Anda di halaman 1dari 34

Makalah Sosiologi Kesehatan

“ Gabungan Ringkasan Kelompok “

Tugas ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah sosiologi
kesehatan

Disusun Oleh :

Sundari Rahayu
Tafi Verora
Thelsa Zarvika
Ulfa Taufik
Vella Aulya Rahmi
Winatun Hasanah
Yosi Fatmawati

Dosen Mata Kuliah : Dewi Rosmalia, SKM,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

JURUSAN D3 KESEHATAN GIGI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ” Sosiologi
Kesehatan " yang berjudul Gabungan Ringkasan Kelompok.

Tak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada rasulullah SAW,yang telah
menyelamatkan kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang teraang menerang layaknya saat ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.Namun
terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bukittinggi, November 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gender dan Kesehatan....................................................................................2

2.2 Negara, Politik dan Kesehatan........................................................................8

2.3 Perubahan Sosial dan Pengaruhnya..............................................................13

2.4 Perubahan Sosial dan Pengaruhnya di Bidang Kesehatan............................21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................26

3.2 Saran.............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosiologi kesehatan merupakan cabang yang masih relatif baru dalam sosiologi.
Cabang sosiologi ini semula dikenals dengan berbagai nama, salah satunya adalah sosiologi
medis. Sosiologi medis ini mula-mula berkembang di Amerika Serikat melalui beberapa
tahap sejak tahun 1920-an. Sosiologi medis oleh Robert Straus diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya
sosiologi mengenai bidang medis menyajikan kajian sosiologis terhadap faktor bidang medis.
Kajian ini dilakukan oleh para sosiolog dengan tujuan pengembangan ilmu dan teori
sosiologi. Posisi para sosiolog dalam hal ini ada di luar bidang medis.
Sosiologi kesehatan juga membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan
sosiologi dalam kesehatan. Sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis
dengan motif masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan merupakan penelitian
dan pengajaran yang dimotivasi oleh adanya masalah kesehatan. Selain oleh sosiologi,
masalah kesehatan dipelajari pula oleh disiplin ilmu lain, seperti antropologi (antropologi
medis) dan ilmu ekonomi (ekonomi kesehatan). Di samping itu, masalah kesehatan juga
dikaji oleh cabang-cabang ilmu sosial lainnya, seperti ilmu hukum, ilmu politik, ilmu sejarah,
dan psikologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Gender dan Kesehatan ?
2. Apa yang dimaksud dengan Negara, Politik, Kesehatan ?
3. Bagaimana Perubahan Sosial dan Pengaruhnya ?
4. Perubahan Sosial dan Pengaruhnya di Bidang Kesehatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Gender dan Kesehatan
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Negara, Politik, Kesehatan
3. Untuk mengetahui Bagaimana Perubahan Sosial dan Pengaruhnya
4. Untuk Mengetahui Perubahan Sosial dan Pengaruhnya di Bidang Kesehatan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Gender dan Kesehatan
a. Definisi Undang-undang Kesehatan

UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan


sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental
dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan (Dewi Rosmalia dan Yustiana Sriani, 2017).

b. Pengertian Gender
Gender adalah peran dan tanggung jawab yang ditujukan kepada laki- laki dan
juga perempuan. Peran ini ditetapkan oleh masyarakat dan budaya (konstruksi dapat
diartikan sebagai pembahasan tentang posisi perempuan dan laki-laki sosial).
Pembahasan mengenai gender dalam hal akses. peran, dan kontrol keduanya terhadap
sumber-sumber kehidupan, tanggung jawab. manfaat, hak-hak, dan lain-lain. Misalnya,
perempuan lebih sifat dikenal dengan yang lemah lembut, cantik, emosional, dan
keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional. jantan, dan perkasa.
c. Peran Gender

Perbedaan gender selanjutnya melahirkan adanya peran gender. Peran


gender ini mengklasifikasikan perbedaan peran-peran di antara perempuan dan
laki-laki. Laki-laki umumnya berada di ranah publik sedangkan perempuan
berada di ranah domestik. Hal ini tentunya dianggap mendorong ketidakadilan
gender. Peran gender juga merupakan hasil dari interpretasi suatu budaya
terhadap perbedaan biologis di antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu,
peran gender di antara perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan di setiap
tempat, wilayah, atau suku. Salah satu dampak dari peran gender terhadap relasi
sosial perempuan dan laki-laki, yaitu adanya relasi sosial yang hierarkis dan
cenderung dominatit (s Dalimoenthe,Ikhlasiah. 2020).

d. Jenis peran dalam gender


1. Peran Gender

Peran gender merupakan peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki


sesuai dengan status, budaya, lingkungan, dan struktur masyarakatnya. Peran
tersebut diajarkan kepada setiap anggota masyarakat, komunitas, dan
kelompok sosial tertentu yang dipersepsikan sebagai peran perempuan dan
laki-laki.
2. Peran Produktif
Peran produktif mengacu kepada kegiatan yang menghasil kan barang dan
pelayanan untuk konsumsi dan perdagangan (Bhasin, 2000). Hal itu
termasuk pada semua pekerjaan di kantor, pabrik, pertanian dan lainnya
yang kategori aktivitasnya dipakai untuk menghitung produksi bruto suatu
negara. Meskipun perempuan dan laki-laki keduanya terlibat di dalam ranah
publik lewat aktivitas produktif, namun masyarakat tetap menganggappencari nafkah
adalah laki-laki.
3. Peran Reproduktif
Peran reproduktif dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu biologis dan sosial.
Reproduksi biologis mengacu pada proses melahirkan seorang manusia,
yakni suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh perempuan.
Reproduksi sosial merujuk kepada semua aktivitas merawat dan mengasuh,
yang diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan bertahannya hidup
(Kamla Bhasin, 2000). Dengan demikian, aktivitas reproduksi adalah
aktivitas yang mereproduksi tenaga kerja manusia. Aktivitas memasak,
memberi makan anak, mencuci, merawat anak, dan aktivitas rumah tangga
lainnya masuk dalam kategori ini( Dalimoenthe,Ikhlasiah. 2020).
4. Peran Sosial (Kemasyarakatan)
Kegiatan kemasyarakatan merujuk kepada semua aktivitas yang diperlukan
untuk menjalankan dan mengorganisasikan kehidupan masyarakat. Peran
kemasyarakatan yang dijalankan perempuan adalah melakukan aktivitas
yang digunakan bersama, misalnya pelayanan kesehatan di Posyandu,
partisispasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan kebudayaan (kerja bakti,
gotong royong. pembuatan jalan kampung, dan lain-lain).

e. Kaitan gender dengan kesehatan

Di bidang kesehatan kita jumpai bahwa adanya perbedaan antara


distribusi morbiditas dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. Cockerham
mengatakan bahwa penyebab kaum laki-laki memiliki harapan hidup lebih
pendek dari kaum perempuan salah satunya disebabkan karena sebagai
organisme biologis kaum laki-laki memiliki lebih banyak kelemahan daripada
kaum perempuan yang menjadikan laki-laki lebih rentan terhadap penyakit dan
kelainan sejak masih berada dalam kandungan (Dewi Rosmalia dan Yustiana
Sriani, 2017).
f. Pengaruh gender terhadap kesehatan reproduksi
1. Laki – laki tidak terlalu tertarik untuk mempelajari kesehatan seksual dan
reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung terbatas. Hal ini menyebabkan
laki-laki kurang berminat mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit.
misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS). (Dalinmoenthe, Ikhlasialı. 2020).
2. Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadap
kesehatannya. Namun menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan
mereka, melainkan karena ketidakberdayaannya (isu gender). Di beberapa
tempat di Indonesia, kawin muda dianggap sebagai takdir yang tidak bisa
ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan dengan siapa
mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah
ataupun keluarga laki-laki lainnya. ( Dalimoenthe,Ikhlasiah. 2020).

g. Budaya yang berpengaruh terhadap gender


1. Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah
tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi
kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat mengharapkan pria dan wanita untuk berpikir,
berperasaan, dan bertindak dengan pola-pola tertentu, dengan alasan hanya karena
mereka dilahirkan sebagai wanita atau pria, Gender yang di hubungkan dengan jenis
kelaminnya tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat.
3. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia,
tergantung pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat
tersebut.Peran jenis kelamin bahkan tidak sama di dalam suatu masyarakat,
tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya.
4. Peran gender di ajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak-
anaknya.
h. Bentuk-bentuk ketidakadilan dan keadilan gender
1) Ketidakadilan Gender
Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dengan pembedaan
peran dan posisi sebagaimana realita yang ada pada dunia dewasa ini, tidak
akan menjadi masalah selama itu adil.

Bentuk-bentuk ketidakadilan gender tersebut saling terkait dan


berpengaruh satu dengan lainnya, di antaranya bentuk-bentuk ketidakadilan
gender adalah berikut ini. s

1) Subordinasi
Artinya suatu penilaian atau anggapan bahwa peran yang dilakukan oleh
satu jenis kelamin lebih utama atau lebih penting dari yang lain. Dengan
kata lain, sebuah posisi atau peran yang merendahkan nilai peran yang
lain. Salans Satu jenis kelamin dianggap lebih penting, utama, dan tinggi
dibandingkan jenis kelamin lainnya. Misalnya, laki-laki sebagai
pemimpin ( Dalimoenthe,Ikhlasiah. 2020).

2) Marjinalisasi (Peminggiran)
Artinya suatu proses peminggiran menggeserkan kepinggiran. Anggapan
bahwa anak perempuan lebih teliti maka mereka diarahkan untuk mengikuti
sekolah guru, perawat, sekretaris, dan sejenisnya. İronisnya masih ada yang
menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
pekerjaan lain yang bersifat maskulin( (Dalimoenthe Ikhlasiah. 2020).

3) Beban Ganda ( Double Burden )


Artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih
banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Masuknya perempuan disektor publik
tidak senantiasa diiringi dengan berkurangnya beban mereka di dalam rumah
tangga.

4) Stereotip
Artinya pemberian label atau cap yang dikenakan kepada seseorang atau
kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah atau sesat.
Pelabelan atau pandangan terhadap suatu kelompok/seks tertentu yang
sering kali bersifat negatif dan secara umum melahirkan ketidakadilan.
5) Kekerasan
Artinya bentuk perilaku baik verbal maupun nonverbal yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang sehingga menyebabkan efek negatif
secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap orang yang menjadi
sasarannya.

2. Keadilan

Keadilan gender biasanya merujuk pada aplikasi keadilan sosial


dalam hal pemberian kesempatan yang sama antarlaki-laki dan perempuan.
Keadilan di sini tidak berarti bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama
dalam segala hal, namun yang dimaksud adalah bahwa pemberian suatu
kesempatan atau akses tidak tergantung pada perbedaan jenis kelamin.

Di antara gambaran dan indikasi adanya upaya untuk


mewujudkan keadilan gender adalah berikut ini ( Dalimoenthe,Ikhlasiah.
2020).
1) Menerima dan memandang secara wajar perbedaan pada laki-laki dan perempuan,
karena adanya penghormatan pada perbedaan termasuk wujud dan ketidakadilan
gender.
2) Mendiskusikan bagaimana cara merombak struktur masyarakat yang
membedakan peran dan relasi antara laki-laki dan perempuan, serta
berupaya menyeimbangkannya.

3) Meneliti kemamapuan dan bakat masing- masing warga negara, baik laki-
laki maupun perempuan, untuk terlibat dalam pembangunan masyarakat,
memecahkan berbagai permasalahannya dan mempersiapkan masa
depannya.
4) Memperjuangkan secara terus-menerus hak asasi manusia, dimana gender
merupakan salah satu dari bagiannya yang tak terpisahkan.
5) Mengupayakan perkembangan dan penegakan demokrasi dan
pemerintahan yang baik dalam semua institusi msyarakat, dengan
melibatkan perempuan dalam semua levelnya.

Daftar Pustaka :

Rosmalia, Dewi dan Sriani,Yustiana (2017) Sosiologi Kesehatan.Jakarta Selatan.


Dalimoenthe, Ikhlasiah. (2020) Sosiologi Gender. Jakarta.
2.2 Negara, Politik dan Kesehatan
a. Pengertian negara, Politik dan Kesehatan
1. Negara
 Negara merupakan salah satu konsep dalam sosiologi yang paling sentral karena
negara menjalankan banyak fungsi dan mengatur hampir seluruh aspek hidup
manusia.
 Menurut Weber sebuah negara menuntut monopoli, diperbolehkannya penggunaan
kekuasaan fisik dalam wilayah teritorial yang memerlukan pengawasan secara
efektif.
 Martin Albrow dan Zigmunt Bauman menyatakan negara berbangsa tunggal berada
dalam puncak kemunduran seiring munculnya masyarakat global.
 Dalam arti formal negara diartikan sebagai organisasi kekuasaan pemerintah pusat
dengan karakteristik kewenangan menjalankan paksa fisik secara syah. Dalam arti
material negara adalah sebagai kelompok masyarakat atau persekutuan hidup.

Sifat negara antara lain:


a. Memaksa, agar peraturan yang berlaku ditaati demi terciptanya ketertiban
masyarakat.
b. Monopoli, negara memonopoli dalam menetapkan tujuan bersama, negara
memiliki wewenang untuk melarang hidup dan menyebarluaskan aliran
kepercayaan atau aliran politik yang mengganggu ketertiban umum dan
bertentangan dengan tujuan masyarakat.
c. Peraturan perundangan, berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
Fungsi negara yakni untuk perlindungan, penertiban, mengusahakan
kesejahteraan dan kemakmuran, pertahanan, menegakkan keadilan, hal ini harus
dilakukan demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan umum yang dipengaruhi oleh
kepentingan politik, ekonomi dan sosial yang ada pada suatu saat.
Tujuan negara menurut Plato adalah memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi sendiri, menurut Aristoteles tujuan negara adalah untuk menyelenggarakan
hidup yang baik bagi semua warga.
2. Politik
 Dalam arti kepentingan umum (politics)
Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan
umum, baik yang berada dibawah kekuasaan pusat, maupun daerah.
 Dalam arti kebijaksanaan (policy)
Dalam mencapai suatu tujuan, diperlukan banyak perkiraan dan
pertimbangan yang dimaksudkan agar masing-masing pertimbangan tersebut
memiliki resiko negatif dan positif.
 Pengertian Politik Kesehatan
Bambra et all (2005) dan Fahmi Umar (2008) mengemukakan mengapa
kesehatan itu adalah politik, karena dalam bidang kesehatan adanya disparitas
derajat kesehatan masyarakat, dimana sebagian menikmati kesehatan dan sebagian
lagi tidak. Kesehatan adalah bagian dari politik karena derajat kesehatan atau
masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan yang dapat diarahkan atau mengikuti
kehendak terhadap intervensi politik.
Ciri- cirri sistem politik, yaitu:
a. Setiap sistem politik memiliki struktur politik.
b. Setiap sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, meski kadarnya
berbeda.
c. Semua struktur politik melaksanakan banyak fungsi
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran.
3. Kesehatan
Menurut UU, kesehatanadalahkeadaansejahteradaribadan, jiwa, dansosial yang
memungkinkansetiap orang hidupproduktifsecarasosial, danekonomis.

b. Tujuan kesehatan masyarakat


Adapun tujuan umum dan tujuan khusus kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut:
1. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara
mandiri.
2. Khusus
a. Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam pemahaman
tentang pengertian sehat sakit.
b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.
c. Tertangani/terlayani kelompok keluargarawan, kelompok khusus dan kasus yang
memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan.

c. Faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat


1. Faktor Genetik
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan
perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi.
2. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas


akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.

3. Faktor Prilaku Masyarakat


Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan
tingkah laku (peranserta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap
potensial berkembang di masyarakat.
4. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam


meningkat kan derajat kesehatan.

d. Fungsi politik dan ekonomi kesehatan


Kesehatan dan kedokteran pada masyarakat kapitalis maju berorientasi pada
pengobatan (curing) melalui penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya
tinggi. Yang paradok, penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada masyarakat secara
umum tidak mudah diobati dengan cara pengobatan itu, meski berkurang.

Selain itu, pengorganisasian pemeliharaan kesehatan memiliki tiga fungsi ideologi, yaitu
a. Dengan penyediaan pelayanan kesehatan, organisasi mempertahankan status quo,
bertindak sebagai agen control sosial yang melimpahkan apa yang secara mendasar
merupakan masalah social ketingkat individu.
b. Organisasi pelayanan kesehatan dalam rumusannya tentang pelayanan rumah sakit
dan konsumsi obat-obatan sebagai pelayanan kesehatan, organisasi ini memproduksi
mode produk sikapitalis.
c. Organisasi pelayanan kesehatan mereproduksi struktur kelas kapitalis baik dalam
pengorganisasian pekerja kesehatan maupun dalam polakonsumsi yang
dihasilkannya.

e. Faktor politik yang mempengaruhi pencapaian universal coverage jaminan


kesehatan
a. Kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
pada dasarnya semua program akan berjalan lancar dengan adanya campur tangan
pemerintah yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan program jaminan kesehatan
yang kedepannya dapat memperbaiki kesehatan masyarakat.
b. Stabilitas politik dalam Negeri.
Jaminan Kesehatan sebagaimana halnya harus sama dengan Jaminan Sosial
karena itu bersifat wajib untuk kesejahteraan masyarakat, dengan proses politik yang
relatif stabil dan kondusif, maka program yang dijalankan akan berhassil dan sesuai
dengan rencana yang dirancang sedemikian rupa.
f. Peran Masyarakat dalam Menanggapi Politik Kesehatan
Masyarakat yang memiliki kemampuan dibidang ini, seharusnya melakukan
pemberdayaan masyarakat disekitar lingkungannya dengan meningkatkan pengetahuan
melalui program edukasi, Melakukan berbagai macam bentuk kemampuan untuk
menciptakan ide-ide baru dan inovasi guna menyelaraskan masyarakat yang kritis.
g. Sifat Politik Kesehatan
Kesehatan adalah politik karena kekuasaan dilaksanakan sepanjang itu sebagai
bagian dari sistem ekonomi, social dan politik yang lebih luas. Perubahan sistem ini
membutuhkan kesadasran dan perjuangan politik.
h. Ketidaksetaraan Kesehatan
Ketidaksetaraan kesehatan ini terus berlanjut dalam sebuah Negara misalnya
perbedaan kelas sosialekonomi, gender dan kelompok etnik diantara mereka. Perbedaan
pandangan tidak hanya pada apakah secara scientific dan ekonomi memungkinkan
ketidaksetaraan kesehatan ini dapat terjadi tetapi juga perbedaan pandangan ideology dan
politik dapat menjadi penyebab terhadap masalah tersebut.

Daftar Pustaka:
Adnani Hariza. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika

A.L. Slamet Ryadi. 1982. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dasar Dasar dan Syarat

Perkembangannya. Usaha Nasional:Surabaya

Dainur. 1992. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Widya Medika: Jakarta

Phipipus Ng, Aini N. 2004. Sosiologi dan politik. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada

Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana

Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers

Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta:
Rajawali Pers

White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers
2.3. Perubahan Sosial dan Pengaruhnya
a. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan social merupakan perubahan yang terjadi dalam system social. Lebih
tepatnya ada perbedaan antara keadan system tertentu dalam jangka waktu yang
berlainan. Perubahan social pasti memberikan suatu arah dan tujuan, pengaruh perubahan
social dapat diketahui seseorang yang sempat mengadakan penelitian yang kemudian
dibandingkan dengan kondisi penelitian sebelumnya. perubahan social dapat berupa suatu
kemajuan atau kemunduran yang memberikan dampak negative dan juga positifnya.
(Idi,2011:207). Menurut beberapa para ahli perubahan social yaitu :

a. Gilin
Perubahan social adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara
hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideology maupun adanya difusi atau penemuan-
penemuan baru yang ada di dalam masyarakat.
b. Emile Durkheim
Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari factor-faktor ekologis dan
demografis yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisonal yang diikat
solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyrakat modern yang diikat oleh
organistik.
c. Kingsley Davis
Perubahan social merupakan perubahan-perubahan yang terjadi daalam
struktur dan fungsi masyarakat.
d. William F. Ogburn
Perubahan social adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan
baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari
unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur immaterial.
e. Samuel Koenig
Mengatakan bahwa perubahan social menunjuk pada modifikasi-modifikasi
yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modfikasi terjadi
karena sebab-sebab intern menuju sebab-sebab ekstern.
f. Karimax
Perubahan social terjadi karena perkembangan teknologiatau kekuatan
produktif dan hubungan antara kelas-kelas social yang berubah.
g. Munandar
Perubahan social adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
dari bentuk-bentuk masyarakat.
Jadi, Perubahan social merupakan perubahan perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system
social, termasuk nilai-nilai social, sikap social, dan pola perilaku diantara kelompok-
kelompok dalam masyarakat.

b. Tujuan Perubahan Sosial

Tujuan perubahan sosial yaitu untuk memperbaiki hubungan antara sesama di


mana seiring berjalannya waktu maka perilaku manusia berbeda satu sama lain.
Perubahan Sosial biasanya terjadi dikarenakan perubahan lembaga sosial dan
meningkatnya jumlah masyarakat.

c. Bentuk Bentuk Perubahan Sosial Budaya

1. Perubahan Sosial Kebudayaan Berdasarkan Perencanaannya : (Perubahan yang


direncanakan (Planned Change)/ perubahan yang dikehendaki (intended change)),
Perubahan yang tidak direncanakan (Unplanned Change)/ perubahan yang tidak
dikehendaki (unintended change)).
2. Perubahan Sosial Kebudayaan Berdasarkan Waktunya : (Perubahan Sosial
Lambat (Evolusi)), (Perubahan sosial cepat (Revolusi)),
3. Perubahan Sosial Kebudayaan Berdasarkan Pengaruhnya: (Perubahan yang
pengaruhnya kecil), (Perubahan yang pengaruhnya besar).

d. Dampak Perubahan Sosial

1. Dampak postif 

 Pada masyarakat dengan pendidikan maju menjadi makin kritis pola berpikirnya.

 Masyarakat yang berpikir rasional cenderung menjauhi berbagai hal irasional.

 Berbagai peralatan hidup manusia semakin memudahkan kehidupan.

 Taraf hidup masyarakat meningkat.

 Tersedia lebih banyak barang dan jasa.

 Seseorang lebih mungkin memikirkan hal yang bersifat perikemanusiaan.

 Perubahan budaya pertanian subsistem menjadi sistem intensifikasi pertanian

yang mampu menuju swasembada pangan.

 Dalam bidang industri, terjadi proses perkembangan pesat yang berkaitan dengan
mutu atau pun jumlah.
 Pada bidang teknologi terjadi proses perkembangan alih teknologi. 
 Masyarakat terdorong berusaha meningkatkan kemampuannya agar bisa berperan
serta dalam pembangunan.

2. Dampak negatif 

 Bentuk kesenian tradisional terdesak kesenian modern. Bentuk peralatan tradisional


terdesak pula oleh peralatan modern.

 Kerja fisik manusia berkurang karena tergantikan oleh mesin.

 Muncul sikap individualistis, materialisme, dan sikap hidup mewah dalam kehidupan
sosial, terutama bagi masyarakat yang sukses dalam ekonomi.

 Semakin pudarnya prinsip-prinsip kekeluargaan di kehidupan bermasyarakat.


 Nilai-nilai hidup rohaniah akan tergerus.

 Muncul keresahan sosial akibat pencemaran lingkungan hidup. 

 Hasil pembangunan belum dapat dinikmati secara menyeluruh dan merata oleh rakyat
yang berakibat muncul kesenjangan sosial.

e. Karakteristik Perubahan Sosial


Perubahan Sosial memiliki beberapa karakteristik yaitu:

1. Pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.


2. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
3. Perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
4. Perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
5. Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahanperubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
idiologi
6. maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
7. Modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia
8. Segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

f. Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial

Ada 3 (tiga) aliran atau mazhab yang dapat menjelaskan penyebab terjadinya
perubahan social, yakni sebagai berikut :

a. Mahzab idealistic (platonian), yakni memiliki alasan bahwa perubahan social banyak
dipengaruhi oleh adanya cara berfikir (mindset dan ide), serta tata nilai dan kepercayaan
(value and belief).
b. Mahzab gagasan dan gerakkan budaya (gus durian), yakni memiliki pandangan bahwa
perubahan sosial akan terjadi selaras dengan perubahan nilai-nilai budaya setempat (local
genuine, local indegeneous).
c. Masyarakat itu sendiri ( termasuk intervensi dari pemerintah dan kelompok-kelompok
filantropis).
Setiap perubahan yang terjadi terjadi dimasyarakat pasti diakibatkan oleh adanya
suatu sebab-sebab yang menimbulkannya. Demikian juga dengan perubahan social.
Perubahan social yang terjadi dimasyarakat disebabkan oleh adanya factor yang meliputi
factor intern dan ekstern yaitu :
1. Factor Intern
Berikut beberapa factor penyebab intern dari perubahan social :
a. Adanya Inovasi dan Invasi
b. Adanya Perubahan Struktur dan Jumlah Penduduk
c. Adanya Gerakkan Social Baru (New Social Movement)
Factor yang mendorong timbulnya gerakan social baru yaitu :
1) Terjadinya kegagalan social (social failure) dalam suatu institusi atau organisasi
social kemasyarakatan
2) Adanya ketidakpuasan individu dalam kelompok masyarakat
3) Timbulnya keresahan dan kegelisahan social dalam masyarakat yang ditampakkan
dalam pendapat umum atau opini public (misalnya melalui media social)
4) Adanya peluang untuk membentuk suatu institusi baru atau suaru tatanan baru,
yang dianggap mampu memenuhi harapan masyarakat kedepannya.
d. Adanya Konflik Social Dalam Masyakarat
2. Factor Ekstern
Berikut beberapa factor penyebab ektern dari perubahan social yaitu :
a. Adanya Inovasi Dibidang Komunikasi, Informasi dan Teknologi
b. Adanya Perperangan
c. Adanya Perubahan Lingkungan Atau Ekologi
d. Adanya Pengaruh Dari Kebudayaan Masyarakat Lain

g. Proses Perubahan Sosial Budaya (Hanifa Rahmadya)

Menurut Roy Baskhar dalam Salim(2002), perubahan sosial biasanya terjadi secara
wajar, gradual, bertahap, serta tidak pernah terjadi secara radikal atau revolusioner.
Proses perubahan sosial meliputi:
a. Proses Reproduction
Proses production adalah proses mengulang-ngulang, menghasilkan kembali
segala hal yang diterima segala warisan budaya nenek moyang kita sebelumnya.
Seperti benda, teknologi, adat, norma dan nilai-nilai.
b. Proses Transformation
Proses transformation merupakan suatu proses penciptaan hal baru yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Soekanto dan Sulistyowati (2013) mengatakan bahwa proses perubahan sosial
melalui empat tahap yaitu:
a. Adaptasi (Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan)
b. Saluran perubahan
c. Disintegrasi atau Disorganisasi
d. Reintegrasi atau Reorganisasi

h. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial


1. Faktor pendorong

 Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain

 Adanya sikap terbuka terhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju

 Adanya system pendidikan formal yang maju

 Sikap berorientasi kemasa depan

 System lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open sertification)

 Adanya komposisi penduduk yang heterogen

 Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya

 Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

2. Faktor penghambat

 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat


 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

 Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.

 Adat dan kebiasaan yang kuat

 Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat (vested interests)

 Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup

 Hambatan yang bersifat ideologis

 Sikap masyarakat yang sangat tradisional

 Sikap masyarakat yang ragu-ragu

 Mempertahankan sesuatu hal yang lama

 Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang baru

Daftar Pustaka :

Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skema Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara.

Aman, dkk. (2009). Sosiologi 3: Untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Sosial, Jakarta: Pusat
perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Indraddin, Irawan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish.

Jayanti, Sri, I. G. A. (2021) ‘Perubahan Sosial Budaya dan Globalisasi’.

Lubis, M. S. A. (2018) ‘Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan’, Al-Ikhtibar: Jurnal


Ilmu Pendidikan, 5(2), pp. 513–523. doi: 10.32505/ikhtibar.v5i2.558.

Major Systems of Art, Truth, Ethics, Law and Social Relationships (1957(reprinted 1970) ed.).
Boston: Extending Horizons Books, Porter Sargent Publishers. ISBN 0-87558-029-7.

Nabila, P. (2014) Dampak perubahan sosial budaya dalam pendidikan.

Paradigm Science. Boston: Allyn and Bacon.


Phipipus Ng, Aini N.2004. Sosiologi dan politik. Jakarta;PT Raja Grafindo persada

Ponsion. 1969. The Analysis of Social Change Reconsidered. Paris: The Hague.

Ritzer G,Goodman JD.2010. Teori sosiologi modern, Edisi ke-6, Jakarta;kencana

Rex John, 1985.Analisa Sistem Sosial(Terj.,). Jakarta:PT Bina Aksara

Ritzer, George dan Goodman, Douglas. 1980. Sociology: A Multiple

Rosmalia, Dewi & Sriani, Yustiana (2017) SOSIOLOGI KESEHATAN.

Scott J.2011.sosiologi: The key concepts.jakarta:Rajawali perts

Soekanto S. 2014. Sosiologi suatu pengantar,Edisi revisi; cetakan ke-6 jakarta: Rajawali perts

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Soemardjan, Selo & Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, 1974, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta, Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics: A Study of Change in

Sosial, B. P. and Kebudayaan, D. A. N. (2016) ‘Bentuk-bentuk perubahan sosial dan


kebudayaan’, pp. 180–205.

Sriyana, 2020, Perubahan Sosial Budaya, Malang, Literasi Nusantara

Suryono Agus, 2019. Teori dan Strategi Perubahan Sosial. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara

White K.2011. sosiologi kesehatan dan penyakit, Edisi ke-3:Jakarta Rajawali pers

Wurdianto, kukuh (2020) ‘Perubahan Sosial Budaya’.

2.4 Perubahan Sosial Budaya dan Pengaruh Terhadap Kesehatan


1. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Perilaku dan Kesehatan Masyarakat
 Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan :
1. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur.
2. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
3. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit.
4. Sosial ekonomi
Keadaan social ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit.

Menurut H. Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan :
1. Self concept
Self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang
dirasakan terhadap diri sendiri.
2. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
 Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan :
1. Pengaruh Tradisi
Dalam masyarakat ada bebrapa tradisi yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan.
2. Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Contohnya beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik)
yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau
mati adalah takdir. Sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan untuk anaknya yang sakit.
3. Sikap Ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika
dibandingankan dengan kebudayaan yang lain.
4. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contohnya dalam upaya perbaikan gizi, di suatu daerah pedesaan menolak
untuk memakan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya
tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat beranggapan daun singkong hanya
pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolok karena status mereka tidak
dapat disamakan dengan kambing.
5. Pengaruh norma
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
6. Pengaruh nilai
Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih dari pada beras
merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras
merah dari pada beras putih.
7. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari di awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan.
Contohnya manusia yang biasa makan roti sejak kecil akan sulit diubah
kebiasaannya setelah dewasa.
8. Pengaruh konsekuensi dan inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang
akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/
berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang
akan terjadi dengan perubahan tersebut.

2. Upaya Kesehatan dengan Pendekatan Sosial Budaya

Robertson dalam tulisannya "Social Aspect of Health and Illness" menyatakan


ada 4 hal yang membuat seseorang tertarik kepada upaya kesehatan.
1. Ada penilaian orang bersangkutan terhadap sesuatu gangguan atau ancaman atas
fungsi kesehatannya.
2. Timbulnya kecemasan terhadap kejadian tersebut.
3. Penerapan pengetahuan orang bersangkutan dengan masalah kesehatan, khususnya
gangguan yang dialaminya.
4. Dilakukannya tindakan manipulatif meniadakan gangguan tersebut.
Mengacu pada upaya kesehatan tersebut, Saparinah Sadli mengkaitkan dengan
model perilaku kesehatan masyarakat Indonesia dimana individu dan lingkungan
sosial saling berpengaruh. Perilaku individu selalu dalam jaringan norma sosial
tertentu.
a. Pertama, perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan bertindak berkaitan
erat dengan keterikatannya dalam tiga lingkungan berikut;
b. Kedua, lingkungan keluarga: Kebiasaan-kebiasaan mengenai kesehatan;
c. Ketiga, lingkungan terbatas: Tradisi khusus mengenai cara mengobati orang
sakit, definisi khusus apa itu sakit dan pengobatan serta pranata Puskesmas;
d. Keempat, lingkungan. umum: Undang-undang kesehatan serta program
kesehatan dan gizi. Semua faktor tersebut dapat membantu, mempercepat
pembangunan negara di bidang kesehatan atau sebaliknya.
3. Urgensi Pemahaman Perubahan Sosial bagi Tenaga Kesehatan
Seperti yang diketahui, dengan adanya tenaga kesehatan dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan dasar pelayanan kesehatan
yaitu, memberikan layanan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan
kehidupan masyarakat. Apabila masyarakat memiliki kebutuhan dan atau tuntutan
tertentu terhadap layanan kesehatan, untuk itu seorang tenaga kesehatan perlu
memberikan pelayanan seperti tuntutan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dalam arti
lain, pelayanan kesehatan perlu disandarkan pada kebutuhan masyarakat itu
sendiri(Sudarma, 2008).
Sikap dan tuntutan seperti ini sangat masuk akal karena sesungguhnya kebutuhan
dan tuntutan merupakan aspek terpenting dalam memberikan layanan kesehatan, apabila
tenaga kesehatan tidak memperhatikan tuntutan masyarakat tersebut, maka masyarakat
akan mengalihkan pilihannya ke tenaga kesehatan lainnya(Sudarma, 2008).
Seperti, munculnya gejala masyarakat kelas menengah atas di Indonesia untuk
berobat keluar negeri, ini adalah indikasi awal bahwa kebutuhan dan tuntutan masyarakat
tersebut sudah sangat tinggi dan adanya muncul perasaan kurang terpenuhi kepuasan
pelayanan kesehatan dalam negeri, sehingga mereka lebih baik mengeluarkan biaya yang
besar untuk mendapatkan kepuasan dalam layanan kesehatan(Sudarma, 2008).
Terjadinya perubahan sosial di kehidupan masyarakat, seperti perubahan income
dan perubahan interaksi-ideologi. Perubahan income berimplikasi pada tingkat
kesejashteraan masyarakat dan memberikan pengaruh pada proses perubahan sosial.
Selain perubahan income, interaksi-ideologi pun menyebabkan adanya perubahan sosial
di masyarakat. Interaksi-ideologis adalah suatu bentuk interaksi yang tidak terlihat atau
tak nampak secara visual yang terbentuk dari ikatan spiritual atau ideologis yang kuat dan
mendasar melalui proses ilmiah tanpa adanya paksaan dan ikatan Dengan kata lain, tidak
mengherankan bila ada masyarakat di Indonesia yang memiliki modal besar untuk
memeriksakan kesehatannya ke luar negeri (Sudarma, 2008).

Perubahan sosial timbul dari kebutuhan fungsional masyarakat yang terus


berubah. Dalam situasi perubahan sosial seperti ini menyebabkan seorang tenaga
kesehatan harus mampu menunjukkan marketing dalam melaksanakan praktik, para
tenaga kesehatan harus mampu memasarkan diri supaya dapat mempertahankan posisi
dirinya sebagai profesi kesehatan agar dapat terus ada di lokasinya sendiri. Contohnya,
bila seorang dokter tidak mampu memasarkan dirinya, maka praktik kedokterannya tidak
akan laku dan kalah saing oleh para tenaga medis lain baik dalam negeri atau luar
negeri(Sudarma, 2008).
Ideologi yang dimiliki saat ini akan berinteraksi dengan ideologi yang
berkembang pada era global ini. Artinya, tidak perlu heran bila kemudian munculnya
usaha unutk meliberasi kesehatan seperti yang dianut sistem pasar, ini adalah realitas
sosial yang terjadi akibat interaksi ideologi dari berbagai belahan dunia(Sudarma, 2008).
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama didasarkan pada kebebasan
mayoritas. Kaitan antara liberalisme dengan sektor kesehatan terlihat pada sistem
pemenuhan kesehatan bagi masyarakat yang ditentukan oleh masing masing intansi
kesehatan bukan lagi oleh pemerintah. Hal ini diwujudkan dengan cara didirikannya
layanan kesehatan yang  berorientasi terhadap keuntungan layaknya sebuah komoditi
bisnis. Dulu rumah sakit yang dikenal dengan fungsi sosialnya, kini sudah berganti
bentuk dengan tampilan  barunya yang lebih berorientasi untuk kepentingan bisnis.
Contohnya: Saat ini bukan hanya bermunculan rumah sakit swasta (beberapa di
antarannya memasang label “internasional” ) dengan target-target pendapatan lewat jasa
layanan kesehatan dan tingkat hunian kamar seperti layaknya dunia perhotelan tetapi
rumah sakit pemerintah pun sudah ikut-ikutan.
Globalisasi tidak dapat ditolak dan globalisasi juga dapat menyebabkan masuknya
tenaga kesehatan asing yang menguasai pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan harus
mengembangkan kompetensinya supaya pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang
baik. Pertama, memberikan pelayanan prima adalah tuntutan penting bagi tenaga
kesehatan, tenaga kesehatan harus mengakui secara empiris yang dilakukannya
memberikan kepuasan pelanggan,, dimana masyarakat sebagai konsumen kesehatan.
Kedua, adanya upaya dan kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
efektif(Sudarma, 2008).
Adanya perubahan kode-kode terhadap tugas dan fungsi pelayanan kesehatan
dalam pemahaman awal dengan maksud pelayanan kesehatan adalah menghilangkan
gejala penyakit. Pemahaman ini sudah ditinggalkan dan sekarang mengarah ke pelayanan
kesehatan bagian dari proses pendidikan serta pembelajaran hidup sehat kepada setiap
anggota masyarakat. Tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dimulai dari gejala, penyebab, sampai akibat dari penyakit itu sendiri,
sehingga pasien dapat memiliki mutu hidup yang berkualitas.

Daftar Pustaka :

Wurdianto, Kukuh. 2020. Perubahan Sosial Budaya. Malang: Literasi Nusantara


Mathieson dan wall dalam Pitana dan Gayatri (2005)
Rukmini,dewi.25 maret 2021.faktor penyebab perubahan sosial.jakarta:faktor eksternal
dan interna
Rostian, E. (2015) Perilaku Antropologi Sosial Budaya dan Kesehatan. Yogyakarta.
Sudarma, M. (2008) Sosiologi untuk Kesehatan. Edited by A. Novanty. Jakarta: Salemba
Medika
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gender adalah peran dan tanggung jawab yang ditujukan kepada laki- laki dan
juga perempuan. Peran ini ditetapkan oleh masyarakat dan budaya (konstruksi dapat
diartikan sebagai pembahasan tentang posisi perempuan dan laki-laki sosial). Negara
merupakan salah satu konsep dalam sosiologi yang paling sentral karena negara
menjalankan banyak fungsi dan mengatur hampir seluruh aspek hidup manusia. Dalam
arti formal negara diartikan sebagai organisasi kekuasaan pemerintah pusat dengan
karakteristik kewenangan menjalankan paksa fisik secara syah. Dalam arti material
negara adalah sebagai kelompok masyarakat atau persekutuan hidup. Politik dalam arti
kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan umum, baik yang berada
dibawah kekuasaan pusat, maupun daerah. Kesehatan adalah bagian dari politik karena
derajat kesehatan atau masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan yang dapat diarahkan
atau mengikuti kehendak terhadap intervensi politik. Aspek sosial yang mempengaruhi
status kesehatan dan perilaku kesehatan yaitu umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

3.2 Saran
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Rosmalia, Dewi dan Sriani,Yustiana (2017) Sosiologi Kesehatan.Jakarta Selatan.


Dalimoenthe, Ikhlasiah. (2020) Sosiologi Gender. Jakarta.
Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skema Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara.

Aman, dkk. (2009). Sosiologi 3: Untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Sosial, Jakarta: Pusat
perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Indraddin, Irawan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish.

Jayanti, Sri, I. G. A. (2021) ‘Perubahan Sosial Budaya dan Globalisasi’.

Lubis, M. S. A. (2018) ‘Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan’, Al-Ikhtibar: Jurnal


Ilmu Pendidikan, 5(2), pp. 513–523. doi: 10.32505/ikhtibar.v5i2.558.

Major Systems of Art, Truth, Ethics, Law and Social Relationships (1957(reprinted 1970) ed.).
Boston: Extending Horizons Books, Porter Sargent Publishers. ISBN 0-87558-029-7.

Nabila, P. (2014) Dampak perubahan sosial budaya dalam pendidikan.

Paradigm Science. Boston: Allyn and Bacon.

Phipipus Ng, Aini N.2004. Sosiologi dan politik. Jakarta;PT Raja Grafindo persada

Ponsion. 1969. The Analysis of Social Change Reconsidered. Paris: The Hague.

Ritzer G,Goodman JD.2010. Teori sosiologi modern, Edisi ke-6, Jakarta;kencana

Rex John, 1985.Analisa Sistem Sosial(Terj.,). Jakarta:PT Bina Aksara


Ritzer, George dan Goodman, Douglas. 1980. Sociology: A Multiple

Rosmalia, Dewi & Sriani, Yustiana (2017) SOSIOLOGI KESEHATAN.

Scott J.2011.sosiologi: The key concepts.jakarta:Rajawali perts

Soekanto S. 2014. Sosiologi suatu pengantar,Edisi revisi; cetakan ke-6 jakarta: Rajawali perts

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Soemardjan, Selo & Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, 1974, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta, Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics: A Study of Change in

Sosial, B. P. and Kebudayaan, D. A. N. (2016) ‘Bentuk-bentuk perubahan sosial dan


kebudayaan’, pp. 180–205.

Sriyana, 2020, Perubahan Sosial Budaya, Malang, Literasi Nusantara

Suryono Agus, 2019. Teori dan Strategi Perubahan Sosial. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara

White K.2011. sosiologi kesehatan dan penyakit, Edisi ke-3:Jakarta Rajawali pers

Wurdianto, kukuh (2020) ‘Perubahan Sosial Budaya’.

Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skema Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara.

Aman, dkk. (2009). Sosiologi 3: Untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Sosial, Jakarta: Pusat
perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Indraddin, Irawan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish.

Jayanti, Sri, I. G. A. (2021) ‘Perubahan Sosial Budaya dan Globalisasi’.

Lubis, M. S. A. (2018) ‘Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan’, Al-Ikhtibar: Jurnal


Ilmu Pendidikan, 5(2), pp. 513–523. doi: 10.32505/ikhtibar.v5i2.558.
Major Systems of Art, Truth, Ethics, Law and Social Relationships (1957(reprinted 1970) ed.).
Boston: Extending Horizons Books, Porter Sargent Publishers. ISBN 0-87558-029-7.

Nabila, P. (2014) Dampak perubahan sosial budaya dalam pendidikan.

Paradigm Science. Boston: Allyn and Bacon.

Phipipus Ng, Aini N.2004. Sosiologi dan politik. Jakarta;PT Raja Grafindo persada

Ponsion. 1969. The Analysis of Social Change Reconsidered. Paris: The Hague.

Ritzer G,Goodman JD.2010. Teori sosiologi modern, Edisi ke-6, Jakarta;kencana

Rex John, 1985.Analisa Sistem Sosial(Terj.,). Jakarta:PT Bina Aksara

Ritzer, George dan Goodman, Douglas. 1980. Sociology: A Multiple

Rosmalia, Dewi & Sriani, Yustiana (2017) SOSIOLOGI KESEHATAN.

Scott J.2011.sosiologi: The key concepts.jakarta:Rajawali perts

Soekanto S. 2014. Sosiologi suatu pengantar,Edisi revisi; cetakan ke-6 jakarta: Rajawali perts

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.

Soemardjan, Selo & Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Soemardjan Selo dan Soeleman Soemardi, 1974, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta, Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics: A Study of Change in

Sosial, B. P. and Kebudayaan, D. A. N. (2016) ‘Bentuk-bentuk perubahan sosial dan


kebudayaan’, pp. 180–205.

Sriyana, 2020, Perubahan Sosial Budaya, Malang, Literasi Nusantara

Suryono Agus, 2019. Teori dan Strategi Perubahan Sosial. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara
White K.2011. sosiologi kesehatan dan penyakit, Edisi ke-3:Jakarta Rajawali pers

Wurdianto, kukuh (2020) ‘Perubahan Sosial Budaya’.

Anda mungkin juga menyukai