𝑥 + 2, jika 𝑥 < 2
Nilai |𝑥 − 2| berarti jarak x dari titik 2.

Sifat-sifat nilai mutlak:


1. a . b = ab
|a| a
2. =
|b| b
3. |a+b|  |a|+|b|
4. | x|  a  −a  x  a
5. | x |  b  x  −b atau x  b
6. | x |2 = | x2 | = x2
7. | x |  | y |  x2  y 2
8. x2 = | x |
Catatan: serupa untuk yang tidak memakai “ = ”.
9.

Contoh:
Tentukan HP dari pertidaksamaan berikut:
| 2x − 1 |  5
Jawab:
Dengan menggunakan sifat-sifat nilai mutlak, didapatkan:

15
| 2x −1 |  5  − 5  2x − 1  5
 − 5  2x − 1 dan 2x −1  5
 2x  − 4 dan 2x  6
 x  −2 dan x3

 
−2 −3

Maka didapatkan himpunan penyelesaian:


HP = − 2,3

Latihan:
1. | 2 x − 5 |  3x

x
2. +7  5
3

3. | x |+ x  2

4. 2 | x | + | x − 1 |  2

5. | 2 x + 5 |  3x − 7

Jawaban latihan
1. | 2 x − 5 |  3x
− 3x  2 x − 5  3x
− 3x  2 x − 5 dan 2 x − 5  3x
(1) (2)
Pertidaksamaan (1) dan (2) diselesaikan masing-masing, menghasilkan
(1) − 3x  2 x − 5
⟺ − 5x  − 5
⟺ x 1

(2) 2 x − 5  3x
⟺−x  5
⟺ x  −5

16
Dari hasil (1) dan (2) didapatkan

 
−5 1

Sehingga didapatkan himpunan penyelesaian: HP = 1,  )

x
2. +7  5
3

x x
+ 7  − 5 atau + 7  5
3 3
(1) (2)
Pertidaksamaan (1) dan (2) diselesaikan masing-masing, menghasilkan
x x
(1) + 7  − 5 ⟺  − 12 ⟺ x  −36
3 3
x x
(2) + 7  5 ⟺  − 2 ⟺ 𝑥 > −6
3 3
Dari hasil (1) atau (2) didapatkan

) (
− 36 −6

Sehingga didapatkan himpunan penyelesaian:


HP = (− ,−36)  (− 6,  )

3. | x |+ x  2

Jawab:
− 2  | x | +x  2
− 2  | x | + x dan | x | +x  2
(1) (2)
Pertidaksamaan (1) dan (2) diselesaikan masing-masing, menghasilkan
(1) − 2  | x | + x
− 2  | x | +x ⟺ − 2 − x  | x |
⟺ | x|  −2− x

17
⟺ 𝑥 ≤ −(−2 − 𝑥 ) atau 𝑥 ≥ (−2 − 𝑥 )
⟺ ℝ atau 2𝑥 ≥ −2
⟺ ℝ atau 𝑥 ≥ −1
(2) | x | +x  2
| x | +x  2 ⟺ | x |  2 − x
⟺ − (2 − x)  x  2 − x
⟺ − (2 − x)  x dan x  2 − x
⟺ ℝ dan 2 x  2
⟺ 2x  2
⟺𝑥≤1
Dari hasil (1) dan (2) didapatkan himpunan penyelesaian (−∞, 1]

 1

4. 2 | x | + | x −1 |  2
Jawab:
Dari definisi nilai mutlak diperoleh
𝑥, 𝑥 ≥ 0
|𝑥| = { ;
−𝑥, 𝑥 < 0
𝑥 − 1, 𝑥≥1
|𝑥 − 1| = {
−(𝑥 − 1), 𝑥<1

Untuk melihat rumus mana yang digunakan, maka kita bagi selang menjadi 3 bagian

seperti berikut:
| x |= − x | x |= x | x |= x
| x − 1 |= −( x − 1) | x − 1 |= 1 − x | x − 1 |= x − 1
x0 0 0  x 1 1 x 1
Pertidaksamaannya
(i) Untuk 𝒙 < 0
− 2 x − ( x − 1)  2
− 2x − x +1  2
− 3x  1
1
x−
3

18
 1 
Himpunan penyelesaiannya: HP = − , 0 
 3 
(ii) Untuk 0  x  1
2x +1− x  2
x 1

Himpunan penyelesaiannya: HP = 0,1)

(iii) Untuk x  1
2x + x −1|  2
3x  3
x 1

Himpunan penyelesaiannya: HP = 1


Dari (i), (ii), dan (iii) didapatkan HP gabungan :
 1 
HP = − ,1
 3 

5. |2𝑥 + 5| ≤ |3𝑥 − 7|
Jawab:
|2𝑥 + 5| ≤ |3𝑥 − 7| ⟺

(2 x + 5)2  (3x − 7 )
2

4 x 2 + 20x + 25  9 x 2 − 42x + 49
0  5 x 2 − 62x + 24
5 x 2 − 62x + 24  0
(5 x − 2) ( x − 12)  0
Pembuat nol dari pertidaksamaan di atas adalah
2
x= , x = 12
5
Hasil tersebut dinyatakan dalam garis bilangan, kemudian dilakukan uji tanda dengan
menggunakan titik uji tertentu sehingga didapatkan:

+++
Jadi himpunan 
------

++++ adalah
penyelesaiannya
 2 2
=  −  ,   12,  ) 12
 5 5

19
LATIHAN

Tentukan himpunan penyelesaian dari soal berikut:


1. 2 ≤ 𝑥2 − 𝑥 < 6
2. 2𝑥 − 1 ≤ 𝑥 − 2 < 4𝑥 + 17
2
3. −2 < 3𝑥 ≤ −1
6
4. 𝑥−𝑥 ≤1
𝑥 1
5. +𝑥 >1
𝑥−2
𝑥+5 𝑥+1
6. 𝑥+3
≤ 𝑥−1

7. 1 + 𝑥 + 𝑥 2 + 𝑥 3 + ⋯ + 𝑥 99 ≤ 0
𝑥−2 𝑥+1
8. 𝑥2
≤ 𝑥+3

9. |𝑥 2 − 𝑥 | ≤ 2
10. |𝑥 2 − 𝑥 − 1| ≤ 1
11. |2𝑥 − 5| ≤ 3𝑥
12. 2 ≤ |𝑥 2 − 𝑥 | < 6
13. 2 ≤ 𝑥 2 − |𝑥 | < 6
14. 3|𝑥 | − |𝑥 − 1| ≤ 5
15. |𝑥 − 2| ≤ 𝑥 |𝑥 |
(𝑥 2 +1)|𝑥+1|
16.
3−|𝑥|
≥0

17. |2𝑥 − 3| ≤ 3|𝑥 + 5|


|𝑥+1|−|𝑥−1|
18. >1
𝑥
(|𝑥|+𝑥 2+1)|𝑥 2 +3|(𝑥 2 +𝑥+7)
19. >0
4−|𝑥|

20. Jika |𝑥 | ≤ 2 maka buktikan bahwa


𝑥 2 + 2𝑥 + 7
| | ≤ 15
𝑥2 + 1

20
BAB II SISTEM KOORDINAT

Sistem koordinat adalah suatu cara/metode untuk menentukan letak suatu titik. Ada beberapa
macam sistem koordinat: Sistem Koordinat Cartesius, Sistem Koordinat Kutub, Sistem
Koordinat Tabung, dan Sistem Koordinat Bola. Pada mata kuliah ini akan dibicarakan tentang
Sistem Koordinat Cartesius dan Sistem Koordinat Kutub saja.

2.1 Sistem Koordinat Kartesius/Kartesian


Perhatikan 2 garis lurus pada Gambar 2.1, garis tersebut merupakan satu garis mendatar
(horizontal) dan yang lain tegak (vertical). Selanjutnya, garis mendatar ini disebut sumbu-x
sedangkan garis yang tegak disebut sumbu-y. Perpotongan kedua sumbu tersebut dinamakan
titik asal (origin) dan diberi tanda O. Seperti biasanya, titik-titik di sebelah kanan O dikaitkan
dengan bilangan-bilangan real positif sedangkan titik-titik di sebelah kiri O dengan bilangan-
bilangan real negatif. Demikian pula dengan titik-titik di sebelah atas O dan di sebelah bawah
O masing-masing dikaitkan dengan bilangan-bilangan real positif dan negatif. Sistem
koordinat kartesian dua dimensi digambarkan pada gambar 2.1 di bawah ini :

5 P

O X
3
Gambar 2.1 Sistem Koordinat Kartesian Dua Dimensi

Letak sebarang titik pada bidang dinyatakan dengan pasangan berurutan ( x, y) . Titik P( x, y)

mempunyai arti bahwa jarak titik P ke sumbu-x dan sumbu-y masing-masing adalah y dan x

. Apabila x  0 (atau y  0) maka titik P berada di sebelah kiri (atau sebelah bawah) titik asal
O dan apabila x  0 (atau y  0) maka titik P terletak di sebelah kanan (atau sebelah atas)
titik asal O. Dalam hal ini, x disebut absis titik P sedangkan y disebut ordinat titik P.
Jika dilihat dari gambar 2.1 diatas, koordinat P mempunyai jarak pada sumbu X yang disebut
absis sebesar 3 dan mempunyai jarak pada sumbu Y yang disebut ordinat sebesar 5.
Sedangkan d merupakan jarak dari pusat sumbu koordinat (O) ke titik P.
Rumus jarak diturunkan dari rumus Phytagoras

21
Jarak antara P & Q
Q(x2,y2)

d ( P, Q) = ( x 2 − x1 ) 2 + ( y 2 − y1 ) 2

P(x1,y2) R(x2,y1)

𝑥1 𝑥2

Dari Gambar 2.1 jarak antara pusat sumbu koordinat ke titik P adalah

d ( P, O) = (3 − 0) 2 + (5 − 0) 2 = 34 .

Oleh ke dua sumbu, bidang datar (bidang koordinat) terbagi menjadi 4 daerah (kwadran), yaitu
kwadran I, kwadran II, kwadran III, dan kwadran IV (lihat Gambar 2.2).

Kwadran II Kwadran I
x  0, y  0 x  0, y  0

Kwadran III Kwadran IV


x  0, y  0 x  0, y  0

Gambar 2.2 Sistem Koordinat Kartesius dalam Empat Kwadran

2.1.1 Persamaan Lingkaran


Lingkaran adalah titik-titik yang berjarak tetap (jari-jari) dari titik pusat:

( x − h) 2 + ( y − k ) 2 = r
(x,y) Persamaan Lingkaran dengan pusat (h,k) dan jari-jari r, adalah:
( x − h) 2 + ( y, k ) 2 = r 2
(h,k)

22
Contoh:
1. Tentukan persamaan lingkaran dengan pusat (2,-1) dan melalui (5,3).

Jawab:
Jari-jari lingkaran

r = (5 − 2) 2 + (3 − (−1)) 2 = 25 = 5

Persamaan lingkaran
( x − 2) 2 + ( y − (−1)) 2 = 5 2
( x − 2) 2 + ( y + 1) 2 = 25

2. Tentukan pusat dan jari-jari lingkaran

x 2 + y 2 + 2x −10 y + 25= 0
Jawab:
( x 2 + 2 x) + ( y 2 − 10 y ) + 25 = 0
( x + 1) 2 − 1 + ( y − 5) 2 = 0
( x + 1) 2 + ( y − 5) 2 = 1

Pusat = (−1, 5) jari-jari = 1

Latihan
1. Tentukan persamaan dua buah lingkaran yang berjari-jari 5 satuan, melalui (0,0), dengan
pusatnya terletak pada garis x + y = 1 .

Jawab:
Dik: r = 5 melalui latihan (0 , 0) dan pusatnya terletak pada garis x + y =1
Misalkan pusat lingkaran di (h,k),

x+ y =1
x=h y=k
h + k =1
h = 1− k

23
( x − h) 2 + ( y − k ) 2 = 25
( x − (1 − k )) 2 + ( y − k ) 2 = 25
x 2 − 2 x(1 − k ) + (1 − k ) 2 + ( y − k ) 2 = 25

(0,0) x 2 − 2 x + 2kx + 1 − 2k + k 2 + y 2 − 2 yk + k 2 = 25
x 2 + y 2 + (2k − 2) x − 2ky + 2k 2 − 2k + 1 = 25 .......( i)

Karena lingkaran tersebut melalui (0,0) maka (0,0) harus memenuhi persamaan …(i)

0 + 0 + 0 − 0 + 2k 2 − 2k + 1 = 25
2k 2 − 2k − 24 = 0
k 2 − k − 12 = 0
(k − 4)(k + 3) = 0
k = 4 atau k = −3
untuk k = 4
( x − h) 2 + ( y − 4) 2 = 25 melalui (0,0)

h 2 + 16 = 25
h 2 = 25 − 16
h2 = 9
h =3
Jadi persamaan lingkarannya:
( x − 3) 2 + ( y − 4) 2 = 25 , ( x + 3) 2 + ( y − 4) 2 = 25
Untuk k = −3
( x − h) 2 + ( y + 3) = 25
Melalui (0,0) , maka:

h 2 + 9 = 25
h 2 = 16
h = 4
Jadi persamaan lingkarannya
( x − 4) 2 + ( y + 3) 2 = 25
( x + 4) 2 + ( y + 3) 2 = 25
Jadi persamaan lingkaran yang memenuhi adalah

24
( x + 3) 2 + ( y − 4) 2 = 25
( x − 4) 2 + ( y + 3) 2 = 25
Sebagai ilustrasi, perhatikan gambar berikut:

2.1.2 Menentukan Titik Tengah pada Ruas Garis


Perhatikan Gambar 2.3 berikut:
Q( x 2 , y 2 )

M
P( x 1 , y1 )

x1 x2
1
( x 2 − x1 )
2
Gambar 2.3 Titik Tengah Ruas Garis

Titik tengah dari ruas garis PQ dengan P ( x 1, y1 ) dan P ( x2 , y 2 ) adalah

1 
 ( x1 + x2 ) , ( y1 + y 2 )
1
2 2 

25
Contoh:
Tentukan persamaan lingkaran dengan garis tengah AB dengan A = (− 1, 2) dan B = (3, 8)

2.1.3 GARIS LURUS


y 2 − y1
Kemiringan garis yang melalui A ( x1 , y1 ) dan B( x 2 , y 2 ) adalah M = . Kemiringan
x 2 − x1

garis ini disebut dengan gradien garis.


Persamaan Garis Lurus diperoleh dengan rumus berikut:
a. Dengan kemiringan m dan melalui ( x1 , y1 ) adalah y − y1 = m ( x − x1 )
y 2 − y1
Persamaan garis lurus dengan gradien m = adalah
x 2 − x1

y − y1 = m ( x − x1 ) atau
y 2 − y1 y 2 − y1
y − y1 = ( x − x1 ) y − y2 = ( x − x2 )
x2 − x1 x2 − x1
y − y1 x − x1 y − y2 x − x2
= =
y 2 − y1 x2 − x1 y 2 − y1 x2 − x1

y − y1 x − x1
b. Persamaan garis yang melalui titik A ( x1 , y1 ) dan B ( x 2 , y2 ) adalah =
y 2 − y1 x 2 − x1

Garis-garis sejajar dan tegak lurus


misal garis g mempunyai kemiringan 𝑚𝑔 dan garis ℓ mempunyai kemiringan 𝑚𝑙 .
Maka
1. Garis g dan l saling sejajar: g //   mg = m

2. Garis g dan l saling tegak lurus: g ⊥   m g . m = −1

Latihan:
Tentukan nilai k sehingga garis 4 x + ky = 5
a. melalui titik (2,1)
b. sejajar sumbu y
c. sejajar garis 6 x − 9 y =10
d. mempunyai perpotongan x dan perpotongan y yang sama.
e. Tegak lurus garis y − 2 = 2 ( x + 1)

26
Jawab :
a. 𝑘 = −3
b. kemiringan
ky = 5 − 4 x
5 4
y= − x
k k
k =0
6 10
c. 6x − 9 y = 10 y= x−
9 9
2
kemiringan garisnya
3
4 2 − 12
Agar sejajar dengan 6 x − 9 y = 10 maka − = k= = −6
k 3 2

d. Misalkan garis tersebut memotong sumbu x di (a,0) dan memotong sumbu y di (0, a)
x = a, y=0  4a + 0 = 5 x = 0, y = a
5
a= 0 + ka = 5
4
5 4
k = = 5. = 4
a 5

e. 2 x + 4
m = 2 4 1
− =−
mg . m = − 1 k 2
1 k =8
mg = −
2

2.2 Sistem Koordinat Kutub (Polar)

Pada sistem koordinat Cartesius, letak titik pada bidang dinyatakan dengan pasangan
( x, y) , dengan x dan y masing-masing menyatakan jarak berarah ke sumbu-y dan ke sumbu-x.
Pada sistem koordinat kutub, letak sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan pasangan
bilangan real (r , ) , dengan r menyatakan jarak titik P ke titik O (disebut kutub) sedangkan 
adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik O melewati titik P dengan sumbu-x positif
(disebut sumbu kutub) (lihat Gambar 2.4).

27
P•(r, )


O

Gambar 2.4 Sistem Koordinat Kutub


Berbeda dengan sistem koordinat Cartesius, dalam koordinat kutub letak suatu titik
dapat dinyatakan dalam tak hingga banyak koordinat. Sebagai contoh, letak titik P (3,  3)
dapat digambarkan dengan cara terlebih dulu melukiskan sinar yang memancar dari titik asal

O dengan sudut sebesar radian terhadap sumbu mendatar arah positif. Kemudian titik P
3
terletak pada sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik asal O (lihat Gambar 1.2.4 (a)). Titik P
dapat pula dinyatakan dalam koordinat (3,  3 + 2k ) , dengan k bilangan bulat (lihat Gambar

1.2.4 (b)). Mudah ditunjukkan pula bahwa koordinat (− 3, 4 3) pun juga menggambarkan titik
P (lihat Gambar 1.2.4 (c)). Pada koordinat yang terakhir, jarak bertanda negatif. Hal ini
dikarenakan titik P terletak pada bayangan sinar OP  .

P (3,  3) P(3,  3 + 2k )

3 3

 3 + 2k
 3

(a) (b)

P(−3, 4 3)

4 3

28
P
(c)

Gambar 2.5 Berbagai pernyataan koordinat kutub untuk suatu titik.

Secara umum, jika (r , ) menyatakan koordinat kutub suatu titik maka koordinat titik
tersebut dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
(r , + 2k ) atau (− r, + (2k + 1) ) dengan k bilangan bulat.
Kutub mempunyai koordinat (0, ) dengan  sebarang bilangan.

2.3 Hubungan Antara Sistem Koordinat Cartesius dan Sistem Koordinat Kutub

Suatu titik P berkoordinat ( x, y) dalam sistem koordinat Cartesius dan (r , ) dalam


sistem koordinat kutub. Apabila kutub dan titik asal diimpitkan, demikian pula sumbu kutub
dan sumbu-x positif juga diimpitkan, maka kedudukan titik dapat digambarkan sebagai berikut:
y

P( x, y) = (r, )


x x
O

Gambar 2.6 Titik dalam Koordinat Kartesius dan Kutub

Dari rumus segitiga diperoleh hubungan sebagai berikut:


(1.1) x = r cos y = r sin
atau:

29
 y  x
(1.2) r = x2 + y2  = arcsin  = arccos 
r r

Contoh
1. Nyatakan ke dalam system koordinat Cartesius.
 2     5 
a. A 4,  b. B − 5,  c. C  − 3,− 
 3   4  6 
Penyelesaian: Dengan menggunakan persamaan (1.1):
2 2
a. x = 4 cos = −2 y = 4 sin =2 3.
3 3
(
Jadi, A − 2,2 3 . )

 5  5
b. x = −5 cos =− 2 y = −5 sin =− 2.
4 2 4 2
 5 5 
Jadi, dalam system koordinat Cartesius B − 2 ,− 2.
 2 2 

 5  3  5  3
c. x = −3 cos − = 3 y = −3 sin − = .
 6  2  6  2
3 3
Jadi, C  2 ,  .█
2 2

Apabila x  0 maka persamaan (1.2) dapat dinyatakan sebagai:


 y
(1.3) r 2 = x2 + y2  = arctan , x  0
x
y
Hati-hati apabila menggunakan persamaan (1.3), karena  = arctan akan memberikan 2 nilai
x
 yang berbeda, 0    2 . Untuk menentukan nilai  yang benar perlu diperhatikan letak
titik P, apakah di kwadran I atau II, ataukah dikwadran II atau IV. Apabila dipilih nilai  yang

lain, maka r = − x 2 + y 2 .

30
Contoh
2. Nyatakan ke dalam sistem koordinat kutub:
a. P(4,−4) b. Q(−4,4)
Penyelesaian: Dari persamaan (1.3), diperoleh:

a. r =  4 2 + (−4) 2 = 4 2

4 3 7
 = arctan = atau
−4 4 4
Selanjutnya, karena letak titik P di kwadran IV, maka:
7
r = 4 2 dengan  = , atau
4
3
r = −4 2 dengan  = .
4
 7   3 
Jadi, P 4 2 ,  atau P − 4 2 ,  .
 4   4 

b. r =  (−4) 2 + 4 2 = 4 2

− 4 3 7
 = arctan = atau
4 4 4
Selanjutnya, karena letak titik Q di kwadran II, maka:
3
r = 4 2 dengan  = , atau
4
7
r = −4 2 dengan  = .
4
 3   7 
Jadi, Q 4 2 ,  atau Q − 4 2 ,  .█
 4   4 

Contoh
3. Nyatakan persamaan r = 2a sin ke dalam sistem koordinat Cartesius.

Penyelesaian: Jika ke dua ruas persamaan di atas dikalikan dengan r maka diperoleh:

r 2 = 2a(r sin )

Selanjutnya, karena r 2 = x 2 + y 2 dan r sin = y maka:

31
x 2 + y 2 = 2ay
 x 2 + y 2 − 2ay = 0,

yaitu persamaan lingkaran dengan pusat (0, a) dan jari-jari a .█

Contoh

4. Nyatakan x 2 + 4 y 2 = 16 ke dalam system koordinat kutub.

Penyelesaian: Dengan substitusi x = r cos dan y = r sin maka diperoleh:

r 2 cos2  + 4r 2 sin 2  = 16

 r 2 (1 + 3 sin 2  ) = 16. █

Latihan
Untuk soal 1 – 8, nyatakan masing-masing dengan dua koordinat yang lain, satu dengan r  0
dan yang lain dengan r  0 .
1. (6,  3) 2. (− 3, 2 5) 3. (5,−  4) 4. (5, 7 4)

5. ( 2 , 5 2 ) 6. (− 7,− 5 6) 7. (6,− 7 3) 8. (4, 6 7 )


Untuk soal 9 – 16, nyatakan dalam sistem koordinat Cartesius.
9. (6, 2 3) 10. (− 4,  8) 11. (5,−  4) 12. (6, 7 4)

13. ( 2 , 5 2 ) 14. (− 7,− 5 6) 15. (6,− 7 3) 16. (4, 7 8)


Untuk soal 17 – 23, ubahlah ke dalam sistem koordinat kutub.
17. (− 3,−3) 18. (2,2 ) (
19. − 2,2 3 ) 20. ( 3,1)
21. (0,−11) (
22. 3 3,−3 ) 23. (− 2 3, 6 3 )
Untuk soal 24 – 29, nyatakan masing-masing persamaan ke dalam sistem koordinat Cartesius.
4
24. r = 3 cos 25. r 2 = 1 + sin 26. r =
1 − cos
7
27. r = −4 28.  = 29. r 2 = 
4
Nyatakan persamaan pada soal 30 – 32 ke dalam sistem koordinat kutub.

30. x − y = 0 31. y 2 = 1 − 4 x 32. xy = 1


33. Tunjukkan bahwa jarak titik P(r, ) dan Q( R,  ) adalah:

d = r 2 + R 2 − 2rR cos( −  )

32
BAB III RELASI DAN FUNGSI

3.1. Relasi
A. Pengertian Relasi
Sebelum kita membahas pengertian relasi, terlebih dahulu membahas tentang
pasangan terurut dan perkalian kartesian. Notasi (𝑎, 𝑏) disebut pasangan terurut apabila
tulisan tersebut memperhatikan urutan penulisan. Artinya bahwa (𝑎, 𝑏) ≠ (𝑏, 𝑎) untuk
𝑎 ≠ 𝑏.
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 himpunan tak kosong. Hasil kali kartesian dari dua himpunan 𝐴
dan 𝐵, ditulis 𝐴 × 𝐵 adalah semua pasangan terurut (𝑎, 𝑏) dengan 𝑎 ∈ 𝐴 dan 𝑏 ∈ 𝐵.

Contoh 1. Misalkan 𝐴 = {1,2} dan 𝐵 = {𝑎. 𝑏}, maka


𝐴 × 𝐵 = {(1, 𝑎), (1, 𝑏), (2, 𝑎), (2, 𝑏)}.

Relasi dari himpunan 𝐴 ke 𝐵 adalah subset dari 𝐴 × 𝐵 dan dinotasikan dengan 𝑅.


Jika (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑅, maka 𝑎 berelasi dengan 𝑏, dinotasikan dengan 𝑎𝑅𝑏. Sementara jika
(𝑎, 𝑏) ∉ 𝑅, maka 𝑎 tidak berelasi dengan 𝑏, dinotasikan dengan 𝑎𝑅𝑏.

Contoh 2. Misalkan 𝐴 = {1,2,4} dan 𝑅 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 habis membagi 𝑏}, maka
𝑅 = {(1,1), (1,2), (1,4), (2,2), (2,4), (4,4)}.

Gambar 3.1. Relasi 𝑅 dari Contoh 1

Dari Contoh 2 dapat diambil salah satu anggota dari 𝑅, yaitu (2,4) ∈ 𝑅. Artinya bahwa
2 habis membagi 4 dan dituliskan 2𝑅4.

33
Ada beberapa istilah yang perlu diingat kembali sehubungan dengan pengertian
relasi, yaitu peta, prapeta, daerah asal (domain), dan daerah hasil (range).
Misalkan 𝑅 relasi dari himpunan 𝐴 ke 𝐵 maka peta dari 𝑥 ∈ 𝐴 oleh relasi 𝑅 adalah
semua 𝑦 ∈ 𝐵 sehingga (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅. Jika 𝑦 ∈ 𝐵 maka prapeta dari 𝑦 oleh 𝑅 adalah semua
𝑥 ∈ 𝐴 sehingga (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅 disebut dengan daerah asal atau domain dari 𝑅. Kemudian
himpunan yang terdiri dari atas semua 𝑦 ∈ 𝐵 sehingga (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑅 disebut derah hasil
atau range dari 𝑅.
Perhatikan Gambar 3.2 berikut.
𝑅: 𝐴 → 𝐵
𝑅

𝑥 𝑦

𝐴 𝐵

Gambar 3.2. Relasi 𝑅: 𝐴 → 𝐵


Contoh 3. Diberikan himpunan 𝐴 dengan anggotanya terdiri dari lima pasangan terurut,
yaitu
𝐴 = {(1, 𝑎), (2, 𝑏), (3, 𝑐 ), (4, 𝑑 ), (5, 𝑒)}
Maka daerah asal dari 𝐴 adalah {1,2,3,4,5} dan daerah hasil dari 𝐴 adalah {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒}.

B. Macam-Macam Relasi
Ada beberapa macam relasi yang akan dibahas di sini, yaitu relasi refleksi, relasi
simetri, relasi transitif, dan relasi ekuivalen.
1. Relasi Refleksi
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴 dan relasi 𝑅 dari 𝐴 ke 𝐴. Relasi 𝑅 disebut
relasi refleksi jika (𝑎, 𝑎) ∈ 𝑅 untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴.
Contoh 4. Misallkan 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐} dengan 𝑅1 = {(𝑎, 𝑎), (𝑎, 𝑏), (𝑐, 𝑐 )} dan 𝑅2 =
{(𝑎, 𝑎), (𝑎, 𝑏), (𝑏, 𝑎), (𝑏, 𝑏), (𝑐, 𝑐 )}. Relasi 𝑅1 bukan relasi refleksi karena 𝑏 ∈ 𝐴,
tetapi (𝑏, 𝑏) ∉ 𝑅1 . Relasi 𝑅2 merupakan relasi refleksi.

34
2. Relasi Simetri
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴 dan relasi 𝑅 pada 𝐴. Relasi 𝑅 disebut relasi
simetri jika (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑅 maka (𝑏, 𝑎) ∈ 𝑅 untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐴.
Dari Contoh 4 dapat dilihat bahwa relasi 𝑅1 bukan merupakan relasi simetri karena
(𝑎, 𝑏) ∈ 𝑅1, tetapi (𝑏, 𝑎) ∉ 𝑅1 . Relasi 𝑅2 merupakan relasi simetri.
3. Relasi Transitif
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴 dan relasi 𝑅 pada 𝐴. Relasi 𝑅 disebut relasi
transitif jika (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑅 dana (𝑏, 𝑐 ) ∈ 𝑅 maka (𝑎, 𝑐 ) ∈ 𝑅 untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐴.
Contoh 5. Misallkan 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐} dengan 𝑅3 = {(𝑎, 𝑎), (𝑎, 𝑏), (𝑏, 𝑎)} dan 𝑅4 =
{(𝑎, 𝑏), (𝑏, 𝑎)}. Relasi 𝑅3 relasi transtif, sementara relasi 𝑅4 bukan merupakan
relasi transitif karena (𝑎, 𝑏), (𝑏, 𝑎) ∈ 𝑅4 , tetapi (𝑎, 𝑎) ∉ 𝑅4 .
4. Relasi Ekuivalen
Diberikan himpunan tak kosong 𝐴 dan relasi 𝑅 pada 𝐴. Relasi 𝑅 disebut relasi
ekuivalen jika 𝑅 merupakan relasi refleksi, simetri, dan transitif.
Diantara Contoh 4 dan 5 yang merupakan relasi ekuivalen hanya 𝑅2 , karena relasi
𝑅2 mencakup relasi refleksi, simetri, dan transitif.
Relasi merupakan perumuman dari fungsi. Artinya bahwa suatu fungsi dapat dikatakan
sebagai relasi.

3.2. Fungsi
A. Pengertian Fungsi
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan. Fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 adalah aturan yang
memasangkan atau mengaitkan setiap anggota di 𝐴 dengan tepat satu anggota di 𝐵.
Himpunan 𝐴 dinamakan daerah asal atau daerah definisi atau domain dari fungsi
𝑓 dan ditulis 𝐷𝑓 dan himpunan 𝐵 dinamakan daearah kawan atau kodomain dari
fungsi 𝑓. Anggota 𝑦 ∈ 𝐵 yang terkait dengan 𝑥 ∈ 𝐴 dinamakan peta dari 𝑥 dan
dituliskan dengan 𝑓(𝑥). Anggota 𝑥 ∈ 𝐴 dinamakan variabel bebas dan 𝑦 yang
tergantung dari 𝑥 dinamakan variabel tak bebas. Himpunan semua 𝑓(𝑥), 𝑥 ∈ 𝐴
dinamakan daerah hasil atau range dari fungsi 𝑓 dan ditulis 𝑅𝑓 .
Suatu fungsi disebut fungsi bernilai real atau fungsi real jika 𝐵 ⊂ ℝ. Pembahasan
selanjutnya dibatasi untuk 𝐴, 𝐵 ⊂ ℝ. Penulisan 𝑦 = 𝑓(𝑥) menyatakan 𝑦 terkait dengan
𝑥 dinamakan aturan fungsi. Pada kasus aturan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) diberikan lebih dahulu,
maka daerah asal fungsi 𝑓 adalah

35
𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑓(𝑥 ) ada (terdefinisi)}
dan daerah hasilnya adalah
𝑅𝑓 = {𝑓 (𝑥 ) ∈ ℝ|𝑥 ∈ 𝐷𝑓 }.

Gambar 3.3. Fungsi sebagai pemetaan


Secara umum visualisasi dari fungsi menggunakan grafik. Jika 𝑓 adalah fungsi
dengan domain 𝐷𝑓 , maka grafik fungsi (kurva) 𝑓 adalah himpunan pasangan terurut
{(𝑥, 𝑓(𝑥)) ∈ ℝ2 |𝑥 ∈ 𝐷𝑓 }.
Grafik fungsi 𝑓 merupakan himpunan titik (𝑥, 𝑦) di bidang koordinat sedemikian
sehingga 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 .

Gambar 3.4. Grafik fungsi 𝑓


Nilai fungsi 𝑓 di titik 𝑥 dapat dinyatakan sebagai 𝑓(𝑥). Perhatikan Gambar 3.4 dapat
dilhat bahwa nilai fungsi 𝑓 di 𝑥 = 1 adalah 𝑓(1).
Contoh 6. Perhatikan grafik fungsi pada Gambar 3.5. Tentuka nilai dari 𝑓(2), 𝑓(3),
dan 𝑓(4).

36
Gambar 3.5. Grafik fungsi 𝑓
Penyelesaian:
Berdasarkan Gambar 3.5 dapat dilihat bahwa titik (2, −4), (3, −4) dan (4,6) berada di
grafik 𝑓, maka 𝑓 (2) = −4, 𝑓 (3) = −4, dan 𝑓 (4) = 6.

Contoh 7. Diberikan 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 − 2𝑥 + 1 dan ℎ ≠ 0. Hitunglah


𝑓 (𝑎 + ℎ ) − 𝑓 (𝑎 )

Penyelesaian:
Pertama hitung nilai dari 𝑓(𝑎 + ℎ) dengan menggantikan 𝑥 dengan 𝑎 + ℎ pada 𝑓 (𝑥 ),
𝑓 (𝑎 + ℎ ) = (𝑎 + ℎ )2 − 2 (𝑎 + ℎ ) + 1
= 𝑎2 + 2𝑎ℎ + ℎ2 − 2𝑎 − 2ℎ + 1.
𝑓(𝑎+ℎ )−𝑓(𝑎)
Selanjutnya menghitung nilai ℎ

𝑓 (𝑎 + ℎ) − 𝑓(𝑎) (𝑎 + 2𝑎ℎ + ℎ2 − 2𝑎 − 2ℎ + 1) − (𝑎2 − 2𝑎 + 1)


2
=
ℎ ℎ
𝑎2 + 2𝑎ℎ + ℎ2 − 2𝑎 − 2ℎ + 1 − 𝑎2 + 2𝑎 − 1
=

2𝑎ℎ + ℎ2 − 2ℎ
=

= 2𝑎 + ℎ − 2
Contoh 8. Tentukan daerah asal dan daerah hasil dari fungsi berikut
1
a) 𝑓 (𝑥 ) =
𝑥−1
1
b) 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥2 +1

37
c) 𝑓 (𝑥 ) = √4 − 𝑥 2
Penyelesaian:
1
a) Karena mempunyai nilai atau terdefinisi ketika 𝑥 ≠ 1. Maka daerah asal
𝑥−1

dari fungsi 𝑓 adalah


𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 ≠ 1} = ℝ − {1}
Karena 𝑓 (𝑥 ) ≠ 0 untuk setiap 𝑥 ≠ 1, maka daerah nilai dari fungsi 𝑓 adalah
𝑅𝑓 = ℝ − {0}
dan untuk menentukan daerah hasil dari suatu fungsi dapat menggunakan grafik
fungsinya.

1
Gambar 3.6. Grafik fungsi 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) =
𝑥−1

Berdasarkan Gambar 3.6 dapar dilihat bahwa daerah nilai dari fungsi 𝑓 adalah
𝑅𝑓 = ℝ − {0}.
b) Diketahui bahwa 𝑥 2 ≥ 0 untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ maka 𝑥 2 + 1 ≥ 1 > 0. Sehingga
1
𝑥 2 + 1 ≠ 0 untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ. Akibatnya nilai selalu ada atau terdefinisi
𝑥 2 +1

untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ. Jadi daerah asal dari fungsi 𝑓 adalah


𝐷𝑓 = ℝ
Karena 𝑥 2 + 1 ≥ 1 > 0 maka
1
0< ≤1
𝑥2 + 1
Sehingga daerah hasil dari fungsi 𝑓 adalah
𝑅𝑓 = (0,1]

38
dan untuk menentukan daerah hasil dari suatu fungsi dapat menggunakan grafik
fungsinya.

1
Gambar 3.7. Grafik fungsi 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥2 +1

Berdasarkan Gambar 3.7 dapar dilihat bahwa daerah nilai dari fungsi 𝑓 adalah
𝑅𝑓 = (0,1].
c) Akar dari suatu bilangan ada atau terdefinsi jika bilangan tersebut tak negatif,
maka √4 − 𝑥 2 terdefinisi untuk 4 − 𝑥 2 ≥ 0. Jadi daerah asal dari fungsi 𝑓
adalah
𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|−2 ≤ 𝑥 ≤ 2} = [−2,2].
Diketahui daerah asal dari fungsi 𝑓 adalah 𝐷𝑓 = [−2,2]
−2 ≤ 𝑥 ≤ 2
0 ≤ 𝑥2 ≤ 4
−4 ≤ −𝑥 2 ≤ 0
0 ≤ 4 − 𝑥2 ≤ 4

0 ≤ √4 − 𝑥 2 ≤ 2
0 ≤ 𝑓 (𝑥 ) ≤ 2
Jadi daerah hasil dari fungsi 𝑓 adalah
𝑅𝑓 = [0,2]
dan selain itu untuk menentukan daerah hasil dari suatu fungsi dapat
menggunakan grafik fungsinya.

39
Gambar 3.8. Grafik fungsi 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = √4 − 𝑥 4
Berdasarkan Gambar 3.8 dapat dilihat bahwa daerah hasil dari fungsi 𝑓 adalah
𝑅𝑓 = [0,2].
Suatu fungsi 𝑓 dan 𝑔 dikatakan sama, ditulis 𝑓 ≡ 𝑔, jika 𝐷𝑓 = 𝐷𝑔 = 𝐷 dan 𝑓 (𝑥 ) =
𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷.

B. Operasi Aljabar pada Fungsi


Misalkan 𝑓 dan 𝑔 fungsi-fungsi real dengan daerah asal 𝐷𝑓 dan 𝐷𝑔 . Operasi aljabar
pada fungsi 𝑓 dan 𝑔 di 𝑥 dapat dilakukan, jika 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dan 𝑥 ∈ 𝐷𝑔 atau dengan kata lain
𝑥 ∈ 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 , baik itu operasi penjumlahan, pengurangan perkalian maupun pembagian.

𝐷𝑓 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 𝐷𝑔

Gambar 3.9. Diagram Venn

Berikut ini didefinisikan operasi aljabar dari fungsi


Penjumlahan: (𝑓 + 𝑔)(𝑥 ) = 𝑓 (𝑥 ) + 𝑔(𝑥) dengan 𝐷𝑓+𝑔 = 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 .
Pengurangan: (𝑓 − 𝑔)(𝑥 ) = 𝑓 (𝑥 ) − 𝑔(𝑥) dengan 𝐷𝑓−𝑔 = 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 .
Perkalian: (𝑓𝑔)(𝑥 ) = 𝑓 (𝑥 )𝑔(𝑥) dengan 𝐷𝑓𝑔 = 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 .
𝑓 𝑓 (𝑥 )
Pembagian: (𝑔) (𝑥 ) = 𝑔(𝑥) dengan 𝐷𝑓/𝑔 = 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 − {𝑥|𝑔(𝑥 ) = 0}.

40
Contoh 9. Misalkan 𝑓(𝑥 ) = √1 − 𝑥 2 dan 𝑔(𝑥 ) = 𝑥 2 . Tentukan 𝑓 + 𝑔, 𝑓 − 𝑔, 𝑓𝑔, 𝑓/𝑔
beserta daerah asalnya.
Penyelesaian:
Daerah asal dari fungsi 𝑓 adalah [−1.1] dan daerah asal fungsi 𝑔 adalah ℝ.
(𝑓 + 𝑔)(𝑥 ) = 𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥 ) = √1 − 𝑥 2 + 𝑥 2 dan 𝐷𝑓+𝑔 = [−1,1] ∩ ℝ = [−1,1]

(𝑓 − 𝑔)(𝑥 ) = 𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥 ) = √1 − 𝑥 2 − 𝑥 2 dan 𝐷𝑓−𝑔 = [−1,1] ∩ ℝ = [−1,1]

(𝑓𝑔)(𝑥 ) = 𝑓 (𝑥 )𝑔(𝑥 ) = √1 − 𝑥 2 𝑥 2 dan 𝐷𝑓𝑔 = [−1,1] ∩ ℝ = [−1,1]


𝑓 𝑓(𝑥 ) √1−𝑥 2
(𝑔) (𝑥 ) = 𝑔(𝑥) = dan 𝐷𝑓/𝑔 = [−1,1] ∩ ℝ − {0} = [−1,0) ∪ (0,1]
𝑥2

C. Sifat-Sifat Fungsi
1. Fungsi Injektif
Suatu fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dikatakan fungsi injektif atau fungsi satu-satu jika dan
hanya jika untuk setiap 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴 dan 𝑓 (𝑥1 ) = 𝑓 (𝑥2 ) berlaku 𝑥1 = 𝑥2 .
Contoh 10. Tentukan manakah fungsi berikut ini yang merupakan fungsi injektif?
a) 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 2𝑥, 𝑥 ∈ ℝ
b) 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 , 𝑥 ∈ ℝ
Penyelesaian:
a) 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 2𝑥, 𝑥 ∈ ℝ
Ambil sebarang 𝑥1 , 𝑥2 ∈ ℝ,
𝑓(𝑥1 ) = 𝑓 (𝑥2 )
2𝑥1 = 2𝑥2
𝑥1 = 𝑥2
Jadi, 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 2𝑥, 𝑥 ∈ ℝ adalah fungsi injektif.
b) 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 , 𝑥 ∈ ℝ
Terdapat 𝑥1 = −2 dan 𝑥2 = 2 sedemikian sehingga 𝑓 (𝑥1 ) = 𝑓(𝑥2 ) = 4.
Jadi, 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 , 𝑥 ∈ ℝ bukan fungsi injektif.

2. Fungsi Surjektif
Suatu fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dikatakan fungsi surjektif atau pada jika dan hanya jika
untuk setiap 𝑦 ∈ 𝐵 terdapat 𝑥 ∈ 𝐴 sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑓(𝑥) atau Contdengan
kata lain 𝑅𝑓 = 𝐵.

41
Contoh 11. Himpunan 𝐴 = {1,2,3} dan 𝐵 = {𝑎, 𝑏}

Gambar 3.10. Pemetaan Fungsi


Fungsi 𝑓 merupakan fungsi surjektif karena 𝑅𝑓 = {𝑎, 𝑏} = 𝐵.

3. Fungsi bijektif atau fungsi satu satu pada


Suatu fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dikatakan fungsi bijektif jika fungsi tersebut injektif dan
surjektif.
Contoh 12. Himpunan 𝐴 = {1,2,3} dan 𝐵 = {𝑎, 𝑏, 𝑐}
Fungsi 𝑓 merupakan fungsi surjektif karena 𝑅𝑓 = {𝑎, 𝑏} = 𝐵.
𝑓

Gambar 3.11. Pemetaan Fungsi


Fungsi 𝑓 merupakan fungsi bijektif.

42
𝑔

Gambar 3.12. Pemetaan Fungsi


Fungsi 𝑔 bukan fungsi bijektif.

D. Macam-Macam Fungsi Beserta Grafik Fungsi


1. Fungsi Bagian Demi Bagian
Fungsi bagian demi bagian merupakan fungsi yang mempunyai lebih dari
aturan fungsi pada daerah asalnya. Contoh fungsi dengan banyak aturan
𝑥 2 − 1, 𝑥<0
𝑓 (𝑥 ) = {
3𝑥 + 2, 𝑥≥0

Gambar 3.13. Grafik Fungsi 𝑓

2. Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil


Fungsi 𝑓 dikatakan fungsi genap jika memenuhi 𝑓 (−𝑥 ) = 𝑓(𝑥) untuk setiap
𝑥 ∈ 𝐷𝑓 . Grafik fungsi genap simetri terhadap sumbu-𝑦. Fungsi 𝑓 dikatakan fungsi

43
ganjil jika memenuhi 𝑓 (−𝑥 ) = −𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 . Grafik fungsi ganjil
simetri terhadap titik asal 𝑂(0,0).

Gambar 3.13a. Grafik fungsi genap Gambar 3.13b. Grafik fungsi ganjil

Sebagai ilustrasi, 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 adalah fungsi genap dan 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 adalah


fungsi ganjil. Fungsi 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 0 adalah fungsi genap dan ganjil. Fungsi 𝑦 =
𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 + 𝑥 2 bukan fungsi genap dan juga fungsi ganjil.
3. Polinomial
Fungsi 𝑃 disebut polinomial jika
𝑃(𝑥 ) = 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + ⋯ + 𝑎2 𝑥 2 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎0
dengan 𝑛 adalah bilangan bulat tak negatif dan 𝑎0 , 𝑎1 , ⋯ , 𝑎𝑛 adalah konstanta yang
disebut dengan koefiesin dari polinomial. Daerah asal dari setiap polinomial adalah
ℝ. Jika koefisien 𝑎𝑛 ≠ 0 maka derajat dari polinomial adalah 𝑛.
Polinomial berderajat satu , yaitu 𝑃(𝑥 ) = 𝑚𝑥 + 𝑏 disebut dengan fungsi
linear. Polinomial berderajat dua, yaitu 𝑃 (𝑥 ) = 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 disebut dengan
fungsi kuadrat.

44
Gambar 3.14a. Grafik fungsi linear Gambar 3.14b. Grafik fungsi kuadrat

Polinomial berderajat tiga, yaitu


𝑃(𝑥 ) = 𝑎𝑥 3 + 𝑏𝑥 2 + 𝑐𝑥 + 𝑑, 𝑎≠0
disebut dengan fungsi kubik.

Gambar 3.15. Grafik fungsi kubik

4. Fungsi Invers
Fungsi yang memetakan setiap anggota 𝐴 ke diri sendiri disebut dengan fungsi
identitas, disimbolkan dengan 𝑖𝐴 . Fungsi identitas, yaitu 𝑖𝐴 (𝑥 ) = 𝑥 untuk setiap 𝑥 ∈
𝐴.
Misalkan fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 ⊆ ℝ . Fungsi 𝑓 −1 : 𝐵 → 𝐴 dikatakan invers dari
fungsi 𝑓 jika 𝑓 −1 ∘ 𝑓 = 𝑖𝐴 dan 𝑓 ∘ 𝑓 −1 = 𝑖𝐵 . Suatu fungsi dikatakan invertibel jika

45
mempunyai invers. Jika fungsi 𝑓 injektif pada 𝐴, maka 𝑓 −1 ada sebagai fungsi yang
terdefinisi pada 𝑓(𝐴).
Misalkan daerah asal dari fungsi 𝑓 adalah 𝐷𝑓 dan daerah hasil dari fungsi 𝑓
adalah 𝑅𝑓 , maka daerah asal fungsi 𝑓 −1 adalah 𝑅𝑓 dan daerah hasil dari fungsi 𝑓 −1
adalah 𝐷𝑓 dan berlaku untuk sebaliknya.
Contoh 13. Diberikan 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥/(1 − 𝑥). Tentukan 𝑓 −1 (𝑥) dan daerah hasil
dari fungsi 𝑓.
Penyelesaian
Fungsi 𝑓 injektif, karena
𝑓 (𝑥1 ) = 𝑓 (𝑥2 )
𝑥1 𝑥2
= , 𝑥1 , 𝑥2 ≠ 1
1 − 𝑥1 1 − 𝑥2
𝑥1 (1 − 𝑥2 ) = 𝑥2 (1 − 𝑥1 )
𝑥1 − 𝑥1 𝑥2 = 𝑥2 − 𝑥1 𝑥2
𝑥1 = 𝑥2 untuk setiap 𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐷𝑓
Langkah 1:
𝑥
𝑦= , 𝑥≠1
1−𝑥
𝑦 (1 − 𝑥 ) = 𝑥
𝑦 − 𝑦𝑥 = 𝑥
𝑥 + 𝑥𝑦 = 𝑦
𝑥 (1 + 𝑦 ) = 𝑦
𝑦
𝑥=
1+𝑦
Langkah 2:
𝑦
𝑓 −1 (𝑦) =
1+𝑦
Langkah 3:
𝑥
𝑓 −1 (𝑥 ) = .
1+𝑥
Menentukan daerah hasil dari fungsi 𝑓 dapat menggunakan domain dari fungsi
𝑓 −1 .
𝑅𝑓 = 𝐷𝑓−1 = ℝ − {1}.

46
Gambar 3.16. Grafik fungsi 𝑓 dan 𝑓 −1

5. Fungsi Komposisi
Misalkan fungsi 𝑓: 𝐷𝑓 → 𝑅𝑓 dan 𝑔: 𝐷𝑔 → 𝑅𝑔 yang memenuhi 𝑅𝑓 ∩ 𝐷𝑔 ≠ ∅,
fungsi komposisi dari 𝑓 dan 𝑔, ditulis 𝑔 ∘ 𝑓 (𝑓 dilanjutkan 𝑔) adalah fungsi yang
aturannya (𝑔 ∘ 𝑓 )(𝑥 ) = 𝑔(𝑓 (𝑥 )). Daerah asal dan daerah hasil fungsi 𝑔 ∘ 𝑓 adalah
𝐷𝑔∘𝑓 = {𝑥 ∈ 𝐷𝑓 |𝑓 (𝑥 ) ∈ 𝐷𝑔 } dan 𝑅𝑔∘𝑓 = {𝑦 ∈ 𝑅𝑔 |𝑦 = 𝑔(𝑠), 𝑠 ∈ 𝑅𝑓 }
atau dengan misalkan 𝐴 = 𝑅𝑓 ∩ 𝐷𝑔 ≠ ∅, maka daerah asal dan daerah hasil fungsi
𝑔 ∘ 𝑓 adalah
𝐷𝑔∘𝑓 = 𝑓 −1 (𝐴) dan 𝑅𝑔𝑜𝑓 = 𝑔(𝐴)

Contoh 14. Jika 𝑓 (𝑥 ) = 6𝑥 − 𝑥 2 dan 𝑔(𝑥 ) = √𝑥,tentukan fungsi komposisi 𝑔 ∘


𝑓, daerah asal dan daerah nilai fungsi komposisi, serta kurvanya.
Penyelesaian
Daerah asal fungsi 𝑓 dan 𝑔 adalah
𝐷𝑓 = ℝ dan 𝐷𝑔 = [0, ∞)
Karena 𝑓(𝑥 ) = 9 − (𝑥 − 3)2 ∀𝑥 ∈ 𝐷𝑓 = ℝ dengan (𝑥 − 3)2 ≥ 0, maka 𝑓 (𝑥 ) ≤
9, sehingga daerah nilai fungsi 𝑓 adalah 𝑅𝑓 = (−∞, 9]. Karena 𝑔(𝑥 ) = √𝑥 ≥ 0
∀𝑥 ∈ 𝐷𝑔 = [0, ∞), maka 𝑅𝑔 = [0, ∞). Jadi
𝑅𝑓 = (−∞, 9] dan 𝑅𝑔 = [0, ∞)

47
Karena 𝑅𝑓 ∩ 𝐷𝑔 = (−∞, 9] ∩ [0, ∞) = [0,9] ≠ ∅, maka fungsi 𝑔 ∘ 𝑓 terdefinisi

dengan aturan (𝑔 ∘ 𝑓 )(𝑥 ) = 𝑔(𝑓(𝑥 )) = 𝑔(6𝑥 − 𝑥 2 ) = √6𝑥 − 𝑥 2 . Daerah asal


dan daerah nilai fungsi 𝑔 ∘ 𝑓 adalah
𝐷𝑔∘𝑓 = {𝑥 ∈ 𝐷𝑓 |𝑓 (𝑥 ) ∈ 𝐷𝑔 } = [0,6]
𝑅𝑔∘𝑓 = {𝑦 ∈ 𝑅𝑔 |𝑦 = 𝑔(𝑠), 𝑠 ∈ 𝑅𝑓 } = [0,3]

Gambar 3.17. Grafik fungsi 𝑓, 𝑔, dan 𝑔 ∘ 𝑓


6. Fungsi Eksponensial
Fungsi eksponen didefinisikan sebagai berikut:

𝑓 (𝑥 ) = 𝑎 𝑥
dengan 𝑎 > 0 dan 𝑎 ≠ 1 untuk 𝑥 ∈ ℝ.
Bentuk khusus dari fungsi eksponensial yaitu dengan menggantikan 𝑎 dengan
bilangan Euler (𝑒),
𝑓 (𝑥 ) = 𝑒 𝑥
yang dikenal dengan fungsi eksponensial natural.

48
Gambar 3.18. Grafik fungsi ekponensial natural

7. Fungsi Logaritma
Fungsi logaritma meruapakan invers dari fungsi eksponensial. Misalkan 𝑎 > 0
dan 𝑎 ≠ 1, 𝑦 = 𝑎𝑥 ⇔ 𝑥 = log 𝑎 𝑦.
Bentuk khusus dari fungsi logaritma yaitu dengan menggantikan 𝑎 dengan
bilangan Euler (𝑒),
𝑓 (𝑥 ) = ln 𝑥
yang dikenal dengan fungsi logaritma natural.

Gambar 3.19. Grafik fungsi logaritma natural dan inversnya

49
8. Fungsi Trigonometri
Perhatikan gambar lingkaran berjari-jari satu di
sebelah kiri. Titik 𝐴(𝑥, 𝑦) berapa pada lingkaran dan
sudut 𝑡 terbentuk dari sumbu 𝑥 positif dengan segmen
̅̅̅̅. Nilai sudut 𝑡 bernilai positif jika arah
garis 𝑂𝐴
berlawanan jarum dan bernilai negatif jka searah jarum
Gambar 3.20. Lingkaran jam.

Besar sudut selalu dinyatakan dalam satuan radian. Hubungan radian dengan
𝜋
derajat, yaitu 𝜋 = 180° atau 1° = 180 rad.

Misalkan 𝑡 merupakan bilangan real yang menentukan titik 𝐴(𝑥, 𝑦). Maka
sin 𝑡 = 𝑦 dan cos 𝑡 = 𝑥
Suatu fungsi dikatakan fungsi periodik jika terdapat bilangan positif 𝑇
sedemikian sehingga 𝑓 (𝑥 + 𝑇) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 anggota dari domain 𝑓.
Bilangan positif terkeci 𝑇 disebut periode dari 𝑓.
Besar satu putaran lingkaran sama dengan 2𝜋 maka sudut 𝑡 + 2𝜋 dan 𝑡
menyatakan posisi titik 𝐴 yang sama di lingkaran. Sehingga
sin(𝑡 + 2𝜋) = sin 𝑡 dan cos(𝑡 + 2𝜋) = cos 𝑡.
Jadi fungsi sin dan cos merupakan fungsi periodik dengan periode 2𝜋.
Fungsi sin merupakan fungsi ganjil, karena sin(−𝑡) = − sin 𝑡 dan fungsi cos
merupakan fungsi genap cos(−𝑡) = cos 𝑡.
Berikut disajikan grafik dari fungsi sin 𝑡 dan cos 𝑡

Gambar 3.21. Grafik fungsi sin 𝑡 dan cos 𝑡

50
Fungsi-Fungsi Trigonometri Lainnya

sin 𝑡 cos 𝑡
tan 𝑡 = cot 𝑡 =
cos 𝑡 sin 𝑡
1 1
sec 𝑡 = csc 𝑡 =
cos 𝑡 sin 𝑡

Berikut ini daerah definisi dan daerah hasil dari fungsi-fungsi trigonometri
Daerah Definisi
Fungsi Daerah Hasil 𝑹𝒇
(Domain) 𝑫𝒇
𝑓(𝑡) = sin 𝑡 𝐷𝑓 = ℝ 𝐷𝑓 = [−1,1]
𝑓 (𝑡) = cos 𝑡 𝐷𝑓 = ℝ 𝐷𝑓 = [−1,1]

𝑓 (𝑡) = tan 𝑡 𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 ≠ 2𝑘+1


2
𝜋, 𝑘 ∈ ℤ} 𝐷𝑓 = ℝ

𝑓 (𝑡) = cot 𝑡 𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 ≠ 𝑘𝜋, 𝑘 ∈ ℤ} 𝐷𝑓 = ℝ

𝑓 (𝑡) = sec 𝑡 𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 ≠ 2𝑘+1


2
𝜋, 𝑘 ∈ ℤ} 𝐷𝑓 = ℝ − (−1,1)
𝑓 (𝑡) = csc 𝑡 𝐷𝑓 = {𝑥 ∈ ℝ|𝑥 ≠ 𝑘𝜋, 𝑘 ∈ ℤ} 𝐷𝑓 = ℝ − (−1,1)

Gambar 3.22a. Grafik fungsi tan 𝑡 Gambar 3.22b. Grafik fungsi cot 𝑡

Gambar 3.22c. Grafik fungsi sec 𝑡 Gambar 3.22d. Grafik fungsi csc 𝑡

51
Sifat-Sifat Penting Fungsi Trigonometri:
❖ sin2 𝑥 + cos 2 𝑥 = 1, 1 + tan2 𝑥 = sec2 𝑥 dan 1 + cot 2 𝑥 csc2 𝑥
❖ sin(𝑥 + 𝑦) = sin 𝑥 cos 𝑦 + cos 𝑥 sin 𝑦
❖ sin(𝑥 − 𝑦) = sin 𝑥 cos 𝑦 − cos 𝑥 sin 𝑦
❖ cos(𝑥 + 𝑦) = cos 𝑥 cos 𝑦 − sin 𝑥 sin 𝑦
❖ cos(𝑥 − 𝑦) = cos 𝑥 cos 𝑦 + sin 𝑥 sin 𝑦
❖ sin 2𝑥 = 2 sin 𝑥 cos 𝑥 dan cos 2𝑥 = cos 2 𝑥 − sin2 𝑥
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
❖ sin 𝑥 + sin 𝑦 = 2 sin ( ) cos ( )
2 2
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
❖ sin 𝑥 + sin 𝑦 = 2 sin ( ) cos ( )
2 2
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
❖ cos 𝑥 + cos 𝑦 = 2 cos ( 2
) cos ( )
2

Latihan I
1) Diberikan himpunan 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} dan 𝐵 = {1,2}, Tentukan 𝐴 × 𝐵?
2) Diberikan himpunan 𝐴 = {𝑥 ∈ ℤ|𝑥 ≤ 8} . Tentukan
a) 𝑅1 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 ≤ 𝑏}
b) 𝑅2 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 > 𝑏}
c) 𝑅3 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 = 𝑏 + 1}
d) 𝑅4 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 + 𝑏 ≤ 6}
Latihan II
1) Tentukan 𝐷𝑓 , 𝑅𝑓 dan gambarkan grafik dari fungsi berikut

a) 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 + √𝑥
3𝑥 2 , 𝑥 < 0
b) 𝑓 (𝑥 ) = {
𝑥 − 2, 𝑥 ≥ 0
𝑥−1
c) 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥+1

2) Diberikan 𝑓 (𝑥 ) = 1 + 𝑥 2 dan 𝑔(𝑥 ) = √1 − 𝑥. Tentukan 𝑓 ∘ 𝑔, 𝐷𝑓∘𝑔 dan 𝑅𝑓∘𝑔 .

52
BAB IV LIMIT FUNGSI

1. Pengertian Limit
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kalimat “Jangan kau mendekati zina”
atau “Kita hampir memasuki kota Pontianak”. Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat
tersebut mempunyai pengertian yang sama dengan kata “limit fungsi” di matematika.
Untuk memahami pengertian limit fungsi, diawali dengan meninjau fungsi berikut.
𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 + 1
Apa yang terjadi dengan 𝑓 (𝑥 ) apabila 𝑥 cukup dekat dengan 1 ? Perhatikan Tabel 1.1. berikut.
Tabel 1.1. Sebaran 𝑓 (𝑥 ) untuk 𝑥 → 1
𝒙>𝟏 𝒙<𝟏
𝒙 𝒇 (𝒙 ) = 𝒙 𝟑 + 𝟏 𝒙 𝒇 (𝒙 ) = 𝒙 𝟑 + 𝟏
2 9 0,5 1,125
1,05 2,15763 0,95 1,85738
1,001 2,003 0,999 1,997
1,0001 2,0003 0,9999 1,9997
Grafik 𝑦 = 𝑓(𝑥) diberikan pada Gambar 3.1. di bawah ini

Gambar 4.1. Grafik 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 + 1, 𝐷𝑓 = ℝ


Dari tabel dan grafik terlihat bahwa apabila 𝑥 cukup dekat dengan 1, maka 𝑓(𝑥) mendekati
2. Dalam hal ini dikatakan bahwa limit 𝑥 3 + 1 untuk 𝑥 mendekati 1 adalah 2. Secara
matematis, ditulis dengan
lim 𝑥 3 + 1 = 2
𝑥→1

dan dibaca “limit 𝑥 3 + 1 untuk 𝑥 mendekati 1 adalah 2”.


Selanjutnya, tinjau kembali fungsi berikut

53
𝑥2 − 4
𝑓 (𝑥 ) =
𝑥−2
Perhatikan bahwa fungsi tersebut tidak terdefinisi di 𝑥 = 2 karena di titik ini 𝑓 (𝑥 ) berbentuk
0
. Tapi, apa yang terjadi dengan 𝑓 (𝑥 ) apabila 𝑥 cukup dekat dengan 2 tetapi 𝑥 ≠ 2?
0

Sama dengan fungsi sebelumnya, untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat melakukan 2
hal. Yang pertama, mencari nilai-nilai 𝑓 (𝑥 ) untuk 𝑥 yang cukup dekat dengan 2 dan yang
kedua adalah dengan mensketsakan grafik fungsi 𝑓.
Nilai-nilai 𝑓 (𝑥 ) untuk 𝑥 yang cukup dekat dengan 2 dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut.
Tabel 1.2. Sebaran 𝑓(𝑥) untuk 𝑥 → 2
𝒙>𝟐 𝒙<𝟐
𝒙𝟐 − 𝟒 𝒙𝟐 − 𝟒
𝒙 𝒇 (𝒙 ) = 𝒙 𝒇 (𝒙 ) =
𝒙−𝟐 𝒙−𝟐
3 5 1,5 3,5
2,05 4,05 1,95 3,95
2,001 4,001 1,999 3,999
2,0001 4,0001 1,9999 3,9999
Selanjutnya, sketsa dari grafik fungsi tersebut adalah

𝑥 2 −4
Gambar 4.2. Grafik 𝑓 (𝑥 ) = , 𝐷𝑓 = 𝑅 − 2
𝑥−2

Dari tabel dan grafik terlihat bahwa apabila 𝑥 cukup dekat dengan 2, maka nilai 𝑓 (𝑥 ) mendekati
4. Secara matematis, hal tersebut dituliskan dengan
𝑥2 − 4
lim =4
𝑥→2 𝑥 − 2

𝑥 2 −4
dan dibaca “limit 𝑥−2
untuk 𝑥 mendekati 2 adalah 4”.

54
Dari kedua contoh di atas, terlihat bahwa limit 𝑓(𝑥) untuk 𝑥 mendekati 𝑐 mungkin ada
walaupun 𝑓 tidak terdefinisikan di 𝑐. Berikut diberikan definisi limit.
Definisi 1.1. Limit 𝑓 (𝑥 ) untuk 𝑥 mendekati 𝑐 adalah 𝐿, ditulis:
𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) = 𝐿
𝑥→𝑐

jika untuk setiap 𝑥 yang cukup dekat dengan 𝐿, tetapi 𝑥 ≠ 𝑐, maka 𝑓(𝑥) mendekati 𝐿.
Perhatikan bahwa.

(lim 𝑓 (𝑥 ) = 𝐿) ≡ (𝑥 → 𝑐 ⟹ 𝑓 (𝑥 ) → 𝐿)
𝑥→𝑐

𝑓 (𝑥 ) dapat dibuat sebarang dekat dengan 𝐿 dengan membuat 𝑥 cukup dekat ke 𝑐, 𝑥 ≠ 𝑐



Jarak 𝑓(𝑥 ) dapat dibuat sebarang dekat dengan 𝐿 dengan membuat jarak 𝑥 cukup dekat ke
𝑐, 𝑥 ≠ 𝑐

|𝑓(𝑥) − 𝐿| dapat dibuat sebarang lebih kecil dengan membuat |𝑥 − 𝑐| cukup kecil dan 𝑥 ≠ 𝑐

|𝑓(𝑥) − 𝐿| dapat dibuat lebih kecil dari sebarang bilangan positif dengan membuat |𝑥 − 𝑐|
lebih kecil dari suatu bilangan positif |𝑥 − 𝑐| > 0
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut diberikan definisi limit secara formal.
Definisi 1.2. 𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 (berapapun
𝑥→𝑐

kecilnya) terdapat bilangan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dengan 0 <
|𝑥 − 𝑐 | < 𝛿 berlaku |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.
Untuk lebih memahami definisi di atas, berikut diberikan ilustrasi dalam bentuk gambar.

Untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sedemikian sehingga 0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 berlaku |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀

Contoh
1. Dengan menggunakan 𝛿, 𝜀, buktikan bahwa lim (5𝑥 − 11) = 4
𝓍→3

55
Analisis Pendahuluan
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, akan dicari 𝛿 > 0, sehingga berlaku
0 < |𝑥 − 3| < 𝛿 ⇒ |(5𝑥 − 11) − 4| < 𝜀
Pandang pertidaksamaan di sebelah kanan
|(5𝑥 − 11) − 4| < 𝜀 ⇔ |5𝑥 − 15| < 𝜀
⇔ |5(𝑥 − 3)| < 𝜀
⇔ |5 ∥ 𝑥 − 3| < 𝜀
𝜀
⇔ |𝑥 − 3| <
5
Bukti Formal
𝜀
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, pilih 𝛿 = 5 , maka
𝜀
0 < |𝑥 − 3| < 𝛿 ⇒ |(5𝑥 − 11) − 4| = |(5𝑥 − 15)| = |5(𝑥 − 3)| = 5|𝑥 − 3| < 5
5
=𝜀
𝜀
Jadi, untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 = 5 sedemikian sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dengan

0 < |𝑥 − 3| < 𝛿 berlaku |(5𝑥 − 11) − 4| < 𝜀.


2. Dengan menggunakan 𝛿, 𝜀, buktikan bahwa lim (5 − 6𝑥 ) = 1
𝑥→−2

Analisis Pendahuluan
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, akan dicari 𝛿 > 0 sehingga berlaku
0 < |𝑥 + 2| < 𝛿 ⇒ |(5 − 6𝑥 ) − 17| < 𝜀
Pandang pertidaksamaan di sebelah kanan:
|(5 − 6𝑥 ) − 17| < 𝜀 ⇔ |6𝑥 − 12| < 𝜀
⇔ |6 ∥ 𝑥 + 2| < 𝜀
⇔ 6|𝑥 + 2| < 𝜀
𝜀
⇔ |𝑥 + 2| =
6
Bukti Formal
𝜀
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, pilih 𝛿 = 6 , maka:

0 < |𝑥 + 2| < 𝛿 ⇒ |(5 − 6𝑥 ) − 17| = |(−6𝑥 − 12)| = 6|(𝑥 + 2)| < 6. 𝛿 = 𝜀


𝜀
Jadi, untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 = 6 sedemikian sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dengan

0 < |𝑥 + 2| < 𝛿 berlaku |(5 − 6𝑥 ) − 17| < 𝜀


𝑥 2 +5𝑥−6
3. Dengan menggunakan 𝛿, 𝜀, buktikan bahwa lim =7
𝑥→1 𝑥−1

Analisis Pendahuluan

56
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, akan dicari 𝛿 > 0, sehingga berlaku
𝑥 2 + 5𝑥 − 6
0 < |𝑥 − 1| < 𝛿 ⇒ | − 7| < 𝜀
𝑥−1
Pandang pertidaksamaan di sebelah kanan:
𝑥 2 + 5𝑥 − 6
| − 7| < 𝜀 ⇔ |(𝑥 + 6) − 7| < 𝜀
𝑥−1
⇔ |𝑥 − 1| < 𝜀
Bukti Formal
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, pilih 𝛿 = 𝜀, maka:
𝑥 2 + 5𝑥 − 6 (𝑥 − 1)(𝑥 + 6)
0 < |𝑥 − 1| < 𝛿 ⇒ | − 7| = | − 7| = |𝑥 − 1| < 𝛿 = 𝜀
𝑥−1 𝑥−1
Jadi, untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 = 𝜀 sedemikian sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dengan
𝑥 2 +5𝑥−6
0 < |𝑥 − 1| < 𝛿 berlaku | 𝑥−1
− 7| < 𝜀

4. Buktikan lim (𝑥 2 − 9) = 0
𝑥→3

Analisis Pendahuluan
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang akan dicari 𝛿 > 0, sehingga berlaku
0 < |𝑥 − 3| < 𝛿 ⇒ |𝑥 2 − 9| < 𝜀
Karena |𝑥 2 − 9| = |𝑥 − 3||𝑥 + 3| maka faktor |𝑥 − 3| dapat dibuat sekecil mungkin
(karena < 𝛿 ). Selanjutnya tinggal membatasi |𝑥 + 3|.
Pilih 𝛿 ≤ 1. Selanjutnya, |𝑥 + 3| < 𝛿 mengimplikasikan
|𝑥 + 3| = |(𝑥 − 3) − 6|
≤ |𝑥 − 3| + 6 ≤ 1 + 6 = 7
𝜀
Agar |𝑥 2 − 9| = |𝑥 − 3||𝑥 + 3| < 𝜀, maka pilih 𝛿 ≤ .
7

Bukti Formal
𝜀
Misalkan diberikan 𝜀 > 0 sebarang, pilih 𝛿 = 𝑚𝑖𝑛 {1, 7} , maka:

0 < |𝑥 − 3| < 𝛿 ⇒ |𝑥 2 − 9| = |𝑥 − 3||𝑥 + 3| < 𝛿 ∙ 7 = 𝜀


𝜀
Jadi, untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 = 𝑚𝑖𝑛 {1, 7} sedemikian sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓

dengan 0 < |𝑥 − 3| < 𝛿 berlaku |𝑥 2 − 9| < 𝜀

57
LATIHAN
Untuk soal no 1-2, gunakan grafik berikut untuk mengestimasi masing-masing limit jika ada.
1.

a. lim 𝑓(𝑥) b. lim 𝑓(𝑥) c. lim 𝑓(𝑥)


𝑥→0 𝑥→1 𝑥→2

2.

a. lim 𝑓(𝑥) b. lim 𝑓(𝑥) c. lim 𝑓(𝑥)


𝑥→−1 𝑥→0 𝑥→1

3.

a. lim 𝑓(𝑥) b. lim 𝑓(𝑥) c. lim 𝑓(𝑥)


𝑥→−1 𝑥→0 𝑥→1

Untuk soal no 4-5, lengkapilah tabel berikut dan selanjutnya gunakanlah untuk mengestimasi
nilai limit fungsi yang diberikan.

58
3𝑥 2 +2𝑥−1
4. lim
𝑥→−1 𝑥+1

𝑥 -0,9 -0,99 -0,999 -1,001 -1,01 -1,1


𝑓(𝑥)

√1+ℎ−1
5. lim
ℎ→0 ℎ

ℎ -0,1 -0,01 -0,001 0,001 0,01 0,1


𝑓(ℎ)
Untuk soal 6-10, dengan menggunakan 𝜀, 𝛿 buktikan bahwa
6. lim 𝑥 + 2 = 3
𝑥→1

7. lim 𝑥 2 = 1
𝑥→−1

8. lim √𝑥 = 2
𝑥→4
𝑥+2
9. lim 𝑥−1 = −2
𝑥→1
𝑥 2 −1
10. lim =2
𝑥→−1 𝑥−1

2. Limit Sepihak
Mudah dipahami bahwa lim √𝑥 tidak ada, karena √𝑥 tidak terdefinisi untuk 𝑥 < 0.
𝑥→0

Namun, apabila 𝑥 > 0 maka lim √𝑥 ada dan nilainya sama dengan 0. Hal ini membawa kita
𝑥→0

kepada definisi berikut.


Definisi 2.1.
1. Nilai-nilai 𝑥 yang dekat dengan 𝑐 tetapi lebih kecil dari 𝑐, disebut 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri.
Apabila 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri maka limit fungsi 𝑓-nya disebut limit kiri dan ditulis
𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) (dibaca limit 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri).
𝑥→𝑐 −

2. Nilai-nilai 𝑥 yang dekat dengan 𝑐 tetapi lebih besar dari 𝑐, disebut 𝑥 mendekati 𝑐 dari
kanan. Apabila 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan maka limit fungsi 𝑓-nya disebut limit kanan dan
ditulis 𝑙𝑖𝑚+ 𝑓 (𝑥 ) (dibaca limit 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan).
𝑥→𝑐

Suatu fungsi 𝑓 mempunyai limit untuk 𝑥 mendekati 𝑐 jika dan hanya jika limit kiri dan
limit kanannya ada dan sama.
Teorema 2.2. 𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) = 𝐿 jika dan hanya jika 𝑙𝑖𝑚− 𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑚+ 𝑓 (𝑥 ) = 𝐿.
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

Akibat 2.3. Jika 𝑙𝑖𝑚− 𝑓 (𝑥 ) ≠ 𝑙𝑖𝑚+ 𝑓(𝑥 ) maka 𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) tidak ada.
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

59
Untuk lebih memahami konsep limit sepihak, berikut diberikan beberapa contoh.
Contoh.
𝑥 2 −4
1. Dari contoh sebelumnya dimana 𝑓(𝑥 ) = dapat disimpulkan bahwa
𝑥−2

a. limit 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 2 dari kiri adalah 4 dan ditulis lim− 𝑓 (𝑥 ) = 4


𝑥→2

b. limit 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 2 dari kanan adalah 4 dan ditulis lim+ 𝑓 (𝑥 ) = 4


𝑥→2

c. Karena lim− 𝑓(𝑥 ) = lim+ 𝑓(𝑥 ) = 4


𝑥→2 𝑥→2

𝑥 − 1, 𝑥 ≤ 2
2. Diberikan 𝑓 (𝑥 ) = { 𝑥, 2 < 𝑥 ≤ 4
2𝑥 − 4, 𝑥 > 4
Tentukan:
a. lim 𝑓(𝑥 )
𝑥→2

b. lim 𝑓(𝑥 )
𝑥→4

Penyelesaian.
a. Perhatikan bahwa lim− 𝑥 − 1 = 1 dan lim+ 𝑥 = 2
𝑥→2 𝑥→2

Karena lim− 𝑓 (𝑥 ) ≠ lim+ 𝑓 (𝑥 ) maka lim 𝑓(𝑥 ) tidak ada.


𝑥→2 𝑥→2 𝑥→2

b. Perhatikan bahwa lim− 𝑥 = 4 dan lim+ 2𝑥 − 4 = 4


𝑥→4 𝑥→4

Karena lim− 𝑓 (𝑥 ) ≠ lim+ 𝑓(𝑥 ) maka lim 𝑓 (𝑥 ) = 4.


𝑥→4 𝑥→4 𝑥→4

LATIHAN
1. Misalkan diberikan fungsi f dengan grafiknya sebagai berikut:

Tentukan
a. lim 𝑓 (𝑥 ) h. 𝑓 (−2)
𝓍→−3−

b. lim 𝑓 (𝑥 ) i. lim 𝑓 (𝑥 )
𝓍→−3+ 𝓍→4

c. lim 𝑓 (𝑥 ) j. 𝑓 (−1)
𝓍→−3

60
d. 𝑓 (−3) k. lim 𝑓 (𝑥 )
𝓍→1

e. lim 𝑓 (𝑥 ) l. 𝑓 (1)
𝓍→−2−

f. lim 𝑓 (𝑥 ) m. lim 𝑓 (𝑥 )
𝓍→−2+ 𝓍→2−

g. lim 𝑓 (𝑥 ) n. lim 𝑓(𝑥 )


𝓍→−2 𝓍→2

2. Tentukan (jika ada)


|𝑥|
a. lim
𝑥→𝑐 𝑥
|𝑥|
b. lim+ =1
𝑥→0 𝑥

3. Sketsa grafik dari


−𝑥 + 1, 𝑥<1
( )
𝑔 𝑥 = { 𝑥 − 1, 1 < 𝑥<2
2
5−𝑥 , 𝑥≥2
Kemudian carilah masing-masing yang berikut atau nyatakan jika tidak ada.
a. lim 𝑔(𝑥) c. lim 𝑔(𝑥)
𝑥→1 𝑥→2

b. 𝑔(1) d. lim 𝑔(𝑥)


𝑥→2+

3. Sifat-Sifat Limit
Beberapa sifat limit fungsi disajikan untuk membantu dalam menghitung nilai limit fungsi
yang rumit.
Teorema 3.1 (Teorema Limit Utama) Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, f dan
g adalah fungsi-fungsi yang mempunyai limit di c. Maka
1) lim 𝑘 = 𝑘
𝑥→𝑐

2) lim 𝑥 = 𝑐
𝑥→𝑐

3) lim 𝑘 ∙ 𝑓 (𝑥 ) = 𝑘 ∙ lim 𝑓 (𝑥 )
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

4) lim(𝑓(𝑥 ) ± 𝑔(𝑥 )) = lim 𝑓 (𝑥 ) ± lim 𝑔(𝑥 )


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

5) lim(𝑓(𝑥 ) ∙ 𝑔(𝑥 )) = [lim 𝑓 (𝑥 )] ∙ [lim 𝑔(𝑥 )]


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

61
𝑓 (𝑥 ) lim 𝑓(𝑥)
6) lim = 𝑥→𝑐 , asalkan lim 𝑔(𝑥 ) ≠ 0
𝑥→𝑐 𝑔(𝑥) lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑐
𝑥→𝑐

𝑛 𝑛
7) Untuk 𝑛 ∈ ℕ : a. lim(𝑓 (𝑥 )) = (lim 𝑓(𝑥 ))
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
−𝑛 −𝑛
b. lim(𝑓(𝑥 )) = (lim 𝑓 (𝑥 )) , asalkan lim 𝑓 (𝑥 ) ≠ 0
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

c. lim 𝑛√𝑓(𝑥 ) = 𝑛√lim 𝑓 (𝑥 ) asalkan untuk 𝑛 genap lim 𝑓 (𝑥 ) > 0.


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

Teorema 3.2. (Teorema Substitusi) Jika f suatu fungsi polinomial atau fungsi rasional maka
𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (𝑐 ) asalkan 𝑓 (𝑥 ) terdefinisi. Untuk kasus fungsi rasional nilai penyebut di c
𝑥→𝑐

tidak nol.
Contoh
1. lim (𝑥 2 − 5𝑥 + 4) = lim 𝑥 2 − lim 5𝑥 + lim 4
𝑥→1 𝑥→1 𝑥→1 𝑥→1

= lim 𝑥 2 − 5 lim 𝑥 + 4
𝑥→1 𝑥→1
2
=1 −5+4
=0
2. Tentukan (jika ada)
(2𝑥 2 −3𝑥−2)
a. lim
𝑥→2 𝑥−2
𝑥+1
b. lim
𝑥→−1 (𝑥 2 +2𝑥+1)
𝑥 2 +3
c. lim
𝑥→2 𝑥−2

Penyelesaian
0
a. Bentuk 0, maka fungsi harus difaktorkan

(2𝑥 2 − 3𝑥 − 2) (𝑥 − 2)(2𝑥 + 1)
⇒ lim = lim = lim (2𝑥 + 1) = 5
𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2
𝑥+1 𝑥+1
b. lim = lim
𝑥→−1 (𝑥 2 +2𝑥+1) 𝑥→−1 (𝑥+1)2
1
lim karena pembilang  0 dan penyebut mendekati nol, maka dikatakan
𝑥→−1 (𝑥+1)
1
lim ( )
tidak ada
𝑥→−1 𝑥+1

𝑥 2 +3 4+3 7
c. lim = = 0 = tidak ada
𝑥→2 𝑥−2 0

3. Tentukan:
a. lim √𝑥 − 1
𝑥→1

62
b. lim √𝑥 − 1
𝑥→3

√𝑥+3−2
c. lim
𝑥→1 √2−𝑥−𝑥
𝑥−4
d. lim
𝑥→4 √𝑥−2

Penyelesaian
𝑥|𝑥 − 1 ≥ 0
a. 𝐷𝑓 = {
𝑥|𝑥 ≥ 1
Limit dari arah kiri tidak ada, dari arah kanan nilai fungsinya 0, lim √𝑥 − 1 tidak
𝑥→1

terdefinisi
Jadi lim √𝑥 − 1 = tidak ada
𝑥→1

b. lim √𝑥 − 1 = √2 ⇒ √lim (𝑥 − 1) = √2
𝑥→3 𝑥→3

Ada karena lim √𝑥 − 1 > 0


𝑥→3

√𝑥+3−2 √𝑥+3−2 √𝑥+3+2


c. lim = lim ∙
𝑥→1 √2−𝑥−𝑥 𝑥→1 √2−𝑥−𝑥 √𝑥+3+2

(𝑥 + 3) − 4 1
= lim ∙
𝑥→1 √2 − 𝑥 − 𝑥 √𝑥 + 3 + 2
𝑥−1 (√2 − 𝑥 + 𝑥)
= lim ∙
𝑥→1 (√2 − 𝑥 − 𝑥)(√𝑥 + 3 + 2) (√2 − 𝑥 + 𝑥)
𝑥 − 1(√2 − 𝑥 + 𝑥)
= lim
𝑥→1 ((2 − 𝑥 ) − 𝑥 2 )(√𝑥 + 3 + 2)
𝑥 − 1(√2 − 𝑥 + 𝑥)
= lim
𝑥→1 (𝑥 − 1)(−𝑥 − 2)(√𝑥 + 3 + 2)
(√2 − 𝑥 + 𝑥)
= lim
𝑥→1 (−𝑥 − 2)(√𝑥 + 3 + 2)
(√2 − 1 + 1)
=
(−1 − 2)(√1 + 3 + 2)
2 1
= =−
−3(4) 6
𝑥−4 (√𝑥−2)(√𝑥+2)
d. lim = lim = lim √𝑥 + 2 = 4
𝑥→4 √𝑥−2 𝑥→4 √𝑥−2 𝑥→4

63
Teorema 3.3. (Teorema Apit) Misalkan f, g, dan h adalah fungsi-fungsi sehingga
f ( x)  g ( x)  h( x) untuk semua x di dalam interval terbuka yang memuat c, kecuali mungkin
di c. Jika 𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑥 ) = 𝑙𝑖𝑚 ℎ (𝑥 ) = 𝐿 maka 𝑙𝑖𝑚 𝑔(𝑥 ) = 𝐿.
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

Contoh
Diketahui |𝑔(𝑥 ) − 2| ≤ 3(𝑥 − 1)2 ,untuk setiap x. Gunakan Teorema Apit untuk menentukan
lim 𝑔(𝑥 ).
𝑥→1

Penyelesaian
|𝑔(𝑥 ) − 2| ≤ 3(𝑥 − 1)2
⟺ −3(𝑥 − 1)2 ≤ 𝑔(𝑥 ) − 2 ≤ 3(𝑥 − 1)2
⟺ 2 − 3(𝑥 − 1)2 ≤ 𝑔(𝑥 ) ≤ 3(𝑥 − 1)2 + 2
⟺ lim 2 − 3(𝑥 − 1)2 = 2|𝑔(𝑥 ) − 2| ≤ 3(𝑥 − 1)2
𝑥→1

⟺ lim 2 − 3(𝑥 − 1)2 = 2


𝑥→1

Jadi lim 𝑔(𝑥 ) = 2


𝑥→1

Teorema 3.4. (Teorema Limit Fungsi Trigonometri) Untuk setiap bilangan real 𝑐 dalam
daerah asal fungsi.
1) lim sin 𝑡 = sin 𝑐
𝑡→𝑐

2) lim cos 𝑡 = cos 𝑐


𝑡→𝑐

3) lim tan 𝑡 = tan 𝑐


𝑡→𝑐

4) lim cot 𝑡 = cot 𝑐


𝑡→𝑐

5) lim sec 𝑡 = sec 𝑐


𝑡→𝑐

6) lim cosec 𝑡 = cosec 𝑐


𝑡→𝑐

Teorema 4.5 (Teorema Limit Trigonometri Khusus)


sin 𝑡 𝑡
1) lim = lim sin 𝑡 = 1
𝑡→0 𝑡 𝑡→0
tan 𝑡 𝑡
2) lim = lim tan 𝑡 = 1
𝑡→0 𝑡 𝑡→0
1−cos 𝑡
3) lim = 0
𝑡→0 𝑡

64
Contoh
Hitunglah
𝑡
1. lim sin 2𝑡
𝑡→0
1−cos 𝑡
2. lim
𝑡→0 tan 𝑡
sin 5𝜃
3. lim tan 2𝜃
𝑡→0

Penyelesaian
𝑡 2𝑡 1 2𝑡
1. lim sin 2𝑡 = lim 2sin 2𝑡 = 2 lim sin 2𝑡
𝑡→0 𝑡→0 𝑡→0

Misalkan 𝑥 = 2𝑡 maka 𝑥 → 0 jika dan hanya jika 𝑡 → 0 . Lebih lanjut,


2𝑡 𝑥
lim = lim =1
𝑡→0 sin 2𝑡 𝑥→0 sin 𝑥

Sehingga diperoleh
𝑡 1 2𝑡 1 1
lim = lim = ∙1=
𝑡→0 sin 2𝑡 2 𝑡→0 sin 2𝑡 2 2
1−cos 𝑡
1−cos 𝑡 1−cos 𝑡 𝑡 𝑡 0
2. lim = lim ∙ 𝑡 = lim tan 𝑡 = lim 1 = 0
𝑡→0 tan 𝑡 𝑡→0 tan 𝑡 𝑡→0 𝑡
𝑡→0

sin 5𝜃 sin 5𝜃 2𝜃 1 sin 5𝜃 2𝜃 5𝜃 5 5


3. lim tan 2𝜃 = lim 5𝜃 = lim lim lim =1∙1∙2= 2
𝜃→0 𝜃→0 5𝜃 tan 2𝜃 2𝜃 𝜃→0 5𝜃 𝜃→0 tan 2𝜃 𝜃→0 2𝜃

LATIHAN
1. Hitunglah limit fungsi berikut jika ada.
a. lim (𝑥 2 − 20)
𝑥→5
𝑥+2
b. lim 𝑥−3
𝑥→0
𝑥 2 +2𝑥−8
c. lim
𝑥→2 𝑥 2 −4

𝑥 2 −4
d. lim
𝑥→2 3−√𝑥 2 +5
3
𝑢 ⁄2 −1
e. lim
𝑢→1 1−𝑢
1⁄ −1⁄
𝑥 2
f. lim
𝑥→2 𝑥−2
𝑥 𝑛 −𝑎𝑛
g. lim
𝑥→−𝑎 𝑥+𝑎
3
√1+𝑥−1
h. lim
𝑥→0 𝑥

2. Dengan Teorema Apit, tentukan:

65
𝑓 (𝑥 )
a. lim 𝑓 (𝑥 ) jika | 𝑥
| ≤ 1 untuk 𝑥 ≠ 0
𝑥→0

b. lim 𝑔(𝑥 ), jika diketahui |𝑔(𝑥 ) − 3| < 5(𝑥 + 2)2 , untuk setiap x.
𝑥→−2

3. Hitunglah
1−cos 𝑥
a. lim
𝑥→0 𝑥 sin 3𝑥
𝑥3
b. lim 3 sin22𝑥
𝑥→0
sin(𝑎−𝑥)
c. lim
𝑥→𝑎 𝑥−𝑎
𝑥 tan 5𝑥
d. lim cos 2𝑥−cos 7𝑥
𝑥→0
1 1
e. lim ( − )
𝑥→0 sin 𝑥 tan 𝑥

4. Limit Tak Hingga dan Limit Menuju Tak Hingga


Tinjau limit fungsi berikut.
2
lim
𝑥→0 𝑥 3
2
Untuk nilai-nilai 𝑥 yang cukup dekat dengan 0, maka nilai-nilai 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥3 diberikan pada

Tabel 4.1 berikut.


Tabel 4.1. Sebaran nilai 𝑓 (𝑥 ) untuk 𝑥 → 0
𝒙>𝟎 𝒙<𝟎
𝟐 𝟐
𝒙 𝒇 (𝒙 ) = 𝒙 𝒇 (𝒙 ) =
𝒙𝟑 𝒙𝟑
1 2 -1 -2
0,5 16 -0,05 -16.000
0,01 2.000.000 -0,01 -2.000.000
0,0001 2.000.000.000.000 -0,0001 -2.000.000.000.000
0,000005 16.000.000.000.000.000 -0,000005 -16.000.000.000.000.000

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa apabila nilai 𝑥 semakin dekat dengan 0, maka nilai
2 2
𝑓 (𝑥 ) = 𝑥3 menjadi semakin besar. Bahkan nilai 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥3 akan menjadi besar tak terbatas
2
apabila 𝑥 mendekati 0, baik dari sisi kiri maupun sisi kanan. Grafik fungsi 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥3 dapat

dilihat pada Gambar 4.3. berikut.

66
2
Gambar 4.3. Grafik fungsi 𝑓 (𝑥 ) = , 𝐷𝑓 = ℝ − {0}
𝑥3
2
Dalam hal ini, dikatakan bahwa limit 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥3 untuk 𝑥 mendekati 0 adalah tak hingga,

ditulis
2
lim =∞
𝑥→0 𝑥 3

Selanjutnya, diperoleh definisi berikut.


Definisi 4.1. 𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑥) = ∞ (atau 𝑙𝑖𝑚 𝑓 (𝑥 ) = −∞) jika untuk setiap bilangan real 𝑀 > 0
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

terdapat bilangan 𝛿 > 0 sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dengan sifat 0 < |𝑥 − 𝑐 | < 𝛿 berlaku
𝑓 (𝑥 ) > 𝑀 (atau 𝑓 (𝑥 ) < −𝑀).
Contoh
3
1. lim =∞
𝑥→−2 |𝑥+2|
1
2. lim =∞
𝑥→1 (𝑥−1)3

Dalam berbagai aplikasi sering dijumpai kasus bagaimana nilai 𝑓 (𝑥 ) apabila nilai 𝑥 cukup
1
besar. Sebagai contoh, bagaimana nilai 𝑓 (𝑥 ) = 2+𝑥 apabila nilai 𝑥 cukup besar? Perhatikan

Tabel 4.2. berikut.


Tabel 4.2. Sebaran nilai 𝑓 (𝑥 ) untuk 𝑥 → ∞
𝟏
𝒙 𝒇 (𝒙 ) =
𝟐+𝒙
10 0,083333
100 0,009804
1000 0,000998

67
𝟏
𝒙 𝒇 (𝒙 ) =
𝟐+𝒙
10000 0,000100
100000 0,000010
1000000 0,000001
Dari Tabel 4.2. terlihat bahwa, semakin besar nilai 𝑥, maka nilai 𝑓(𝑥) semakin kecil
mendekati 0. Dalam hal ini dikatakan
1
lim =0
𝑥→∞ 2 + 𝑥

Selanjutnya, diperoleh definisi berikut.


Definisi 4.2. 𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑥) = 𝐿 (atau 𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑥) = 𝐿 ) jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑀 > 0
𝑥→∞ 𝑥→−∞

sehingga untuk setiap 𝑥 > 𝑀 (atau 𝑥 < −𝑀) berlaku |𝑓 (𝑥 ) − 𝐿| < 𝜀.


Contoh
Hitung
𝑥 2 +𝑥−7
1. lim
𝑥→∞ 𝑥 3 −7𝑥 2+5
3𝑥 4
2. lim
𝑥→−∞ 1+𝑥 4

Penyelesaian.
1. Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan 𝑥 3 (pangkat tertinggi), diperoleh
𝑥2 + 𝑥 − 7 1 1 7
𝑥2 + 𝑥 − 7 3 (𝑥 + 2 − 3 ) (0 + 0 − 0)
lim = lim 3 𝑥 = lim 𝑥 𝑥 =
𝑥→∞ 𝑥 3 − 7𝑥 2 + 5 𝑥→∞ 𝑥 − 7𝑥 2 + 5 𝑥→∞ 7 5 (1 − 0 + 0)
(1 − +
𝑥 𝑥3 )
𝑥3
=0
2. Dengan membagi pembilang dan penyebut dengan 𝑥 4 (pangkat tertinggi), diperoleh

4
3𝑥 4
3𝑥 𝑥 4 = lim 3 3
lim = lim = =3
𝑥→−∞ 1 + 𝑥 4 𝑥→−∞ 1 + 𝑥 4 𝑥→−∞ 1 0+1
+ 1
𝑥4 𝑥4

LATIHAN
Untuk soal 1-6 tentukan nilai limitnya jika ada. Jika tidak ada terangkan alasannya.
1. lim √2 − 𝑥
𝑥→2−
1
2. lim
𝑥→2 (𝑥−2)2
𝑥+2
3. lim
𝑥→−2 |𝑥+2|

68
7𝑥 2 −5𝑥+11
4. lim
𝑥→−∞ 3𝑥 5 +4𝑥 2−11𝑥+21

5. lim (√𝑥 2 − 1 − √𝑥 2 + 2𝑥)


𝑥→∞
𝑥2 𝑥2
6. lim (2𝑥−1 − )
𝑥→∞ 2𝑥+1

7. Tentukan lim 𝑓(𝑥), lim 𝑓(𝑥) dan lim 𝑓(𝑥) jika diberikan
𝑥→−1 𝑥→0 𝑥→3
2𝑥 − 1, 𝑥≤0
2
𝑥 + 3𝑥
𝑓 (𝑥 ) = { , 0<𝑥<3
𝑥 2 − 3𝑥
−5𝑥 + 1, 𝑥≥3

69
70
1
BAB I KEKONTINUAN FUNGSI

1. Pengertian Kontinu Fungsi


Kadang-kadang nilai 𝑓 (𝑥 ) sama dengan 𝑓 (𝑐 ). Pada kenyataannya, mesikpun 𝑓 (𝑐 ) tidak
terdefinisikan akan tetapi lim 𝑓 (𝑥 ) mungkin ada. Apabila lim 𝑓(𝑥 ) = 𝑓(𝑐) maka dikatakan
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

fungsi 𝑓 kontinu di 𝑐.
Definisi 1.1. (Definisi Kontinu di Satu Titik) Fungsi f dikatakan kontinu di c jika 𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑥 ) =
𝑥→𝑐

𝑓 (𝑐 )
Definisi di atas secara implisit mensyaratkan tiga hal agar fungsi f kontinu di c yaitu:
i. 𝑓 (𝑐 ) ada
ii. lim 𝑓(𝑥 ) harus ada
𝑥→𝑐

iii. lim 𝑓(𝑥 ) = 𝑓 (𝑐 )


𝑥→𝑐

Tidak kontinu Tidak kontinu di c Tidak kontinu Kontinu


di c karena lim karena di c karena f(x)
𝑓(𝑥 ) tidak ada lim 𝑓(𝑥 ) ≠ 𝑓 (𝑐 ) tidak ada

Untuk lebih memahami konsep kontinu fungsi, berikut diberikan contoh.


Contoh
1. Periksa kekontinuan fungsi f di 𝑥 = 2 dan 𝑥 = 4 untuk
𝑥 − 1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 0 ≤ 𝑥 < 2
𝑓 (𝑥 ) = { 𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 2 ≤ 𝑥 ≤ 4
3𝑥 + 4, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 > 4
Penyelesaian
❖ Untuk 𝑥 = 2
i. 𝑓 (2) = 22 = 4
lim 𝑓 (𝑥 ) harus ada
𝑥→2

ii. lim 𝑓 (𝑥 ) = lim (𝑥 − 1) = 2 − 1 = 1


𝑥→2− 𝑥→2

lim 𝑓 (𝑥 ) = lim (𝑥 2 ) = 22 = 4
𝑥→2+ 𝑥→2

lim 𝑓 (𝑥 ) ≠ lim+ 𝑓 (𝑥 )
𝑥→2− 𝑥→2

2
Karena lim 𝑓(𝑥 ) tidak ada, maka 𝑓 (𝑥 ) tidak kontinu di 𝑥 = 2
𝑥→2

❖ Untuk 𝑥 = 4
i. 𝑓 (4) = 42 = 16
ii. lim 𝑓(𝑥 ) = lim− 𝑥 2 = 16 = lim+ 3𝑥 + 4 = lim+ 𝑓 (𝑥 )
𝑥→4− 𝑥→4 𝑥→4 𝑥→4

iii. lim 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (4) = 16


𝑥→2

Jadi 𝑓 (𝑥 ) kontinu di 𝑥 = 4

𝑥 2 −1
2. Diberikan 𝑓 (𝑥 ) = . Apakah 𝑓 kontinu di 𝑥 = 1? Jika tidak, definisikan fungsi 𝑓 agar
𝑥−1

kontinu di 𝑥 = 1.
Penyelesaian
𝑓 tidak kontinu di 𝑥 = 1 karena 𝑓 (1) tidak ada/tidak terdefinisi.
Agar 𝑓 kontinu di 𝑥 = 1 maka didefinisikan fungsi sebagai berikut
𝑥2 − 1
𝑓 (𝑥 ) = { 𝑥 − 1 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≠ 1
2, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 = 1
𝑓 (𝑥 ) kontinu di 𝑥 = 1
3. Tentukan konstanta a dan b agar 𝑓 kontinu di 𝑥 = 0 dan di 𝑥 = 1 dengan
−1, 𝑥≤0
𝑓(𝑥 ) = {𝑎𝑥 + 𝑏, 0<𝑥<1
1, 𝑥≥1
Penyelesaian
Agar 𝑓 kontinu di 𝑥 = 0, maka haruslah lim− 𝑓 (𝑥 ) = lim+ 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (0)
𝑥→0 𝑥→0

⇒ lim−(−1) = lim+(𝑎𝑥 + 𝑏) = −1
𝑥→0 𝑥→0

−1 = 𝑎 ∙ 𝑐 + 𝑏 = −1
𝑏 = −1 (1)
Agar 𝑓 kontinu di 𝑥 = 1 maka haruslah lim− 𝑓 (𝑥 ) = lim+ 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(1)
𝑥→1 𝑥→1

⇒ lim− 𝑎𝑥 + 𝑏 = lim+ (1) = 1


𝑥→1 𝑥→1

𝑎+𝑏=1 (2)
Dari (1) dan (2) diperoleh
𝑎+𝑏 = 1
𝑎−1=1
∴𝑎=2

3
Definisi 2.1. (Kekontinuan Pada Selang)
1) 𝑓 kontinu pada selang buka (𝑎, 𝑏) jika 𝑓 kontinu di setiap titik pada (𝑎, 𝑏)
2) 𝑓 kontinu pada selang tutup [𝑎, 𝑏], jika
o 𝑓 kontinu pada (𝑎, 𝑏)
o 𝑓 kontinu kanan pada 𝑎 yaitu 𝑙𝑖𝑚+ 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(𝑎)
𝑥→𝑎

o 𝑓 kontinu kiri pada 𝑏 , yaitu 𝑙𝑖𝑚− 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(𝑏)


𝑥→𝑎

Contoh
Tentukan konstanta 𝑎 dan 𝑏 agar:
𝑎𝑥 2 +𝑏
, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 2
𝑓 (𝑥 ) = { 𝑥−2
2 − 3𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 2
kontinu pada ℜ
Penyelesaian
Dari 𝑥 ≠ 2, yaitu (−∞, 2), 𝑓 kontinu (𝑓 fungsi rasional) dan di (2, ∞) , 𝑓 kontinu, karena 𝑓
fungsi polinomial.
Agar 𝑓 kontinu di 𝑥 = 2 maka
lim 𝑓 (𝑥 ) = lim+ 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (2)
𝑥→2− 𝑥→2
2
𝑎𝑥 + 𝑏
lim− = lim+(2𝑥 − 3) = −4
𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2
𝑎𝑥 2 +𝑏
Agar lim− , maka lim− 𝑎𝑥 2 + 𝑏 = 0
𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2

⟹ 4𝑎 + 𝑏 = 0 ⟹ 𝑏 = −4𝑎 (1)
𝑎𝑥 2 +𝑏 𝑎𝑥 2 +4𝑎 𝑎(𝑥−2)(𝑥+2)
Sehingga lim− = lim− = lim−
𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2 𝑥−2 𝑥→2 𝑥−2

⟹ lim− 𝑎(𝑥 + 2) = 4𝑎
𝑥→2

Jadi 4𝑎 = −4 ⟹ 𝑎 = −1 (2)
Dari (1) dan (2) diperoleh
𝑏 = −4𝑎 = −4(−1) = 4

2.1 Sifat-sifat Kekontinuan Fungsi


Berikut ini disajikan beberapa sifat tentang kekontinuan fungsi.
Teorema 2.1.
1) Fungsi polinomial kontinu di setiap bilangan real
2) Fungsi rasional kontinu di setiap bilangan real yang tidak membuat penyebutnya
bernilai nol.
4
3) Fungsi nilai mutlak kontinu di setiap bilangan real
𝑛
4) Fungsi 𝑓 (𝑥 ) = √𝑥 kontinu di:
a) Setiap bilangan real 𝑥 (jika 𝑛 ganjil)
b) Setiap bilangan real positif (jika 𝑛 genap)
𝑓
Teorema 2.2. Jika 𝑓 dan 𝑔 kontinu di 𝑐, maka 𝑘𝑓, 𝑓 ± 𝑔, 𝑓 ∙ 𝑔, ⁄𝑔 (asalkan (𝑐 ) ≠ 0 ) dan
𝑛
√𝑓 (asalkan 𝑓 (𝑐 ) > 0 bila 𝑛 genap) juga kontinu di 𝑐.

Contoh
3
Diberikan fungsi 𝑔(𝑥 ) = (𝑥 2 + 5𝑥 − 1) √4𝑥 − 1 . Selidiki apakah 𝑔 kontinu?
Penyelesaian
Fungsi 𝑔 kontinu di setiap bilangan real karena 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 + 5𝑥 − 1 fungsi polinom dan
3
ℎ(𝑥 ) = √4𝑥 − 1 kontinu di setiap bilangan real.

Teorema 2.3. (Teorema Limit Komposit)


1. Jika 𝑙𝑖𝑚 𝑔(𝑥 ) = 𝐿 dan 𝑓 kontinu di 𝐿, maka
𝑥→𝑐

𝑙𝑖𝑚 𝑓(𝑔(𝑥 )) = 𝑓 (𝑙𝑖𝑚 𝑔(𝑥 )) 𝐿 = 𝑓 (𝐿) = 𝐿


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

2. Jika 𝑔 kontinu di 𝑐 dan 𝑓 kontinu di (𝑥 ) , maka 𝑓 ∘ 𝑔 kontinu.

Contoh
1. Misalkan
1 − 2𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 1
𝑓 (𝑥 ) = {
𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 1
𝑥 2, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0
𝑔 (𝑥 ) = {
𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
Tentukan lim f ( g ( x) )
x→ c

Penyelesaian
lim 𝑔(𝑥 ) = 0
𝑥→0−

lim 𝑔(𝑥 ) = 0
𝑥→0+

∴ lim 𝑔(𝑥 ) = 0
𝑥→0

Selanjutnya periksa apakah f kontinu di L = 0


lim 𝑓 (𝑥 ) = 1
𝑥→0−

5
lim 𝑓 (𝑥 ) = 1
𝑥→0+

𝑓(0) = 1
∴ lim 𝑓 (𝑔(𝑥)) = 𝑓 (0) = 1
𝑥→0

1 − 2𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 1


2. Tentukan lim (𝑓°𝑔)(𝑥) dengan 𝑓 (𝑥 ) = { dan 𝑔(𝑥 ) =
𝑥→0 𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 1
𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0
{
𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
Penyelesaian
lim 𝑔(𝑥 ) = lim− 𝑥 2 = 0 Teorema tidak dapat digunakan
𝑥→0− 𝑥→0

lim 𝑔(𝑥 ) = lim+ 1 + 𝑥 = 1


𝑥→0+ 𝑥→0

1 − 2𝑔(𝑥 ), 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ∈ 𝐷𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥 ) < 1


(𝑓 ° 𝑔)(𝑥 ) = {
𝑔(𝑥 ), 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ∈ 𝐺𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥 ) ≥ 1
1 − 2(𝑥 2 ), 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 2 < 1
1 − 2(1 + 𝑥 ), 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 1 + 𝑥 < 1
=
𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 2 ≥ 1
{ 1 + 𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 1 + 𝑥 ≥ 1
1 − 2(𝑥 2 ), 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0 𝑑𝑎𝑛 − 1 < 𝑥 < 1
1 − 2(1 + 𝑥 ), 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 < 0
= 2
𝑥 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 < 0 𝑑𝑎𝑛 (𝑥 ≤ −1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ≥ 1
{ 1 + 𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ≥ 0
1 − 2𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 − 1 < 𝑥 < 0
={ 𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≤ −1
1 + 𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
1 + 𝑥, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≥ 0
= {1 − 2𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 − 1 < 𝑥 < 0
𝑥 2 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ≤ −1
lim (𝑓 ° 𝑔)(𝑥 ) = 1
𝑥→0−

lim (𝑓 ° 𝑔)(𝑥 ) = 1
𝑥→0+

Teorema 2.4. (Teorema Nilai Antara (TNA)) Jika 𝑓 kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑤 bilangan
diantara 𝑓(𝑎) dan (𝑏) , maka terdapat sebuah bilangan 𝑐 diantara 𝑎 dan 𝑏 sehingga 𝑓(𝑐 ) =
𝑤.
Contoh
1. Dengan menggunakan TNA, tunjukkan bahwa bilangan yang memenuhi persamaan 𝑥 3 +
𝑥 2 − 2𝑥 = 1 terletak pada [−1,1]

6
Penyelesaian
Karena 𝑓 fungsi polinomial, maka 𝑓 kontinu pada [−1,1]
𝑓 (−1) = −1 + 1 + 2 = 2
𝑓 (1) = 1 + 1 − 2 = 0
𝑤 = 1 diantara 2 dan 0
Menurut TNA terdapat c diantara -1 dan 1 sehingga 𝑓 (𝑐 ) = 1
2. Misal fungsinya 𝑥 3 + 𝑥 2 − 2𝑥 − 1 = 0
Karena 𝑓 fungsi polinomial maka 𝑓 kontinu pada [−1,1]
𝑓 (−1) = 1 disini dengan 𝑤 diantara 𝑓(−1) dan 𝑓(1)
𝑓 (1) = −1 jadi menurut TNA, terdapat 𝑐 diantara -1 dan 1 sehingga 𝑓 (𝑐 ) = 𝑤
Dengan menggunakan TNA, tunjukkan bahwa 𝑥 3 + 𝑥 2 − 2𝑥 = 0 mempunyai akar real
diantara 𝑐 dan 1.
Catatan: 𝑐 disebut akar 𝑓 jika 𝑓 (𝑐 ) = 0
Penyelesaian
Karena 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 3 + 𝑥 2 − 2𝑥 fungsi polinomial maka 𝑓 kontinu pada [0,1]
𝑓 (0) = −2 𝑓 (1) = 2
Jadi 𝑤 = 0 diantara 𝑓(0) dan 𝑓(1) menurut TNA, terdapat 𝑐 diantara 0 dan 1 , sehingga
𝑓 (𝑐 ) = 0
Misalkan dituliskan sebagai 𝑥 3 + 𝑥 2 = 2 mempunyai AKAR real diantara 0 dan 1, maka
haruslah 𝑓 (𝑐 ) = 0
LATIHAN
Untuk soal 1-6, nyatakan apakah fungsi yang ditunjukkan kontinu atau tidak di titik yang
diberikan, jika tidak jelaskan sebabnya.
𝑥+4
1. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥−2 ; −2, 0
𝑥 2 −4𝑥+4
2. 𝑓 (𝑥 ) = ; 2, −2
6
𝑥−3
3. 𝑔(𝑥 ) = 𝑥2 −9 ; 3, −3
3
4. ℎ(𝑥 ) = 𝑥2 +4 ; 2, −2
𝑥 + 2, 𝑥 ≥ 2
5. 𝐹 (𝑥 ) = { ; 2, 0
𝑥 2, 𝑥 < 2
1
, 𝑥≠0
6. 𝑓 (𝑥 ) = {𝑥 ; 0, −1
0, 𝑥 = 0
Untuk soal 7-13, tentukan titik-titik dimana, jika memang ada, fungsi berikut diskontinu

7
7. 𝑓 (𝑥 ) = 2𝑥 2 − 3
𝑥 2 +3𝑥−4
8. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥+4
2
(𝑥 2 −1)
9. 𝑓 (𝑥 ) = 5
𝑥4
10. 𝑓 (𝑥 ) =
𝑥 4 −1
2𝑥 + 1, 𝑥 ≥ −1
11. 𝑝(𝑥 ) = {
1, 𝑥 < −1
𝑥 − 3, 𝑥 > 2
12. ℎ(𝑥 ) = {
3 − 2𝑥, 𝑥 < 2
𝑥, 𝑥 < 0
13. 𝐹 (𝑥 ) = { 2𝑥, 0 ≤ 𝑥 ≤ 1⁄3
3𝑥 2 , 𝑥 > 1⁄3

Untuk soal 14-15, tentukan nilai 𝑎 dan 𝑏 agar fungsi-fungsi berikut kontinu pada ℝ.
𝑎𝑥 2 −3
, 𝑥 > −5
14. 𝑓 (𝑥 ) = { 𝑥+5
𝑏𝑥 + 2, 𝑥 ≤ −5
tan 𝑎𝑥
, 𝑥<0
tan 𝑏𝑥
15. 𝑔(𝑥 ) = { 4, 𝑥 = 0
𝑎𝑥 + 𝑏, 𝑥 > 0
2𝑥, 0 ≤ 𝑥 ≤ 3
16. Jika 𝑓(𝑥 ) = { maka tunjukkan bahwa 𝑓 kontinu pada [0,7]
15 − 𝑥 2 , 3 < 𝑥 ≤ 7
17. Gunakan Teorema Nilai Antara untuk membuktikan bahwa 𝑥 3 + 3𝑥 − 2 = 0
mempunyai suatu penyelesaian real antara 0 dan 1.

8
BAB II TURUNAN

A. Turunan Fungsi Aljabar .


A. 1. Defenisi Turunan
Turunan (derevative) dari suatu fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) terhadap 𝑥 pada titik 𝑥 = 𝑥0
didefenisikan sebagai berikut :

𝑑𝑦 ∆𝑦 𝑓(𝑥+∆𝑥)−𝑓(𝑥)
= 𝑓 ′ (𝑥0 ) = lim = lim Jika limit ini ada
𝑑𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

Bukti ambil 𝑦 = 𝑓(𝑥) pada titik 𝑥 = 𝑥0


𝑦 + y = 𝑓(𝑥 + 𝑥)
𝑦 = 𝑓 (𝑥 + 𝑥 ) – 𝑦
𝑦 = 𝑓(𝑥 + 𝑥) – 𝑓(𝑥)
y f ( x + x) − f ( x)
lalu kita bagi dengan 𝑥 diperoleh : = kemudian ambil limit 𝑥
x x
mendekati 0 maka
y f ( x + x) − f ( x)
Lim = Lim jika 𝑥 = 𝑥0 maka turunan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥)
x →0 x x →0 x

adalah

𝑑𝑦 ∆𝑦 𝑓(𝑥+∆𝑥)−𝑓(𝑥)
𝑑𝑥
= 𝑓 ′ (𝑥0 ) = lim = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
terbukti.

Dalam mencari turunan biasanya indeks 0 dilenyapkan (dihilangkan) dan turunan fungsi 𝑦 =
𝑓(𝑥) terhadap 𝑥 adalah

𝑑𝑦 ∆𝑦 𝑓(𝑥+∆𝑥)−𝑓(𝑥)
𝑑𝑥
= 𝑓 ′ (𝑥 ) = lim = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

Fungsi 𝑓 dikatakan diferensiabel (dapat dideferensialkan) pada 𝑥0 jika turunan 𝑓 ′(𝑥0 ) ada.
Sebuah fungsi dikatakan diferensiabel pada sebuah himpunan jika fungsi itu diferensiabel
pada setiap titik dari himpunan tersebut. Proses mendapatkan turunan sebuah fungsi disebut
diferensiasi.

Contoh 1. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑥, tentukan turunan dari 𝑓


Penyelesaian 1 :
𝑑𝑦 ∆𝑦 𝑓(𝑥+∆𝑥)−𝑓(𝑥) (𝑥+∆𝑥)−𝑥 ∆𝑥
= 𝑓 ′ (𝑥 ) = lim = lim = lim = lim =1
𝑑𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

9
Contoh 2. Dapatkan turunan dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 2
Penyelesaian 2.
(𝑥+∆𝑥)2−𝑥 2 𝑥 2 +2𝑥∆𝑥+(∆𝑥)2 −𝑥 2 2𝑥∆𝑥+(∆𝑥)2
𝑓 ′(𝑥 ) = lim = lim = lim = 2𝑥
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

Contoh 3. dapatkan 𝑓(𝑥) = 𝑥 3


Penyelesaian 3.
(𝑥 + ∆𝑥 )3 − 𝑥 3 𝑥 3 + 3𝑥 2 ∆𝑥 + 3𝑥(∆𝑥)2 + (∆𝑥)3 − 𝑥 3
𝑓 ′(𝑥 ) = lim = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
2 2
3𝑥 + 3𝑥∆𝑥 + (∆𝑥)
𝑓 ′(𝑥 ) = lim = 3𝑥 2
∆𝑥→0 ∆𝑥

… … …
… … …
… … …

∆𝑦 𝑓 (𝑥 + ∆𝑥 )𝑛 − 𝑓(𝑥)𝑛
𝑓 ′(𝑥 ) = lim = lim = 𝑛𝑥 𝑛−1
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

Bukti :
Jika 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 𝑛 maka,

∆𝑦 𝑓 (𝑥 + ∆𝑥 )𝑛 − 𝑓(𝑥)𝑛
𝑓 ′(𝑥 ) = lim = lim =
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

𝑛 𝑛
∆𝑦 𝐶 𝑥 𝑛−𝑖 ∆𝑥 𝑖 − 𝑥 𝑛
lim = lim ∑ 𝑖
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
𝑖=1
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
∆𝑦 𝐶 𝑥 𝑛 + 𝐶 𝑥 𝑛−1 ∆𝑥 + 𝐶 𝑥 𝑛−2 ∆𝑥 2 + ⋯ + 𝐶 ∆𝑥 𝑛 − 𝑥 𝑛
lim = lim 0 1 2 𝑛
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
𝑛(𝑛 − 1) 𝑛−2 2 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) 𝑛−3 3
𝑥 𝑛 + 𝑛𝑥 𝑛−1 ∆𝑥 + 2! 𝑥 ∆𝑥 + 𝑥 ∆𝑥 + ⋯ + ∆𝑥 𝑛 − 𝑥 𝑛
= lim 3!
∆𝑥→0 ∆𝑥
𝑛 ( 𝑛 − 1 ) 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) 𝑛−3 3
∆𝑦 𝑛𝑥 𝑛−1 ∆𝑥 + 2! 𝑥 𝑛−2
∆𝑥 2
+ 3! 𝑥 ∆𝑥 + ⋯ + ∆𝑥 𝑛
lim = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
∆𝑦 𝑛 ( 𝑛 − 1) 𝑛 ( 𝑛 − 1)(𝑛 − 2) 𝑛−3 2
lim = lim 𝑛𝑥 𝑛−1 + 𝑥 𝑛−2 ∆𝑥 + 𝑥 ∆𝑥 + ⋯ + ∆𝑥 𝑛−1
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 2! 3!

∆𝑦
𝑓 ′(𝑥 ) = lim = 𝑛𝑥 𝑛−1 + 0 + 0 + ⋯ + 0 = 𝒏𝒙𝒏−𝟏 ∎
∆𝑥→0 ∆𝑥
Terbukti :
Atau dapat dibuktikan dengana cara lain. Perhatikan :

𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 maka 𝑓 ′(𝑥 ) = 1𝑥 0

10
𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 maka 𝑓 ′(𝑥 ) = 2𝑥

𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 maka 𝑓 ′(𝑥 ) = 3𝑥 2

⋮ ⋮
𝒇(𝒙) = 𝒙𝒏 maka 𝒇′ (𝒙) = 𝒏𝒙𝒏−𝟏

𝑑𝑦
Simbol turunan dapat ditulis sebagai berikut : 𝑑𝑥 = 𝑦 ′ = 𝑓 ′(𝑥 ) = 𝐷𝑥

A. 2. Beberapa Rumus Turunan :

Diassumsikan c dan n adalah konstanta, maka 𝑢, 𝑣, dan 𝑤 adalah fungsi yang dapat diturunkan
terhadap 𝑥
𝑑 (𝑐 )
1. 𝑑𝑥
= 0 catatan bahwa turunan konstanta adalah nol
𝑑 (𝑥 )
2. =1
𝑑𝑥
𝑑 (𝑥 𝑛 )
3. 𝑑𝑥
= 𝑛𝑥 𝑛−1
𝑑 1 1
4. ( )= ; (𝑥 ≠ 0)
𝑑𝑥 𝑥 𝑥2
𝑑 𝑑𝑢
5. (𝑐𝑢) = 𝑐
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 (𝑢±𝑣±𝑤±⋯ ) 𝑑 (𝑢 ) 𝑑 (𝑣 ) 𝑑 (𝑤 )
6. = ± ± ±⋯
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 (𝑢.𝑣) 𝑑(𝑢) 𝑑(𝑣)
7. 𝑑𝑥
= 𝑣+𝑢 = 𝑢′ 𝑣 + 𝑢𝑣 ′
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(𝑢) 𝑑(𝑣)
𝑑 𝑢 𝑣−𝑢 𝑢′ 𝑣−𝑢𝑣 ′
𝑑𝑥 𝑑𝑥
8. (𝑣 ) = =
𝑑𝑥 𝑣2 𝑣2

Catatan ∶
𝑑𝑢
𝑢′ = adalah turunan pertama 𝑢 terhadap 𝑥
𝑑𝑥
𝑑𝑣
𝑣′ = adalah turunan pertama 𝑣 terhadap 𝑥
𝑑𝑥

a. Contoh-contoh Kasus
𝑑𝑦
Contoh. 1. Tentukan 𝑑𝑥 ; jika 𝑦 = 4𝑥 2 + 2𝑥 + 3
Penyelesaian :
𝑦 = 4𝑥 2 + 2𝑥 + 3
𝑑𝑦
𝑑𝑥
= 4.2𝑥 2−1 + 2(1)𝑥 1−1 + 0 = 8𝑥 + 2(1) = 8𝑥 + 2∎

𝑑𝑦
Contoh. 2. Tentukan ; jika 𝑦 = 4𝑥 5 + 4𝑥 4 − 10𝑥 2 − 6
𝑑𝑥
Penyelesaian :
𝑦 = 4𝑥 5 + 4𝑥 4 − 10𝑥 2 − 6

11
𝑑𝑦
= 4.5𝑥 5−1 + 4.4𝑥 4−1 − 10.2𝑥 2−1 − 0 = 20𝑥 4 + 16𝑥 3 − 20𝑥 1 ∎
𝑑𝑥

𝑑𝑦
Contoh. 3. Tentukan 𝑑𝑥 ; jika 𝑦 = 5𝑥 2/5 + 3𝑥 2/3 − 7𝑥 2/7 − 16
Penyelesaian :
2 5 2 3 2 7 2
𝑦 = 5𝑥 2/5 + 3𝑥 2/3 − 7𝑥 7 − 16 = 𝑥 5−1 + 𝑥 3−1 − 𝑥 7−1 − 0
2 2 2
−1 −1 −1
5 3 7
2 2 2
𝑑𝑦 2 2 2
= 5 (5) 𝑥 5−1 + 3 (3) 𝑥 3−1 − 7 (7) 𝑥 7 −1 = 2𝑥 −3/5 + 2𝑥 −1/3 − 2𝑥 −5/7
𝑑𝑥
2 2 2
Dapat ditulis sebagai berikut : 𝑦 ′ = 5 +3 −7 ∎
√𝑥 3 √𝑥 √𝑥 5

𝑑𝑦
Contoh. 4. Tentukan 𝑑𝑥 ; jika 𝑦 = (𝑥 − 5)2
Penyelesaian :
𝑦 = 𝑥 2 − 10𝑥 + 25
𝑑𝑦
= 2𝑥 2−1 − 10(1)𝑥 1−1 + 0 = 2𝑥 − 10 ∎
𝑑𝑥

Contoh. 5. Tentukan 𝑦 ′ = 𝑒 𝑥 (𝑥 + 2)
Penyelesaian : gunakan rumus 7
Misalkan
𝑢 = 𝑒𝑥 𝑣 = 𝑥+2
′ 𝑥
𝑢 =𝑒 𝑣′ = 1
𝑦 ′ = 𝑢′ 𝑣 + 𝑢𝑣 ′ = 𝑒 𝑥 (𝑥 + 2) + 𝑒 𝑥 (1) = 𝑥𝑒 𝑥 + 2𝑒 𝑥 + 𝑒 𝑥 = 𝑥𝑒 𝑥 + 3𝑒 𝑥 = 𝑒 𝑥 (𝑥 + 3)∎

𝑒𝑥
Contoh. 6. Tentukan 𝑦 ′ = 𝑥+2
Penyelesaian :
Dari contoh 5 diperoleh : 𝑢 = 𝑒𝑥 𝑣 =𝑥+2
′ 𝑥
𝑢 =𝑒 𝑣′ = 1

𝑢′ 𝑣 − 𝑢𝑣 ′ 𝑒 𝑥 (𝑥 + 2) − 𝑒 𝑥 (1) 𝑥𝑒 𝑥 − 𝑒 𝑥 𝑒 𝑥 (𝑥 − 1)
𝑦 = = = = ∎
𝑣2 (𝑥 + 2)2 (𝑥 + 2)2 (𝑥 + 2)2

b. Latihan - Latihan
Tentukan 𝑦 ′ dari fungsi berikut ini :
1. 𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 2 − 𝑥 + 2 6. 𝑦 = (𝑥 − 1)2 (𝑥 − 2)
2. 𝑦 = 3𝑥 2 − 2𝑥 − 1 7. 𝑦 = (𝑥 2 − 3)3 (5𝑥 + 4)
3 2 (𝑥 2 +3)
3
3. 𝑦 = 𝑥2 − 𝑥 − 1 8. 𝑦 = (𝑥−4)
1 2
4. 𝑦 = 𝑥3 − 𝑥2 − 5 (𝑥 2 +3)
9. 𝑦 = (𝑥+7)4
5. 𝑦 = (5𝑥 − 4)2 (5𝑥 + 4)
𝑒 2𝑥 (𝑥 2 −1)
10. 𝑦 = (𝑥+1)4

12
C. Turunan Fungsi Transeden :
Turunan fungsi transendan adalah turunan yang bukan fungsi Aljabar seperti :
B. 1. Turunan trigonometri
𝑑 𝑑
1. (𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑥 ) = 𝑎cos 𝑥 6. (𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑥 ) = −𝑎𝑐𝑜sec2 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑
2. (𝑐𝑜𝑠 𝑎𝑥 ) = −𝑎sin 𝑥 7. (sinh 𝑎𝑥 ) = 𝑎𝑐𝑜𝑠ℎ a𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑
3. (𝑠𝑒𝑐 𝑎𝑥 ) = 𝑎sec a𝑥 tan 𝑎𝑥 8. (cosh 𝑎𝑥 ) = 𝑎𝑠𝑖𝑛ℎ a𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑
4. (𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑎𝑥 ) = −𝑎𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 a𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑥 9. (sech 𝑎𝑥 ) = −𝑠𝑒𝑐ℎ a𝑥 tanh 𝑎𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑
5. (𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑥 ) = asec 2 a𝑥 10. 𝑑𝑥 (cosech 𝑎𝑥 ) =
𝑑𝑥
−𝐶𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ a𝑥 Cotanh 𝑎𝑥

Rumus yang berkaitan dengan fungsi hyperbolikus


a. 𝐶𝑜𝑠ℎ2 𝑥 − 𝑆𝑖𝑛ℎ2 𝑥 = 1
b. 1 − 𝑇𝑎𝑛ℎ2 𝑥 = 𝑆𝑒𝑐ℎ2 𝑥
c. 𝐶𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ2 𝑥 − 1 = 𝐶𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ2 𝑥
𝑒 𝑥 − 𝑒 −𝑥
d. 𝑆𝑖𝑛ℎ 𝑥 = 2
𝑒 𝑥 + 𝑒 −𝑥
e. 𝐶𝑜𝑠ℎ 𝑥 = 2

a. Contoh – Contoh Kasus


Contoh 7. Tentukan 𝑦 ′ Jika y = sec 2𝑥 − sin 3𝑥 + cos 4𝑥
Penyelesaian :
y = sec 2𝑥 − sin 3𝑥 + cos 4𝑥
y′ = 2 sec 2𝑥 cos 2𝑥 − 3 cos 3𝑥 − 4 sin 4𝑥 ∎

Contoh 8. Tentukan 𝑦 ′ Jika f(x) = cosec 3𝑥 − cotan 3𝑥 + cos 5𝑥


Penyelesaian : Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥) maka
f(x) = cosec 3𝑥 − cotan 3𝑥 + cos 5𝑥
f ′ (x) = −3cosec 3𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 3𝑥 + 3 cosec2 3𝑥 − 5 sin 5𝑥 ∎

Contoh 9. Tentukan 𝑦 ′ jika 𝑓(𝑥) = cosech 3𝑥 − cotanh 3𝑥 + sinh 5𝑥


Penyelesaian : Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥) maka
𝑓(𝑥) = cosech 3𝑥 − cotanh 3𝑥 + sinh 5𝑥
𝑓 ′(𝑥) = −3cosech 3𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 3𝑥 + 3 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ2 3𝑥 + 5cosh 5𝑥
𝑓 ′(𝑥) = 3cosech 3𝑥(𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 3𝑥 − 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 3𝑥) + 5cosh 5𝑥 ∎

sec 2𝑥−tan 3𝑥
Contoh 10. Tentukan 𝑦 ′𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥
Penyelesaian :

Misalkan : 𝑢 = sec 2𝑥 − tan 3𝑥 𝑣 = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥


𝑢′ = 2 sec 2𝑥 tan 2𝑥 − 2 𝑠𝑒𝑐 2 3𝑥 𝑣 ′ = −𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑥

13
sec 2𝑥−tan 3𝑥 𝑢 𝑢′ 𝑣−𝑢𝑣 ′
𝑦= =𝑣 maka 𝑦 ′ = 𝑣2
𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥
2
2 (sec 2𝑥 tan 2𝑥 − 𝑠𝑒𝑐 3𝑥) 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥 − [sec 2𝑥 − tan 3𝑥]( − 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑥)
𝑦′ =
(𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥 )2
2 (sec 2𝑥 tan 2𝑥 − 𝑠𝑒𝑐 23𝑥) + [sec 2𝑥 − tan 3𝑥]( 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑥)
𝑦′ = ∎
𝐶𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑥

Contoh 11. Tentukan 𝑦 ′jika 𝑓(𝑥) = (sec 2𝑥) sin 𝑥 + 𝑠𝑖𝑛2 𝑥


Penyelesaian : jika 𝑦 = 𝑓(𝑥)
sin 𝑥
𝑓(𝑥 ) = (sec 2𝑥) sin 𝑥 + 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = + 𝑠𝑖𝑛2 𝑥
cos 2𝑥
Misalkan : 𝑢 = sin 𝑥 𝑣 = cos 2𝑥

𝑢 = cos 𝑥 𝑣 ′ = − 2sin 2𝑥
′ ′
𝑢 𝑣 − 𝑢𝑣 cos 𝑥 cos 2𝑥 − sin 𝑥 2(− sin 2𝑥)
𝑓 ′ (𝑥 ) = + 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = + 2 sin x cos 𝑥
𝑣 2 (cos 2𝑥 )2

cos 𝑥 cos 2𝑥 + 2sin 𝑥 sin 2𝑥


𝑓 ′ (𝑥 ) = + 2 sin x cos 𝑥 ∎
(cos 2𝑥 )2
Dengan cara lain :
𝑓(𝑥 ) = (sec 2𝑥) sin 𝑥 + 𝑠𝑖𝑛2 𝑥
𝑓 ′(𝑥 ) = 𝑢′𝑣 + 𝑢𝑣 ′ + 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 =
𝑓 ′(𝑥 ) = 2 sec 2𝑥 tan2 𝑥 (sin 𝑥) + sec 2𝑥 cos 𝑥 + 2𝑠𝑖𝑛𝑥 cos 𝑥
1 sin 2𝑥 1 cos 2𝑥
𝑓 ′ (𝑥 ) = 2 (sin 𝑥) + cos 𝑥 + 2𝑠𝑖𝑛𝑥 cos 𝑥
cos 2𝑥 cos 2𝑥 cos 2𝑥 cos 2𝑥
cos 2𝑥 cos 𝑥 sin 2𝑥 sin 𝑥
𝑓 ′ (𝑥 ) = +2 + 2 sin 𝑥 cos 𝑥 ∎
(cos 2𝑥 ) 2 (cos 2𝑥 )2

sinh 2𝑥−tanh 3𝑥
Contoh 12. Tentukan 𝑦 ′ Jika 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥
Penyelesaian : jika 𝑦 = 𝑓(𝑥)
sinh 2𝑥 − tanh 3𝑥 𝑢
𝑦= =
𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥 𝑣
′ ′
𝑢 𝑣 − 𝑢𝑣
𝑓 ′ (𝑥 ) =
𝑣2

[2cosh 2x − 3sech2 3x](𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥 ) − [sinh 2𝑥 − tanh 3𝑥 ](−𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 𝑥 )
𝑓 (𝑥) =
(cosech 𝑥 )2
[2cosh 2x − 3sech2 3x](𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥 ) + [sinh 2𝑥 − tanh 3𝑥 ](𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 𝑥 )
𝑓 ′(𝑥) =
(cosech 𝑥 )2

[2cosh 2x − 3sech2 3x] + [sinh 2𝑥 − tanh 3𝑥 ](𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 𝑥 )


𝑓 ′ (𝑥) = ∎
𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐ℎ 𝑥
b. Latihan – Latihan
1. si n 4𝑥 − co s 4𝑥 6. 𝑡𝑎𝑛 (3𝑥)𝑠𝑖𝑛2 3𝑥

14
2. cos h 𝑥 + 2sin h 𝑥 𝑆𝑒𝑐 (2𝑥+1)
7. co s(2𝑥+1)
3. 𝑠𝑒𝑐 (2𝑥 + 1) − 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 (1 − 2𝑥) 3 2
8. 𝑡𝑎𝑛 (𝑥 − 1)
4. 𝑡𝑎𝑛 (𝑥 2 ) + 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛 𝑥 2
9. 𝑆𝑖𝑛ℎ 5𝑥 ( 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 5𝑥)
5. 𝑡𝑎𝑛ℎ (𝑥 2 ) + 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛ℎ 𝑥 2 𝑡𝑎𝑛ℎ 𝑥 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑥
10. 𝑠𝑖𝑛ℎ 𝑥

B. 2. Turunan Logaritma
𝑑 1 𝑑 1
1. (ln 𝑥 ) = 4. (log 𝑥 ) =
𝑑𝑥 x 𝑑𝑥 x ln 10
𝑑 𝑑 1
2. (𝑒 𝑎𝑥 ) = ae𝑎𝑥 5. ( 𝑎log 𝑥 ) =
𝑑𝑥 𝑑𝑥 x ln 𝑎
𝑑 1 𝑑
3. (ln a 𝑥 ) = 6. (𝑎𝑥 ) = a𝑥 ln 𝑎
𝑑𝑥 x 𝑑𝑥

a. Contoh- Contoh Kasus


1
Contoh 13. Tentukan 𝐷𝑥 Jika 𝑦 = 𝑒 2𝑥 + − 5𝑒 4𝑥
𝑒 3𝑥
𝑑𝑦
Penyelesaian : jika 𝐷𝑥 = = 𝑦′
𝑑𝑥
1
𝑦 = 𝑒 2𝑥 + − 5𝑒 4𝑥
𝑒 3𝑥
3
𝐷𝑥 = 2𝑒 2𝑥 − 3𝑥 − 20𝑒 4𝑥 ∎
𝑒

Contoh 14. Tentukan 𝑦 ′ Jika 𝑦 = log(𝑥 + 1) − 5log(𝑥 2 − 2) + 7log(𝑥 3 )


𝑑𝑦
Penyelesaian : jika 𝐷𝑥 = 𝑑𝑥
= 𝑦′
𝑦 = log(𝑥 + 1) − 5log(𝑥 − 2) + 7log(𝑥 3 )
2

1 2𝑥 3𝑥 2
𝐷𝑥 = − 2 + 3 / ∎
(𝑥 + 1) ln 10 (𝑥 − 2) ln 5 𝑥 ln 7

(𝑥−2)5
Contoh 15. Tentukan 𝑦 ′ Jika 𝑦 = ln (
𝑥+1)3
Penyelesaian :
(𝑥 − 2)5
𝑦 = ln = ln(𝑥 − 2)5 − 𝑙𝑛 (𝑥 + 1)3
(𝑥 + 1)3
1 4
1
𝐷𝑥 = 5 ( 𝑥 − 2) − 3(𝑥 + 1)2
(𝑥 − 2)5 (𝑥 + 1)3
5(𝑥 − 2)4 3(𝑥 + 1)2 5 3
𝐷𝑥 = − = − ∎
(𝑥 − 2) 5 (𝑥 + 1) 3 (𝑥 − 2) (𝑥 + 1)

Contoh 16. Tentukan 𝑦 ′ Jika 𝑦 = 𝑥 + √𝑥 2 + 1


Penyelesaian :
𝑦 = 𝑥 + √𝑥 2 + 1
𝑦 = ln 𝑢 =
Misalkan 𝑢 = 𝑥 + √𝑥 2 + 1

15
2𝑥
𝑢′ = 1 +
2√𝑥 2 +1
1 ′ 1 𝑥
𝐷𝑥 = .𝑢 = (1 + )
𝑢 𝑥 + √𝑥 2 + 1 √𝑥 2 + 1
1 √𝑥 2 + 1 + 𝑥 1
𝐷𝑥 = ( )= ∎
2
𝑥 + √𝑥 + 1 2
√𝑥 + 1 2
√𝑥 + 1

Atau dengan cara langsung


𝑦 = 𝑥 + √𝑥 2 + 1
2𝑥 2√𝑥 2 + 1 + 2𝑥 √𝑥 2 + 1 + 𝑥
𝐷𝑥 = 1 + = = ∎
2√𝑥 2 + 1 2√𝑥 2 + 1 √𝑥 2 + 1

b. Latihan-Latihan : Tentukan 𝑫𝒙
1. 𝒚 = 𝐥 𝐧(𝒙 − 𝟏)𝟑 + 𝒍𝒏(𝒙 − 𝟐) − 𝐥 𝐧(𝒙 − 6. 𝒚 = 𝟐𝟑𝒙
𝟑) 7. 𝒚 = 𝒙𝒙
2. 𝒚 = 𝐥𝐧𝟐 (𝒙 − 𝟏)𝟑 + 𝐥𝐧𝟑 (𝒙 − 𝟐)𝟑 8. 𝒚 = 𝒙𝟓 (𝒂 + 𝟑𝒙)𝟑
3. 𝐲 = 𝒂𝐥𝐨 𝐠(𝟑𝒙𝟐 − 𝟓) 9. 𝒚 = 𝒙𝟓 (𝒂 − 𝟐𝒙)𝟐
4. 𝐲 =
𝟏
𝒆−𝒙 (𝟑 𝒔𝒊𝒏 𝟓𝒙 − 𝒄𝒐𝒔 𝟑𝒙) 10. 𝒚 = (𝒂 − 𝟐𝒙)𝟐(𝒂 + 𝟑𝒙)𝟑
𝟏𝟎

(𝒙−𝟏)𝟐
5. 𝐲 = 𝟓√ 𝟒 𝟑
( √(𝒙−𝟐)𝟑 )( √(𝒙−𝟑)𝟕)

B. 3. Turunan fungsi dari fungsi

Jika 𝑦 = 𝑓(𝑤) dan 𝑤 = 𝑔(𝑥) dua fungsi yang diferensiabel, maka 𝑦 dapat dinyatakan
𝑑𝑦
sebagai fungsi komposisi dari 𝑓 dan 𝑔 . 𝑦 = 𝑓 (𝑤) = (𝑓 [𝑔(𝑥 )]) dan = 𝑓 ′ (𝑤 ). 𝑤 ′
𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑤
= .
𝑑𝑥 𝑑𝑤 𝑑𝑥
Bukti :
Misalkan ∆𝑥 adalah pertambah untuk 𝑥, ∆𝑤 dan ∆𝑦 merupakan pertambah untuk 𝑤 dan 𝑦,
maka
∆𝑤 = 𝑔′ (𝑥 )∆𝑥 +∈1 ∆𝑥 = (𝑔′ (𝑥 ) +∈1 )∆𝑥, dimana, ∈1 → 0, bila ∆𝑥 → 0
∆𝑦 = 𝑓 ′(𝑤)∆𝑤 +∈2 ∆𝑤 = (𝑓 ′(𝑥 ) +∈2 )∆𝑤, dimana, ∈2 → 0, bila ∆𝑤 → 0
Jika dikalikan (∆𝑤)(∆𝑦) maka diperoleh [(𝑔′(𝑥 ) +∈1 )∆𝑥 ] [(𝑓 ′(𝑤) +∈2 )∆𝑤]
∆𝑦
= 𝑔′(𝑥 ). 𝑓 ′(𝑤) +∈1 𝑔′ (𝑥 ) +∈2 𝑓 ′ (𝑤)+∈1 ∈2
∆𝑥
∆𝑦
= 𝑔 ′ (𝑥 ). 𝑓 ′ (𝑤 )
∆𝑥

Karena ∈1 → 0 𝑑𝑎𝑛 ∈2 → 0 bila ∆𝑥 → 0,


∆𝑦
lim = 𝑔 ′ ( 𝑥 ) . 𝑓 ′ ( 𝑤 ) = 𝑓 ′ ( 𝑤 ) . 𝑔 ′ (𝑥 )
∆𝑋→0 ∆𝑥

16
Cara mendeferesial fungsi 𝑦 terhadap 𝑥 disebut aturan rantai atau turunan fungsi dari
fungsi. Dengan notasi Leibniz

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑤
=
𝑑𝑥 𝑑𝑤 𝑑𝑥

Untuk jelasnya perhatikan bentuk 𝑠𝑖𝑛 (2𝑥 + 5) maka turunan fungsinya adalah
𝑐𝑜𝑠 (2𝑥 + 5) turunan dari 2𝑥 + 5 adalah 2 maka turunan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 (2𝑥 + 5)
menjadi 𝑓 ′(𝑥) = 2 𝑐𝑜𝑠 (2𝑥 + 5).
Dengan menggunakan symbol 𝑤 adalah (2𝑥 + 5), maka 𝑓 (𝑥 ) = sin 𝑤, turunan dari
sin 𝑤 adalah cos 𝑤. Turunan dari 𝑤 = 2𝑥 + 5 adalah 2
𝑑(𝑓 (𝑥 )) 𝑑(sin 𝑤)
= = 𝑓 ′(𝑤). 𝑤 ′ = cos 𝑤 . 2 = cos(2𝑥 + 5)
𝑑𝑥 𝑑𝑤

a. Contoh – contoh Kasus


Contoh 17. Dapatkan turunan dari 𝑓(𝑥) = 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥
Penyelesaian :
𝑑𝑤
Misalkan 𝑤 = cos 𝑥 maka 𝑑𝑥
= sin 𝑥
𝑓 (𝑥 ) = 𝑤 2
𝑓 ′(𝑥 ) = 2𝑤
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑤
= = 2𝑤 sin 𝑥 = 2 cos 𝑥 sin 𝑥 = sin 2𝑥 ∎
𝑑𝑥 𝑑𝑤 𝑑𝑥

Contoh 18. Buktikan turunan dari 𝑓(𝑥) = 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 adalah sin 2𝑥


Penyelesaian :
Misalkan 𝑤 = 𝑐𝑜𝑠 𝑥 , 𝑓 (𝑥 ) = 𝑤 2
𝑑𝑤 𝑑𝑓(𝑥) 𝑑𝑦
𝑤′ = = sin 𝑥 𝑓 ′ (𝑥 ) = = = 2𝑤
𝑑𝑥 𝑑𝑤 𝑑𝑤
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑤
= 𝑑𝑤 𝑑𝑥 = 2𝑤 𝑠𝑖𝑛 𝑥 = 2 cos 𝑥 sin 𝑥 = sin 2𝑥 ∎ terbukti
𝑑𝑥

Contoh 19. Dapatkan turunan dari 𝑓(𝑥) = (4x − 5)6


Penyelesaian :
𝑓 (𝑥 ) = 𝑤 6 𝑤 = 4x − 5
𝑑𝑤
𝑓 ′(𝑥 ) = 6𝑤 5 𝑑𝑥
=4
𝑑𝑦 𝑑𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑤
= . = 6𝑤 5 4 = 24 𝑤 5 = 24 (4x − 5)5 ∎
𝑑𝑥 𝑑𝑤 𝑑𝑥

Contoh 20. Sebuah titik bergerak sepanjang kurva 𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 + 5 sedemikian rupa


1
sehingga 𝑥 = 2 √𝑡 + 3 , dimana 𝑡 adala waktu. Pada laju berapa 𝑦 berubah
ketika 𝑡 = 4 ?

17
Penyeleasian :
𝑑𝑦
Terlebih dahulu dicari ketika 𝑡 = 4
𝑑𝑡
1
𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 + 5 𝑥 = 2 √𝑡 + 3
𝑑𝑦 𝑑𝑥 1 1
𝑑𝑥
= 3𝑥 2 − 3 = 3(𝑥 2 − 1) = 4( )
𝑑𝑡 √𝑡

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥 2
1 1 3(𝑥 2 − 1)
= . = 3(𝑥 − 1) [ ( )] =
𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡 4 √𝑡 4√𝑡
1 1
Ketika 𝑡 = 4, maka 𝑥 = 2 √𝑡 + 3 = 2 √4 + 3 = 4 dan
𝑑𝑦 3(𝑥 2 −1) 3(42 −1) 45
= = = 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑑𝑡 4√𝑡 4√4 8

Contoh 21. Dapatkan turunan dari 𝑓 (𝑥 ) = cos 6 (2𝑥 2 + 1)


Penyelesaian :
𝑓 (𝑥 ) = 𝑤 6 𝑤 = 2𝑥 2 + 1
𝑑𝑤
𝑓 ′(𝑥 ) = 6𝑤 5 𝑑𝑥
= 4x
𝑑𝑦 𝑑𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑤
= . = 6𝑤 5 4𝑥 = 24𝑥 (2𝑥 2 + 1) ∎
𝑑𝑥 𝑑𝑤 𝑑𝑥

b. Latihan- Latihan
Tentukan turunan pertama dari fungsi berikut ini :

1. 𝑦 = 𝑒 3−𝑥 6. 𝑦 = cos 3𝑥
2. 𝑦 = 𝑠𝑖𝑛5 (2𝑥 − 1) 7. 𝑦 = 𝑙𝑛 𝑐𝑜𝑠 𝑥 . 𝑒 2𝑥+1
3. 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠 𝑥 2 8. 𝑦 = 𝑙𝑜𝑔 (2𝑥 − 1)
4. 𝑦 = 𝑒 sin 𝑥 9. 𝑦 = (4𝑥 2 − 2𝑥 + 5)3
5. 𝑦 = 𝑙𝑛 𝑐𝑜𝑠 3𝑥 10. 𝑦 = tan(𝑥 2 − 2𝑥 + 1)5

B. Turunan Invers
Dua fungsi 𝑓 dan 𝑔 sedemikian rupa hingga 𝑔(𝑓 (𝑥 )) = 𝑥 dan 𝑓(𝑔(𝑦)) = 𝑦 dikatakan sebagai
fungsi-fungsi invers . fungsi-fungsi invers membalikkan pengaruh satu sama lain. Jik diketahui
persamaan 𝑦 = 𝑓(𝑥), maka rumus invers dari 𝑓 dengan menyelesaikan persamaan
𝑥 dalam bentuk 𝑦 atau 𝑥 = 𝑓(𝑦), fungsi invers dinotasikan 𝑓 −1 (𝑥)
Rumus fungsi dari invers :
𝑑𝑥 1
=
𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑑𝑥
a. Contoh-contoh Kasus
Contoh 28. Tentukan turunan dari fungsi invers jika 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 2 ; 𝑥 ≥ 0
Penyelesaian :
Jika 𝑦 = 𝑥 2 , maka invers adalah 𝑥 = √𝑦 , jadi

18
1
𝐷𝑦 = 𝑓 −1 (𝑥 ) =
2√𝑦
Contoh 29. Tentukan turunan fungsi invers atau 𝑓 −1 (𝑥) jika 𝑦 = 3𝑥 + 2
Penyelesaian :
𝑦−2
Dicari invers dari 𝑦 = 3𝑥 + 2 maka inversnya adalah 𝑥 = 3
𝑑𝑥 1 𝑑𝑥 1
=3 maka; 𝑑𝑦 = 1 =3
𝑑𝑦
3

Contoh 30. Tentukan turunan pertama dari 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 𝑥 = 𝑠𝑖𝑛−1 𝑥


Penyelesaian :
Jika 𝒚 = 𝒂𝒓𝒄 𝒔𝒊𝒏 𝒙 , maka 𝒙 = 𝒔𝒊𝒏 𝒚 ; kemudian diturunkan terhadap 𝑥

𝒙 = 𝒔𝒊𝒏 𝒚
𝑑𝑥
= cos 𝑦
𝑑𝑦
𝑑𝑦 1 1 1
= = =
𝑑𝑥 cos 𝑦 √1 − 𝑠𝑖𝑛2 𝑦 √1 − 𝑥 2

Contoh 31. Tentukan turunan pertama dari 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 𝑥 = 𝑐𝑜𝑠 −1 𝑥


Penyelesaian :
Jika 𝒚 = 𝒂𝒓𝒄 𝒄𝒐𝒔 𝒙 , maka 𝒙 = 𝒄𝒐𝒔 𝒚 ; kemudian diturunkan terhadap 𝑥
𝑑𝑥
= −sin 𝑦
𝑑𝑦
𝑑𝑥 −1 −1 −1
(𝑓 −1 (𝑦))′ = = = =
𝑑𝑦 sin 𝑦 √1 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝑦 √1 − 𝑥 2
Contoh 32. Tentukan 𝑓 −1 hitung turunan-nya. 𝑓 (𝑥 ) = √𝑥 − 5
Penyelesaian :
Jika 𝑓(𝑥 ) = √𝑥 − 5 maka 𝑓 −1 (𝑦) = 𝑥 = 𝑦 2 + 5
𝑑𝑥
= 2𝑦 maka
𝑑𝑦
𝑑𝑥 1 1 1
= 𝑑𝑥 = 2𝑦 => (𝑓 −1 (𝑦))′ = ∎
𝑑𝑦 𝑦
𝑑𝑦

b. Latihan-Latihan

Tentukan invers turunan pertama dari fungsi :


1
1. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 6. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑒 2𝑥 𝑎𝑟𝑐 sin √3𝑥 − 1
𝑥 7. 𝑦 = 2𝑥 𝑎𝑟𝑐 sin 𝑥 2
2. 𝑓 (𝑥 ) = 3 + 4
2𝑥−1
8. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠(𝑥 2 + 1) = 0
3. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥+2 9. 𝑎𝑟𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(𝑥 2 + 𝑥 ) = 𝑦
4. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝑥 10. 𝑥𝑦 𝑠𝑖𝑛 𝑦 = 1
5. ( )
𝑓 𝑥 = sec 𝑥

19
C. Turunan Fungsi Implisit

Persamaan 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 0 mendeffenisikan 𝑦 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑡 sebagai fungsi 𝑥 . domain


dari fungsi yang didefenisikan secara implisit terdiri atas 𝑥 dimana terdapat 𝑦 yang unik
sedemikian rupa sehingga 𝑓 (𝑥, 𝑦) = 0.

Perhatikan persamaan dari 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25 merupakan contoh fungsi implisit


dy
Mari kita coba untuk mencari . pertama turunkan ke 𝑥, diperoleh :
dx
dy 𝑑𝑦 𝑥
2𝑦 𝑑𝑦 + 2𝑥 𝑑𝑥 = 0  2𝑦 + 2𝑥 = 0; 𝑑𝑥 = − 𝑦 ∎
dx
Atau
𝑦 2 = 25 − 𝑥 2 ; 𝑦 = √25 − 𝑥 2 , kemudian subtitusikan 𝑦 maka diperoleh :
𝑑𝑦 𝑥
= − ∎
𝑑𝑥 √25 − 𝑥 2

a. Contoh- Contoh Kasus


Contoh 26. Jika 𝑥 2 + 𝑦 2 – 2𝑥 – 6𝑦 + 5. Tentukan 𝐷𝑥 di titik (3,2)
Penyelesaian : 2𝑥 𝑑𝑥 + 2𝑦 𝑑𝑦 – 2 𝑑𝑥 – 6 𝑑𝑦 = 0  (2𝑥 − 2)𝑑𝑥 + (2𝑦 − 6) 𝑑𝑦 = 0
dy dy 2 − 2x 2 − 2(3)
(2𝑥 − 2) + (2𝑦 – 6) = 0 = = = 2 ∎
dx dx 2y − 6 2(2) − 6

Contoh 27. Tentukan 𝐷𝑥 jika 𝑐𝑜𝑠 𝑥𝑦 = 1


Penyeleseaian :
𝑐𝑜𝑠 𝑥𝑦 = 1
𝑦 (−sin 𝑥𝑦) 𝑑𝑥 + 𝑥 (−sin 𝑥𝑦) 𝑑𝑦 = 0
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑦 sin 𝑥𝑦 𝑦
𝑦 sin 𝑥𝑦 𝑥 sin 𝑥𝑦 𝑑𝑥 = 0 𝑑𝑥
= − 𝑥 sin 𝑥𝑦 = − 𝑥 ∎

b. Latihan-Latihan :
Tentukan turunan pertama dari fungsi :
1. 3𝑥 2 𝑦 − 4𝑥𝑦 − 3𝑥 2 + 1 = 0 6. sin 𝑦 + 𝑥 2 𝑦 3 − cos 𝑦 = 2𝑦
2. 𝑥 3 − 3𝑦 2 + 𝑦 3 = 1 di titik (2, −1) 7. 𝑦 3 − 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑦 + 𝑦 2 𝑥 = 8
𝜋
3. 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 3𝑦 2 = 4 8. 𝑥 𝑐𝑜𝑠(𝑦 2 + 1) = 0 di titik (0, 2 )
4. 𝑥 2 − 4𝑥 + 5𝑦 − 8 = 0 9. 𝑐𝑜𝑠(𝑦 2 + 𝑥 ) = 2
5. 𝑦 2 + 𝑥 3 − 𝑦 3 + 6 = 𝑦 10. 𝑥𝑦 𝑠𝑖𝑛 𝑦 = 1

20
D. Turunan Tingkat Tinggi
Operasi penurunan mengambil sebuah fungsi 𝑓 dan menghasilkan sebuah fungsi 𝑓 ′, jika f 
diturunkan menghasilkan 𝑓 ′′, dan 𝑓 ′′diturunkan lagi menghasilkan𝑓 ′′′ dan seterusnya.

𝑑𝑦
Turunan pertama 𝑦 ′ , 𝑓 ′ (𝑥 ), , 𝐷𝑥 𝑦
𝑑𝑥
𝑑2 𝑦
Turunan kedua 𝑦 ′′ , 𝑓 ′′(𝑥 ), 𝑑𝑥2 , 𝐷𝑥2 𝑦
𝑑3 𝑦
Turunan ketiga 𝑦 ′′′ , 𝑓 ′′′ (𝑥 ), 𝑑𝑥3 , 𝐷𝑥3 𝑦
𝑑𝑛 𝑦
Turunan ke-n 𝑦 𝑛 , 𝑓 𝑛 (𝑥 ), 𝑑𝑥𝑛 , 𝐷𝑥𝑛 𝑦

𝑛 = aksen 1, 2, 3, iv,v , ….., jika ditulis pakai angka sebagai berikut (1), (2), … , (𝑛)

a. Contoh-contoh Kasus

Contoh 33. Cari D x2 y ; D x4 y dari fungsi 𝑦 = 𝑠𝑖𝑛 2𝑥


Penyelesaian :
𝑦 = 𝑠𝑖𝑛 2𝑥
𝑑𝑦
Turunan pertama 𝐷𝑥 𝑦 = = 2 𝑐𝑜𝑠 2𝑥
𝑑𝑥
(2) 𝑑2 𝑦
Turunan ke dua 𝐷𝑥 𝑦 = 𝑑𝑥2 = 4 (−𝑠𝑖𝑛 2𝑥 ) = −4 sin 2𝑥
(3) 𝑑3 𝑦
Turunan ke tiga 𝐷𝑥 𝑦 = 𝑑𝑥3 = −8 (𝑐𝑜𝑠 2𝑥 ) = −8 cos 2𝑥
(4) 𝑑4 𝑦
Turunan ke empat 𝐷𝑥 𝑦 = 𝑑𝑥4 = −16 (−𝑠𝑖𝑛 2𝑥 ) = 16 sin 2𝑥

Contoh 34. Cari Turunan ketiga dari fungsi 𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 + sin 𝑥


Penyelesaian :
𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 + sin 𝑥
𝑑𝑦
Turunan pertama 𝐷𝑥 𝑦 = 𝑑𝑥
= 3𝑥 2 − 2 + cos 𝑥
(2) 𝑑2 𝑦
Turunan ke dua 𝐷𝑥 𝑦 = = 6𝑥 − 0 − sin 𝑥 = 6𝑥 − sin 𝑥
𝑑𝑥 2
(3) 𝑑3 𝑦
Turunan ke tiga 𝐷𝑥 𝑦 = 𝑑𝑥3 = 6 − cos 𝑥

Contoh 35. Cari Turunan kedua dari fungsi 𝑦 = tan 2𝑥


Penyelesaian:
𝑦 = 𝑡𝑎𝑛 2𝑥
𝑦 ′ = 2 𝑠𝑒𝑐 22𝑥

21
𝑦 ′′ = 2(2 sec 𝑥) sec 𝑥 tan 𝑥 (2) = 8 𝑠𝑒𝑐 2𝑥 tan 𝑥 ∎

b. Latihan - Latihan
1. 𝑓 (𝑥 ) = 3𝑥 4 − 2𝑥 2 + 𝑥 − 5 ; 𝑦 ′′′ 6. 𝐵uktikan turunan ke n dari 𝑦 = 𝑥2
1
1
2. 𝑓 (𝑥 ) = +4 ; 𝑦 (4) (−1)𝑛 [𝑛+1]!
√𝑥 adalah 𝑦 (𝑛) =
2𝑥−1 𝑥 𝑛+2
3. 𝑓 (𝑥 ) = ; 𝐷𝑥2 1
𝑥+2 7. Buktikan turunan ke n dari 𝑓(𝑥 ) = 3𝑥+2
4. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝑥 ; 𝐷𝑥2 (−1)𝑛3𝑛[𝑛]!
5. 𝑓 (𝑥 ) = sec 𝑥 adalah 𝑓 (𝑛) (𝑥) = (3𝑥+2)𝑛+1

E. Laju yang berkaitan


Jika suatu kuantitas 𝑦 adalah fungsi dari waktu 𝑡, laju perubahan 𝑦 terhadap waktu
𝑑𝑦
dinyatakan dengan .Jika dua atau lebih kuantitas, semua fungsi dari waktu 𝑡. Di
𝑑𝑥
hubungkan oleh suatu persamaan, hubungan dari laju-laju perubahannya dapat ditentukan
mendefrensiasikan (diturunkan) kedua sisi persamaan.

Contoh 36. Sebuah tangga kaki bersandar pada dinding vertical , dapat dilihat pada gambar
2.1. Jika bagian bawah tangga bergeser menjauhi dasar tembok pada laju 3 kaki/detik. Seberapa
cepat puncak tangga bergerak ke bawah sepanjang dinding saat dasar tangga berjarak 7 kaki
dari dasar tembok ?

25

Gambar 2.1.

Penyelesaian :
Misalkan 𝑥 adalah jarakbagian bawah tangga dari dasar tembok, dan misalkan 𝑦 adalah
jarak puncak tangga dari dasar tembok . karena bagian bawah tangga bergerak menjauhi
𝑑𝑥 𝑑𝑥
dasar tembok pada laju 3 kaki/detik , = 3 , Harus ditentukan saat 𝑡 = 7 . dilihat
𝑑𝑡 𝑑𝑡
dari gambar 1. Bahwa tangga merupakan sisi miring (segitiga), maka menurut rumus
phitogras : 𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑅2 dimana 𝑅 = 25, maka
𝑥 2 + 𝑦 2 = (25)2 = 625
Merupakan hubungan antara 𝑥 dan 𝑦 . mendeferensialkan terhadap 𝑡 pada kedua sisi, maka
diperoleh :

22
𝑥 2 + 𝑦 2 = 625 …….. (1)
𝑑𝑥 𝑑𝑦
2𝑥 + 2𝑦 =0
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑦
Dimana diperoleh 𝑑𝑡 = 3, maka 2𝑥(3) + 2𝑦 𝑑𝑡 = 0. Jadi 6𝑥 + 2𝑦 𝑑𝑡 = 0

𝑑𝑦
3𝑥 + 𝑦 𝑑𝑡 = 0 ………. (2)

𝑑𝑦
Ini persamaan yang dibutuhkan untuk , untuk 𝑥 = 7 maka diperoleh
𝑑𝑡
(7)2 + 𝑦 2 = 625 maka 𝑦 = 24

Kemudian subtitusiskan harga 𝑥 = 7 dan 𝑦 = 24 ke persamaan (2) , diperoleh :

𝑑𝑦 𝑑𝑦 21 7 𝑑𝑦
3(7) + (24) =0 , = − = − , karena < 0, maka tangga turun sebesar
𝑑𝑡 𝑑𝑡 24 8 𝑑𝑡
7
𝑘𝑎𝑘𝑖/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 pada saat bagian bawah tangga berjarak 7 kaki dari dasar tembok.
8

Contoh 37. Gas keluar dari sebuah balon berbentuk bulat pada laju (kecepatan) 2
𝑘𝑎𝑘𝑖 3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡. Seberapa cepat bagian permukaan akan menyusut bila jari-jarinya 12 kaki
Penyelesaian :
4
Bola berjari-jari 𝑟 dengan volume bola 𝑣 = 3 𝜋𝑟 3 dan luas pemukaan bola 𝑆 = 4𝜋𝑟 2 .
4
𝑣 = 3 𝜋𝑟 3 dan 𝑆 = 4𝜋𝑟 2 .
𝑑𝑣 𝑑𝑆
= 4𝜋𝑟 2 dan = 8𝜋𝑟
𝑑𝑟 𝑑𝑟

𝑑𝑉 𝑑𝑉 𝑑𝑉 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑉
𝑑𝑡
= −2 , karena = = (4𝜋𝑟 2 ) 𝑑𝑡 , kemudian subtitusikan = −2 ; maka
𝑑𝑡 𝑑𝑟 𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑𝑟 𝑑𝑟 1
(4𝜋𝑟 2 ) = −2 ; 𝑑𝑡 = − 2𝜋𝑟 2 ;
𝑑𝑡
𝑑𝑆 𝑑𝑆 𝑑𝑟 𝑑𝑠 1 4 𝑑𝑠 4 1
= 𝑑𝑟 𝑑𝑡 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑡 = 8𝜋𝑟 (− 2𝜋𝑟 2 ) = − 𝑟 , Jika 𝑟 = 12, maka 𝑑𝑡 = − 12 = − 3, jadi bidang
𝑑𝑡
1
permukaan menyusut sebesar 3 𝑘𝑎𝑘𝑖 2 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 .

23
Contoh 38. Aair mengalir dari corong keucut pada laju 1 𝑖𝑛𝑐𝑖 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘. Jika jari-jari dasar
corong adalah 4 inci dan tinggi 8 inci, tentukan laju turunnya ketiggian air ketika posisinya 2
inci dari puncak. Lihat gambar 2.2.

A 4 B

D r E 8

Gambar 22.

Penyelesaian :
𝑟 ℎ 1
Perhatikan titik A ke B dan titik A ke C merupakan segitiga sama = 4 = 8 , maka 𝑟 = 2 ℎ
1
Rumus volume kerucut : 𝑉 = 3 𝜋𝑟 2 ℎ ; dimana 𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 ; ℎ 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Misalkan r adalah jari-jari dan h adalah tinggi permukaan air pad waktu 𝑡 , dan misalkan 𝑉 =
adalah volume air dalam keucut. lihat gambar 2,

1 2 )
1 1 2 1
(
𝑉 = 𝜋𝑟 ℎ = (𝜋 ( ℎ) ℎ = 𝜋ℎ3
3 3 2 12
Jadi
𝑑𝑉 1 𝑑ℎ
= 4 𝜋ℎ2 𝑑𝑡
𝑑𝑡
𝑑𝑉 𝑑ℎ 4
𝑑𝑡
= −1 , jadi = − 𝜋ℎ2
𝑑𝑡
Jika pemukaan air adalah 2 inci dafi atas , ℎ = 8 − 2 = 6
𝑑ℎ 1
Maka saat itu = − 9𝜋 , jadi permukaan air turun pada laju 1/9π inci
𝑑𝑡
perdetik

Contoh 39. Pasir jatuh dari sebuah lubang membentuk gundukan kerucut yang
4
ketinggiannya selalu sama dengan 3 jari-jari dari alasnya.
a) Seberapa cepat volme kerucut betambah ketika jari-jari alasnya 3 kaki dan bertambah
pada laju 3 inci/menit ?

24
b) Seberapa cepat jari-jari bertambah ketika jati-jari alasnya 6 kaki dan volumenya
bertambah pada laju 24 𝑘𝑎𝑘𝑖 3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Penyelesaian :
a. Soal-soal
1. Kapal A berlayar ke selatan pada 16 mil/jam, dan kapal B , 32 mil di sebelah
selatan A, berlayar ketimur pada 12 mil/jam.
a. Pada laju berapa keduanya salaing mendekat atau menjauh pada akhir dari
1 jam
b. Pada akhir dari 2 jam
c. Kapankah keduanya berhenti saling mendekat, dan berapa jauhkan
keduanya pada waktu itu ?
2. Sebuah selokan persegi Panjang memiliki 8 kaki, dan lebar 2 kaki , dan kedalaman
4 kaki. Jika air mengalir pada laju 2 𝑘𝑎𝑘𝑖 3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . Seberapa cepat pemukaan air
naik ketika dalam airnya 1 kaki ?
3. Jari-jari bola adalah 𝑟 pada saat 𝑡 Tentukan jari-jarinya ketika laju perubahan luas
1
pemukaan bola dan laju perubahan jari-jari adalah sama [𝑟 = 𝜋]
8
4. Suatu cairan mengalir ke dalam tangki silinder vertical yang mempunyai jari-jari
6 kaki pada laju 8 𝑘𝑎𝑘𝑖 3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡. Seberapa cepat permukaan air naik ?
5. Seorang laki-laki setinggi 5 kaki berjalan pada laju 4 kaki/detik langsung menjauhi
lampu jalan terletak 20 kaki di atas jalan.
a. Pada laju berapa ujung bayangannyaa bergerak (16/3 kaki/detik)
b. Pada laju berapa Panjang bayang berubah ? (4/3 kaki/detik)

c. Soal – Soal Tambahan


A. Diferensialkan fungsi berikut ini :
1. 𝒚 = 𝟑𝒙𝟐 − 𝟓𝒙−𝟑 + 𝟐𝒙 8. 𝒚 = (𝒙 + 𝟐)(𝒙𝟐 + 𝟑)
2. 𝒚 = 𝒙𝟒 + 𝒙−𝟕 + 𝒙𝟐/𝟑 9. 𝒛 = (𝒕𝟑 + √𝒕)(𝒕𝟐 + 𝟑)
3. 𝒚 = √𝟑𝒙𝟐 − √𝟓𝒙−𝟑 + 𝟐√𝒙 𝟐𝒙𝟐 +𝟑𝒙
10. 𝒚 = 𝒙𝟑 +𝟏
4. 𝒚 = 𝒕𝟎.𝟖 + 𝟐𝒕(𝒕𝟎.𝟑) − 𝟑𝒕 𝒕𝟐 +𝟑𝒕+𝟏
5. 𝒇(𝒖) = 𝒖𝟐.𝟑 + 𝒖𝟑.𝟏 + 𝒖−𝟏.𝟕 11. 𝒛 =
√𝒕+𝟏
6. 𝒇(𝒛) = 𝒔𝒊𝒏 (2𝑧 − 1) + sech 2𝑧 𝒖(𝒖+𝟔)
12. 𝒈(𝒖) = 𝒖𝟐 +𝟑𝒖+𝟏
7. 𝑓 (𝒛) = 𝑐𝑜𝒔𝒆𝒄 (2𝑧 − 1)2 + tanh 𝑥

B. Deferensialkan fungsi berikut ini :


13. 2𝑥𝑦 + 𝑥 2 + 1 = 0 25. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 (1 − 𝑥 )𝑠𝑖𝑛√𝑥
14. 𝑥 2 + 𝑦 2 − 4 = 0 26. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐ta n(ta n 𝑥 )
15. 3𝑥 2 𝑦 + 4𝑥𝑦 2 − 5 = 0 √1+𝑥
27. 𝑦 = 𝑙𝑛
16. 𝑆𝑖𝑛 2𝑥 + 𝑐𝑜𝑠 2𝑦 + 3 = 0 √1−𝑥
√𝑥 2 +𝑎2
17. 3𝑡𝑎𝑛 3𝑥𝑦 + 𝑐𝑜𝑠 3𝑥 = 0 28. 𝑦 = 𝑙𝑛 (𝑥 + √𝑥 2 + 𝑎2 −
𝑥

25
18. 𝑒 𝑥
2 +𝑦 2
−𝑦 = 0 29. 𝑎𝑙𝑜𝑔 (1 + 𝑥 2 )
𝑦2 𝑥 = 𝑎𝑐𝑜𝑠ℎ3 𝑢
19. 𝑥 − 𝑐𝑜𝑠 𝑥 2 + + 3𝑥 5 = 4𝑥 5 30. {
𝑥 𝑦 = 𝑎 𝑠𝑖𝑛3 𝑢
20. 𝑥 = 𝑎 𝑐𝑜𝑠 3 𝑣 ; 𝑦 = 𝑏 𝑠𝑖𝑛3 𝑣 31. 𝑥 = 𝑢3 − 𝑢 ; 𝑦 = 4 − 𝑢2
10𝑡 5(𝑡 2 −1)
21. 𝑥 = 1+𝑡 2 ; 𝑦= 32. 𝑥 = 𝑣𝑒 2𝑣 ; 𝑦 = 𝑣 2 𝑒 −𝑣
1+𝑡 2
22. 𝑥 = 𝑎(𝑐𝑜𝑠 𝑢 + 𝑢𝑠𝑖𝑛 𝑢) 33. 𝑥 = 𝑣 + 𝑣 2 ; 𝑦 = 𝑠𝑖𝑛 𝑣
23. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 𝑥 34. (𝑠𝑖𝑛 𝑥)𝑥
24. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 35. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑛ℎ

C. Soal-Soal Tambahan
1. Tentukan turunan pertama dari fungsi berikut ini :
1
a. 𝑦 = 𝑥 2 + 𝑥 − 6 d. 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠 𝑥 ( )
sin x
b. 𝑦 = 𝑒 2 + 𝑒 𝑥 + 3 𝑠𝑖𝑛 𝑥 – 𝑐𝑜𝑥 e. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 𝑥

2. Hitung 𝐷𝑥 𝑦 dari fungsi 𝑓(𝑥) di titik 𝑥 = 0


a. 𝑦 = 𝑙𝑛 4𝑥 c. 𝑦 = 𝑒3𝑥 𝑠𝑖𝑛 4𝑥
b. 𝑦 = 𝑙𝑛 𝑠𝑖𝑛 3𝑥 d. 𝑦 = 𝑥5 𝑠𝑖𝑛 2𝑥 𝑐𝑜𝑠 4𝑥

3. Dapatkan f  (x) dari fungsi berikut ini


2 − 3t 3 + 2t
a. 𝑥 = dan 𝑦 = d. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 𝑡 dan 𝑡 = 𝑥 – 𝑥 2
1+ t 1+ t
b. 𝑥 = 𝑎(𝑐𝑜𝑠  +  𝑠𝑖𝑛 ) dan 𝑦 = 𝑎( 𝑠𝑖𝑛 −  𝑐𝑜𝑠 )
c. 𝑡 = 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 𝑥 dan 𝑦 = (𝑥 − 2)2
d3y
4. Dapatkan turunan dari
dx 3
a. 𝑦 = 𝑙𝑜𝑔 (𝑥 – 𝑥 2 ) c. 𝑦 = 𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 𝑥
b. 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠 (𝑥 2 – 1) d. 𝑦 = (𝑥 − 1) ( 𝑠𝑖𝑛𝑥)
et 𝑑𝑦 𝑑𝑦
5. Jika 𝑦 adalah fungsi 𝑥 dan 𝑥 = . Tunjukkan bahwa 𝑑𝑡 = 𝑥(1 − 𝑥) 𝑑𝑥
e +1
t

dy
6. Tentukan jika 𝑥 3 + 𝑦 3 – 3𝑥𝑦 2 = 8
dx
e x − e−x e x + e−x
7. Buktikan turunan dari sinh x adalah cosh x ; ( sinh x = ; cosh = )
2 2
dy
8. Buktikan bahwa (2𝑥 + 𝑦) = 𝑥 + 𝑥 + 2𝑦 jika (𝑥 – 𝑦)3 = 𝐴(𝑥 + 𝑦)
dx

9. Diferensialkan 𝑦 = 𝑒 𝑠𝑖𝑛 5𝑥 + 𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑥


10. Tentukan kemiringan garis singgung pada parabola 𝑦 = 𝑥 2 + 2𝑥 di titik (−3, 3).
11. Tentukan kemiringan garis singgung pada parabola 𝑦 = 𝑥 3 di titik (−1, −1).
12. Tentukan persamaan garis singgung pada soal no 11 dan 12.

26
13. Sebuah bola di lemparkan ke atas dengan kecepatan 40ft/s, ketinggian bola setelah t
detik memenuhi persamaan ℎ = 40𝑡 − 16𝑡 2 . Tentukan kecepatan bola saat 𝑡 =
𝑎, 𝑡 = 1, dan 𝑡 = 2.
14. Sebuah partikel bergerak lurus memenuhi persamaan 𝑠 = 4𝑡 3 + 6𝑡 + 2 dengan 𝑠
menyatakan jarak yang ditempuh oleh objek dari titik asal sampai waktu t detik.
Tentukan kecepatan partikel pada saat 𝑡 = 𝑎, 𝑡 = 1

Daftar Pustaka
1. Sudaryono, 2015., “Kalkulus Diferensial dan Integral” Edidi pertama. Prenadamedia
Group. Jakarta

2. Daud Pinem. M. 2015., “ Kalkulus “ . cetakan pertama, Rekayasa Saint, Bandung.

3. Susanto, Gunawan, 1977, “ Soal dan Penyelesaian Analisa I “, diktat. Delta Teknik
Group Jakarta.

4. Ayres Frank, JR, Elliot Mendelson, 2006, “Kalkulus” Edisi Keempat, Penerbit
Erlangga, Jakarta . (terjemahan)

5. Thomas Christopher, 1997., “Introduction to Differential Calculus” Mathematics


Learning Centre University of Sydney

6. by J.H. Heinbockel, 2012.,” Introduction to Calculus Volume I” Professor of


Mathematics Old Dominion University., Paper or electronic copies
file:///Users/mac/Documents/Data/@@DOKUMEN!1%255/@Buku%20kalkulus13/
Volume-1-1.pdf

27
BAB III PENERAPAN TURUNAN

A. Harga maksimum dan minimum

Sebuah fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) kontinu dalam selang interval 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏 dan dapat diturunkan. Nilai
ekstrim fungsi tersebut diperoleh untuk 𝑦 ′ = 0 diperoleh nilai 𝑥𝑖 sebagai absis (𝑥) dari titik
ekstrim dan dengan mensubtitusikan absis tersebut diperoleh ordinat ( 𝑦 ) titik 𝑦𝑖 .

𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝐵𝑒𝑙𝑜𝑘
(A)
(C)
𝑦 = 𝑓(𝑥)
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
B

𝑥
0 𝑥1 𝑥2 𝑥3

Gambar 3.1. Grafik 𝑦 = 𝑓(𝑥)

Keterangan gambar .3.1


Titik 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 disebut titik balik (turning point) atau harga stasioner. Di titik 𝐴, yaitu pada
titik 𝑥 = 𝑥1 dicapai harga maksimum, titik 𝐵 dicapai 𝑥 = 𝑥2 dicapaikan harga minimum .
Sedangkan di titik C pada 𝑥 = 𝑥3 mencapai titik setengah maksimum dan setengah minimum,
ini merupakan titik belok (point of inflexion).

Jika 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) , turunan pertama nya 𝑦 = 𝑓 ′(𝑥). Dapat dilihat pada gambar 3.2.

𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑑𝑦 (B)
𝑑𝑥 𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥)

𝑥
0 𝑥1 𝑥2 𝑥3
𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
A

Gambar 3.2. Grafik 𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥)

28
Jika 𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥 ), maka turunan kedua adalah 𝑦 = 𝑓 ′′(𝑥). Dapat dilihat pada gambar 3.3

𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
A
2
𝑑 𝑦
(B)
𝑦 = 𝑓 ′′ (𝑥)
𝑑𝑥 2
𝑥
0 𝑥1 𝑥2 𝑥3

Gambar 3.3. Grafik 𝑦 = 𝑓 ′′ (𝑥)

𝑑𝑦
B. Turunan pertama atau untuk mencari nilai Maksimum dan nilai Minimum.
𝑑𝑥
Diketahui Diketahui 𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) grafik akan turun atau grafiknya naik jika :
𝑑𝑦
a. Jika 𝑑𝑥 > 0 merupakan fungsi naik
𝑑𝑦
b. Jika 𝑑𝑥 < 0 merupakan fungsi turun
𝑑𝑦
c. Jika 𝑑𝑥 = 0 merupakan titik ekstrim.

Titik maksimum jika : 𝑦 = 𝑓(𝑥) dititik 𝑥 = 𝑥0


𝑑𝑦
Untuk 𝑥 < 𝑥0 , 𝑑𝑥 = + , > 0
𝑑𝑦
Untuk 𝑥 > 𝑥0 , 𝑑𝑥 = − , < 0

Titik minimum jika : 𝑦 = 𝑓(𝑥) dititik 𝑥 = 𝑥0


𝑑𝑦
Untuk 𝑥 < 𝑥0 , 𝑑𝑥 = − , > 0
𝑑𝑦
Untuk 𝑥 > 𝑥0 , 𝑑𝑥 = + , > 0

Langkah- langkah untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum :


a. Turunkan fungsi 𝑓 (𝑥 ) dan faktorkan
b. Buat garis bilangan 𝑓(𝑥) untuk menentukan tanda turun (-) dan tanda naik naik (+)
c. Kemudian subtitusikan nilai factor ke 𝑓 ′(𝑥)

29
C. Turunan Kedua untuk mencari titik Maksimum dan titik Minimum.
Defenisi .1
𝑑2𝑦
𝑎. 𝑦 ′′ = 2 > 0 𝑃 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑖𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑑𝑥
′′
𝑑2𝑦
𝑏. 𝑦 = 2 < 0 𝑃 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑖𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑑𝑥
𝑑2 𝑦
𝑐. 𝑦 ′′ = 𝑑𝑥2 = 0 𝑃 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑖𝑚 𝑛𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 (titik belok)

D. Titik Belok (Point of Inflexion)


𝑑2 𝑦
Mencari titik Belok : Jika 𝑦 ′′ = 𝑑𝑥2 = 0
Perhatikan fungsi 𝑦 = 2𝑥 3 + 3𝑥 2 − 12 𝑥 + 1
Untuk nilai minimum , ambil 𝑥 = 1 , lalu subtiutsikan ke 𝑦 = 2𝑥 3 + 3𝑥 2 − 12 𝑥 + 1 atau 𝑦 =
2(1)3 + 3(1)2 − 12 (1) + 1 = −6 jadi titik (1. −6)
Untuk nilai maksimum ambil 𝑥 = −2 , 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒 𝑦 = 2𝑥 3 + 3𝑥 2 − 12 𝑥 + 1
atau 𝑦 = 2(−2)3 + 3(−2)2 − 12 (−2) + 1 = 21 : titik (−2,21)

Fungsi naik adalah 𝑥 > 1 dan 𝑥 < −2


Fungsi turun adalah −2 < 𝑥 < 1

E. Contoh-contoh Latihan :

1
Contoh 40. Selidiki harga maksimum dan minimum dari 𝑦 = 3 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
Penyelesaian :
1
𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
3
𝑦 ′ = 𝑥 2 − 4𝑥 + 3
𝑦 ′ = 0 maka (𝑥 − 3)(𝑥 − 1) = 0
Nilai 𝑥1 = 3 dan 𝑥2 = 1
𝑑𝑦
Syarat ektrim 𝑑𝑥 = 𝑦 ′ = 0
a. Untuk 𝑥1 = 1,
𝑑𝑦
maka 𝑥 < 1, ambil 𝑥 = 0 ; 𝑑𝑥 = (02 ) − 4(0) + 3 = + > 0 (naik)
𝑑𝑦
maka 𝑥 > 1, ambil 𝑥 = 2 ; = (22 ) − 4(2) + 3 = − < 0 (turun)
𝑑𝑥
ada perubahan tanda dari + ke - fungsi tersebut adalah fungsi maksimum
untuk 𝑥 = 1 , maka
1
𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
3
1 1
𝑦 = (1)3 − 2(1)2 + 3(1) + 1 = 2
3 3
7
Titik maksimum (1, )
3

30
b. Untuk 𝑥1 = 3,
𝑑𝑦
maka 𝑥 < 3, ambil 𝑥 = 2 ; 𝑑𝑥 = (22 ) − 4(2) + 3 = − < 0 (turun)
𝑑𝑦
maka 𝑥 > 3, ambil 𝑥 = 4 ; 𝑑𝑥 = (42 ) − 4(+) + 3 = + > 0 (naik)
ada perubahan tanda dari - ke + , maka fungsi tersebut adalah minimum
untuk 𝑥 = 3 , maka
1
𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
3
1
𝑦 = (3)3 − 2(3)2 + 3(3) + 1 = 1
3
Titik minimum (3,1)

Contoh 41. Tentukan titik maksimum atau titik minmum dari fungsi 𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 + 2
Penyelesaian :
𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 + 2
𝑦 ′ = 3𝑥 2 − 3 ; 𝑦 ′ = 0
3𝑥 2 − 3 = 0 maka 𝑥1.2 = ±1

a. Untuk nilai 𝑥 = 1,
𝑥 < 1, maka 𝑥 = 0; 𝑦 ′(0) = 3(0)2 − 3 = − ; < 0 (turun)
𝑥 > 1, maka 𝑥 = 2; 𝑦 ′(2) = 3(2)2 − 3 = + ; < 0 (naik)
Perubahan tanda dari − ke + ini merupakan titik Minimum
Jika 𝑥 = 1 , maka 𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 + 2 = (1)3 − 3(1) + 2 = 0
Jadi titik minimum adalah (1,0)

b. Untuk nilai 𝑥 = −1,


𝑥 < −1, maka 𝑥 = −2 , 𝑦 ′(−2) = 3(−2)2 − 3 = + , (naik)
𝑥 > −1, maka 𝑥 = 0 , 𝑦 ′(0) = 3(0)2 − 3 = − , (turun)
Perubahan tanda dari + ke − ini merupakan titik Maksimum.
Jika 𝑥 = −1 , maka 𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 + 2 = (−1)3 − 3(−1) + 2 = 4
Jadi titik maksimum adalah (−1,4)

1
Contoh 42. Selidiki harga maksimum dan minimum dari 𝑦 = 3 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
menggunakan turunan kedua
𝑑𝑦
Penyelesaian : syarat ekstrim jika 𝑑𝑥 = 0
1 3
𝑦= 𝑥 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
3
𝑦 ′ = 𝑥 2 − 4𝑥 + 3
𝑦 ′′ = 2𝑥 − 40
0 = 𝑥 2 − 4𝑥 + 3 maka (𝑥 − 3)(𝑥 − 1) = 0 , titik 𝑥1 = 3 dan 𝑥1 = 1
a. Untuk 𝑥 = 3 , maka 𝑦 ′′ (3) = 2(3) − 4 = 2 (+) ; > 0 [𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚]
untuk 𝑥 = 3 , maka
1
𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
3

31
1
𝑦= (3)3 − 2(3)2 + 3(3) + 1 = 1
3
Titik minimum (3,1)

b. Untuk 𝑥 = 1 , maka 𝑦 ′′ (1) = 2(1) − 4 = −2 (−); < 0 [𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚]


untuk 𝑥 = 1 , maka

1
𝑦 = 𝑥 3 − 2𝑥 2 + 3𝑥 + 1
3
1 1
𝑦 = (1)3 − 2(1)2 + 3(1) + 1 = 2
3 3
7
Titik maksimum (1, 3)

Contoh 43. Tentukan nilai maksimum/minimum fungsi 𝑦 = 2𝑥 3 + 3𝑥 2 − 12 𝑥 + 1. Gunakan


turunan kedua.
𝑑𝑦
Penyelesaian : titik ekstrim = 0
𝑑𝑥
𝑦 = 2𝑥 3 + 3𝑥 2 − 12 𝑥 + 1
𝑦 ′ = 6𝑥 2 + 6𝑥 − 12
𝑦 ′ = 6(𝑥 2 + 𝑥 − 2)
𝑦 ′′ = 2𝑥 + 1

Lalu difaktorkan menjadi


(𝑥 2 + 𝑥 − 2) = 0
(𝑥 + 2)(𝑥 − 1) = 0.
Jadi titik yang diperoleh,
Untuk (𝑥 + 2) = 0 , maka 𝑥 = −2
Untuk (𝑥 − 1) = 0, maka 𝑥 = 1
Untuk mendapatkan apakah fungsi di atas maksimum maupun minimum. maka
Lakukan turunan ke dua sebagai berikut :
𝑦′ = 𝑥2 + 𝑥 − 2
𝑦 ′′ = 2𝑥 + 1
a. Untuk 𝑥 = 1, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑦 ′′ = 2(1) + 1 = 3 , (+) > 0 jadi fungsi memiliki nilai
minimum.
Untuk 𝑥 = 1 , maka 𝑦(1) = 2(1)3 + 3(1)2 − 12 (1) + 1 = −6
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ (1, −6)

b. Untuk 𝑥 = −2, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑦 ′′ = 2(−2) + 1 = −3 , (-) < 0 jadi fungsi memiliki nilai
maksimum.
Untuk 𝑥 = −2 , maka 𝑦(1) = 2(−2)3 + 3(−2)2 − 12 (−2) + 1 = 21
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ (−2,21)

32
𝑥3 𝑥2
Contoh 44. Tentukan titik balik dari fungsi grafik 𝑦 = 3
− 2
−2𝑥+5

Penyelesaian : ini gambaran kalian lanjutkan penyelesaian. Lihat contoh 1 caranya. Selamat
bekerja .
𝑑𝑦
1. Titik balik diberikan pada pesamaan 𝑑𝑥 = 0
𝑑𝑦
2. Jenis titik baliknya diperoleh dengan ,mensubtitusikan akar-akar persaman 𝑑𝑥 =
𝑑2 𝑦
0 𝑘𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑥2 .
𝑥3 𝑥2
𝑦 = 3 − 2 −2𝑥+5
𝑦′ = 𝑥2 − 𝑥 − 2
𝑦 ′′ = 2𝑥 − 1

𝑑𝑦
Titik belok diberikan pada = 0 maka 𝑥 2 − 𝑥 − 2 = 0 maka nilai akar-akarnya adalah
𝑑𝑥
(𝑥 − 2)(𝑥 + 1) jadi titik belok ada pada titik 𝑥 = 2 dan 𝑥 = 1
Untuk 𝑥 = 2 maka
23 22
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(2) = − − 2(2) + 5
3 2
8 8
𝑓 (2) = − 2 − 4 + 5 = jadi ordinat 5/3 atau 𝑦 = 5/3
3 3
𝑦 ′′ = 2𝑥 − 1 => 2(2 − 1 = 3 memiliki nilai minimum 𝑦 ′′ > 0 atau

Untuk nilai 𝑥 = −1
(−1)3 (−1)2
𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (−1) = − − 2(−1) + 5
3 2
−1 1 5 37
𝑓 (−1) = −2+2+ 5 = −6+7 = jadi ordinat 37/6 atau 𝑦 = 37/6
3 6

𝑦 ′′ = 2𝑥 − 1 => 2(−1) − 1 = −5 memiliki nilai maksimum 𝑦 ′′ < 0

𝑑2 𝑦 1
Pada titik belok 𝑑𝑥2 = 0 => 2𝑥 − 1 = 0 maka 𝑥 = 2
Titik belok bisa terjadi jika ada perubahan tanda
Mari kita cek
1
Untuk 𝑥 = 2 + 𝑎 , 𝑎 ∈ 𝑁
𝑑2 𝑦 1
𝑦 ′′ = 𝑑𝑥 2
= 2𝑥 − 1 => 2 (2 + 𝑎) − 1 = 1 + 2𝑎 − 1 = 2𝑎 positif

1
Untuk 𝑥 = 2 − 𝑎 , 𝑎 ∈ 𝑁
𝑑2 𝑦 1
𝑦 ′′ = = 2𝑥 − 1 => 2 (2 − 𝑎) − 1 = 1 − 2𝑎 − 1 = −2𝑎 negatif
𝑑𝑥 2

𝑑2 𝑦 1
Ada perubahan tanda pada 𝑦 ′′ = artuinya titik belok terjadi pada 𝑥 =
𝑑𝑥 2 2
1 1
1 𝑥3 𝑥2 ( )3 ( )2 1 1 1 1
𝑓( ) = − −2𝑥+5 = 2
− 2
−2( )+ 5 = − +4=
2 3 2 3 2 2 24 8 6

33
1 1
titik belok (2 , 6)

Contoh 45. Tentukan titik belok dari fungsi 𝑦 = 3𝑥 5 − 5𝑥 4 + 𝑥 + 4


𝑦 = 3𝑥 5 − 5𝑥 4 + 𝑥 + 4
𝑦 ′ = 15𝑥 4 − 20𝑥 3 + 1
𝑦 ′′ = 60𝑥 3 − 60𝑥 2

• titik belok dapat terjadi pada 𝑦 ′′ = 0


60𝑥 3 − 60𝑥 2 = 0 => 60𝑥 2 (𝑥 − 1) = 0
Jadi titk belok terjadi pada 𝑥 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 1

Untuk 𝑥 = 0 maka
Ambil 𝑥 = 𝑎 => 60(𝑎)2 (𝑎 − 1) = + + − = −
Ambil 𝑥 = −𝑎 => 60(−𝑎)2 (−𝑎 − 1) = + + − = −
Tidak ada perubahan tanda dapat disimpulkan bahwa di titik 𝑥 = 0 tidak titik ekstrim (belok).

Untuk 𝑥 = 1 maka
Ambil 𝑥 = 1 − 𝑎 => 60(1 − 𝑎)2 (1 − 𝑎 − 1) = + + − = −
Ambil 𝑥 = 1 + 𝑎 => 60(1 + 𝑎)2 (1 + 𝑎 − 1) = + + + = +
Ada perubahan tanda dapat disimpulkan bahwa di titik 𝑥 = 1 ada titik ekstrim (belok).

𝑦 = 𝑓 (𝑥 ) = 3𝑥 5 − 5𝑥 4 + 𝑥 + 4
𝑦 = 𝐹 (1) = 3(1)5 − 5(1)4 + 1 + 4 = 3 − 5 + 5 = 3
Maka titik belok terjadi pada titik (1,3)

Contoh 46. Tentukan nilai stasioner 𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 2 − 9𝑥


Penyelesaian :
𝑦 = 𝑥 3 − 3𝑥 2 − 9𝑥
𝑦 ′ = 3𝑥 2 − 6𝑥 − 9
𝑦 ′′ = 6𝑥 − 6

𝑑𝑦
𝑑𝑥
= 0 maka 3𝑥 2 − 6𝑥 − 9 = 0 , maka 𝑥 2 − 2𝑥 − 3 = 0
(𝑥 − 3)(𝑥 + 1) = 0 , nilai 𝑥1 = 3 dan 𝑥2 = −1

a. Untuk nilai 𝑥 = 3, 𝑦 ′′(3) = 6(3) − 6 = + , > 0 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚


Titik minimum untuk 𝑥 = 3, 𝑦(3) = (3)3 − 3(3)2 − 9(3) = −27
Adalah 𝐴(3,27)
Untuk nilai 𝑥 = −1, 𝑦 ′′(−1) = 6(−1) − 6 = − , < 0 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Titik maksimum untuk 𝑥 = −1, 𝑦(−1) = (−1)3 − 3(−1)2 − 9(−1) = 5
Adalah 𝐵(−1,5

34
F. Latihan- Latihan soal

1. Tentukan titik kritis, maksimum, minimum dan interval naik atau turun, jika ada dari
1 1
𝑓 (𝑥 ) = 3 𝑥 3 + 2 𝑥 2 − 6𝑥 + 8

2. Jika fungsi 𝑓(𝑥 ) diberikan 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 4 + 2𝑥 3 − 3𝑥 2 − 4𝑥 + 4 , Tentukan titik kristis, nilai


minimum dan maximum, fungsi naik atau turun.

3. Biaya bahan bakar untuk menjalankan lokomotif sewbanding dengan kuadrat kecepatanya
dan sebesar 25 dollar perjam untuk keceapatan 25 mil per jam . Biaya lainnya 100 dolaar
per jam, tidak bergantung kecepatan. Tentukan kecepatan yang meminimalkan biaya per
mil.
4. Gunakan trunan kedua untuk menentukan fungsi ekstrem relative
a. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 (12 − 2𝑥 )2
250
b. 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 + 𝑥
c. 𝑓 (𝑥 ) = (𝑥 − 2)2/3

5. Sebuah bola dilemparkan ke atas, tinggi bola pada 𝑡 detik dinyatakan dengan persamaan
𝑦(𝑡) = −5𝑡 2 + 40 𝑡 (dalam meter) Hiutn tinggi maksimum yang dapat dicapai (4 meter).

6. Kawat sepanjang 60 cm akan dibuat kerangka seperti gabar dibawah ini :

L
L

G. Daftar Pustaka
1. Sudaryono, 2015., “Kalkulus Diferensial dan Integral” Edidi pertama. Prenadamedia
Group. Jakarta

2. Daud Pinem. M. 2015., “ Kalkulus “ . cetakan pertama, Rekayasa Saint, Bandung.

3. Susanto, Gunawan, 1977, “ Soal dan Penyelesaian Analisa I “, diktat. Delta Teknik
Group Jakarta.

4. Ayres Frank, JR, Elliot Mendelson, 2006, “Kalkulus” Edisi Keempat, Penerbit
Erlangga, Jakarta . (terjemahan)

5. Thomas Christopher, 1997., “Introduction to Differential Calculus” Mathematics


Learning Centre University of Sydney

6. by J.H. Heinbockel, 2012.,” Introduction to Calculus Volume I” Professor of


Mathematics Old Dominion University., Paper or electronic copies
file:///Users/mac/Documents/Data/@@DOKUMEN!1%255/@Buku%20kalkulus13/
Volume-1-1.pdf

35
7. https://asimtot.files.wordpress.com/2010/05/turunan-titik-ekstrim-minimum-
maksimum-dan-titik-belok.pdf tanggal 5/5/2020. Pukul 10.10 WIB
8. https://soalfismat.com/penyelesaian-contoh-soal-nilai-stasioner-nilai-minimum-dan-
maksimum/
9. https://asimtot.wordpress.com/2010/10/29/keberadaan-maksimum-dan-minimum-dan-
titik-kritis/

36

Anda mungkin juga menyukai